Hubungan Konsumsi Sumber Pangan Enhancer dan Inhibitor Zat Besi dengan
Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
ABSTRAK
Latar belakang: Salah satu zat gizi yang penting bagi ibu hamil adalah zat besi. Penyerapan zat besi
dapat ditingkatkan dengan mengkonsumsi sumber pangan enhancer dan mengurangi asupan sumber
pangan inhibitor. Terhambatnya penyerapan zat besi meningkatkan risiko anemia yang dapat
berakibat buruk bagi kondisi kehamilan dan janin.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kebiasaan konsumsi sumber pangan enhancer
dan inhibitor zat besi yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional
pada 43 ibu hamil trimester III di Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo, sampel diambil
dengan metode simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan Food Frequency
Questionnaire (FFQ) dan pengukuran kadar Hb menggunakan uji laboratorium menggunakan metode
Cyanmethemoglobin, kemudian data di analisis menggunakan uji korelasi spearman.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar hemoglobin pada ibu hamil adalah 11,21 ± 1,07
g/dl. Sebagian besar Ibu Hamil Trimester III jarang mengkonsumsi sumber pangan enhancer zat besi
(60,5%) dan jarang mengkonsumsi inhibitor zat besi (39,5%), serta responden yang mengalami
anemia juga cukup tinggi (41,9%). Tidak terdapat hubungan antara kebiasaan konsumsi sumber
pangan enhancer zat besi dengan kejadian anemia (p= 0,420). Terdapat hubungan cukup kuat antara
kebiasaan konsumsi sumber pangan inhibitor zat besi dengan kejadian anemia pada ibu hamil
trimester III (p= 0,005; r=0,424).
Kesimpulan: Kebiasaan konsumsi sumber pangan inhibitor zat besi berkontribusi terhadap kejadian
anemia pada ibu hamil trimester III sehingga ibu disarankan mengurangi konsumsi sumber pangan
inhibitor zat besi untuk meminimalisir terjadinya anemia.
ABSTRACT
Background: One of the important nutrients for pregnant women is iron. Iron absorption can be
increased by consuming iron enhancers food source and reducing the intake of iron inhibitor food
sources. Inhibited iron absorption will lead to anemia and can have adverse effects on pregnancy and
fetal conditions.
Objectives: The purpose of this study was to analyzed the consumption habits of iron enhancers and
inhibitors food sources associated with the incidence of anemia in pregnant women.
Methods: This research was an observational analytic study with cross sectional design included 43
third trimester pregnant women in Pajarakan Sub-district Probolinggo District, the sample was taken
by simple random sampling method. Data were collected using Food Frequency Questionnaire (FFQ)
*Koresponden:
rachmahnia@gmail.com
1
Dinas Kesehatan Kota, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
sumber enhancer zat besi. Ada hubungan pola selama satu bulan terakhir yaitu “Sering”
konsumsi faktor inhibitor zat besi dengan apabila mengkonsumsi setiap hari atau ≥3x
status anemia siswi, dan tidak ada hubungan seminggu, “Jarang” apabila mengkonsumsi
pola konsumsi faktor enhancer Fe dengan ≤1x seminggu atau ≤3x sebulan, dan “Tidak
status anemia siswi9. Pernah”. Data status anemia responden
Berdasarkan latar belakang tersebut, diperoleh melalui pengukuran kadar Hb
dapat dipahami peran penting kebiasaan dengan melakukan pemeriksaan laboratorium
konsumsi ibu hamil dengan kejadian anemia menggunakan metode Cyanmethemoglobin.
pada ibu hamil. Tujuan penelitian ini adalah Pengambilan darah dilakukan oleh petugas
menganalisis kebiasaan konsumsi sumber laboratorium. Dalam penelitian ini sampel
pangan enhancer dan inhibitor zat besi yang darah diambil melalui darah vena bagian
berhubungan dengan kejadian anemia pada dalam fossa cubiti (siku lengan) sebanyak 2 cc,
ibu hamil. kemudian sampel darah yang diperoleh
dibawa ke laboratorium Lanostic Probolinggo.
METODE Analisis statistik menggunakan uji
korelasi spearman untuk kebiasaan konsumsi
Penelitian ini merupakan penelitian sumber pangan enhancer dan inhibitor zat
observasional analitik dengan desain cross besi responden. Penelitian ini telah
sectional. Tempat pengambilan data adalah mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik
puskesmas pembantu di setiap desa di Fakultas Kesehatan Masyarakat dengan
Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo, nomor 367-KEPK.
dengan waktu pengambilan data yaitu bulan
Juni – Juli 2018. Populasi penelitian ini adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
ibu hamil Trimester III yang berada di wilayah
kerja Puskesmas Pajarakan yang melakukan Penelitian dilakukan di Kecamatan
pemeriksaan dan tercatat oleh bidan desa Pajarakan merupakan salah satu kecamatan
hingga bulan Juni 2018 yaitu dengan jumlah yang terletak di Kabupaten Probolinggo.
populasi sebanyak 81 ibu hamil. Kemudian
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
dilakukan pengambilan sampel menggunakan
Individu Ibu Hamil Trimester III di
simple random sampling dan dihitung
Kecamatan Pajarakan Kabupaten
berdasarkan rumus Slovin, sehingga setiap
Probolinggo Tahun 2018
bagian dari populasi memiliki kesempatan
Karakteristik Individu n=43 %
yang sama untuk terpilih menjadi sampel.
Usia (tahun)
Didapatkan Besar sampel yaitu 43 ibu hamil
Risiko Tinggi (<20 dan >35) 7 16,3
trimester III, sampel diambil dengan metode
Non Risiko Tinggi (20-35) 36 83,7
simple random sampling.
Usia Kehamilan
Variabel yang diteliti adalah kebiasaan
Trimester III Awal (28 – 31) 24 55,8
makan responden yang meliputi kebiasaan
konsumsi sumber pangan enhancer dan Trimester III Tengah (32 – 11 25,6
inhibitor zat besi. Data kebiasaan konsumsi 35)
sumber pangan enhancer dan inhibitor zat Trimester III Akhir (>36) 8 18,6
besi menggunakan Food Frequency Jarak Kelahiran (Bulan)
Questionnaire (FFQ) dengan bahan makanan < 24 2 4,7
enhancer meliputi daging unggas/ayam, ≥ 24 41 95,3
daging sapi, daging kambing, ikan, telur, Jumlah paritas
hati/jeroan, jeruk, tomat, mangga, pepaya, Tinggi (> 2 kali) 8 18,6
jambu, dan pisang. Sumber bahan makanan Rendah (≤ 2 kali) 35 81,4
inhibitor meliputi tempe, tahu, kacang- Tingkat Pendidikan
kacangan, sari kedelai, teh, kopi, susu, dan Dasar (SD/SMP/Sederajat) 25 58,1
keju. Bahan pangan tersebut kemudian Menengah 15 34,9
dikategorikan menurut frekuensi konsumsinya (SMA/SMK/Sederajat
Tinggi (Minimal D1) 3 7,0
Tabel 2. Distibusi Frekuensi Konsumsi Sumber Pangan Enhancer Zat Besi Ibu Hamil Trimester III di
Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo Tahun 2018
Sumber Bahan Pangan Tidak Pernah Jarang Sering Total
Enhancer n % n % n % n %
Unggas/Ayam 0 0 20 46,5 23 53,5 43 100,0
Daging Sapi 1 2,3 34 79,1 8 18,6 43 100,0
Daging Kambing 33 76,7 10 23,3 0 0 43 100,0
Ikan/Seafood 2 4,7 7 16,3 34 79,1 43 100,0
Telur 1 2,3 16 37,2 26 60,5 43 100,0
Jeroan/Hati 10 23,3 21 48,8 12 27,9 43 100,0
Jeruk 6 14,0 19 44,2 18 41,9 43 100,0
Tomat 5 11,6 15 34,9 23 53,5 43 100,0
Mangga 4 9,3 22 51,2 17 39,5 43 100,0
Pepaya 5 11,6 22 51,2 16 37,2 43 100,0
Jambu 9 20,9 25 58,1 9 20,9 43 100,0
Pisang 2 4,7 19 44,2 22 51,2 43 100,0
Tabel 3. Distibusi Frekuensi Konsumsi Sumber Pangan Inhibitor Zat Besi Ibu Hamil Trimester III di
Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo Tahun 2018
Sumber Bahan Pangan Sering Jarang Tidak Pernah Total
Inhibitor n % n n % % n %
Tempe 24 55,8 19 44,2 0 0 43 100,0
Tahu 27 62,8 14 32,6 2 4,7 43 100,0
Kacang – Kacangan 19 44,2 21 48,8 3 7,0 43 100,0
Sari Kedelai 5 11,6 17 39,5 21 48,8 43 100,0
Teh 11 25,6 24 55,8 8 18,6 43 100,0
Kopi 5 11,6 14 32,6 24 55,8 43 100,0
Susu 14 32,6 13 30,2 16 37,2 43 100,0
Keju 3 7,0 10 23,3 30 6,8 43 100,0
Sebagian besar masyarakat yang tinggal Kota Tasikmalaya yang menunjukkan hasil
di daerah ini adalah warga Suku Madura dan bahwa sebagian besar ibu hamil memiliki usia
mayoritas bekerja sebagai buruh tani. dengan rentang 26-35 tahun dengan
Karakteristik responden penelitian dijelaskan persentase sebanyak 59%11.
berdasarkan usia, usia kehamilan, jarak Karakteristik responden lainnya adalah
kelahiran jumlah paritas dan tingkat jarak kelahiran yang merupakan lama waktu
pendidikan. awal kehamilan responden saat ini dengan
Berdasarkan pada Tabel 1 diketahui kelahiran sebelumnya. Distribusi frekuensi
bahwa sebagian besar responden berada pada jarak kelahiran menunjukkan bahwa sebagian
kelompok usia non risiko tinggi yaitu 20-35 besar responden memliki jarak kelahiran ≥ 24
tahun (83,7%). Usia kehamilan pada bulan atau 2 tahun (95,3%). Jumlah paritas
responden sebagian besar (55,8%) berada adalah jumlah persalinan yang pernah dialami
pada trimester III awal dengan rentang usia oleh responden sebelumnya. Tabel 1
kehamilan 28-31 minggu. Wanita hamil menunjukkan bahwa sebagian besar
cenderung terkena anemia pada trimester III responden (81,4%) memiliki jumlah paritas
karena pada masa ini janin menimbun rendah yaitu kurang dari atau sama dengan
cadangan zat besi untuk dirinya sendiri dua kali. Jarak kehamilan yang pendek <2
sebagai persediaan bulan pertama setelah tahun, merupakan salah satu penyebab
lahir10. Penelitian ini sejalan dengan penelitian anemia, karena perlunya tambahan zat besi
yang dilakukan oleh Liswanti & Ediana (2016) untuk meningkatkan jumlah sel darah merah
di Kelurahan Cilamajang Kecamatan Kawalu janin dan plasenta. Apabila persediaan
cadangan zat besi sedikit, maka pada pernah. Pada wanita yang memiliki kebiasaan
kehamilan berikutnya akan menghabiskan mengkonsumsi daging merah atau ayam 2 kali
persediaan zat besi dalam tubuh dan akan atau lebih selama satu minggu sebelum
mengakibatkan anemia pada kehamilan kehamilan cenderung memiliki kadar
berikutnya12. Penelitian yang dilakukan oleh 15
hemoglobin lebih dari >11 gr/dl .
Suryanarayana, et al (2015) di Kamataka, India Sumber pangan inhibitor zat besi
menyatakan bahwa ibu hamil dengan jarak merupakan sumber makanan yang akan
kehamilan <24 bulan lebih banyak yang menghambat penyerapan zat besi. Sebagian
mengalami anemia yaitu (61.1%) dengan jarak besar Ibu Hamil Trimester III di Kecamatan
kelahiran <12 bulan dan (68.4%) dengan jarak Pajarakan Kabupaten Probolinggo yang sering
kehamilan 12-24 bulan13. Demikian pula mengkonsumsi sumber pangan inhibitor zat
dengan jumlah paritas, ibu hamil dengan besi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.
paritas >3 kali dapat meningkatkan frekuensi Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa
komplikasi pada kehamilan dan persalinan, sebagian besar responden sering
seperti meningkatkan risiko terjadinya mengkonsumsi tempe (55,8%) dan tahu
kematian janin didalam kandungan dan (62,8%). Sumber bahan makanan yang
pendarahan sebelum dan sesudah melahirkan, merupakan inhibitor zat besi yang diteliti pada
dan hal tersebut lebih sering dijumpai pada penelitian ini berasal dari bahan makanan
ibu hamil yang mengalami anemia12. sumber tanin, fitat, dan kalsium16.
Pada penelitian ini tingkat pendidikan
responden dikelompokkan menjadi dasar, Status Anemia
menegah dan tinggi. Sebagian besar Kejadian anemia adalah suatu keadaan
responden (58,1%) berpendidikan dasar kadar hemoglobin (Hb) lebih rendah daripada
meliputi jenjang SD/SMP/Sederajat. nilai normal. Dapat diklasifikasikan menjadi
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang anemia apabila kadar Hb <11 g/dl dan tidak
dilakukan oleh Liswanti & Ediana yang anemia apabila kadar Hb >11 g/dl. Tabel 4
menunjukkan bahwa responden ibu hamil menunjukkan bahwa masih cukup banyak Ibu
sebagian besar memiliki pendidikan hingga SD Hamil Trimester III di Kecamatan Pajarakan
dengan persentase sebesar 47% . Kabupaten Probolinggo yang mengalami
anemia atau kadar hemoglobin (Hb) <11 g/dl
Kebiasaan Konsumsi Pangan Enhancer dan sebanyak (41,9%). Hasil penelitian tersebut
Inhibitor Zat Besi juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Konsumsi makanan harian adalah faktor oleh Liswanti & Ediana (2016) di Kelurahan
luar yang berkaitan dengan berlangsungnya Cilamajang Kecamatan Kawalu Kota
absorbsi zat besi dalam tubuh. Absorbsi zat Tasikmalaya yang menunjukkan bahwa
besi dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa terdapat 23 dari 42 responden ibu hamil yang
faktor interaksi antar zat makanan yang memiliki kadar nilai Hb normal dan tidak
dikonsumsi14. Sumber pangan enhancer zat mengalami anemia.
besi merupakan sumber makanan yang akan
mempercepat penyerapan zat besi. Tabel 5 Tabel 4. Status Anemia dan Kepatuhan
menyatakan bahwa Ibu Hamil trimester III di Konsumsi Tablet Fe Ibu Hamil
Kecamatan Pajarakan Probolinggo yang Trimester III di Kecamatan Pajarakan
memiliki kebiasaan sering dalam Kabupaten Probolinggo Tahun 2018
mengkonsumsi sumber pangan enhancer zat Status Anemia n=43 %
besi masih cukup rendah. Dalam penelitian ini Anemia 18 41,9
sumber pangan enhancer yang sering Tidak Anemia 25 58,1
dikonsumsi oleh responden adalah sebagai Kepatuhan Konsumsi
berikut Ayam (53,5%), Ikan (79,1%), Telur Tablet Fe
(60,5%), Tomat (53,5%), dan Pisang (51,2%). Tidak Patuh (< 90 20 46,5
Namun untuk sumber pangan enhancer Tablet)
lainnya masih jarang dikonsumsi bahkan tidak Patuh (≥ 90 Tablet) 23 53,5
Penelitian lain yang dilakukan oleh konsumsi enhancer zat besi dengan kejadian
Setyoningsih, et al (2014) di Desa Ulujami anemia pada ibu hamil trimester III di
Kabupaten Pemalang, menunjukkan bahwa Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo.
sebagian besar ibu hamil berada pada kategori Hal tersebut disebabkan karena beberapa
tidak anemia yaitu sebesar (72,7%). Penelitian jenis sumber makanan enhancer hanya dapat
yang dilakukan oleh Setyoningsih, et al (2014) bekerja maksimal pada sumber zat besi heme
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh daripada non heme dalam penyerapan zat
Jose, et al (2016) di Kochi, Kerala, India besi21. Seperti halnya dengan vitamin A,
menyatakan bahwa terdapat ibu 72% ibu vitamin A dapat membantu zat besi heme
hamil yang mengalami anemia17. dapat larut di mukosa usus, sehinga zat besi
Pemerintah memiliki upaya dalam dapat diabsorbsi. Apabila zat besi yang
menanggulangi dan mencegah masalah dikonsumsi bukan zat besi heme maka peran
anemia pada ibu hamil salah satunya adalah vitamin A tidak dapat bekerja dengan
dengan suplementasi zat besi18. Kementrian maksimal. Sama seperti vitamin A, vitamin C
Kesehatan di India juga merekomendasikan juga membantu penyerapan di usus. Selain
bahwa ibu hamil disarankan untuk itu, vitamin C menyalurkan besi non heme jika
mengkonsumsi 100 mg suplementasi besi dan berinteraksi dengan inhibitor zat besi. Sifat
500 mg asam folat minimal selama 100 hari reduktor paling kuat terdapat dalam asam
kehamilan, ibu hamil yang mengkonsumsi askorbat. Efek vitamin B2 dan B6 dalam
suplemen zat besi dan asam folat dapat absorbsi kemungkinan memang tidak sebesar
mengurangi resiko mengalami defisiensi zat vitamin C. Vitamin B2 dan vitamin B6 juga
besi yang akan menyebabkan anemia19. Pada lebih berkaitan dengan protein dalam sintesis
responden penelitian ini memiliki kebiasaan heme22.
baik dalam mengkonsumsi tablet Fe, yaitu Hasil penelitian tersebut sejalan dengan
sebagian besar responden (53,5%) rutin penelitian yang dilakukan oleh Masthalina, et
mengkonsumsi tablet Fe setiap harinya. Pada al (2015) terkait pola konsumsi faktor inhibitor
penelitian yang dilakukan oleh Setiawati, et al dan enhancer terhadap status anemia remaja
(2014) di Puskesmas Sekampung Kabupaten putri yang menunjukkan hasil bahwa tidak
Lampung Timur menyatakan bahwa ada terdapat hubungan yang signifikan antara
hubungan antara asupan Fe dengan kejadian konsumsi sumber makanan enhancer zat besi
anemia pada ibu hamil, dengan ibu hamil yang dengan status anemia pada siswi, yang mana
kurang mengkonsumsi tablet Fe lebih banyak hasil menunjukkan bahwa sebagian besar
yang mengalami anemia (67.3%)20. siswi kadang-kadang mengkonsumsi makanan
sumber enhancer yaitu sejumlah 76,2%9.
Hubungan Kebiasaan Konsumsi Sumber Penelitian ini tidak sejalan dengan
Pangan Enhancer Zat Besi dengan Kejadian penelitian lain yang dilakukan oleh Marina, et
Anemia al (2015) pada remaja putri di SMA Negeri 10
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa Makassar menyatakan bahwa tidak ada
ibu hamil dengan kebiasaan konsumsi sumber hubungan antara asupan protein dengan
pangan enhancer zat besi sering (66,7%) dan status hemoglobin pada remaja putri.
ibu hamil dengan kebiasaan konsumsi sumber Terdapat (90,2%) remaja putri yang
pangan enhancer zat besi jarang (53,8%) mengalami anemia dan memiliki asupan
sebagian besar tidak mengalami anemia. Ibu protein cukup, kemudian pada remaja putri
hamil yang tidak pernah mengkonsumsi dengan status hemoglobin normal dengan
sumber pangan enhancer zat besi, memiliki asupan protein cukup sebanyak (92,8%)23.
jumlah persentase sama antara yang
mengalami anemia dengan yang tidak Hubungan Kebiasaan Konsumsi Sumber
menagalami anemia . Berdasarkan hasil uji Pangan Inhibitor Zat Besi dengan Kejadian
statistik uji statistik dengan rank spearman Anemia
didapatkan nilai p-value > 0,005 yang artinya Tabel 5 menunjukkan bahwa ibu hamil
tidak terdapat hubungan antara kebiasaan dengan kebiasaan sering mengkonsumsi
Tabel 5. Tabulasi Silang Kebiasaan Konsumsi Sumber Pangan Enhancer dan inhibitor Zat Besi
menurut Status Anemia Ibu Hamil Trimester III di Kecamatan Pajarakan Kabupaten
Probolinggo Tahun 2018
Status Anemia
Kebiasaan Konsumsi Total
Anemia Tidak Anemia p-value r
Enhancer
n % n % N %
Sering 5 33,3 10 66,7 15 100
Jarang 12 46,2 14 53,8 26 100 0,420
Tidak Pernah 1 50,0 1 50,0 2 100
Kebiasaan Konsumsi Inhibitor
Sering 10 76,9 3 23,1 13 100
Jarang 5 24,9 12 70,6 17 100 0,005 0,424
Tidak Pernah 3 23,1 10 76,9 13 100
sumber pangan inhibitor zat besi sebagian siswi. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar
besar mengalami anemia (76,9%). Sedangkan siswi suka mengkonsumsi makanan seperti
pada ibu hamil yang jarang dan tidak pernah teh, pisang, dan coklat yang termasuk dalam
mengkonsumsi sumber pangan inhibitor zat daftar bahan makanan yang dapat
besi sebagian besar mengalami anemia lebih menghambat penyerapan zat besi9. Teh dan
rendah yaitu 24,9% dan 23,1%. kopi mengandung tannin yang mampu
Hasil analisis menggunakan uji menghambat penyerapan zat besi dari
spearman dengan ⍺=0,05 didapatkan nilai p- makanan lain, selain itu pada teh hitam
value < 0,05 sehingga H0 ditolak, yang artinya terkandung senyawa polifenol yang apabila
terdapat hubungan antara kebiasaan teroksidasi akan mengikat mineral seperti zat
konsumsi sumber pangan inhibitor zat besi besi24.
dengan kejadian anemia pada Ibu Hamil Tannin hanya dapat memberikan efek
Trimester III di Kecamatan Pajarakan inhibitornya pada zat besi non heme,
Kabupaten Probolinggo. Dengan nilai koefisien sedangkan kalsium pada susu dapat memiliki
korelasi spearman sebesar 0,424, sehingga efek menghambat baik pada besi non heme
dapat disimpulkan bahwa kebiasaan konsumsi maupun zat besi heme. Meskipun demikian
sumber pangan inhibitor zat besi dengan sifat penghambat pada kalsium tidak akan
kejadian anemia berada pada kategori korelasi memperlihatkan dampak jika kandungan
moderat atau hubungan cukup kuat. kalsium hanya <40mg atau bahkan >300mg.
Hal tersebut diketahui bahwa sebagian Anjuran konsumsi protein sebagai sumber
besar responden mengkonsumsi tahu tempe enhancer adalah >80% AKG dan >77% AKG
sebagai lauk hampir setiap harinya, dimana untuk vitamin C, apabila konsumsi protein
tahu dan tempe yang berbahan dasar kedelai kurang berisiko 26 kali lebih besar menderita
merupakan salah satu bahan makanan yang anemia dan 47 kali lebih besar apabila
mengandung fitat dan merupakan zat yang konsumsi vitamin C kurang21.
menghambat penyerapan zat besi. Selain itu Pada penelitian lain yang dilakukan oleh
juga terdapat beberapa responden lainnya Riswanda (2017) di Kabupaten Muara Enim
yang mengkonsumsi teh setiap hari, teh dan menyatakan bahwa ada hubungan antara
kopi mengandung tannin yang mampu asupan Tanin dengan kadar hemoglobin.
menghambat penyerapan zat besi dari Semakin besar asupan tanin, maka semakin
makanan lain. rendah kadar hemoglobin sehingga memiliki
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan resiko anemia lebih tinggi. Pada penelitian ini
penelitian yang dilakukan oleh Masthalina, et terdapat (47,66%) responden yang mengalami
al (2015) menunjukkan hasil bahwa terdapat anemia dengan asupan tanin lebih dari 10,5
hubungan antara pola konsumsi faktor gr/hari25.
inhibitor zat besi dengan status anemia pada