Anda di halaman 1dari 108

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH RASIO LEVERAGE, RASIO PROFITABILITAS


DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PERTUMBUHAN
LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUB SEKTOR
MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

MIRA MARISSA LESTARI NAINGGOLAN


150521049

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN EKSTENSI


DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH RASIO LEVERAGE, RASIO PROFITABILITAS


DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PERTUMBUHAN
LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUB SEKTOR
MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh rasio


leverage, rasio profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap pertumbuhan laba
pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sub
sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI dengan periode pengamatan
tahun 2012-2016. Sampel penelitian sebanyak 11 perusahaan dari 14 sampel jenuh
yang ditentukan dengan metode purposive sampling. Metode analisis data dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan program Eviews.
Hasil penelitian disimpulkan bahwa secara parsial variabel rasio profitabilitas
(ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba, sementara
variabel rasio leverage (DER) dan ukuran perusahaan secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Secara serempak rasio
leverage (DER), rasio profitabilitas (ROA) dan ukuran perusahaan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur sub
sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kata Kunci: Rasio Leverage (DER), Rasio Profitabilitas (ROA), Ukuran


Perusahaan, Pertumbuhan Laba.

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

ANALYSIS THE INFLUENCE OF LEVERAGE RATIO, PROFITABILITY


RATIO AND FIRM SIZE ON GROWTH PROFIT IN THE FOOD
AND BEVERAGE SUB SECTOR MANUFACTURING
COMPANY LISTED ON THE INDONESIA
STOCK EXCHANGE

This research aims to know and analyze the effect of leverage ratio,
profitability ratio and firm size on the growth profit in the food and beverage
sub sector manufacturing company listed on the Indonesia Stock Exchange.
The population in this research is food and beverage sub sector companies
listed on the Indonesia Stock Exchange with observation period of 2012-2016.
This used 11 of 14 samples saturated is determined by the method of purposive
sampling. Methods of data analysis by using multiple linear regression analysis
with the Eviews program. The results showed that the partial variable
profitability ratio (ROA) have a positive and significant impact on profit
growth, while the variable leverage ratio (DER) and firm size partially have no
significant effect on profit growth. Simultaneously leverage ratio (DER),
profitability ratio (ROA) and firm size have a positive effect and significant to
profit growth in food and beverage sub sector manufacturing companies listed
on the Indonesia Stock Exchange.

Keywords: Leverage Ratio (DER), Profitability Ratio (ROA), Firm Size,


Profit Growth

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah

Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga

peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Rasio

Leverage, Rasio Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap

Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan Dan

Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Penulisan skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada orang tua tercinta, Ayahanda Drs. Harris Nainggolan, MM dan

Ibunda Tjian Elisah Martianna Siagian, SE, yang telah merawat peneliti dengan

cinta dan kasih sayang, yang selalu menjadi sumber inspirasi dan motivasi serta

doa, dukungan dan pengorbanannya yang tak terhingga. Dan peneliti juga

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Amlys Syahputra Silalahi, M.Si dan Bapak Doli Muhammad Jafar

Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua/Sekretaris Departemen dan Program

Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Amlys Syahputra Silalahi, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan

ilmu, arahan serta saran kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. Bapak Doli Muhammad Jafar Dalimunthe, SE, M.Si selaku Dosen Penguji 1

yang telah memberikan arahan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si selaku Dosen Penguji 2 yang telah memberikan

arahan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara untuk setiap jasa-jasanya selama perkuliahan.

7. Kepada abang Guntur Syahputra Nainggolan, SE, M.Si dan MHD. Sakti

Maulana Nainggolan, SH dan kakak Juliyanti Sri kartika Nainggolan, SST,

SE, M.Si yang telah memberikan bantuan, doa, motivasi dan semangat

kepada peneliti serta saudara-saudara yang turut membantu.

8. Sahabat-sahabat tersayang Manda, Runa dan Ayu yang selama ini

memberikan dukungan, serta teman-teman seperjuangan Grace, Lifti,

Madhun dan Saurma yang memberikan banyak bantuan, waktu, doa serta

dukungan dan teman-teman mahasiswa manajemen stambuk 2015

Program S-1 Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara.

9. Bapak Hidayat Simamora yang telah bersedia memberikan saran, masukan

dan ilmu kepada peneliti.

10. Dan kepada pihak-pihak yang telah begitu banyak membantu namun tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena

itu peneliti mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak, agar skripsi ini

dapat lebih baik lagi. Dan akhir kata Peneliti memohon maaf bilamana

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
penulisan skripsi ini masih terdapat kekeliruan dan kesalahan serta dengan

segala kerendahan hati, peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi

berbagai pihak.

Medan, April 2018


Peneliti,

Mira Marissa Lestari Nainggolan


150521049

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK .............................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................... 16
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................... 16
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................... 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................... 19
2.1 Pertumbuhan Laba ....................................................... 19
2.1.1 Pengertian dan Karakteristik Laba ................... 19
2.1.2 Pengertian Pertumbuhan Laba ......................... 21
2.1.3 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Laba ........................................... 22
2.1.4 Analisis Pertumbuhan Laba ............................. 23
2.2 Rasio Leverage ........................................................... 25
2.2.1 Pengertian Rasio Leverage .............................. 25
2.2.2 Jenis-jenis Rasio Leverage .............................. 26
2.3 Rasio Profitabilitas ....................................................... 28
2.3.1 Pengertian Rasio Profitabilitas ......................... 28
2.3.2 Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas ........................ 29
2.4 Ukuran Perusahaan ...................................................... 32
2.4.1 Pengertian Ukuran Perusahaan ........................ 32
2.4.2 Kategori Ukuran Perusahaan ........................... 34
2.4.3 Pengukuran Size (Ukuran) Perusahaan ............ 36
2.5 Penelitian Terdahulu .................................................... 39
2.6 Kerangka Konseptual ................................................... 42
2.6.1 Pengaruh Rasio Leverage terhadap
Pertumbuhan Laba ........................................... 42
2.6.2 Pengaruh Rasio Profiabilitas terhadap
Pertumbuhan Laba ........................................... 44
2.6.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap
Pertumbuhan Laba ............................................ 45
2.7 Hipotesis ...................................................................... 46
BAB III METODE PENELITIAN ................................................... 48
3.1 Jenis Penelitian ............................................................ 48
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................... 48

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.3
Jenis dan Sumber Data ................................................. 49
3.4
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ........... 49
3.4.1 Variabel Dependen ........................................... 49
3.4.2 Variabel Independen ........................................ 49
3.5 Populasi dan Sampel .................................................... 51
3.6 Metode Pengumpulan Data .......................................... 53
3.7 Teknik Analisis Data ................................................... 53
3.7.1 Analisis Deskriptif ........................................... 53
3.7.2 Analisis Regresi Data Panel ............................. 53
3.8 Uji Hipotesis ................................................................ 59
3.8.1 Uji Pengaruh Serempak (Uji F) ....................... 59
3.8.2 Uji Pengaruh Parsial (Uji t) .............................. 60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................... 61
4.1 Hasil Penelitian ............................................................ 61
4.1.1 Analisis Deskriptif ........................................... 61
4.1.2 Pemilihan Model Estimasi Regresi Data
Panel ................................................................. 64
4.1.3 Model Regresi Panel ........................................ 66
4.2 Uji Hipotesis ................................................................ 68
4.2.1 Uji Pengaruh Serempak (Uji F) ....................... 68
4.2.2 Uji Pengaruh Parsial (Uji t) .............................. 68
4.3 Pembahasan ................................................................. 70
4.3.1 Pengaruh Rasio Leverage (DER) Secara
Parsial Terhadap Pertumbuhan Laba
Perusahaan ....................................................... 70
4.3.2 Pengaruh Rasio Profitabilitas (ROA) Secara
Parsial Terhadap Pertumbuhan Laba
Perusahaan ....................................................... 72
4.3.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan Secara Parsial
Terhadap Pertumbuhan Laba Perusahaan ........ 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................... 76
5.1 Kesimpulan .................................................................. 76
5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................... 77
5.3 Saran ............................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 79
LAMPIRAN ............................................................................................ 82

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Daftar Perusahaan Manufaktur Sub Makanan dan Minuman di


Bursa Efek Indonesia Hingga Tahun 2016 ..................................... 3
1.2 Pertumbuhan Laba Pada 6 Perusahaan Manufaktur Sub Sektor
Makanan dan Minuman .................................................................. 4
1.3 Nilai DER Pada 6 Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan
dan Minuman Tahun 2012-2016 .................................................... 7
1.4 Nilai ROA Pada 6 Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan
dan Minuman Tahun 2012-2016 .................................................... 10
1.5 Nilai Ukuran Perusahaan Pada 6 Perusahaan Manufaktur Sub
Sektor Makanan dan Minuman Tahun 2012-2016 .......................... 13
2.1 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 39
3.1 Operasional Variabel ...................................................................... 51
3.2 Populasi Penelitian ......................................................................... 51
3.3 Daftar Perusahaan yang Menjadi Populasi Sasaran ....................... 52
3.4 Kriteria Uji Durbin Watson ........................................................... 58
4.1 Statistik Deskriptif .......................................................................... 61
4.2 Hasil Uji Chow ............................................................................... 65
4.3 Hasil Uji Hausman .......................................................................... 65
4.4 Hasil Estimasi Regresi Data Panel Model Fixed Effect .................. 66
4.5 Hasil Uji Serempak (Uji F) ............................................................. 68
4.6 Hasil Uji Parsial (Uji-t) ................................................................... 69

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman


1.1 Rata-rata Pertumbuhan Laba Pada 6 Perusahaan Manufaktur Sub
Sektor Makanan dan Minuman Tahun 2012-2016 ......................... 5
1.2 Rata-rata DER Pada 6 Perusahaan Manufaktur Sub Sektor
Makanan dan Minuman Tahun 2012-2016 .................................... 8
1.3 Rata-rata ROA Pada 6 Perusahaan Manufaktur Sub Sektor
Makanan dan Minuman Tahun 2012-2016 .................................... 11
1.4 Rata-rata Ukuran Perusahaan Pada 6 Perusahaan Manufaktur Sub
Sektor Makanan dan Minuman Tahun 2012-2016 ......................... 14
2.1 Kerangka Konseptual ..................................................................... 46

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman


1. Penentuan Sampel Penelitian ............................................................ 82
2. Data Penelitian .................................................................................. 83
3. Rekap Data Penelitian ....................................................................... 87
4. Hasil Analisis Eviews.8 .................................................................... 89

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan dapat dikatakan mencapai kesuksesan dan berhasil

memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang maksimal. Laba

mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode yang

bersangkutan. Laba merupakan kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode

akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan

kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari

kontribusi penanaman modal (Juliana dan Sulardi, 2003).

Pertumbuhan laba tidak bisa terlepas dari kinerja keuangan perusahaan.

Salah satu alat analisis keuangan yang paling sering digunakan adalah rasio

keuangan. Rasio keuangan merupakan perbandingan-perbandingan angka-angka

dari perkiraan-perkiraan yang terdapat di neraca dan laporan laba rugi.

Perbandingan antara satu perkiraan dengan perkiraan yang lain harus saling

berhubungan sehingga hasilnya dapat diinterpretasikan untuk mengetahui kondisi

keuangan dan kinerja perusahaan baik, maka hasil perhitungan rasio keuangan

harus dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya atau dengan rata-rata industri

(Mahaputra, 2012).

Menurut Sulfida (2010), analisis laporan keuangan meliputi perhitungan

dan interpretasi rasio keuangan. Rasio keuangan dapat dihitung dari isi informasi

keuangan dalam laporan keuangan sehingga menunjukkan kekuatan perusahaan.

Analisis rasio adalah berorientasi dengan masa depan, artinya bahwa dengan

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

analisis rasio dapat digunakan sebagai alat untuk meramalkan keadaan keuangan

serta hasil usaha di masa yang akan datang. Analisis rasio keuangan dapat

membantu para pelaku bisnis, pihak pemerintah, dan para pemakai laporan

keuangan lainnya dalam menilai kondisi keuangan suatu perusahaan. Rasio

keuangan juga bermanfaat dalam memprediksi laba perusahaan. Selain itu rasio

keuangan digunakan untuk memutuskan apakah akan membeli saham perusahaan,

untuk meminjam uang, atau memprediksi kekuatan perusahaan di masa depan.

Apabila kinerja keuangan perusahaan baik maka pertumbuhan laba meningkat,

dan sebaliknya kinerja perusahaan tidak baik maka pertumbuhan laba menurun.

Dalam hal ini pertumbuhan laba merupakan peningkatan laba yang diperoleh

perusahaan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatan utamanya

memperoleh barang dan jasa untuk diolah menjadi produk jadi melalui proses

produksi kemudian dijual kepada pelanggan. Perusahaan makanan dan minuman

merupakan salah satu kategori sektor industri di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang

mempunyai peluang untuk tumbuh dan berkembang. Industri makanan dan

minuman diprediksi akan membaik kondisinya. Hal ini terlihat dari semakin

banyaknya industri makanan dan minuman di Indonesia khususnya sejak

memasuki krisis berkepanjangan seperti kritis moter tahun 1997 dan krisis global

yang terjadi tahun 2008. Tercatat sejak hingga tahun 2016 jumlah perusahaan

manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang telah terdaftar di Bursa Efek

Indonesia sebanyak 14 perusahaan. Kondisi ini membuat persaingan semakin

ketat sehingga para manajer perusahaan berlomba-lomba mencari investor untuk

menginvestasikan dananya di perusahaan makanan dan minuman tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

Tabel 1.1
Daftar Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman di
Bursa Efek Indonesia Hingga Tahun 2016
No. Kode Nama Emiten Tgl. Listing
1 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 11 Juni 1997
2 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 10 Juli 2012
3 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 09 Juli 1996
4 DLTA Delta Djakarta Tbk 27 Februari 1984
5 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 07 Oktober 2010
6 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 14 Juli 1994
7 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 15 Desember 1981
8 MYOR Mayora Indah Tbk 04 Juli 1990
9 PSDN Prasida Aneka Niaga Tbk 18 Oktober 1994
10 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk 28 Juni 2010
11 SKBM Sekar Bumi Tbk 28 September 2012
12 SKLT Sekar Laut Tbk 08 September 1993
13 STTP Siantar Top Tbk 16 Desember 1996
14 ULTJ Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk 02 Juli 1990
Sumber: www.idx.co.id

Penting bagi perusahaan manufaktur termasuk sektor makanan dan

minuman memakai laporan keuangan untuk mengetahui pertumbuhan laba karena

peningkatan laba yang diperoleh perusahaan menentukan besarnya tingkat

pengembalian kepada pemegang saham atau bagi calon investor untuk mengambil

keputusan dalam melakukan investasi di perusahaan tersebut. Bagi manajemen

perusahaan, pertumbuhan laba digunakan sebagai alat untuk menghadapi berbagai

kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kreditur sebelum

mengambil keputusan untuk memberi atau menolak permintaan kredit suatu

perusahaan, membutuh kan informasi pertumbuhan laba yang bertujuan untuk

mengukur kemampuan perusahaan tersebut untuk membayar kembali utangnya

ditambah beban bunganya.

Sedikit catatan menurut Joesoef, dkk (2007), yang dimaksud dengan

pertumbuhan adalah suatu angka (dalam persen) yang mencerminkan tingkat pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

mana suatu besaran (variable) pada waktu tertentu (t) telah meningkat atau

menurun relatif dibanding besaran itu pada waktu sebelumnya (t – 1). Dibanding

angka absolut tertentu, angka atau tingkat pertumbuhan dapat bermakna adanya

perubahan, perbandingan atau peningkatan (increasing) jika pertumbuhannya

bertanda positif (+) atau dapat bermakna adanya penurunan (decreasing) jika

pertumbuhannya bertanda negatif (-).

Data pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan

dan minuman periode tahun 2012 –2016 disajikan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2
Pertumbuhan Laba Pada 6 Perusahaan Manufaktur Sub Sektor
Makanan dan Minuman
Pertumbuhan Laba (%)
Emiten
2012 2013 2014 2015 2016
AISA 69.16 36.69 9.06 -1.16 92.44
CEKA -39.42 11.53 -36.99 159.87 134.35
DLTA 40.67 26.74 6.50 -33.33 32.53
ICBP 10.45 -2.07 13.27 15.46 24.23
INDF -2.29 -28.51 50.63 -27.92 41.98
MYOR 53.97 42.18 -61.28 205.07 11.07
Rata-Rata 22.09 14.42 -3.14 53.00 56.10
Sumber: Data Diolah, 2018

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa pertumbuhan laba 6 perusahaan

manufaktur sub sektor makanan dan minuman selama tahun 2012 hingga tahun

2016 sangat bervariasi serta mengalami peningkatan dan penurunan yang sangat

fluktuatif dari tahun ke tahun. Pertumbuhan laba tertinggi terjadi pada perusahaan

MYOR (Mayora Indah Tbk) tahun 2015 yaitu sebesar 205,07% dan pertumbuhan

laba terendah juga terjadi pada perusahaan MYOR (Mayora Indah Tbk) tahun

2014 yaitu sebesar -61,28% (tanda negatif berarti pertumbuhannya mengalami

penurunan dibandingkan tahun sebelumnya).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

Selanjutnya disajikan grafik rata-rata pertumbuhan laba perusahaan sub

sektor makanan dan minuman selama periode tahun 2012 sampai tahun 2016.

Persen
60.00
56.10
53.00
50.00

40.00

30.00
22.09
20.00
14.42
10.00
-3.14
0.00
2012 2013 2014 2015 2016
-10.00
Tahun

Sumber: Data Diolah, 2018


Gambar. 1.1
Rata-rata Pertumbuhan Laba Pada 6 Perusahaan Manufaktur Sub Sektor
Makanan dan Minuman Tahun 2012-2016

Gambar 1.1 menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan laba dari 6

perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman pada tahun 2012 berada

di posisi 22,09% dan mengalami penurunan sangat drastis pada tahun 2014 hingga

menjadi sebesar -3,14% atau terjadi penurunan sebesar 17,56% dari tahun 2013.

Pada tahun 2015 rata-rata pertumbuhan laba kembali mengalami peningkatan

menjadi sebesar 53,0% dan pada tahun 2016 pertumbuhan laba kembali

mengalami peningkatan menjadi rata-rata 56,10% atau mengalami peningkatan

sebesar 3,10% dibandingkan tahun 2015.

Pertumbuhan laba merupakan persentase peningkatan ataupun penurunan laba

dari suatu periode ke periode selanjutnya. Laba di tahun sekarang dapat dijadikan

sebagai prediksi untuk memperoleh laba di masa yang akan datang. Bagi investor laba

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

merupakan informasi sangat penting untuk mengambil keputusan investasi. Dalam

teknik analisis untuk memprediksi pertumbuhan laba yang akan datang dapat dilakukan

dengan menganalisis rasio keuangannya.

Pertumbuhan laba yang positif mencerminkan bahwa perusahaan telah

dapat mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk

menghasilkan laba serta menunjukan baiknya kinerja keuangan perusahaan, dan

begitu juga sebaliknya. Maka dari itu dibutuhkannya analisa laporan keuangan

yaitu rasio keuangan yang dihitung dari laporan keuangan.

Menurut Kodrat dan Indonanjaya (2010), rasio keuangan didesain untuk

memperlihatkan hubungan antara item-item pada laporan keuangan (neraca dan

laporan rugi laba). Ada 5 (lima) jenis rasio keuangan, meliputi Leverage

(Solvabilitas) Ratio, Liquidity (Likuiditas) Ratio, Efficiency (Aktivitas) Ratio,

Profitability (Profitabilitas) Ratio, dan Market Value (Pasar).

Menurut Kasmir (2011), leverage merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan utang. Menurut Fahmi

(2012), penggunaan leverage yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan.

Dengan leverage yang tinggi menyebabkan perusahaan akan masuk dalam

kategori extreme leverage (utang ekstrim) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat

utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut.

Dalam penelitian ini leverage diwakili oleh Debt Equity Ratio (DER).

DER adalah salah satu rasio leverage yang digunakan untuk mengukur modal

sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan kewajiban atau hutang. Rasio

ini bertujuan untuk menilai utang dengan ekuitas. DER yang tinggi akan

menimbulkan risiko yang tinggi pula bagi perusahaan karena perusahaan harus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

membayar biaya tetap berupa pokok pinjaman dan biaya bunga. Biaya bunga yang

tinggi akan berdampak pada penurunan laba perusahaan. Hal ini didukung oleh

penelitian yang dilakukan Sri (2010), yang menunjukkan bahwa DER

berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba.

Menurut Shobirin (2010), DER menunjukkan kemampuan perusahaan

untuk memenuhi semua kewajiban keuangannya, baik jangka pendek ataupun

jangka panjang. Kewajiban keuangan akan makin besar kalau hutang yang

dipergunakan oleh perusahaan makin besar. Perusahaan yang menggunakan

hutang yang makin besar akan makin besar kemungkinan kekayaan. Kekayaan

perusahaan akan turun jika perusahaan mengalami kerugian. Dengan kata lain,

semakin besar perusahaan menggunakan hutang-hutang semakin besar

kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Hal ini dapat

menimbulkan resiko yang cukup besar bagi perusahaan ketika perusahaan tidak

mampu membayar kewajiban tersebut pada saat jatuh tempo, sehingga akan

mengganggu kontinuitas operasi perusahaan.

Data Debt to Equity Ratio (DER) pada perusahaan manufaktur sub sektor

makanan dan minuman periode tahun 2012 –2016 disajikan pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3
Nilai DER Pada 6 Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan
Minuman Tahun 2012-2016
Debt to Equity Ratio (DER)
Emiten
2012 2013 2014 2015 2016
AISA 0.90 1.13 1.05 1.28 1.17
CEKA 1.22 1.02 1.39 1.32 0.61
DLTA 0.25 0.28 0.30 0.22 0.18
ICBP 0.48 0.60 0.66 0.62 0.56
INDF 0.74 1.04 1.08 1.13 0.87
MYOR 1.71 1.47 1.51 1.18 1.06
Rata-Rata 0.88 0.92 1.00 0.96 0.74
Sumber: Data Diolah, 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

Tabel 1.2 menunjukkan kondisi Debt to Equity Ratio (DER) atau tingkat

utang perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman selama tahun

2012 hingga tahun 2016. Berdasarkan data pada Tabel 1.2, perusahaan

manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang memiliki tingkat utang atau

DER tertinggi adalah perusahan MYOR (Mayora Indah Tbk) pada tahun 2012

yaitu sebesar 1,71 kali. Perusahaan yang memiliki tingkat utang atau DER

terendah adalah perusahaan DLTA (Delta Djakarta Tbk) yaitu sebesar 0,18 kali

pada tahun 2016.

Grafik rata-rata DER perusahaan sub sektor makanan dan minuman

selama periode tahun 2012 sampai tahun 2016 disajikan pada Gambar 1.2.

Kali
1.20

1.00 1.00
0.96
0.88 0.92
0.80
0.74

0.60

0.40

0.20

0.00
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun

Sumber: Data Diolah, 2018


Gambar. 1.2
Rata-rata DER Pada 6 Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan
Minuman Tahun 2012-2016

Pada tahun 2012 rata-rata DER berada di angka 0,88 kali. Pada tahun

2013 nilai rata-rata DER meningkat menjadi 0,92 atau naik 0,04 kali dari tahun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

2012. Selanjutnya rata-rata DER kembali meningkat pada tahun 2014 menjadi

1,00 atau naik 0,08 dibandingkan tahun 2013. Pada tahun 2015 mengalami

penurunan sebesar 0,04 kali dibandingkan tahun 2014 yaitu menjadi 0.96. Pada

tahun 2016 rata-rata DER kembali menurun menjadi 0.74 atau mengalami

penurunan sebesar 0,22 kali dibandingkan tahun 2015.

Fluktuasi DER sejalan bila dibandingkan dengan fluktuasi pertumbuhan

laba (Gambar 1.1). Rata-rata pertumbuhan laba perusahaan sub sektor makanan

dan minuman selama tahun 2012 hingga tahun 2014 mengalami penurunan dan

tahun 2015 hingga 2016 mengalami peningkatan. Rasio DER menunjukkan

peningkatan dari tahun 2012 hingga tahun 2014, dan mengalami penurunan pada

tahun 2015 hingga tahun 2016. Data di atas menunjukkan bahwa rasio DER yang

meningkat diikuti dengan pertumbuhan laba yang menurun dan sebaliknya rasio

DER yang menurun justru diikuti dengan pertumbuhan laba yang meningkat. Hal

ini mengindikasikan bahwa penggunaan hutang yang kecil dapat meningkatkan

laba perusahaan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Sri (2010) dan

Saragi (2016) yang menunjukkan bahwa DER berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap pertumbuhan laba.

Rasio lainnya yang juga berpengaruh terhadap laba perusahaan adalah

rasio profitabilitas. Profitabilitas merupakan salah satu indikator yang

digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang

ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam

hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya

perolehan keuntungan perusahaan (Fahmi, 2012).

Profitabilitas memperlihatkan sejauh mana perusahaan mengelola modal

sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan

oleh pemilik modal sendiri atau pemegang saham (Sawir, 2005). Profitabilitas dalam

penelitian ini diwakili oleh Return on Asset (ROA) yang merupakan perbandingan

antara laba bersih dengan total aktiva yang tertanam dalam perusahaan.

ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan asetnya. Rasio ini dapat

memberikan indikasi bahwa perusahaan pada kondisi yang baik atau buruk dalam

pengendalian biaya untuk menghasilkan laba. Semakin besar ROA

mengindikasikan keuntungan yang diperoleh perusahaan atas aset juga meningkat,

sehingga menambah kemampuan perusahaan dalam meningkatkan laba. Hal ini

mengindikasikan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.

Data Return on Asset (ROA) pada perusahaan manufaktur sub sektor

makanan dan minuman periode tahun 2012-2016 disajikan pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4
Nilai ROA Pada 6 Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan
Minuman Tahun 2012-2016
Return on Asset (ROA)
Emiten
2012 2013 2014 2015 2016
AISA 6.56 6.91 5.13 4.12 7.77
CEKA 5.68 6.08 3.19 7.17 17.51
DLTA 28.64 31.2 29.04 18.5 21.25
ICBP 12.86 10.51 10.16 11.01 12.56
INDF 8.06 4.38 5.99 4.04 6.41
MYOR 8.97 10.90 3.98 11.02 10.75
Rata-Rata 11.80 11.66 9.58 9.31 12.71
Sumber: Data Diolah, 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

Tabel 1.4 menunjukkan kondisi Return on Asset (ROA) perusahaan

manufaktur sub sektor makanan dan minuman selama tahun 2012 hingga tahun

2016. Berdasarkan data di atas, perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan

minuman yang memiliki tingkat ROA tertinggi adalah perusahan DLTA (Delta

Djakarta Tbk) pada tahun 2013 yaitu sebesar 31,2 persen. Perusahaan yang

memiliki tingkat ROA terendah adalah perusahaan CEKA (Wilmar Cahaya

Indonesia Tbk) yaitu sebesar 3,19 persen pada tahun 2014.

Grafik rata-rata ROA perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan

minuman selama periode tahun 2012 - 2016 disajikan pada Gambar 1.3.

Persen
14.00

12.00 11.80
11.66
10.84
10.00 9.58
9.31
8.00

6.00

4.00

2.00

0.00
2012 2013 2014 2015 2016

Tahun

Sumber: Data Diolah, 2018


Gambar. 1.3
Rata-rata ROA Pada 6 Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan
Minuman Tahun 2012-2016

Gambar 1.3 menunjukkan kondisi rata-rata ROA perusahaan manufaktur

sub sektor makanan dan minuman mengalami penurunan mulai dari dari tahun

2012 hingga tahun 2015. Pada tahun 2012 kondisi rata-rata ROA berada di angka

11,80 persen. Pada tahun 2013 nilai rata-rata ROA menurun menjadi 11,66 atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

terjadi penurunan sebesar 0,14 persen dibandingkan tahun 2012. Rata-rata ROA

pada tahun 2014 juga kembali mengalami penurunan menjadi 9,58 persen atau

menurun sebesar 2,08 persen dibandingkan tahun 2013. Pada tahun 2015 juga

mengalami penurunan menjadi 9,31 persen atau menurun sebesar 0,27 persen

dibandingkan tahun 2014. Pada tahun 2016 rata-rata DER menjadi 10,84 persen

atau mengalami peningkatan sebesar 1,53 persen dibandingkan tahun 2015.

Fluktuasi ROA bila dibandingkan dengan fluktuasi pertumbuhan laba

(Gambar 1.1) juga sejalan kecuali pada tahun 2015. ROA dari tahun 2012 hingga

tahun 2015 mengalami penurunan dan tahun 2016 kembali mengalami

peningkatan. Penurunan nilai ROA juga diikuti oleh penurunan pertumbuhan laba

serta peningkatan nilai ROA juga diikuti oleh peningkatan pertumbuhan laba.

Semakin besar ROA mengindikasikan keuntungan yang diperoleh perusahaan atas

aset juga meningkat, sehingga menambah kemampuan perusahaan dalam

meningkatkan laba. Hal ini juga didukung oleh penelitian Andriyani (2015),

Sayekti dan Saputra (2015), dan hasil penelitian Meilyanti (2017) yang

menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan laba.

Faktor lainya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan laba sebuah

perusahaan adalah ukuran (size) perusahaan. Ukuran perusahaan dapat ditentukan

dari nilai total assets perusahaan tiap tahun. Ukuran perusahaan dianggap mampu

mempengaruhi pertumbuhan laba dan nilai perusahaan. Salah satu tolak ukur yang

menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran dari perusahaan tersebut.

Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan

tersebut telah mencapai tahap kedewasaan. Ukuran (size) perusahaan dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

kapitalisasi pasar atau penjualan yang besar telah menunjukkan prestasi suatu

perusahaan, (Sitanggang, 2013).

Ukuran (size) menggambarkan kemampuan meningkatkan penjualan dan

earning dari total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Jadi, ukuran perusahaan

merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan. Secara

umum ukuran perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendanai

operasi dan investasi yang menguntungkan sehingga semakin besar sebuah

perusahaan maka akan semakin besar penjualan dan berdampak pada laba

perusahaan. Tetapi bisa jadi semakin besar perusahaan maka semakin mungkin

perusahaan tersebut berinvestasi pada investasi yang berisiko, atau semakin besar

perusahaan justru memungkinkan perusahaan tersebut sudah tidak dapat

berkembang lagi (sudah pada titik jenuh) sehingga kemungkinan perusahaan

tersebut akan mengalami penurunan seperti pendapat Watt & Zimmerman dalam

Luthan dan Ivah (2004), perusahaan berskala kecil justru menghasilkan return

yang lebih tinggi dari perusahaan besar.

Data ukuran perusahaan dari 6 perusahaan manufaktur sub sektor makanan

dan minuman periode tahun 2012-2016 disajikan pada Tabel 1.5.

Tabel 1.5
Nilai Ukuran Perusahaan Pada 6 Perusahaan Manufaktur Sub Sektor
Makanan dan Minuman Tahun 2012-2016
Ukuran (Size) Perusahaan (Total Aset dalam Juta Rupiah)
Emiten
2012 2013 2014 2015 2016
AISA 3,867,576 5,020,824 7,371,846 9,060,979 9,254,539
CEKA 1,027,693 1,069,627 1,284,150 1,485,826 1,425,964
DLTA 745,307 867,041 991,947 1,038,322 1,197,796
ICBP 17,753,480 21,267,470 24,910,211 26,560,624 28,901,948
INDF 59,324,207 78,092,789 85,938,885 91,831,526 82,174,515
MYOR 8,302,506 9,709,838 10,291,108 11,342,716 12,922,421
Rata-Rata 15,170,128 19,337,932 21,798,025 23,553,332 22,646,197
Sumber: Data Diolah, 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Tabel 1.5 menunjukkan nilai ukuran (size) perusahaan dari 6 perusahaan

manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Ukuran perusahaan diperoleh dari nilai total aset perusahaan.

Perusahaan yang memiliki ukuran (size) perusahaan tertinggi adalah perusahan

INDF (Indofood Sukses Makmur Tbk) pada tahun 2016 yaitu dengan nilai total

aset sebesar 91.831.526 juta rupiah. Nilai ukuran perusahaan yang terendah adalah

sebesar 745.307 juta rupiah yaitu dimiliki oleh perusahaan DLTA (Delta Djakarta

Tbk) pada tahun 2012.

Grafik rata-rata ukuran (size) perusahaan manufaktur sub sektor makanan

dan minuman selama tahun 2012 - 2016 disajikan pada Gambar 1.4.

Juta Rupiah
30,000,000

25,000,000 23,553,332

20,000,000 21,798,025 22,646,197


19,337,932
15,000,000
15,170,128

10,000,000

5,000,000

0
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Sumber: Data Diolah, 2018
Gambar. 1.4
Rata-rata Ukuran Perusahaan Pada 6 Perusahaan Manufaktur Sub Sektor
Makanan dan Minuman Tahun 2012-2016

Gambar 1.4 menunjukkan kondisi rata-rata ukuran perusahaan dari 6

perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang mengalami

peningkatan dari tahun 2012 hingga tahun 2015 dan mengalami penurunan di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

tahun 2016. Ukuran (size) perusahaan diukur dari total asset. Rata-rata ukuran

perusahaan pada tahun 2012 sebesar 15.170.128 juta rupiah dan meningkat pada

tahun 2013 menjadi 19.337.932 juta rupiah. Pada tahun 2014, rata-rata ukuran

perusahaan meningkat menjadi sebesar 21.798.025 juta rupiah. Pada tahun 2015,

rata-rata ukuran perusahaan juga meningkat menjadi sebesar 23.553.332 juta

rupiah. Pada tahun 2016, rata-rata ukuran perusahaan mengalami penurunan

menjadi sebesar 22.646.197 juta rupiah.

Selama periode pengamatan tahun 2012 hingga tahun 2015 dari 6

perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman menunjukkan adanya

peningkatan rata-rata ukuran perusahaan. Fluktuasi ukuran perusahaan jika

dibandingkan dengan fluktuasi pertumbuhan laba perusahaan (Gambar 1.1)

sejalan pada tahun 2015. Hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan ukuran

perusahaan sejalan dengan peningkatan pertumbuhan laba perusahaan. Hal ini

didukung oleh hasil penelitian Dwimulyani dan Shirley (2007), yang

menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap prediksi

pertumbuhan laba. Hasil penelitian Juliana dan Sulardi (2003), juga

menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan mampu memprediksi dan berpengaruh

terhadap perubahan laba.

Berdasarkan fenomena dan uraian latar belakang di atas, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh rasio leverage

dan rasio profitabilitas terhadap pertumbuhan laba dengan judul “Analisis

Pengaruh Rasio Leverage, Rasio Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan

Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor

Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah rasio Leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

pertumbuhan laba pada Perusahaan Manufaktur sub sektor Makanan dan

Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah rasio profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan laba pada Perusahaan Manufaktur sub sektor Makanan dan

Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan laba pada Perusahaan Manufaktur sub sektor Makanan dan

Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

4. Apakah rasio leverage, rasio profitabilitas dan ukuran perusahaan secara

serempak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada

Perusahaan Manufaktur sub sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah di atas, penelitian ini dilakukan

dengan tujuan, antara lain:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh rasio Leverage terhadap

pertumbuhan laba pada Perusahaan Manufaktur sub sektor Makanan dan

Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh rasio profitabilitas terhadap

pertumbuhan laba pada Perusahaan Manufaktur sub sektor Makanan dan

Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap

pertumbuhan laba pada Perusahaan Manufaktur sub sektor Makanan dan

Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh rasio leverage, rasio

profitabilitas dan ukuran perusahaan secara serempak terhadap pertumbuhan

laba pada Perusahaan Manufaktur sub sektor Makanan dan Minuman yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagai berbagai

pihak antara lain:

1. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan informasi dan masukan dalam meningkatkan pertumbuhan

laba pada Perusahaan Manufaktur khususnya sektor Makanan dan Minuman

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Bagi investor

Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan

untuk melakukan investasi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Di mana investor memiliki dasar pondasi dan perencanaan yang

pasti dalam berinvestasi dengan becermin terhadap kondisi rasio keuangan

perusahaan terdahulu maupun saat ini .

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

3. Bagi Peneliti

Menambah dan memperluas pengetahuan peneliti dalam bidang manajemen

sumber daya manusia yang berhubungan dengan rasio leverage, rasio

profitabilitas dan ukuran perusahaan serta pengaruhnya terhadap

pertumbuhan laba pada Perusahaan Manufaktur sektor Makanan dan

Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang

berminat mengembangkan topik yang sama di masa mendatang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan Laba

2.1.1 Pengertian dan Karakteristik Laba

Laba merupakan informasi perusahaan paling diminati dalam pasar uang.

Menentukan dan menjelaskan laba suatu usaha pada satu periode merupakan

tujuan utama laporan laba rugi (Subramanyam dan Wild, 2013). Laba secara

operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul

dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan

pendapatan tersebut.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia atau IAI (2007), laba seringkali

digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagi dasar bagi ukuran yang lain seperti

imbalan investasi (return on invesment) atau penghasilan per saham (earning per

share). Pada umumnya kinerja manajer perusahaan diukur dan dievaluasi

berdasarkan laba yang diperoleh. Oleh karena itu, banyak manajer yang

melakukan manajemen laba agar kinerja mereka terlihat baik. Tindakan

manajemen tersebut dapat merugikan pemegang saham. Pemegang saham

mengharapkan kinerja perusahaan mengalami peningkatan yang ditandai dengan

peningkatan laba karena peningkatan laba akan meningkatkan pengembalian

kepada pemegang saham. Dengan mengetahui pertumbuhan laba yang diperoleh

perusahaan maka manajemen dapat menentukan apakah terdapat peningkatan atau

penurunan kinerja keuangan suatu perusahaan.

19
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20

Menurut Harahap (2009), laba adalah kelebihan penghasilan di atas biaya

selama satu periode akuntansi. Sementara pengertian laba yang dianut oleh

struktur akuntansi sekarang ini adalah selisih pengukuran pendapatan dan biaya.

Besar kecilnya laba sebagai pengukur kenaikan sangat bergantung pada ketepatan

pengukuran pendapatan dan biaya.

Lebih lanjut menurut Harahap (2009), laba merupakan angka yang penting

dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar

dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan

pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi

perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan

penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam

penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.

Chariri dan Ghozali (2008), menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa

karakteristik antara lain sebagai berikut:

1. Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi.

2. Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi

perusahaan pada periode tertentu.

3. Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman

khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan.

4. Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang

dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu.

5. Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan dan

biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

Menurut Andriyani (2015), laba adalah salah satu hal yang penting dalam

sebuah perusahaan, laba terdiri atas beberapa jenis yaitu:

1. Laba kotor, yaitu selisih antara hasil penjualan dengan harga pokok

penjualan.

2. Laba opersional, merupakan hasil dari aktivitas-aktivitas yang termasuk

rencana perusahaan kecuali ada perubahan-perubahan besar dalam

perekonomiannya.

3. Laba sebelum dikurangi pajak atau EBIT (Earning Before Tax), adalah laba

operasional ditambah hasil dan biaya di luar operasi biasa perusahaan.

4. Laba setelah pajak atau laba bersih, yaitu laba yang telah dikurangi seluruh

pajak yang ada.

2.1.2 Pengertian Pertumbuhan Laba

Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam

laporan laba rugi. Penyajian laba melalui laporan tersebut merupakan fokus

kinerja perusahaan yang penting. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari

serangkaian proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun salah

satu parameter penilaian kinerja perusahaan tersebut adalah pertumbuhan laba

(Takarini dan Ekawati, 2003).

Menurut Harahap (2008), pertumbuhan laba adalah rasio yang

menunjukan kemampuan perusahaan meningkatkan laba bersih dibanding tahun

lalu. Menurut Rachmawati dan Handayani (2014), pertumbuhan laba adalah

perubahan persentase kenaikan laba yang diperoleh perusahaan. Pertumbuhan laba

yang positif mencerminkan bahwa perusahaan telah dapat mengelola dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan laba serta

menunjukkan baiknya kinerja keuangan perusahaan, dan begitu juga sebaliknya.

Machfoedz (2004), mengemukakan bahwa pertumbuhan laba relatif lebih

representatif dibandingkan pertumbuhan laba absolut karena penggunaan

pertumbuhan laba relatif akan mengurangi pengaruh ukuran perusahaan.

Pertumbuhan laba yang disebabkan oleh perubahan komponen laporan keuangan

misalnya perubahan penjualan, perubahan harga pokok penjualan, perubahan

beban operasi, perubahan beban bunga, perubahan pajak penghasilan, adanya

perubahan pada pos-pos luar biasa, dan lain-lain. Perubahan laba dapat juga

disebabkan oleh faktor-faktor luar seperti adanya peningkatan harga akibat inflasi

dan adanya kebebasan manajerial yang memungkinkan manajer memilih metode

akuntansi dan membuat estimasi yang dapat meningkatkan laba.

Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode

sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada

periode sebelumnya (Warsidi dan Pramuka, 2009).

2.1.3 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba

Menurut Angkoso (2007) pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain:

1. Besarnya perusahaan.

Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba yang

diharapkan semakin tinggi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

2. Umur perusahaan.

Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam

mengingkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.

3. Tingkat leverage.

Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka manajer

cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan

pertumbuhan laba.

4. Tingkat penjualan.

Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat penjualan

di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba semakin tinggi.

5. Perubahan laba masa lalu.

Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang

diperoleh di masa mendatang.

Namun begitu menurut Gunawan dan Wahyuni (2013), pertumbuhan laba

juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti adanya peningkatan harga

akibat inflasi dan adanya kebebasan manajerial (manajerial discreation) yang

memungkinkan manajer memilih metode akuntansi dan membuat estimasi yang

dapat meningkatkan laba.

2.1.4 Analisis Pertumbuhan Laba

Menurut Angkoso (2007), ada dua macam analisis untuk menentukan

pertumbuhan laba yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.

1. Analisis Fundamental

Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi

keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon investor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya

menjadi milik investor, apakah sehat atau tidak, apakah menguntungkan atau

tidak dan sebagainya. Hal ini penting karena nantinya akan berhubungan

dengan hasil yang akan diperoleh dari investasi dan risiko yang harus

ditanggung. Analisis fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan

keuangan dari suatu perusahaan yang sering disebut dengan companyanalysis.

Data yang digunakan adalah data historis, artinya data yangtelah terjadi dan

mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat dianalisis.

Dalam company analysis para analis akan menganalisis laporan keuangan

perusahaan, salah satunya dengan rasio keuangan. Para analis fundamental

mencoba memprediksikan pertumbuhan laba di masa yang akan datang

dengan mengestimasi faktor fundamental yang mempengaruhi pertumbuhan

laba yang akan datang, yaitu kondisi ekonomi dan kondisi keuangan yang

tercermin melalui kinerja perusahaan.

2. Analisis Teknikal

Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau catatan

pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk

memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengamati

perubahan laba di masa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan

dengan posisi keuangan perusahaan.

Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk

menentukan pertumbuhan laba dapat dilakukan dua analisis, yaitu analisis

fundamental dan analisis teknikal. Dalam hal ini analisis yang digunakan adalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

analisis fundamental karena merupakan analisis yang berkaitan dengan kinerja

perusahaan. Kinerja perusahaan dapat diketahui melalui rasio keuangan.

2.2 Rasio Leverage

2.2.1 Pengertian Rasio Leverage

Salah satu aspek yang dinilai dalam mengukur kinerja perusahaan adalah

aspek leverage atau utang perusahaan. Leverage mengukur seberapa besar tingkat

pembelanjaan oleh pemilik dibandingkan dengan pembelanjaan yang disediakan

oleh kreditur dalam mendanai total aktiva perusahaan. Menurut Riyanto (2001),

leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana, di mana untuk

penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar beban

tetap. Sedangkan menurut Atmaja (2008), leverage (rasio hutang) menunjukan

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang.

Menurut Warsono (2003), Leverage adalah setiap penggunaan aset dan

dana yang membawa konsekuensi biaya dan beban tetap. Beban tetap ini dapat

berupa bunga pinjaman, jika perusahaan menggunakan sumber pembiayaan dari

luar (modal asing), sedang apabila perusahaan menggunakan mesin-mesin, akan

menanggung beban tetap berupa biaya penyusutan mesin-mesin (depresiasi).

Kalau perusahaan menyewa suatu aktiva tetap kepada pihak lain, maka

konsekuensinya harus membayar biaya tetap berupa biaya sewa.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa leverage

adalah penggunaan sejumlah asset atau dana oleh perusahaan di mana dalam

penggunaan asset atau dana tersebut perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap.

Penggunaan asset pada akhirnya dimaksudkan untuk meningkatkan keuntungan

potensial bagi pemegang saham.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

2.2.2 Jenis-jenis Rasio Leverage

Menurut Kasmir (2014), rasio solvabilitas atau disebut juga rasio leverage

adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan

dibiayai dengan utang. Jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio leverage yaitu:

1. Debt to Assest Ratio (DAR) merupakan rasio utang yang digunakan untuk

mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva.

2. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai

utang dengan ekuitas.

3. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER) merupakan rasio antara utang

jangka panjang dengan modal sendiri.

4. Times Interest Earned (TIE) merupakan rasio untuk mencari jumlah kali

perolehan bunga.

5. Fixed Charge Coverage (FCC) merupakan rasio yang dilakukan apabila

perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva

berdasarkan kontrak sewa (lease contract).

Umumnya di dalam manajemen keuangan juga dikenal dua macam

leverage, yaitu leverage operasi (operating leverage) dan leverage keuangan

(financial leverage). Penggunaan kedua leverage ini dengan tujuan agar

keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya asset dan sumber dananya.

Dengan demikian, penggunaan leverage akan meningkatkan keuntungan bagi

pemegang saham. Sebaliknya leverage juga dapat meningkatkan resiko kerugian.

Jika perusahaan mendapat keuntungan yang lebih rendah dibandingkan dengan

biaya tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan

pemegang saham.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

Menurut Brigham dan Weston (2008), leverage keuangan adalah suatu

ukuran yang menunjukkan sampai sejauh mana sekuritas berpenghasilan tetap

(hutang dan saham preferen) digunakan dalam sturktur modal perusahaan.

Leverage keuangan merujuk pada penggunaan sekuritas yang memberikan

penghasilan yang tetap yaitu hutang dan saham leverage. Resiko keuangan adalah

tambahan resiko bagi pemegang saham biasa akibat penggunaan leverage

keuangan. Leverage keuangan akan mempengaruhi laba per saham yang

diharapkan perusahaan, tingkat resiko dari laba tersebut dan karena itu juga harga

saham perusahaan. Penggunaan leverage keuangan mempunyai efek yang baik

dan buruk. Leverage yang lebih tinggi akan memperbesar laba per saham

yangdiharapkan tetapi juga resiko perusahaan.

Leverage dalam penelitian ini diwakili oleh debt to equity ratio (DER).

DER merupakan rasio yang membandingkan total utang ekuitas. Rasio ini

mengukur persentase dari dana yang diberikan oleh para kreditur. Total utang

meliputi kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang. DER mencerminkan

kemampuan perusahaan untuk membayar atau memenuhi kewajibannya dengan

modal sendiri. DER menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman yang

diberikan oleh pemilik perusahaan. Semakin besar rasio ini menunjukkan bahwa

semakin besar struktur modal yang berasal dari utang digunakan untuk mendanai

ekuitas yang ada, seperti yang dikemukakan oleh Warren dalam Sitepu (2010),

bahwa semakin kecil rasio DER, semakin baik kemampuan perusahaan untuk

dapat bertahan dalam kondisi yang buruk. Rasio DER yang kecil menunjukkan

bahwa perusahaan masih mampu memenuhi kewajibannya kepada kreditur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

Secara matematis debt to equity ratio (DER) dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Total Utang
Debt to Equity Ratio (DER) =
Modal Equity

2.3 Rasio Profitabilitas

2.3.1 Pengertian Rasio Profitabilitas

Profitabilitas merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya

perusahaan yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan (Suwito dan

Herawaty, 2005). Menurut Brigham dan Gapenski, (2006), profitabilitas adalah

hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan manajemen perusahaan.

Dengan demikian dapat dikatakan profitabilitas perusahaan merupakan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas yang

dilakukan pada periode akuntansi. Menurut Saidi (2004), profitabilitas adalah

kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Para investor menanamkan

saham pada perusahaan adalah untuk mendapatkan return, yang terdiri dari yield

dan capital gain. Semakin tinggi kemampuan memperoleh laba, maka semakin

besar return yang diharapkan investor, sehingga menjadikan nilai perusahaan

menjadi lebih baik.

Menurut Kasmir (2010), profitabilitas merupakan rasio untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan

ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh

laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Menurut

Raharjaputra (2011), profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan para

eksekutif perusahaan dalam menciptakan tingkat keuntungan baik dalam bentuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

laba perusahaan maupun nilai ekonomis atas penjualan, aset bersih perusahaan

maupun modal sendiri (shareholders equity).

Menurut Prihadi (2011), salah satu tujuan didirikan perusahaan adalah

memproleh laba (profit). Oleh karena itu, wajar apabila profitabilitas menjadi

perhatian utama para investor dan analis. Tingkat profitabilitas yang konsisten

akan menjadi tolak ukur bagaimana perusahaan tersebut mampun bertahan dalam

bisnisnya. Seorang investor akan mengaitkan tingkat profitabilitas sebuah

perusahaan dengan tingkat resiko yang timbul dari investasinya. Menurut Hery

(2012), profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai kompensasi

finansial atas penggunaan aktiva atau ekuitas terhadap laba.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba

atau keuntungan selama periode tertentu dibandingkan dengan modal dan aktiva

yang merupakan hasil bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan yang

diterapkan oleh manajemen perusahaan.

2.3.2 Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas

Cara untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan bermacam-macam

tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan satu

dengan yang lainnya. Dengan adanya bermacam-macam cara penilaian

profitabilitas suatu perusahaan, maka tidak mengherankan jika ada beberapa

perusahaan yang berbeda-beda dalam cara menghitung profitabilitasnya.

Menurut Kasmir (2008), rasio profitabilitas dapat diklasifikasikan menjadi

4 (empat) yaitu: 1) Profit margin (profit margin on sales) yang terdiri dari: gross

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

profit margin, dan net profit margin; 2) Return on Investment (ROI); 3) Return on

Equity (ROE); dan 4) laba per lembar saham. Menurut Brigham dan Houston

dalam Priatinah dan Kesuma (2012), rasio profitabilitas antara lain: 1) margin laba

atas penjualan, 2) kemampuan dasar untuk menghasilkan laba, 3) tingkat

pengembalian total aktiva/investasi (Return on Investment/ROI) dan tingkat

pengembalian atas ekuitas (ROE).

Lebih lanjut menurut jenis-jenis rasio yang ada dalam rasio profitabilitas

menurut Lestari (2014) yaitu:

1. Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang mengukur suatu perusahaan

dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba

setelah pajak.

2. Return on Equity (ROE) merupakan rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dengan

penjualan yang dicapai.

3. Profit Margin Ratio merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan laba dengan menggunakan penjualan yang dicapai

perusahaan. Profit Margin Ratio dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Net Profit Margin (NPM), mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba bersih dari penjualan yang dilakukan perusahaan.

b. Operating Profit Margin (OPM), mengukur kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan laba operasi (laba sebelum bunga dan pajak) dengan

penjualan yang dicapai.

c. Gross Profit Margin (GPM), mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba kotor dengan penjualan yang dilakukan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

Menurut Naim dalam Hardiyanti (2012), dalam mengukur profitabilitas

digunakan ROI (return on investment) dan ROE (return on equity). ROI

merupakan tingkat pengembalian atas investasi perusahaan pada aktiva. ROI

sering disebut juga ROA (return on asset/ROA). Sementara menurut Sutrisno

(2012), alat ukur rasio profitabilitas antara lain: 1) Gross Profit Margin (GPM), 2)

Net Profit Margin (NPM), 3) Operating Profit Margin (OPM), 4) Return On Asset

(ROA), dan 5) Return On Equity (ROE).

Rasio profitabilitas juga penting bagi pihak manajemen untuk

mengevaluasi efektifitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola

seluruh aktiva perusahaan. Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diwakili oleh

Return on Asset (ROA). Rasio ini membandingkan laba setelah pajak dengan total

aktiva. Menurut Kasmir (2014), rasio ini menunjukkan hasil (return) atas jumlah

aktiva yang digunakan dalam perusahaan.

Return on asset disebut sebagai rentabilitas ekonomis yang merupakan

ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva

yang dimiliki oleh perusahaan (Sutrisno, 2012). ROA sering disebut rentabilitas

ekonomi karena dapat memberikan informasi seberapa efisien suatu perusahaan

dalam melakukan kegiatan usahanya. Rasio ini menunjukkan kemampuan dari

modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan

keuntungan bagi semua investor (Riyanto, 2001).

Menurut Tandelilin (2010), Return on asset (ROA) merupakan ukuran

kemampuan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan (return) bagi perusahaan

dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Menurut Hanafi dan Halim (2005),

analisis ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis ini kemudian bisa diproyeksikan ke masa

depan untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa

yang akan datang.

Menurut Arifin (2002), semakin tinggi ROA, semakin tinggi kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi keuntungan yang

dihasilkan perusahaan akan menjadikan investor tertarik akan nilai saham.

Sementara menurut Haosana (2012), ROA yang positif dan semakin besar

menunjukkan perusahaan mampu menggunakan aset untuk menghasilkan laba.

Lebih lanjut menurut Sudana (2011), semakin besar Return On Assets (ROA)

suatu perusahaan berarti semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan atau

dengan kata lain dengan jumlah aktiva yang sama bisa menghasilkan laba yang

lebih besar dan sebaliknya.

Penggunaan ROA sebagai pengukuran profitabilitas perusahaan karena

ROA merupakan rasio yang lebih komprehensif (Haosana, 2012). Secara

matematis, menurut Hardiyanti (2012), ROA dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Laba bersih setelah pajak


ROA = × 100%
Total Aktiva

2.4 Ukuran Perusahaan

2.4.1 Pengertian Ukuran Perusahaan

Salah satu tolak ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah

ukuran dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar

menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Ukuran perusahaan dengan kapitalisasi pasar atau penjualan yang besar telah

menunjukkan prestasi suatu perusahaan (Sitanggang, 2013).

Ukuran menunjukan standar atau parameter yang menunjukan besar

kecilnya sebuah perusahaan, istilah ukuran dalam bahasa Inggris dikenal dengan

istilah size. Menurut Ross dalam Khairoh (2011), size dalam istilah keuangan

tidak jauh berbeda yaitu memperlihatkan standar ukuran produksi yang dapat

dijadikan acuan dalam mengetahui skala sebuah perusahaan. Ukuran (size)

perusahaan dapat dihitung dengan mengakumulasikan total kekayaan perusahaan

atau total asset perusahaan.

Ukuran perusahaan secara tidak langsung menentukan kemampuan suatu

perusahaan dalam mengendalikan dan menghasilkan laba. Ukuran suatu

perusahaan salah satunya dapat dilihat dari aktiva yang dimiliki oleh perusahaan,

karena aktiva menggambarkan tersedianya sumber daya untuk kegiatan

perusahaan di mana kegiatan tersebut cenderung dilakukan untuk memperoleh

laba. Hal tersebut membuktikan bahwa ukuran (size) suatu perusahaan secara

tidak langsung juga menentukan laba yang diperoleh perusahaan (Dwimulyani

dan Shirley, 2007).

Sudarmadji (2007), mengungkapkan bahwa besarnya ukuran perusahaan

dinyatakan dalam total asset, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total

asset, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran

perusahaan. Menurut Home dan Wachowicz dalam Dinni (2008), ukuran

perusahaan (size) merupakan keseluruhan dari asset yang dimiliki perusahaan

yang dapat dilihat dari sisi kiri neraca.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

Perusahaan yang memiliki total asset yang besar menunjukan bahwa

perusahaan tersebut telah mencapai tingkat kedewasaan, di mana dalam tahap ini

arus kas perusahaan telah menjadi positif dan dianggap telah memiliki prospek

yang baik untuk jangka waktu yang relatif lama, selain itu perusahaan dengan

total assets yang besar mencerminkan bahwa perusahaan relatif stabil dan lebih

mampu dalam menghasilkan laba dibandingkan perusahaan yang memiliki total

asset yang kecil(Daniati dan Suhairi dalam Dinni, 2008).

Menurut Riyanto (2008), besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya

nilai equity, nilai penjualan atau nilai aktiva. Suatu ukuran perusahaan dapat

menentukan baik atau tidaknya kinerja perusahaan. Investor biasanya lebih

memiliki kepercayaan pada perusahaan besar, karena perusahaan besar dianggap

mampu untuk terus meningkatkan kinerja perusahaan guna menghasilkan laba

atau keuntungan setiap tahunnya.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat diketahui bahwa

ukuran (size) perusahaan adalah suatu skala yang menentukan besar kecilnya

perusahaan yang dapat dilahat dari nilai equity, nilai penjualan, jumlah karyawan

dan nilai total aktiva yang merupakan variabel konteks yang mengukur tuntutan

pelayanan atau produk organisasi.

2.4.2 Kategori Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan juga merupakan kemampuan perusahaan dalam

menghadapi ketidakpastian, sehingga investor yang bersikap hati-hati (risk

averse) cenderung memperhitungkan besar kecilnya perusahaan saat menanamkan

dananya dalam bentuk saham. Pengelompokan perusahaan atas dasar skala

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

operasi (besar/kecilnya) dapat dipakai oleh investor sebagai salah satu variabel

dalam menentukan keputusan investasi. Elton dan Gruber dalam Jogiyanto

(2010), menyatakan bahwa ukuran suatu perusahaan mencerminkan resiko yang

akan dihadapi oleh investor. Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka

semakin kecil resikonya.

Perusahaan yang mempunyai ukuran besar memiliki fleksibilitas dan

aksesbilitas untuk memperoleh dana dari pasar modal. Kemudahan tersebut

ditangkap investor sebagai sinyal positif dan prospek yang baik sehingga dapat

memberikan pengaruh postitif terhadap nilai perusahaan. Investor

mempertimbangkan variabel ukuran perusahaan sebagai salah satu rasionalisasi

dalam pengambilan keputusan investasi.

Menurut Badan Standarisasi Nasional dalam Sulistiono (2010), kategori

ukuran perusahaan ada 3 (tiga) yaitu:

1. Perusahaan Kecil

Perusahaan dapat dikategorikan perusahaan kecil apabila memiliki kekayaan

bersih lebih dari 50.000.000,- sampai dengan paling banyak 500.000.000,-

tidak termasuk bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan

lebih dari 300.000.000,- sampai dengan paling banyak 2.500.000.000,-.

2. Perusahaan Menengah

Perusahaan dapat dikategorikan perusahaan menengah apabila memiliki

kekayaan bersih lebih dari 500.000.000,- sampai dengan paling banyak

10.000.000.000,- tidak termasuk bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil

penjualan tahunan lebih dari 2.500.000.000,- sampai dengan paling banyak

50.000.000.000,-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

3. Perusahaan Besar

Perusahaan dapat dikategorikan perusahaan besar apabila memiliki kekayaan

bersih lebih dari 10.000.000.000,- tidak termasuk bangunan tempat usaha atau

memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 50.000.000.000,-.

Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007), ukuran perusahaan yang besar

menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor akan

merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Hal tersebut dikarenakan

perusahaan-perusahaan yang memilki ukuran (size) yang cukup besar, umumnya

sudah berada pada tahap maturity dan akan memiliki prospek pembagian dividen

yang baik di masa akan datang serta pangsa pasar relatif menunjukkan daya saing

perusahaan lebih tinggi dibanding pesaing utamanya. Investor akan merespon

positif sehingga nilai perusahaan akan meningkat. Kemudian pada umumnya

perusahaan dengan ukuran yang besar memilki total aktiva yang besar pula

sehingga dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan

tersebut dan akhirnya saham tersebut mampu bertahan pada harga yang tinggi.

Pada umumnya perusahaan dengan size kecil sangat riskan terhadap perubahan

kondisi ekonomi dan cenderung kurang menguntungkan dibandingkan dengan

saham dengan size besar.

2.4.3 Pengukuran Size (Ukuran) Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan suatu bentuk pengklasifikasian antar

perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Suatu perusahaan yang sudah

mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal untuk meningkatkan

dana dengan biaya yang lebih rendah, sementara perusahaan yang baru dan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar

modal (Marietta dan Sampurno, 2013).

Beberapa parameter yang digunakan untuk mengukur besar atau kecilnya

perusahaan dapat dilihat dari jumlah karyawan, total penjualan dalam satu

periode, jumlah saham yang beredar dan total aktivanya. Ukuran perusahaan turut

menentukan tingkat kepercayaan investor. Semakin besar perusahaan, semakin

dikenal masyarakat yang berarti semakin mudah untuk mendapatkan informasi

mengenai perusahaan. Ukuran menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

meningkatkan penjualan dan earning dari total asset yang dimiliki perusahaan.

Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh

perusahaan (Halim, 2010).

Pada penelitian ini penulis menggunakan total aktiva sebagai alat ukur dari

ukuran perusahaan karena total aktiva dianggap relatif lebih stabil dibanding nilai

pasar dan penjualan dan lebih dapat mencerminkan ukuran perusahaan, selain itu

karena aktiva menggambarkan tersedianya sumber daya untuk kegiatan

perusahaan di mana kegiatan tersebut cenderung dilakukan untuk memperoleh

laba. Hal tersebut membuktikan bahwa ukuran suatu perusahaan secara tidak

langsung juga menentukan laba yang diperoleh perusahaan. Total aset dapat

dijadikan sebagai indikator ukuran perusahaan karena sifatnya jangka panjang

dibandingkan penjualan.

Menurut Sudarmaji dan Sularto (2007), semakin besar total asset

menunjukkan bahwa semakin besar pula ukuran perusahaannya karena banyaknya

modal yang ditanam pada perusahaan tersebut. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia

atau IAI (2007), total aktiva adalah segala sumber daya yang dikuasai oleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

perusahaan sebagai akibat dari transaksi masa lalu dan diharapkan dapat

memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan di masa yang akan datang. Total

aktiva itu sendiri merupakan gabungan atau jumlah dari aktiva lancar dan aktiva

tetap. Perusahaan yang memiliki jumlah aktiva yang besar akan lebih diperhatikan

oleh investor, kreditur, pemerintah, dan pihak lainnya.

Menurut Suwito dan Herawaty (2010), ukuran (size) perusahaan adalah

suatu skala di mana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut

berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain.

Hal ini berarti bahwa besarnya aset yang digunakan perusahaan juga merupakan

salah satu ukuran besar kecilnya perusahaan tersebut.

Asnawi dan Wijaya (2005), mengemukakan bahwa nilai total asset

biasanya bernilai sangat besar dibandingkan dengan variabel keuangan lainnya,

untuk itu variabel asset diperhalus menjadi log asset atau ln asset. Proksi ukuran

perusahaan menggunakan logaritma natural total asset (Ln Total Aset) karena

total aktiva memiliki satuan angka paling besar sehingga perlu ditransformasikan

ke logaritma natural. Penggunaan proksi tersebut berdasarkan pertimbangan

bahwa total aktiva lebih relatif stabil dibandingkan dengan nilai market

capitalized dan penjualan.

Menurut Jogiyanto (2010), besar kecilnya perusahaan dapat diukur dengan

total aset/besar harta perusahaan dengan menggunakan perhitungan nilai

logaritma total aset. Total aset dipilih sebagai proksi ukuran perusahaan dengan

mempertimbangkan bahwa nilai aset relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai

market capitalized dan penjualan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

Pada penelitian ini, untuk mengukur size atau ukuran perusahaan dihitung

dari nilai total aset yang dimiliki perusahaan, yaitu:

Ukuran (Size) Perusahaan = Total Assets

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengukuran

pertumbuhan laba serta faktor-faktor yang mempengaruhi telah banyak dilakukan.

Adapun ihtisar dalam penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama Metode
No Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
(Tahun) Analisis
1 Sukeci The Influence of Dependen: Regresi 1. Current ratio
(2005) Liquidity, Profit growth of Linier berpengaruh
Leverage, and consumer Berganda positif
Activity Ratios on terhadap profit
Profit Growth of Independen: growth
Consumer Goods 1. influence of 2. Debt Equity
Industries Listed liquidity ratio
in The 2. leverage berpengaruh
Indonesian Stock 3. activity ratios negatif
Exchange terhadap profit
growth
3. Inventory net
working capital
tidak
berpengaruh
terhadap profit
growth.
2 Nurmalasari Pengaruh Net Dependen: Regresi 1. Hanya Net
(2010) Income to Sales, Pertumbuhan laba Linier Income to
Quick Ratio, Debt Berganda Sales yang
Equity Ratio, Independen: berpengaruh
Inventory 1. Net Income to signifikan
Turnover dan Sales terhadap
Gross Profit 2. Quick Ratio, pertumbuhan
Margin terhadap 3. Debt Equity laba
Pertumbuhan Ratio, 2. Sedangkan
Laba. 4. Inventory empat rasio
Turnover lainnya tidak
5. Gross Profit berpengaruh
Margin signifikan
terhadap
pertumbuhan
laba.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

Lanjutan Tabel 2.1.


Nama Judul Metode
No Variabel Hasil Penelitian
(Tahun) Penelitian Analisis
3 Nurvigia dan Pengaruh Dependen: Regresi 1. Secara simultan
Utri (2010) Current Ratio, Perubahan laba. Berganda keempat rasio
Debt Equity tersebut
Ratio, Working Independen: berpengaruh
Capital to Total 1. Current Ratio signifikan terhadap
Asset dan 2. Debt Equity perubahan laba.
Profit Margin Ratio, 2. Secara parsial, CR
Terhadap 3. Working Capital dan DER tidak
Perubahan to Total Asset berpengaruh
Laba. 4. Profit Margin signifikan terhadap
perubahan laba
3. WCTA dan PM
berpengaruh
signifikan positif
terhadap
perubahan laba.
4 Cahyaningrum Pengaruh Dependen: Regresi 1. TATO dan NPM
(2012) Total Asset Pertumbuhan laba Berganda berpengaruh
Turnover, Net signifikan negatif
Profit Margin, Independen: terhadap
Working 1. Total Asset pertumbuhan laba
Capital to Total Turnover 2. WCTA dan DER
Asset dan 2. Net Profit tidak berpengaruh
Debt Equity Margin signifikan terhadap
Ratio 3. Working Capital pertumbuhan laba.
Terhadap to Total Asset
Pertumbuhan 4. Debt Equity
Laba. Ratio
5 Mahaputra Pengaruh Dependen: Regresi 1. Current ratio, debt
(2012) Rasio-Rasio Pertumbuhan laba Berganda to equity, total
Keuangan assets turnover,
Terhadap Independen: dan profit margin
Pertumbuhan 1. Current Ratio memiliki pengaruh
Laba Pada 2. Debt Equity signifikan terhadap
Perusahaan Ratio pertumbuhan laba.
Manufaktur 3. Total Asset 2. Rasio-rasio tersebut
yang Terdaftar Turnover mempengaruhi
di BEI 4. Profit Margin investor dalam
mengambil
keputusan investasi
6 Zanora Pengaruh Dependen: Regresi 1. Likuiditas diwakili
(2013) Likuditas, Pertumbuhan laba Berganda Working Capital to
Leverage dan Total Asset tidak
Aktivitas Independen: berpengaruh
Terhadap 1. Working Capital terhadap
Pertumbuhan to Total Asset pertumbuhan laba
Laba (Studi 2. Debt Equity 2. Leverage diwakili
Empiris pada Debt Equity Ratio
Perusahaan tidak berpengaruh
Manufaktur terhadap
yang Terdaftar pertumbuhan laba
di BEI Periode 3. Aktivitas diwakili
2009-2011). Inventory Turnover
tidak berpengaruh
terhadap
pertumbuhan laba

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Lanjutan Tabel 2.1.


No Nama Judul Metode
Variabel Hasil Penelitian
(Tahun) Penelitian Analisis
7 Gunawan Pengaruh Rasio Dependen: Regresi 1. Total Assets Turnover
dan Keuangan Pertumbuhan Linier (TATO), Fixed Assets
Wahyuni Terhadap Laba Berganda Turnover (FATO),
(2013) Pertumbuhan Inventory Turnover
Laba Pada Independen: (ITO), Current Ratio
Perusahaan 1. Total Assets (CR), Debt to Assets
Perdagangan di Turnover Ratio (DAR) dan Debt to
Indonesia 2. Fixed Equity Ratio (DER)
Assets secara bersama-sama
Turnover berpengaruh signifikan
3. Inventory terhadap Pertumbuhan
Turnover Laba
4. Current 2. Secara parsial, variabel
Ratio TATO, FATO, dan ITO
5. Debt to berpengaruh signifikan
Assets Ratio terhadap pertumbuhan
6. Debt to laba.
Equity Ratio 3. Variabel CR, DAR dan
DER tidak berpengaruh
signifikan terdapat
pertumbuhan laba.
8 Khaldun The Influence of Dependen: Regresi 1. Secara simultan current
and Profitability and Growth of Linier ratio, quick ratio, cash
Muda Liquidity Ratios Profit Berganda ratio, gross profit
(2014) on The Growth margin, return on
of Profit of Independent: assets, dan return on
Manufacturing 1. Current equity memiliki
Companies. A Ratio pengaruh signifikan
Study of Food 2. Quick Ratio terhadap growth of
and Beverages 3. Cash Ratio profit.
Sector 4. Gross Profit 2. Secara parsial, semua
Companies Margin atau keenam variabel
Listed on 5. Return on independen memiliki
Indonesia Stock Assets pengaruh tidak
Exchange 6. Return on signifikan terhadap
(Period 2010- Equity growth of profit.
2012)
9 Andriyani Pengaruh Rasio Dependent: Regresi 1. Secara parsial hanya
(2015) Keuangan Earning Berganda return on asset yang
Terhadap Growth berpengaruh signifikan
Pertumbuhan (Pertumbuhan terhadap pertumbuhan
Laba Pada Laba) laba.
Perusahaan Independen: 2. Curent ratio, debt to
Pertambangan 1. Curren Ratio asset ratio dan total
yang Terdaftar (CR) asset turnover tidak
di Bursa Efek 2. Debt to berpengaruh terhadap
Indonesia Asset Ratio pertumbuhan laba.
(DAR) 3. Secara simultan, semua
3. The Total variabel (current ratio,
Asset debt to asset ratio, total
Turnover asset turover dan return
(TATO) on asset) berpengaruh
4. Return on terhadap pertumbuhan
Assets laba pada perusahaan
(ROA) pertambangan yang
terdaftar di BEI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

Lanjutan Tabel 2.1.


Nama Judul Metode
No Variabel Hasil Penelitian
(Tahun) Penelitian Analisis
10 Umobong Assessing the Dependen: Multiple 1. Current Ratio dan
(2015) impact of growth of profits regression Return on Equity
liquidity and analysis memiliki hubungan
profitability Independent: signifikan negatif
ratios on 1. Current Ratio terhadap pertumbuhan
growth of 2. Gross Profit laba.
profits in Ratio 2. Gross Profit Ratio, Net
pharmaceutical 3. Net Profit Working Capital, Return
firms in nigeria Ratio on Asset, Return on
4. Net Working Capital memiliki
Capita Ratio hubungan signifikan
5. Return on positif terhadap
Asset pertumbuhan laba
6. Return on 3. Net Profit Ratio
Capital memiliki hubungan
7. Return on negatif dan tidak
Equity signifikan terhadap
pertumbuhan laba
perusahaan

2.6 Kerangka Konseptual

2.6.1 Pengaruh Rasio Leverage terhadap Pertumbuhan Laba

Laba merupakan informasi perusahaan paling diminati dalam pasar uang.

Menurut Harahap (2009), laba adalah kelebihan penghasilan di atas biaya selama

satu periode akuntansi. Pertumbuhan laba merupakan salah satu parameter

penilaian kinerja perusahaan. Menurut Rachmawati dan Handayani (2014),

pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan laba yang diperoleh

perusahaan. Pertumbuhan laba yang positif mencerminkan bahwa perusahaan

telah dapat mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk

menghasilkan laba serta menunjukkan baiknya kinerja keuangan perusahaan, dan

begitu juga sebaliknya.

Pertumbuhan laba suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah

satu diantaranya adalah rasio leverage. Leverage merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan utang. Menurut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Riyanto (2001), leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau

dana, di mana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap

atau membayar beban tetap. Sedangkan menurut Atmaja (2008), leverage (rasio

hutang) menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban

jangka panjangnya.

Rasio leverage dalam penelitian ini diwakili oleh Debt Equity Ratio

(DER). Menurut Shobirin (2010), DER menunjukkan kemampuan perusahaan

untuk memenuhi semua kewajiban keuangannya, baik jangka pendek ataupun

jangka panjang. Kewajiban keuangan akan makin besar kalau hutang yang

dipergunakan oleh perusahaan makin besar. Perusahaan yang menggunakan

hutang yang makin besar akan makin besar kemungkinan kekayaan. Kekayaan

perusahaan akan turun jika perusahaan mengalami kerugian. Dengan kata lain,

semakin besar perusahaan menggunakan hutang-hutang semakin besar

kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Hal ini dapat

menimbulkan resiko yang cukup besar bagi perusahaan ketika perusahaan tidak

mampu membayar kewajiban tersebut pada saat jatuh tempo, sehingga akan

mengganggu kontinuitas operasi perusahaan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukeci (2005), Sri (2010) dan Saragi

(2016) menunjukkan bahwa DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

pertumbuhan laba. Hasil penelitian Nurmalasari (2010) dan Mahaputra (2012)

menunjukkan bahwa DER berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan

laba. Sementara hasil penelitian Nurvigia dan Utri (2010), Cahyaningrum (2012),

Zanora (2013) serta hasil penelitian Gunawan dan Wahyuni (2013) menyimpulkan

bahwa DER tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

2.6.2 Pengaruh Rasio Profiabilitas terhadap Pertumbuhan Laba

Profitabilitas juga merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk

mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar

kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan

penjualan maupun investasi. Menurut Prihadi (2011), salah satu tujuan didirikan

perusahaan adalah memproleh laba (profit). Oleh karena itu, wajar apabila

profitabilitas menjadi perhatian utama para investor dan analis.

Menurut Hery (2012), profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk

menilai kompensasi finansial atas penggunaan aktiva atau ekuitas terhadap laba.

Profitabilitas dalam penelitian ini diwakili oleh Return on Asset (ROA) yang

merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva yang tertanam

dalam perusahaan. Rasio ini dapat memberikan indikasi bahwa perusahaan pada

kondisi yang baik atau buruk dalam pengendalian biaya untuk menghasilkan laba.

Menurut Sudana (2011), semakin besar ROA mengindikasikan keuntungan yang

diperoleh perusahaan atas aset juga meningkat, sehingga menambah kemampuan

perusahaan dalam meningkatkan laba.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andriyani (2015), Sayekti dan

Saputra (2015), dan hasil penelitian Meilyanti (2017) yang menunjukkan bahwa

ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sementara

hasil penelitian Setyono (2014), Khaldun dan Muda (2014), dan Permatasari

(2016) menyimpulkan bahwa ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan laba.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

2.6.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pertumbuhan Laba

Ukuran (size) menggambarkan kemampuan meningkatkan penjualan dan

earning dari total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Jadi, ukuran perusahaan

merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan. Secara

umum ukuran perusahaan menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam

mendanai operasi dan investasi yang menguntungkan sehingga semakin besar

sebuah perusahaan maka akan semakin besar pula penjualan dan berdampak pula

pada laba perusahaan.

Menurut Sudarsono (2005), ukuran perusahaan merupakan jumlah total

hutang dan ekuitas perusahaan yang akan berjumlah sama dengan total asset.

Total assets dipakai sebagai ukuran perusahaan karena selama ini masih terdapat

beberapa anggapan bahwa perusahaan yang besar selalu identik dengan total

assets besar pula, dan sebaliknya perusahaan yang kecil selalu identik dengan

total asset yang kecil.

Perusahaan yang memiliki total asset besar menunjukkan bahwa

perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan. Dengan total asset yang

besar diharapkan agar perusahaan mampu menghasilkan dan meningkatkan laba,

sehingga laba yang meningkat dari tahun sebelumnya akan berimplikasi pada

peningkatan pertumbuhan laba perusahaan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwimulyani dan Shirley (2007),

menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap prediksi

pertumbuhan laba. Hasil penelitian Juliana dan Sulardi (2003), juga

menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan mampu memprediksi dan berpengaruh

terhadap perubahan laba. Sementara hasil penelitian Yohanas (2014) dan Purba

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

(2015), menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan laba.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini

dapat digambarkan sebagai berikut:

Ratio Leverage
(DER)

Ratio Profitabilitas Pertumbuhan


(ROA) Laba

Ukuran (Size)
Perusahaan

Gambar. 2.1
Kerangka Konseptual

2.7 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Rasio leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan

laba pada Perusahaan Manufaktur sub sektor Makanan dan Minuman yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Rasio profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan

laba pada Perusahaan Manufaktur sub sektor Makanan dan Minuman yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan

laba pada Perusahaan Manufaktur sub sektor Makanan dan Minuman yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

4. Rasio leverage, rasio profitabilitas dan ukuran perusahaan secara

serempak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada

Perusahaan Manufaktur sub sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat asosiatif kausal.

Menurut Sangadji (2010), penelitian asosiatif adalah suatu penelitian yang

bertujuan mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Umar

(2006), desain kausal berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel

riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi

variabel lain.

Jadi penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang menjelaskan

hubungan sebab dan akibat dua variabel atau lebih untuk menganalisis bagaimana

suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Dalam penelitian ini akan diuji

pengaruh rasio leverage dan rasio profitabilitas terhadap pertumbuhan laba pada

perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang Terdaftar Di

Bursa Efek Indonesia.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan

dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan metode electornic

research dan library research guna mendapatkan tambahan informasi lainnya

melalui akses internet ke website Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan alamat

www.idx.co.id dan link lainnya yang relevan. Waktu penelitian dilaksanakan pada

bulan Januari hingga Februari 2018.

48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Penelitian ini

bersumber dari perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data keuangan diperoleh melalui internet yang

terdapat di website www.idx.co.id. dan jurnal-jurnal penelitian sebelumnya.

Periode penelitian dilakukan pada tahun 2011-2016.

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional merupakan penjelasan mengenai pengertian teoritis

dan pengukuran variabel sehingga dapat diamati dan diukur. Definisi operasional

dan pengukuran variabel pada penelitian ini adalah:

3.4.1 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan laba yaitu

rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan meningkatkan laba bersih

dibanding tahun lalu. Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba

periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba

pada periode sebelumnya dan secara matematis dihitung dengan rumus:

3.4.2 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Rasio Leverage yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban finansialnya yang terdiri dari utang jangka pendek dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

utang jangka panjangnya. Rasio yang digunakan sebagai proyeksi Leverage

adalah Debt to Equity Ratio (DER) yang secara matematis dapat dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut:

Total Utang
DER =
Modal Equity

2. Rasio profitabilitas yaitu rasio yang memperlihatkan sejauh mana perusahaan

mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari

investasi yang telah dilakukan oleh pemilik modal sendiri atau pemegang

saham. Rasio yang digunakan sebagai proyeksi profitabilitas adalah Return

on Asset (ROA) yang secara matematis dapat dihitung menggunakan rumus

sebagai berikut:

Laba bersih setelah pajak


ROA = × 100%
Total Aktiva

3. Ukuran (size) perusahaan merupakan skala yang menunjukkan besar kecilnya

perusahaan yang dapat dilihat dari besarnya nilai ekuitas, nilai penjualan, dan

nilai total aktiva. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini dinyatakan dengan

total aktiva. Semakin besar total aktiva perusahaan maka semakin besar pula

ukuran perusahaan. Ukuran (size) perusahaan diukur dengan menggunakan

logaritma natural dari total asset, yang secara matematis dapat dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut:

Ukuran (Size) Perusahaan = Total Asset

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Tabel 3.1
Operasional Variabel
Skala
Variabel Indikator
Ukur

Pertumbuhan
Rasio
Laba (Y)

Leverage
Rasio
(X1)

Profitabilitas
Rasio
(X2)

Ukuran
Size = Total Asset Nominal
Perusahaan (X3)

3.5 Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sub

sektor Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Penelitian ini menggunakan periode pengamatan selama 6 tahun yaitu dari tahun

2011 sampai tahun 2016.

Tabel 3.2
Populasi Penelitian
No. Kode Nama Emiten Tgl. Listing
1 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 11 Juni 1997
2 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 10 Juli 2012
3 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 09 Juli 1996
4 DLTA Delta Djakarta Tbk 27 Februari 1984
5 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 07 Oktober 2010
6 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 14 Juli 1994
7 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 15 Desember 1981
8 MYOR Mayora Indah Tbk 04 Juli 1990
9 PSDN Prasida Aneka Niaga Tbk 18 Oktober 1994
10 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk 28 Juni 2010
11 SKBM Sekar Bumi Tbk 28 September 2012
12 SKLT Sekar Laut Tbk 08 September 1993
13 STTP Siantar Top Tbk 16 Desember 1996
14 ULTJ Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk 02 Juli 1990
Sumber: www.idx.co.id

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan metode purposive

sampling yaitu metode pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya

diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Adapun kriteria pemilihan

sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang tercatat di BEI selama

periode pengamatan yakni tahun 2011 sampai tahun 2016. Hal ini dimaksud

agar pengolahan, analisis data dan perhitungannya tidak menyimpang.

2. Tersedia data laporan keuangan tahunan (annual report) selama periode 2011

sampai tahun 2016, memiliki data keuangan dan data pasar yang lengkap

sesuai dengan variabel-variabel penelitian.

3. Laporan keuangan tahunan (annual report) disajikan dalam mata uang rupiah.

Adapun perusahaan-perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di BEI serta memenuhi kriteria-kriteria tersebut dan

dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 11 perusahaan dari 14

sampel jenuh. Lebih rinci disajikan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3
Daftar Perusahaan yang Menjadi Populasi Sasaran
No. Kode Nama Emiten Tgl. Listing
1 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 11 Juni 1997
2 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 09 Juli 1996
3 DLTA Delta Djakarta Tbk 27 Februari 1984
4 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 07 Oktober 2010
5 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 14 Juli 1994
6 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 15 Desember 1981
7 MYOR Mayora Indah Tbk 04 Juli 1990
8 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk 28 Juni 2010
9 SKLT Sekar Laut Tbk 08 September 1993
10 STTP Siantar Top Tbk 16 Desember 1996
11 ULTJ Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk 02 Juli 1990
Sumber: www.idx.co.id

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode

dokumentasi. Metode dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder

dari berbagai sumber. Data keuangan diperoleh melalui internet yang terdapat di

website www.idx.co.id. dan jurnal-jurnal penelitian sebelumnya.

3.7 Teknik Analisis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang

berupa angka dalam menerangkan setiap variabel. Teknik analisis yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari variabel-variabel

independen terhadap variabel dependen secara parsial dan simultan.

3.7.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran dari data yang

terkumpul yang dikelola dan analisis untuk pengambilan kesimpulan yang bersifat

subjektif. Analisis deskriptif meliputi rata-rata (mean), standar deviasi, nilai

maksimum dan nilai minimum.

3.7.2 Analisis Regresi Data Panel

Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dengan tujuan

untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen (bebas) terhadap

variabel dependen (terikat). Model persamaan regresi linier berganda antara

variabel terikat dan variabel bebas dalam penelitian disusun dalam fungsi atau

persamaan sebagai berikut:

Yit = β0 + β1 X1it + β2 X2it + β3 X3it + εit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

Keterangan:

Y = Pertumbuhan laba

X1 = Ratio Leverage (DER)

X2 = Ratio Profitabilitas (ROA)

X3 = Ukuran perusahaan

β0 = Konstanta

β1 = Koefisien regresi dari Ratio Leverage (DER)

β2 = Koefisien regresi dari Ratio Profitabilitas (ROA)

β3 = Koefisien regresi dari Ukuran perusahaan

ε = Error Term

1. Pemilihan Model Regresi Data Panel

Secara umum terdapat dua pendekatan yang digunakan dalam menduga

model dari data panel yaitu model tanpa pengaruh individu (common effect

model) dan model dengan pengaruh individu (fixed effect model dan random

effect model), maka untuk menguji hipotesis digunakan metode Efek

Common (common effect models), model Efek Tetap (fixed effect models) dan

metode Efek Random (random effect models).

a. Uji Chow

Uji Chow digunakan untuk mengetahui apakah suatu model data panel itu

Common Effect Mode (CEM) atau Fixed Effect Model (FEM).

Hipotesis statistik:

H0 : CEM lebih baik dari FEM

H1 : FEM lebih baik dari CEM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

Analisis uji Chow dilakukan dengan program Eviews. Apabila hasil

likelihood Test menunjukan Prob.Cross Section-Chi Square di bawah

alpha 0.05, maka H 1 diterima, sehingga model yang lebih baik adalah

Fixed Effect Model; sebaliknya jika Prob.Cross Section-Chi Square di

atas alpha 0.05 maka H 1 ditolak, sehingga modelnya Common Effect

Model (Ghozali, 2013).

b. Uji Hausman

Uji Hausman digunakan untuk mengetahui apakah suatu model data

panel itu lebih baik menggunakan model Fixed Effect Model (FEM) atau

Random Effect Model (REM).

Hipotesis statistik:

H0 : REM lebih baik dari FEM

H1 : FEM lebih baik dari REM

Analisis uji Hausmann dilakukan dengan program Eviews. Apabila

hasil Hausmann test menunjukan nilai Prob.Cross Section-Random

di bawah alpha 0.05 maka model yang lebih baik adalah Fixed

Effect Model; sebaliknya jika nilai Prob.Cross Section di atas alpha

0.05 maka model yang lebih baik adalah Random Effect Model

(Ghozali, 2013).

c. Uji Lagrange Mulitiplier (LM)

Uji Lagrange Multiplier (LM) digunakan untuk membandingkan model

mana yang paling tepat antara Common Effect Model (CEM) atau

Random Effect Model (REM).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

Hipotesis statistik:

H0 : CEM lebih baik dari REM

H1 : REM lebih baik dari CEM

Uji Lagrange Multiplier dilakukan dengan program Eviews . Apabila

hasil uji LM menunjukan Prob.Cross Section-Chi Square di bawah alpha

0.05 maka modelnya adalah Random Effect Model; sebaliknya jika nilai

Prob.Cross Section-Chi Square di atas alpha 0.05 maka modelnya adalah

Common Effect Model (Ghozali, 2013).

2. Uji Asumsi Klasik

Menurut Gujarati (2015), apabila hasil uji model data panel menunjukan hasil

Fixed Effect Model (FEM) atau Random Effect Model (REM) maka uji

asumsi klasik tidak perlu dilakukan karena regresi liniernya berbasis General

Least Squar (GLS), namun sebaliknya apabila hasil uji model data panel

menunjukan hasil Common Effect Model CEM) maka uji asumsi klasik perlu

dilakukan karena regresi liniernya berbasis Ordinary Least Square (OLS).

Uji asumsi klasik merupakan persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada

analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS).

Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, multikolonieritas,

heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Analisis uji asumsi klasik dianalisis

dengan menggunakan bantuan program Eviews.

a. Uji Normalitas Residual

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel pengganggu atau residu memiliki distribusi normal atau tidak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

Untuk mengetahui normal atau tidaknya faktor pengganggu dilakukan

dengan J-B test (jarque-bera test). Uji ini menggunakan hasil estimasi

residual dan chi-square probability distribution yaitu dengan

membandingkan prob.JB-hitung pada taraf alpha 5% (Gujarati, 2015)

dengan kriteria berikut:

1) Bila Prob.JB hitung ≥ 0,05 maka hipotesis yang menyatakan

bahwa residual berdistribusi normal akan diterima.

2) Bila Prob.JB hitung < 0,05 maka hipotesis yang menyatakan

bahwa residual berdistribusi normal akan ditolak.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Untuk

menguji ada tidaknya multikolinearitas digunakan Pairwise Correlation

Matrix dengan pengolahan menggunakan Eviews. Keputusan adanya

multikolinearitas dengan melihat nilai R2 pada regresi persamaan model

pertama dan R2 pada regresi kedua (r). Jika r > R2 maka ada gejala

multikolearitas, sebaliknya jika nilai r < R2 maka tidak terdapat gejala

multikolearitas (Ghozali, 2013).

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dalam analisis regresi linier adalah gejala terjadinya korelasi

di antara variabel bebas. Gujarati (2015), mengatakan bahwa autokorelasi

disebabkan oleh data penelitian yang berurutan sepanjang waktu (time

series) saling menggangu antara satu observasi ke observasi lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

Penelitian yang menggunakan data cross section kemungkinan besar

gejala autokorelasi tidak terjadi (Ghozali, 2013).

Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi pada penelitian ini dilakukan

melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin-Watson (DW). Uji DW hanya

digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation)

dan mensyaratkan adanya intercept dalam model regresi dan tidak ada

variabel lagi di antara variabel bebas (Ghozali, 2013).

Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0)

H1 : ada autokorelasi(r  0)

Kriteria penarikan kesimpulan uji autokorelasi dalam uji Durbin-Watson

dapat ditunjukkan dalam Tabel 3.4.

Tabel 3.4
Kriteria Uji Durbin Watson
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<d<dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl≤d≤du
Tidak ada korelasi negative Tolak 4-dl<d<4
Tidak ada korelasi negative No decision 4-du≤d≤4-dl
Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif Tidak ditolak du<d<4-du
Sumber: Ghozali (2013)

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu ke pengamatan

lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

Uji heteroskedatisitas dalam penelitian ini diuji menggunakan uji white

dengan kriteria jika diperoleh nilai Prob.Obs*R-squared lebih besar dari

0,05 maka disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedatisitas dalam

model regresi, sebaliknya jika diperoleh nilai Prob.Obs*R-squared lebih

kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terjadi gejala

heteroskedatisitas dalam model regresi (Ghozali, 2013).

3.8 Uji Hipotesis

3.8.1 Uji Pengaruh Serempak (Uji F)

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara serempak (bersama-sama)

terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013). Bentuk hipotesisnya uang diuji

adalah sebagai berikut:

1. Ho : β1 = β3 = 0 (rasio leverage, rasio profitabilitas dan ukuran perusahaan

secara serempak tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

laba pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

2. H1 : Minimal satu βi ≠ 0 (rasio leverage, rasio profitabilitas dan ukuran

perusahaan secara serempak berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan

dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

Kriteria pengujian yang digunakan (Ghozali, 2013), adalah sebagai berikut:

1. Jika Fhitung ≤ Ftabel atau nilai signifikansi/probabilitas dari hasil uji-F ≥ 0,05

(sig. ≥ 0,05) maka H0 diterima.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

2. Jika Fhitung > Ftabel atau nilai signifikansi/probabilitas dari hasil uji-F < 0,05

(sig. < 0,05) maka H1 diterima.

3.8.2 Uji Pengaruh Parsial (Uji t)

Menurut Ghozali (2013), uji-t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan

variasi variabel dependen. Penggunaan uji-t dapat juga diartikan untuk

menentukan seberapa besar pengaruh seluruh variabel independen secara parsial

terhadap variabel dependennya. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan

bantuan alat analisis statistik Eviews. Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut:

1. Ho : βi = 0 (rasio leverage, rasio profitabilitas dan ukuran perusahaan

secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba

pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

2. H1 : βi ≠ 0 (rasio leverage, rasio profitabilitas dan ukuran perusahaan

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba

pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

Kriteria pengujian yang digunakan (Ghozali, 2013), adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel atau nilai signifikansi/probabilitas dari hasil

analisis uji-t ≥ 0,05 (sig. ≥ 0,05) maka H0 diterima.

2. Jika nilai thitung > ttabel atau thitung < –ttabel atau nilai signifikansi/probabilitas

dari hasil uji-t < 0,05 (sig. < 0,05) maka H1 diterima.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini didasarkan pada data yang telah terkumpul. Data

penelitian meliputi pertumbuhan laba, rasio leverage diukur dengan debt to equity

ratio (DER), rasio profitabilitas diukur dengan return on asset (ROA), dan data

ukuran (size) perusahaan yang diukur dari total aset yang dimiliki perusahaan.

Sampel perusahaan dalam penelitian ini adalah 11 (sebelas) perusahaan

manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia dengan periode pengamatan selama 5 tahun (2012-2016) sehingga

jumlah data observasi adalah 55 data. Data dalam penelitian ini berbentuk data

panel yaitu gabungan antara data runtun waktu (time series) dan data silang (cross

section). Analisis data dilakukan dengan menggunakan program Eviews.

4.1.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskripsi dilakukan untuk memberikan gambaran masing-masing

variabel yang digunakan pada penelitian yang dilihat dari nilai rata-rata (mean),

nilai maksimum, nilai minumum dan standar deviasi. Analisis deskriptif dianalisis

dengan bantuan program Eviews.

Tabel 4.1
Statistik Deskriptif
Variabel N(obs) Mean Max Min Std.Dev
PL(Y) 55 31.48909 205.0700 -61.28000 55.32362
DER(X1) 55 1.000727 3.030000 0.180000 0.543207
ROA(X2) 55 12.97691 65.72000 3.190000 11.76551
SIZE(X3) 55 12032814 91831526 249746.0 22814838
Sumber: Data Diolah dengan Eviews-8, 2018.

61
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
62

Berdasarkan data pada Tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa dari 11

perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia dengan 55 pengamatan (observasi) diperoleh rata-rata

pertumbuhan laba selama periode pengamatan (2012 sampai 2016) sebesar

31,48909 artinya dari 11 perusahaan sub sektor makanan dan minuman, rata-rata

pertumbuhan labanya adalah sebesar 31,48909 persen. Pertumbuhan laba tertinggi

adalah sebesar 205,07 persen yang dimiliki oleh perusahaan Mayora Indah Tbk

(MYOR) pada tahun 2015, artinya perusahaan MYOR mampu meningkatkan laba

perusahaan sebesar 205,07 persen dibandingkan laba pada tahun sebelumnya.

Nilai pertumbuhan laba terendah adalah sebesar -61,28 persen yaitu dimiliki oleh

perusahaan Mayora Indah Tbk (MYOR) pada tahun 2014, artinya pada tahun

2014 perusahaan MYOR telah mengalami penurunan laba hingga mencapai -

61,28 persen (tanda negatif menunjukkan adanya penurunan atau decreasing)

dibandingkan tahun 2013. Sedangkan standar deviasi sebesar 55,32362 artinya

selama periode pengamatan (2012-2016), ukuran penyebaran variabel

pertumbuhan laba perusahaan adalah sebesar 55,32362 dari 55 kasus (observasi)

yang terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan laba

mengindikasikan hasil yang kurang baik, karena nilai standar deviasi yang

mencerminkan penyimpangan dari data variabel tersebut cukup tinggi yaitu lebih

besar dari nilai rata-rata.

Data variabel rasio leverage yang diukur menggunakan debt to equity ratio

(DER) diperoleh nilai rata-rata sebesar 1,000727 kali artinya selama periode

pengamatan (2012-2016) dari 11 perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia rata-rata tingkat utang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

perusahaan adalah sebesar 1,000727 kali dari seluruh total ekuitas yang dimiliki

perusahaan. Nilai DER tertinggi adalah sebesar 3,03 artinya selama periode

pengamatan jumlah tingkat utang terbesar perusahaan adalah sebesar 3,03 kali

dari total ekuitasnya yaitu dimiliki oleh perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk

(MLBI) pada tahun 2014. Nilai DER terendah adalah sebesar 0,18 artinya selama

periode pengamatan jumlah utang terendah perusahaan adalah sebesar 0,18 kali

dari total ekuitasnya yaitu dimiliki oleh perusahaan Delta Djakarta Tbk (DLTA).

Sedangkan standar deviasi sebesar 0,543207 artinya selama periode pengamatan

ukuran penyebaran variabel rasio leverage yang diukur dengan debt to equity ratio

(DER) adalah sebesar 0,543207 dari 55 kasus (observasi) yang terjadi.

Data variabel rasio profitabilitas yang diukur menggunakan return on asset

(ROA) diperoleh nilai rata-rata sebesar 12,97691 persen artinya selama periode

pengamatan (2012-2016) dari 11 perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, rata-rata keuntungan atau laba

yang dihasilkan perusahaan adalah sebesar 12,97691 persen dari investasi yang

telah ditanamkan. Nilai ROA tertinggi adalah sebesar 65,72 persen artinya bahwa

pengembalian keuntungan atau laba tertinggi sesuai yang diharapkan dari

investasi yang telah ditanamkan perusahaan adalah sebesar 65,72 persen yaitu

dimiliki oleh perusahaan Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) pada tahun 2013.

Nilai ROA terendah adalah sebesar 3,19 persen artinya selama periode

pengamatan perusahaan dapat menghasilkan laba terendah sebesar 3,19 persen

dari total aktivanya yaitu dimiliki oleh perusahaan Sekar Laut Tbk (SKLT) pada

tahun 2012. Sedangkan standar deviasi ROA adalah sebesar 11,76551 artinya

selama periode pengamatan ukuran penyebaran variabel rasio profitabilitas yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

diukur menggunakan return on asset (ROA) adalah sebesar 11,76551 dari 55

kasus (observasi) yang terjadi.

Data variabel ukuran (size) perusahaan yang diukur dari total aset

perusahaan diperoleh rata-rata ukuran perusahaan sebesar 12.032.814 juta rupiah

artinya rata-rata ukuran perusahaan selama periode pengamatan (2012-2016) dari

11 perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia adalah sebesar 12.032.814 juta rupiah dari total aset yang

dimiliki perusahaan. Nilai ukuran perusahaan tertinggi adalah sebesar 91.831.526

juta rupiah artinya selama periode pengamatan (2012-2016) dari 11 perusahaan

manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia, ukuran perusahaan tertinggi adalah sebesar 91.831.526 juta rupiah

dimiliki oleh perusahaan Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) pada tahun 2015.

Nilai ukuran perusahaan terendah adalah sebesar 249.746 juta rupiah yaitu

dimiliki oleh perusahaan Sekar Laut Tbk (SKLT) pada tahun 2012. Sedangkan

standar deviasi ukuran (size) perusahaan adalah sebesar 22.814.838 juta rupiah

artinya selama periode pengamatan ukuran penyebaran variabel ukuran

perusahaan yang diukur menggunakan total aset adalah sebesar 22.814.838 juta

rupiah dari 55 kasus (observasi) yang terjadi.

4.1.2 Pemilihan Model Estimasi Regresi Data Panel

Pada penelitian ini terdapat tiga macam pendekatan yang dapat digunakan

dalam analisis model data panel, yaitu pendekatan Common Effect (CE), Fixed

Effect (FE) dan Random Effect (RE). Pemilihan model estimasi regresi data panel

dilakukan dengan Uji Chow, Uji Hausman dan Uji Lagrange Multiplier (LM).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

Tabel 4.2
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: FE
Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 2.254096 (10,41) 0.0331


Cross-section Chi-square 24.096194 10 0.0073

Sumber: Data Diolah dengan Eviews-8, 2018.

Berdasarkan data pada Tabel 4.2, dapat dijelaskan bahwa hasil uji Chow

menunjukkan nilai Prob.Cross Section-Chi Square sebesar 0,0073 atau lebih kecil

dari 0,05. Hasil uji Chow menunjukkan bahwa model yang sebaiknya digunakan

adalah Fixed Effect Model (FEM).

Tabel 4.3
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects – Hausman Test
Equation: RE
Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 19.175777 3 0.0003

Sumber: Data Diolah dengan Eviews-8, 2018.

Berdasarkan data pada Tabel 4.3, dapat dijelaskan bahwa hasil uji

Hausman menunjukkan nilai Prob.Cross Section-random sebesar 0,0003 atau

lebih kecil dari 0,05. Hasil uji Hausman juga menunjukkan bahwa model yang

sebaiknya digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM).

Hasil uji Chow dan uji Hausman menunjukkan konsistensi bahwa model

regresi data panel yang sebaiknya digunakan adalah Fixed Effect Model (FEM).

Menurut Gujarati (2015), apabila hasil uji model data panel menunjukan hasil

Fixed Effect atau Random Effect maka uji asumsi klasik tidak perlu dilakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

karena regresi liniernya berbasis General Least Square (GLS). Lebih lanjut

menurut Gujarati dalam Kasmiarno dan Mintaroem (2017), uji asumsi klasik tidak

perlu dilakukan dalam analisis data panel karena data panel dapat meminimalkan

bias yang kemungkinan besar muncul dalam hasil analisis, memberi lebih banyak

informasi, variasi dan degree of freedom. Selain itu, karena hasil uji pemodelan

menunjukkan model yang sebaiknya digunakan adalah model Fixed Effect Model

(FEM), maka tidak perlu dilakukan uji asumsi klasik.

4.1.3 Model Regresi Data Panel

Hasil estimasi regresi data panel dengan menggunakan model Fixed Effect

Model (FEM), disajikan pada Tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4
Hasil Estimasi Regresi Data Panel Model Fixed Effect
Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 55

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

X1 -17.23400 28.82583 -0.597867 0.5532


X2 5.896703 1.629575 3.618552 0.0008
X3 1.03E-06 1.82E-06 0.567050 0.5738
C -40.19327 48.54721 -0.827921 0.4125

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.410984 Mean dependent var 31.48909


Adjusted R-squared 0.224223 S.D. dependent var 55.32362
S.E. of regression 48.72806 Akaike info criterion 10.82572
Sum squared resid 97351.36 Schwarz criterion 11.33667
Log likelihood -283.7072 Hannan-Quinn criter. 11.02331
F-statistic 2.200586 Durbin-Watson stat 2.635241
Prob(F-statistic) 0.027594

Sumber: Data Diolah dengan Eviews-8, 2018.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

Berdasarkan hasil estimasi regresi data panel pada Tabel 4.4, diperoleh

persamaan model fixed effect dengan efek individu sebagai berikut:

Yit = – 40,19327 – 17,23400 X1it + 5,896703 X2it + 0,00000103 X3it

Dari hasil estimasi dan persamaan model regresi tersebut di atas, dapat

diinterprestasikan secara ekonomis kesimpulan sebagai berikut:

1. Nilai konstanta dari persamaan di atas adalah sebesar –40,19327. Angka

tersebut menunjukkan bahwa jika variabel-variabel bebas yaitu X1 (DER), X2

(ROA) dan X3 (Ukuran Perusahaan) diasumsikan nol atau konstan (tetap),

maka variabel terikat yaitu Y (pertumbuhan laba perusahaan) akan berkurang

sebesar 40,19327.

2. Variabel X1 (DER) memiliki nilai koefisien regresi yaitu –17,2340. Nilai

koefisien regresi yang negatif ini menunjukkan bahwa DER berpengaruh

negatif terhadap pertumbuhan laba. Hal ini berarti setiap kenaikan DER

sebesar 1 persen maka pertumbuhan laba akan mengalami penurunan sebesar

17,2340 persen dengan asumsi bahwa variabel-variabel bebas yang lainnya

dianggap konstan (tetap).

3. Variabel X2 (ROA) memiliki nilai koefisien regresi yaitu 5,896703. Nilai

koefisien regresi yang positif ini menunjukkan bahwa ROA berpengaruh

positif terhadap pertumbuhan laba. Hal ini berarti setiap kenaikan ROA

sebesar 1 persen maka pertumbuhan laba akan mengalami peningkatan

sebesar 5,896703 persen dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lainnya

dianggap konstan (tetap).

4. Variabel X3 (ukuran perusahaan) memiliki nilai koefisien regresi yaitu

0,00000103. Nilai koefisien regresi yang positif ini menunjukkan bahwa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

ukuran (size) perusahaan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. Hal

ini berarti setiap kenaikan ukuran perusahaan sebesar 1 persen maka

pertumbuhan laba akan mengalami peningkatan sebesar 0,00000103 persen

dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lainnya dianggap konstan (tetap).

4.2 Uji Hipotesis

4.2.1 Uji Pengaruh Serempak (Uji F)

Uji-F bertujuan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi

secara serempak atau bersama-sama. Berdasarkan hasil estimasi atau pengujian

diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5
Hasil Uji Serempak (Uji F)
F-statistic Prob(F-statistic) Keputusan Kesimpulan

2.200586 0.027594 Terima Ha Berpengaruh secara serempak


Sumber: Data Diolah dengan Eviews-8, 2018.

Hasil analisis pada Tabel 4.5 di atas, diperoleh nilai F-statistic sebesar

2,0200586 dan prob(F-statistic) sebesar 0,027594. Karena nilai probabilitasnya

0,027594 < 0,05 maka Ha diterima atau Ho ditolak sehingga disimpulkan bahwa

semua variabel bebas yaitu X1 (DER), X2 (ROA), X3 (ukuran perusahaan) secara

serempak atau secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap

variabel Y (pertumbuhan laba).

4.2.2 Uji Pengaruh Parsial (Uji t)

Uji-t bertujuan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi

secara parsial. Dalam hal ini, ingin diketahui apakah rasio leverage (DER), rasio

profitabilitas (ROA) dan ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

pertumbuhan laba pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode pengamatan 2012-2016.

Secara ringkas hasil analisis uji-t dirangkum pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6
Hasil Uji Parsial (Uji-t)

Variable t-Statistic Prob. Kesimpulan

X1 (DER) -0.597867 0.5532 Tidak Signifikan


X2 (ROA) 3.618552 0.0008 Signifikan
X3 (Size) 0.567050 0.5738 Tidak Signifikan

Sumber: Data Diolah dengan Eviews-8, 2018.

Berdasarkan hasil uji-t pada Tabel 4.6, maka dapat dianalisis pengaruh

parsial variabel bebas terhadap variabel terikat sebagai berikut:

1. Variabel X1 (DER) secara parsial berpengaruh negatif tidak signifikan

terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan

dan minuman yang terdaftar di BEI. Hal ini terlihat dari nilai t-hitung sebesar

–0,597867 dan nilai probabilitas sebesar 0,5532 > 0,05.

2. Variabel X2 (ROA) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di BEI. Hal ini terlihat dari nilai t-hitung sebesar

3,618552 dan nilai probabilitas sebesar 0,0008 < 0,05.

3. Variabel X3 (ukuran perusahaan) secara parsial berpengaruh positif tidak

signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur sub sektor

makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Hal ini terlihat dari t-hitung

sebesar 0,567050 dan nilai probabilitas yaitu sebesar 0,5738 > 0,05.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

Dengan demikian, dari hasil estimasi dan uji-t menunjukkan bahwa hanya

variabel X2 (ROA) yang secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap

pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman

yang terdaftar di BEI selama periode pengamatan 2012 -2016. Sementara variabel

X1 (DER) dan variabel X3 (ukuran perusahaan) tidak signifikan.

4.3 Pembahasan

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan sebanyak 11 perusahaan

manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI dengan

periode pengamatan 2012 - 2016. Hasil uji pemilihan model regresi data panel

diperoleh model regresi yang sebaiknya digunakan adalah model fixed effect

untuk mengetahui pengaruh rasio leverage (DER), rasio profitabilitas (ROA) dan

ukuran (size) perusahaan terhadap pertumbuhan laba.

Berdasarkan hasil uji pengaruh serempak (uji-F) disimpulkan bahwa

semua variabel bebas yaitu rasio leverage (DER), rasio profitabilitas (ROA) dan

ukuran perusahaan secara serempak (bersama-sama) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur sub sektor

makanan dan minuman yang terdaftar di BEI selama periode 2012-2016.

4.3.1 Pengaruh Rasio Leverage (DER) Secara Parsial Terhadap


Pertumbuhan Laba Perusahaan

Hasil analisis dan pengujian secara parsial (uji-t), untuk pengujian

hipotesis pertama diperoleh nilai koefisien regresi sebesar –17,2340 dengan nilai

t-hitung sebesar –0,597867 serta nilai probabilitas sebesar 0,5532. Karena nilai

probabilitas sebesar 0,5532 > 0,05 maka terima Ho1 atau tolak Ha1 yang berarti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

hipotesis pertama ditolak dan tidak teruji kebenarannya secara statistik pada taraf

signifikansi 0,05 sehingga disimpulkan bahwa variabel rasio leverage yang diukur

menggunakan debt to equity ratio (DER) secara parsial tidak berpengaruh

signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur sub sektor

manakan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode

pengamatan 2012-2016.

Perusahaan dengan debt equity ratio (DER) yang tinggi mengindikasikan

bahwa perusahaan lebih banyak menggunakan hutang dalam memenuhi aktivitas

operasionalnya. Penggunaan hutang oleh perusahaan pada dasarnya mempunyai

kelemahan. Perusahaan yang menggunakan komposisi hutang terlalu tinggi

mengindikasikan bahwa perusahaan belum mampu membiayai asetnya dari hasil

operasi perusahaan. Selain itu, perusahaan juga memiliki risiko untuk diambil alih

oleh kreditur ketika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya. Dengan

berbagai risiko yang ditimbulkan atas penggunaan hutang oleh perusahaan,

berdampak pada meningkatnya tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh

investor. Dominasi atas hutang tentunya memberikan dampak terhadap

kelangsungan hidup perusahaan, terutama dalam meningkatkan laba yang

diperoleh. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan hutang perusahaan yang

digunakan untuk modal kerja atau untuk aktivitas operasional perusahaan tidak

mampu menghasilkan keuntungan (laba) yang optimal, sehingga perubahan DER

memiliki pengaruh yang tidak signifikan untuk dapat meningkatkan kinerja atau

laba perusahaan.

Hasil penelitian ini sekaligus sejalan dan mendukung hasil penelitian yang

telah dilakukan oleh Nurvigia dan Utri (2010), Cahyaningrum (2012), Zanora

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

(2013) serta hasil penelitian Gunawan dan Wahyuni (2013) yang menyimpulkan

bahwa DER tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.

4.3.2 Pengaruh Rasio Profitabilitas (ROA) Secara Parsial Terhadap


Pertumbuhan Laba Perusahaan

Hasil analisis dan pengujian secara parsial (uji-t), untuk pengujian

hipotesis yang kedua diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 5,896703 dengan

nilai t-hitung sebesar 3,618552 serta nilai probabilitas sebesar 0,0008. Karena

nilai probabilitas sebesar 0,0008 < 0,05 maka terima Ha2 atau tolak Ho2 yang

berarti hipotesis kedua diterima dan teruji kebenarannya secara statistik pada taraf

signifikansi 0,05 sehingga disimpulkan bahwa variabel rasio profitabilitas yang

diukur menggunakan return on asset (ROA) secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur sub sektor manakan dan

minuman yang terdaftar di BEI selama periode pengamatan 2012-2016.

Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu. Rasio

profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan return on asset

(ROA) yang merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva. Pada

dasarnya ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya

yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis. Semakin

meningkatnya profitabilitas yang diukur dengan ROA maka semakin meningkat

pula laba yang dihasilkan perusahaan, semakin meningkat laba yang dihasilkan

perusahaan maka akan semakin meningkat pula pertumbuhan laba perusahaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai koefisien regresi sebesar

5,896703 yang menunjukkan bahwa rasio profitabilitas (ROA) berpengaruh

positif terhadap pertumbuhan laba perusahaan. Hal ini memberi makna bahwa jika

rasio profitabilitas (ROA) mengalami peningkatan sebesar 1 persen maka

pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2016 akan

mengalami peningkatan sebesar 5,896703 persen. Hasil ini mengindikasikan

bahwa semakin meningkat rasio probabilitas (ROA) perusahaan maka semakin

meningkat pula pertumbuhan laba perusahaan.

Hasil penelitian ini sekaligus sejalan dan mendukung hasil penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Andriyani (2015), Umobong (2015), Sayekti dan

Saputra (2015), dan hasil penelitian Meilyanti (2017) yang menyimpulkan bahwa

ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba.

4.3.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan Secara Parsial Terhadap Pertumbuhan


Laba Perusahaan

Hasil analisis dan pengujian secara parsial (uji-t), untuk pengujian

hipotesis yang ketiga diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,00000103 dengan

nilai t-hitung sebesar 0,567050 serta nilai probabilitas sebesar 0,5738. Karena

nilai probabilitas sebesar 0,5738 > 0,05 maka terima Ho3 atau tolak Ha3 yang

berarti hipotesis ketiga dalam penelitian ini ditolak dan tidak teruji kebenarannya

secara statistik pada taraf signifikansi 0,05 sehingga disimpulkan bahwa variabel

ukuran perusahaan yang diukur menggunakan total assets secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

sub sektor manakan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

selama periode pengamatan 2012-2016.

Ukuran (size) perusahaan pada penelitian ini diukur dari total aset yang

dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki total aset besar menunjukan

bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan, di mana dalam

tahap ini arus kas perusahaan telah menjadi positif dan dianggap memiliki prospek

yang baik dalam jangka waktu yang relatif cukup lama, selain itu perusahaan

dengan total aset yang besar juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif stabil

dan dianggap lebih mampu menghasilkan laba dibandingkan perusahaan dengan

total aset yang kecil. Meskipun demikian, dari hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa baik perusahaan dengan total aset besar maupun total aset kecil tidak

mampu secara maksimal dalam menghasilkan laba setiap tahunnya sehingga tidak

berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.

Sebagai contoh berdasarkan hasil temuan penelitian, perusahaan Indofood

Sukses Makmur Tbk (INDF) memiliki ukuran perusahaan (total aset) tertinggi

atau terbesar pada tahun 2015 yaitu sebesar 91.831.526 juta rupiah tetapi

pertumbuhan labanya pada tahun 2015 sebesar –27,92 persen (tanda negatif

menunjukkan adanya penurunan) atau mengalami penurunan laba dibandingkan

tahun 2014. Sementara perusahaan Sekar Laut Tbk (SKLT) yang memiliki ukuran

perusahaan (total aset) terendah pada tahun 2012 yaitu sebesar 249.746 juta rupiah

tetapi pertumbuhan labanya pada tahun 2012 mencapai 33,23 persen atau terjadi

peningkatan laba sebesar 33,23 persen dibandingkan laba pada tahun 2011. Hal ini

mengindikasikan bahwa perusahaan dengan total aset yang tinggi maupun total

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

aset yang rendah tidak mampu secara maksimal dalam menghasilkan laba setiap

tahunnya sehinggga tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.

Hasil penelitian ini sekaligus sejalan dan mendukung hasil penelitian

sebelumnya yang telah dilakukan oleh Yohanas (2014) dan Purba (2015), yang

menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan laba.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis temuan penelitian dan pengujian hipotesis

diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Rasio leverage (DER) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dibuktikan dari hasil

pengujian secara statistik dengan nilai t-hitung sebesar –0,597867 dan nilai

probabilitas sebesar 0,5532 > 0,05.

2. Rasio profitabilitas (ROA) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan

dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dibuktikan dari

hasil pengujian secara statistik dengan nilai t-hitung sebesar 3,618552 dan

nilai probabilitas sebesar 0,0008 < 0,05.

3. Ukuran (size) perusahaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan

dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dibuktikan dari

hasil pengujian secara statistik dengan nilai t-hitung sebesar 0,567050 dan

nilai probabilitas sebesar 0,5738 > 0,05.

4. Rasio leverage (DER), rasio profitabilitas (ROA) dan ukuran perusahaan

secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan

laba pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang

76
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
77

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini dibuktikan dari hasil pengujian

secara statistik dengan nilai F-hitung sebesar 2,0200586 dan nilai probabilitas

sebesar 0,027594 < 0,05.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang dapat dijadikan

bahan pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih

baik lagi, antara lain:

1. Penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan manufaktur pada sub

sektor makanan dan minuman sehingga ada kemungkinan munculnya hasil

yang berbeda serta hasilnya juga belum dapat digeneralisasikan jika

menggunakan sampel perusahaan manufaktur pada seluruh sektor perusahaan

yang terdaftar di BEI.

2. Periode pengamatan dalam penelitian ini hanya menggunakan jangka waktu

yang masih pendek yaitu selama 5 tahun dari tahun 2012 hingga 2016

sehingga memungkinkan hasil penelitian yang kurang representatif.

3. Penelitian ini terbatas hanya pada tiga faktor yaitu rasio leverage (DER),

rasio profitabilitas (ROA) dan ukuran perusahaan. Sedangkan masih banyak

lagi variabel-variabel lainnya yang dianggap lebih mampu dalam

mempengaruhi pertumbuhan laba perusahaan seperti likuiditas, rasio aktifitas

dan rasio keuangan lainnya.

5.3 Saran

Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian, kesimpulan dan keterbatasan di

atas diajukan beberapa saran sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

1. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa rasio profitabilitas (ROA)

secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan laba,

sehingga disarankan kepada para investor dapat mengamati dan

menggunakan faktor rasio profitasbilitas sebagai bahan pertimbangan dalam

melakukan rencana investasi atau pembelian saham di mana semakin tinggi

rasio profitabilitas perusahaan maka laba perusahaan cenderung meningkat.

2. Bagi pihak manajemen hendaknya mampu mempertahankan modal kerjanya

secara efisien, karena apabila modal kerja dalam perusahaan menunjukkan

tingkat efisiensi yang tinggi/stabil maka profitabilitas akan meningkat.

3. Bagi peneliti berikutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan kajian

empirik untuk dapat disempurnakan guna ditelaah lebih jauh lagi pada

penelitian-penelitian selanjutnya. Diharapkan objek penelitiannya bukan

hanya pada perusahaan sektor makanan dan minuman saja tetapi juga seluruh

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia agar sampelnya akan

semakin besar dan disarankan untuk menggunakan periode pengamatan yang

lebih panjang sehingga hasil yang diperoleh nantinya lebih mewakili dan

dapat digeneralisasi.

4. Kepada peneliti berikutnya juga diharapkan untuk dapat mengembangkan

penelitian dengan menambahkan faktor lain yang mempengaruhi

pertumbuhan laba perusahaan di luar faktor yang ada dalam penelitian ini

seperti faktor likuiditas, rasio aktifitas atau rasio keuangan lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, I. (2015). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba


Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesi.
Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya, 13(3): 343-358.
Angkoso, N. (2007). Akutansi Lanjutan. Yogyakarta: FE.
Arifin, A. (2002). Membaca Saham. Jakarta: Raja Gramedia.
Asnawi, S. K., & Wijaya, C. (2005). Riset Keuangan Pengujian-pengujian
Empiris. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Atmaja, L.S. (2008). Teori & Praktik Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Andi
Offset
Brigrham, E. F., & Gapenski, L. C. (2006). Intermedia Financial Management.
SeaHarbor Drive: The Dryden Press.
Chariri, A., & Ghazali, I. (2008). Teori Akuntansi. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Dwimulyani, S., & Shirley. (2007). Analisis Pengaruh Pertumbuhan Rasio-Rasio
Keuangan, Laba Bersih, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Prediksi
Pertumbuhan Laba Usaha Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEJ. Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi Dan Keuangan Publik,
2(1): 43-57.
Fahmi, I. (2012). Pengantar Manajemen Keuangan, Teori dan Soal Jawab.
Bandung: Alfabeta
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Gujarati, D. N. (2015). Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.
Gunawan. A., & Wahyuni, S. F. (2013). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap
Pertumbuhan Laba Pada Perusahan Perdagangan di Indonesia. Jurnal
Manajemen dan Bisnis, 13(1): 63-84.
Hanafi, M.M & Halim, A. (2005). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP
AMP-YKPN.
Harahap, S.S. (2009). Analisis Kritis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Hery. (2012). Analisis Laporan Keuangan-Integrated and Comprehensive
Edition. Jakarta: Grasindo
Ikatan Akuntansi Indonesia. (2007). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.
Jogiyanto, H. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan
Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

79
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
80

Juliana, R. U., & Sulardi. (2003). Manfaat Rasio Keuangan dalam Memprediksi
Perubahan Laba pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Bisnis dan
Manajemen, 3(2): 108-126.
Kasmiarno, S. K., & Mintaroem, K. (2017). Analisis Pengaruh Indikator Ekonomi
dan Kinerja Perbankan Syariah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada
Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2008-2014. Jurnal Ekonomi
Syariah Teori dan Terapan, 4(1): 14-26.
Kasmir. (2008). Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers.
Kasmir. (2010). Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Kasmir. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Khaldun, K. I., & Muda, I. (2014). The Influence of Profitability and Liquidity
Ratios on The Growth of Profit of Manufacturing Companies. A Study of
Food and Beverages Sector Companies Listed on Indonesia Stock
Exchange (Period 2010-2012). International Journal of Economics,
Commerce and Management. United Kingdom, 2(12): 1-17.
Kodrat, D. S., & Indonanjaya, K. 2010. Manajemen Investasi. Bandung:
Alfabeta.
Lestari, S. (2014). Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Memprediksi
Perubahan Laba Pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Periode 2007-2011. Karya Ilmiah. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Machfoedz, M. (2004). Akuntansi lanjutan 2. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Mahaputra, I. N. K. A. (2012). Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap
Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI.
Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 7(2): 243-254.
Meilyanti. (2017). Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan
Laba Pada Sub Sektor Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia
Periode Tahun 2012-2016. eJournal Administrasi Bisnis, 5(4):1000-1013.
Prihadi, T. (2011). Analisis Laporan Keuangan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PPM
Manajemen.
Rachmawati, A. A., & Handayani, N. (2014). Pengaruh Rasio Keuangan dan
Kebijakan Dividen Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 3(3):
1-15.
Raharjaputra, H. S. (2011). Panduan Praktis Manajemen Keuangan dan
Akuntansi untuk Eksekutif Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.
Riyanto, B. (2001). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

Saidi. (2004). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada


Perusahaan Manufaktur Go Public di BEJ Tahun 1997-2002. Jurnal Bisnis
dan Ekonomi, 11(1): 44-58.
Sangadji, E. M. S. (2010). Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam
Penelitian. Yogyakarta: Andi.
Sawir, A. (2005). Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sitanggang, J. P. (2013). Manajemen Keuangan Perusahaan Lanjutan. Mitra
Wacana Media.
Subramanyam, K. R., & Wild, J. J. (2013). Analisis Laporan Keuangan. Buku I
Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.
Sudana, I.M. (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan, Teori dan Praktek
Jakarta: Erlangga
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sutrisno. (2012). Manajemen Keuangan, Teori Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta:
Ekonosia.
Suwito, E., & Herawaty, A. (2005). Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan Oleh Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Makalah Simposium Nasional Akuntansi
VIII, September, Solo.
Takarini, N., & Ekawati, E. (2003). Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi
Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Pasar Modal Indonesia.
Ventura, 6(3): 253-270.
Tandelilin, E. (2010). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta:
BPFE.
Umar, H. (2006). Metode Riset Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Umobong, A. A., FCA. (2015). Assesing the Impact of Liquidity and Profitability
Ratios on Growth of Profits in Pharmaceutical Firm in Nigeria. European
Journal Centre for Research Training and Development Uk, 3(10): 97-
114.
Warsidi & Pramuka, B. A. (2009). Pemahaman Ekonomi Umum. Jakarta:
Gramedia Pustaka Umu.
Warsono. (2003). Manajemen Keuangan. Malang: UMM Press.
Zanora, V. (2013). Pengaruh Likuiditas, Leverage, dan Aktivitas Terhadap
Pertumbuhan Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI Periode 2009-2011). Artikel. Fakultas Ekonomi,
Universitas Negeri Padang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

Lampiran. 1

PENENTUAN SAMPEL PERUSAHAAN

Kode
No. Nama Emiten K1 K2 K3 Sampel
Emiten
1 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk √ √ √ 1
2 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk X √ √ -
3 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk √ √ √ 2
4 DLTA Delta Djakarta Tbk √ √ √ 3
5 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk √ √ √ 4
6 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk √ √ √ 5
7 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ √ 6
8 MYOR Mayora Indah Tbk √ √ √ 7
9 PSDN Prasida Aneka Niaga Tbk √ X √ -
10 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk √ √ √ 8
11 SKBM Sekar Bumi Tbk X √ √ -
12 SKLT Sekar Laut Tbk √ √ √ 9
13 STTP Siantar Top Tbk √ √ √ 10
14 ULTJ Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk √ √ √ 11

Keterangan:
K1 = Perusahaan-perusahaan sektor makanan dan minuman yang
tercatat/terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode
pengamatan yakni mulai tahun 2011 sampai tahun 2016
K2 = Tersedia data laporan keuangan tahunan (annual report) selama periode
2011 sampai tahun 2016, memiliki data keuangan dan data pasar yang
lengkap sesuai variabel-variabel penelitian
K3 = Laporan keuangan tahunan (annual report) disajikan dalam mata uang
rupiah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

Lampiran. 2

DATA PENELITIAN

PERTUMBUHAN LABA
Laba (Juta Rupiah) Pertumbuhan Laba (%)
No Emiten
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016
1 AISA 149,951 253,664 346,728 378,142 373,750 719,228 69.16 36.69 9.06 -1.16 92.44
2 CEKA 96,306 58,344 65,069 41,001 106,549 249,697 -39.42 11.53 -36.99 159.87 134.35
3 DLTA 151,715 213,421 270,498 288,073 192,045 254,509 40.67 26.74 6.50 -33.33 32.53
4 ICBP 2,066,365 2,282,371 2,235,040 2,531,681 2,923,148 3,631,301 10.45 -2.07 13.27 15.46 24.23
5 INDF 4,891,673 4,779,446 3,416,635 5,146,323 3,709,501 5,266,906 -2.29 -28.51 50.63 -27.92 41.98
6 MLBI 507,382 453,405 1,171,229 794,883 496,909 982,129 -10.64 158.32 -32.13 -37.49 97.65
7 MYOR 483,486 744,428 1,058,419 409,825 1,250,233 1,388,676 53.97 42.18 -61.28 205.07 11.07
8 ROTI 115,933 149,150 158,015 188,578 270,539 279,777 28.65 5.94 19.34 43.46 3.41
9 SKLT 5,977 7,963 11,440 16,481 20,067 20,646 33.23 43.66 44.06 21.76 2.89
10 STTP 42,675 74,626 114,437 123,465 185,705 174,177 74.87 53.35 7.89 50.41 -6.21
11 ULTJ 128,449 353,432 325,127 283,361 523,100 709,826 175.15 -8.01 -12.85 84.61 35.70

83

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

RASIO LEVERAGE (DER)


Total Utang (Juta Rupiah) Total Equity (Juta Rupiah) DER (Kali)
No Emiten
2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016

1 AISA 1,834,123 2,664,051 3,779,017 5,094,072 4,990,139 2,033,453 2,356,773 3,592,829 3,966,907 4,264,400 0.90 1.13 1.05 1.28 1.17

2 CEKA 564,290 541,352 746,599 845,933 538,044 463,403 528,275 537,551 639,894 887,920 1.22 1.02 1.39 1.32 0.61

3 DLTA 147,095 190,483 227,474 188,700 185,423 598,212 676,558 764,473 849,621 1,012,374 0.25 0.28 0.30 0.22 0.18

4 ICBP 5,766,682 8,001,739 9,870,264 10,173,713 10,401,125 11,986,798 13,265,731 15,039,947 16,386,911 18,500,823 0.48 0.60 0.66 0.62 0.56

5 INDF 25,181,533 39,719,660 44,710,509 48,709,933 38,233,092 34,142,674 38,373,129 41,228,376 43,121,593 43,941,423 0.74 1.04 1.08 1.13 0.87

6 MLBI 822,195 794,615 1,677,254 1,334,373 1,454,398 329,853 987,533 553,797 766,480 820,640 2.49 0.80 3.03 1.74 1.77

7 MYOR 5,234,656 5,771,077 6,190,553 6,148,256 6,657,166 3,067,850 3,938,761 4,100,555 5,194,460 6,265,256 1.71 1.47 1.51 1.18 1.06

8 ROTI 538,337 1,035,351 1,182,772 1,517,789 1,476,889 666,608 787,338 960,122 1,188,535 1,442,752 0.81 1.32 1.23 1.28 1.02

9 SKLT 120,264 162,339 178,207 225,066 272,089 129,483 139,650 153,368 152,045 296,151 0.93 1.16 1.16 1.48 0.92

10 STTP 670,149 775,931 882,610 910,759 1,167,899 579,691 694,128 817,594 1,008,809 1,168,512 1.16 1.12 1.08 0.90 1.00

11 ULTJ 744,274 796,474 651,986 742,490 749,966 1,676,519 2,015,147 2,265,098 2,797,506 3,489,233 0.44 0.40 0.29 0.27 0.21

Total Utang
DER =
Modal Equity

84

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

RASIO PROFITABILITAS (ROA)

Laba Bersih Setelah Pajak Tahun Berjalan (Juta Rupiah) Total Aset (Juta Rupiah) ROA (%)
No Emiten
2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016

1 AISA 253,664 346,728 378,142 373,750 719,228 3,867,576 5,020,824 7,371,846 9,060,980 9,254,539 6.56 6.91 5.13 4.12 7.77

2 CEKA 58,344 65,069 41,001 106,549 249,697 1,027,693 1,069,627 1,284,150 1,485,826 1,425,964 5.68 6.08 3.19 7.17 17.51

3 DLTA 213,421 270,498 288,073 192,045 254,509 745,307 867,041 991,947 1,038,322 1,197,796 28.64 31.20 29.04 18.50 21.25

4 ICBP 2,282,371 2,235,040 2,531,681 2,923,148 3,631,301 17,753,480 21,267,470 24,910,211 26,560,624 28,901,948 12.86 10.51 10.16 11.01 12.56

5 INDF 4,779,446 3,416,635 5,146,323 3,709,501 5,266,906 59,324,207 78,092,789 85,938,885 91,831,526 82,174,515 8.06 4.38 5.99 4.04 6.41

6 MLBI 453,405 1,171,229 794,883 496,909 982,129 1,152,048 1,782,148 2,231,051 2,100,853 2,275,038 39.36 65.72 35.63 23.65 43.17

7 MYOR 744,428 1,058,419 409,825 1,250,233 1,388,676 8,302,506 9,709,838 10,291,108 11,342,716 12,922,421 8.97 10.90 3.98 11.02 10.75

8 ROTI 149,150 158,015 188,578 270,539 279,777 1,204,945 1,822,689 2,142,894 2,706,324 2,919,641 12.38 8.67 8.80 10.00 9.58

9 SKLT 7,963 11,440 16,481 20,067 20,646 249,746 301,989 331,575 377,111 568,240 3.19 3.79 4.97 5.32 3.63

10 STTP 74,626 114,437 123,465 185,705 174,177 1,249,841 1,470,059 1,700,204 1,919,568 2,336,411 5.97 7.78 7.26 9.67 7.45

11 ULTJ 353,432 325,127 283,361 523,100 709,826 2,420,793 2,811,621 2,917,084 3,539,996 4,239,200 14.60 11.56 9.71 14.78 16.74

Laba bersih setelah pajak


ROA = × 100%
Total Aktiva

85

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

UKURAN (SIZE) PERUSAHAAN


Total Aset (Juta Rupiah)
No Emiten
2012 2013 2014 2015 2016

1 AISA 3,867,576 5,020,824 7,371,846 9,060,979 9,254,539

2 CEKA 1,027,693 1,069,627 1,284,150 1,485,826 1,425,964

3 DLTA 745,307 867,041 991,947 1,038,322 1,197,796

4 ICBP 17,753,480 21,267,470 24,910,211 26,560,624 28,901,948

5 INDF 59,324,207 78,092,789 85,938,885 91,831,526 82,174,515

6 MLBI 1,152,048 1,782,148 2,231,051 2,100,853 2,275,038

7 MYOR 8,302,506 9,709,838 10,291,108 11,342,716 12,922,421

8 ROTI 1,204,945 1,822,689 2,142,894 2,706,324 2,919,641

9 SKLT 249,746 301,989 331,575 377,111 568,240

10 STTP 1,249,841 1,470,059 1,700,204 1,919,568 2,336,411

11 ULTJ 2,420,793 2,811,621 2,917,084 3,539,996 4,239,200

Ukuran (Size) Perusahaan = Total Asset

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

Lampiran. 3

REKAP DATA PENELITIAN

Kode PL DER ROA SIZE


Tahun
Emiten (Y) (X1) (X2) (X3)
2012 69.16 0.90 6.56 3,867,576
2013 36.69 1.13 6.91 5,020,824
AISA 2014 9.06 1.05 5.13 7,371,846
2015 -1.16 1.28 4.12 9,060,979
2016 92.44 1.17 7.77 9,254,539
2012 -39.42 1.22 5.68 1,027,693
2013 11.53 1.02 6.08 1,069,627
CEKA 2014 -36.99 1.39 3.19 1,284,150
2015 159.87 1.32 7.17 1,485,826
2016 134.35 0.61 17.51 1,425,964
2012 40.67 0.25 28.64 745,307
2013 26.74 0.28 31.20 867,041
DLTA 2014 6.50 0.30 29.04 991,947
2015 -33.33 0.22 18.50 1,038,322
2016 32.53 0.18 21.25 1,197,796
2012 10.45 0.48 12.86 17,753,480
2013 -2.07 0.60 10.51 21,267,470
ICBP 2014 13.27 0.66 10.16 24,910,211
2015 15.46 0.62 11.01 26,560,624
2016 24.23 0.56 12.56 28,901,948
2012 -2.29 0.74 8.06 59,324,207
2013 -28.51 1.04 4.38 78,092,789
INDF 2014 50.63 1.08 5.99 85,938,885
2015 -27.92 1.13 4.04 91,831,526
2016 41.98 0.87 6.41 82,174,515
2012 -10.64 2.49 39.36 1,152,048
2013 158.32 0.80 65.72 1,782,148
MLBI 2014 -32.13 3.03 35.63 2,231,051
2015 -37.49 1.74 23.65 2,100,853
2016 97.65 1.77 43.17 2,275,038

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

Kode PL DER ROA SIZE


Tahun
Emiten (Y) (X1) (X2) (X3)
2012 53.97 1.71 8.97 8,302,506
2013 42.18 1.47 10.90 9,709,838
MYOR 2014 -61.28 1.51 3.98 10,291,108
2015 205.07 1.18 11.02 11,342,716
2016 11.07 1.06 10.75 12,922,421
2012 28.65 0.81 12.38 1,204,945
2013 5.94 1.32 8.67 1,822,689
ROTI 2014 19.34 1.23 8.80 2,142,894
2015 43.46 1.28 10.00 2,706,324
2016 3.41 1.02 9.58 2,919,641
2012 33.23 0.93 3.19 249,746
2013 43.66 1.16 3.79 301,989
SKLT 2014 44.06 1.16 4.97 331,575
2015 21.76 1.48 5.32 377,111
2016 2.89 0.92 3.63 568,240
2012 74.87 1.16 5.97 1,249,841
2013 53.35 1.12 7.78 1,470,059
STTP 2014 7.89 1.08 7.26 1,700,204
2015 50.41 0.90 9.67 1,919,568
2016 -6.21 1.00 7.45 2,336,411
2012 175.15 0.44 14.60 2,420,793
2013 -8.01 0.40 11.56 2,811,621
ULTJ 2014 -12.85 0.29 9.71 2,917,084
2015 84.61 0.27 14.78 3,539,996
2016 35.70 0.21 16.74 4,239,200

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

Lampiran. 4

HASIL ANALISIS EVIEWS.8

Statistik Deskriptif
Sample: 2012 2016

Y X1 X2 X3

Mean 31.48909 1.000727 12.97691 12032814


Median 21.76000 1.040000 9.580000 2336411.
Maximum 205.0700 3.030000 65.72000 91831526
Minimum -61.28000 0.180000 3.190000 249746.0
Std. Dev. 55.32362 0.543207 11.76551 22814838
Skewness 1.213595 1.067013 2.399961 2.550703
Kurtosis 4.521063 5.638815 9.512645 8.300166

Jarque-Bera 18.80286 26.39406 149.9983 124.0161


Probability 0.000083 0.000002 0.000000 0.000000

Sum 1731.900 55.04000 713.7300 6.62E+08


Sum Sq. Dev. 165277.9 15.93397 7475.074 2.81E+16

Observations 55 55 55 55

Model Regresi Data Panel


Common Effect
Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 55

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

X1 -16.34621 13.67671 -1.195187 0.2375


X2 1.010410 0.648116 1.558996 0.1252
X3 -2.63E-07 3.34E-07 -0.787755 0.4345
C 37.89698 18.17987 2.084557 0.0421

R-squared 0.087155 Mean dependent var 31.48909


Adjusted R-squared 0.033458 S.D. dependent var 55.32362
S.E. of regression 54.39023 Akaike info criterion 10.90019
Sum squared resid 150873.1 Schwarz criterion 11.04618
Log likelihood -295.7553 Hannan-Quinn criter. 10.95665
F-statistic 1.623097 Durbin-Watson stat 2.337622
Prob(F-statistic) 0.195499

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


90

Fixed Effect
Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 55

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

X1 -17.23400 28.82583 -0.597867 0.5532


X2 5.896703 1.629575 3.618552 0.0008
X3 1.03E-06 1.82E-06 0.567050 0.5738
C -40.19327 48.54721 -0.827921 0.4125

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.410984 Mean dependent var 31.48909


Adjusted R-squared 0.224223 S.D. dependent var 55.32362
S.E. of regression 48.72806 Akaike info criterion 10.82572
Sum squared resid 97351.36 Schwarz criterion 11.33667
Log likelihood -283.7072 Hannan-Quinn criter. 11.02331
F-statistic 2.200586 Durbin-Watson stat 2.635241
Prob(F-statistic) 0.027594

CROSSID Effect
1 1 57.40326
2 2 57.19033
3 3 -93.64201
4 4 -29.43755
5 5 -52.28645
6 6 -137.4990
7 7 49.63861
8 8 19.34074
9 9 63.76234
10 10 47.62788
11 11 17.90181

Estimation Command:
=========================
LS(?,CX=F) Y X1 X2 X3 C

Estimation Equation:
=========================
Y = C(1)*X1 + C(2)*X2 + C(3)*X3 + C(4) + [CX=F]

Substituted Coefficients:
=========================
Y = -17.2340031422*X1 + 5.89670332792*X2 + 1.03117353372e-06*X3 - 40.1932741087 +
[CX=F]

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


91

Random Effect
Dependent Variable: Y
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 55
Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

X1 -16.34621 12.25292 -1.334066 0.1881


X2 1.010410 0.580645 1.740150 0.0879
X3 -2.63E-07 2.99E-07 -0.879291 0.3834
C 37.89698 16.28730 2.326781 0.0240

Effects Specification
S.D. Rho

Cross-section random 0.000000 0.0000


Idiosyncratic random 48.72806 1.0000

Weighted Statistics

R-squared 0.087155 Mean dependent var 31.48909


Adjusted R-squared 0.033458 S.D. dependent var 55.32362
S.E. of regression 54.39023 Sum squared resid 150873.1
F-statistic 1.623097 Durbin-Watson stat 2.337622
Prob(F-statistic) 0.195499

Unweighted Statistics

R-squared 0.087155 Mean dependent var 31.48909


Sum squared resid 150873.1 Durbin-Watson stat 2.337622

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

Uji Pemilihan Estimasi Model Regresi Data Panel


Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: FIXED
Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 2.254096 (10,41) 0.0331


Cross-section Chi-square 24.096194 10 0.0073

Cross-section fixed effects test equation:


Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Date: 03/07/18 Time: 22:12
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 55

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

X1 -16.34621 13.67671 -1.195187 0.2375


X2 1.010410 0.648116 1.558996 0.1252
X3 -2.63E-07 3.34E-07 -0.787755 0.4345
C 37.89698 18.17987 2.084557 0.0421

R-squared 0.087155 Mean dependent var 31.48909


Adjusted R-squared 0.033458 S.D. dependent var 55.32362
S.E. of regression 54.39023 Akaike info criterion 10.90019
Sum squared resid 150873.1 Schwarz criterion 11.04618
Log likelihood -295.7553 Hannan-Quinn criter. 10.95665
F-statistic 1.623097 Durbin-Watson stat 2.337622
Prob(F-statistic) 0.195499

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


93

Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: RANDOM
Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 19.175777 3 0.0003

** WARNING: estimated cross-section random effects variance is zero.

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

X1 -17.234003 -16.346215 680.794588 0.9729


X2 5.896703 1.010410 2.318367 0.0013
X3 0.000001 -0.000000 0.000000 0.4707

Cross-section random effects test equation:


Dependent Variable: Y
Method: Panel Least Squares
Date: 03/07/18 Time: 22:12
Sample: 2012 2016
Periods included: 5
Cross-sections included: 11
Total panel (balanced) observations: 55

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -40.19327 48.54721 -0.827921 0.4125


X1 -17.23400 28.82583 -0.597867 0.5532
X2 5.896703 1.629575 3.618552 0.0008
X3 1.03E-06 1.82E-06 0.567050 0.5738

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.410984 Mean dependent var 31.48909


Adjusted R-squared 0.224223 S.D. dependent var 55.32362
S.E. of regression 48.72806 Akaike info criterion 10.82572
Sum squared resid 97351.36 Schwarz criterion 11.33667
Log likelihood -283.7072 Hannan-Quinn criter. 11.02331
F-statistic 2.200586 Durbin-Watson stat 2.635241
Prob(F-statistic) 0.027594

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai