PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap pelaku bisnis
yangingin memenangkan kompetisi dalam dunia industri akan memberikan perhatian penuh
padakualitas. Perhatian penuh kepada kualitas akan memberikan dampak positif kepada
bisnis melaluidua cara, yaitu dampak terhadap biaya produksi dan dampak terhadap
pendapatan (Gaspersz, 2001).
Menurut Musri (2001), Gugus Kendali Mutu (GKM) adalah sekelompok pekerja kecil
daripada wilayah kerjanya yang secara sukarela dan berkala mengadakan kegiatan
pengendalianmutu dengan cara mengidentifikasikan, menganalisa dan mencari pemecahan
masalah. KarenaGKM berkembang di Jepang, maka beberapa pengamat (Broeckner & Hess;
Van Wassenhove;Defrank, Matteson, Schweiger, Ivanchevich, dalam Ariyoto, 1989)
menganggap bahwa GKMmenyandang sesuatu yang bersifat budaya, sehingga sulit
dikembangkan di negara dengan budayalain. Namun, beberapa peneliti lainnya (Lawlwer III
& Mohan, Ingle; Hutchins; Meyer & Scott;Schonberger; Wheelwright, dalam Ariyoto, 1989)
menganggapnya tidak demikian. Di dalamsituasi budaya barat pun GKM akan mampu hidup,
asalkan beberapa persyaratan dipenuhi.
BAB II
PENYAJIAN
Gugus Kendali Mutu (GKM) atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Quality
Control Circle (QCC) adalah suatu kegiatan dimana sekelompok karyawan yang
bekerjasama dan melakukan pertemuan secara berkala dalam mengupayakan pengendalian
mutu (kualitas) dengan cara mengidentifikasikan, menganalisis dan melakukan tindakan
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam pekerjaan dengan menggunakan alat-alat
pengendalian mutu (QC Tools).
Menurut Chandra et al. (1991), GKM adalah sekelompok orang dari wilayah kerja
yang sama, datang bersama secara sukarela untuk mengidentifikasi permasalahan dalam
wilayah kerja mereka, menganalisis, dan mencari solusinya. Gugus tersebut mengajukan
solusi pada manajemen dan melaksanakannya setelah disetujui. Tinjauan ulang dan tindakan
lanjut dari pelaksanaan solusi juga merupakan tanggung jawab dari Gugus.
Konsep dasar GKM adalah anggapan bahwa penyebab persoalan mutu atau produksi
tidak diketahui oleh para pekerja dan manajemen, juga diandaikan bahwa pekerja pabrik
mempunyai pengetahuan yang siap pakai, kreatif, dan dapat dilatih untuk menggunakan
kreativitas alamiah dalam pemecahan persoalan pekerjaan. Walaupun demikian, GKM
merupakan pendekatan yang membina manusia, bukannya pendekatan penggunaan manusia
(Crocker et al., 2004).
Quality Control Circle (QCC) atau Gugus Kendali Mutu (GKM) ini pertama kali
diperkenalkan oleh seorang ahli pengendalian mutu (kualitas) yaitu Prof. Kaoru Ishikawa
pada tahun 1962 bersama dengan Japanese Union of Scientists and Engineers (JUSE).
Perusahaan pertama yang menjalankan konsep Gugus Kendali Mutu (GKM) adalah Nippon
Wireless and Telegraph Company pada tahun 1962.
Anggota GKM (Gugus Kendali Mutu) pada umumnya adalah karyawan yang bekerja
pada unit yang sama dengan Jumlah anggota GKM yang ideal sekitar 7 sampai 8 orang yang
masing-masing terdiri dari Fasilitator, Pemimpin Tim (Team Leader) dan anggota.
Pembentukan GKM ini harus mendapatkan persetujuan dari pihak manajemen dan
melaporkan tujuan GKM serta rencana tindakan pemecahan masalah yang akan diterapkan
kepada Manajemen perusahaan. Keputusan dan penerapan rencana tindakan pemecahan
masalah tersebut harus mendapatkan persetujuan dan dukungan penuh dari Pihak
Manajemen.
Melalui Kegitan GKM (Gugus Kendali Mutu), perusahaan juga dapat memotivasi
karyawan, meningkatkan kemampuan karyawan dalam pemecahan masalah, meningkatkan
keterlibatan karyawan serta menanamkan kesadaran karyawan tentang pentingnya
pencegahan masalah.
Yaitu suatu alat untuk melihat permasalahan yang paling tinggi prioritasnya. Divisualisasikan
dalam sebuah diagram yang disusun mulai dari data terbesar/terbanyak.
Scatter Diagram atau Diagram Pencar dipakai untuk melihat hubungan / korelasi dua variabel
yang berkaitan. Diagram ini dugunakan untuk melihat seberapa besar hubungan antara dua
variable yang ditunjukkan pada Sumbu X dan Y.
Bagan pengendalian bentuk ini merupakan bagan yang paling umum untuk data yang
diukur.
Check Sheet biasanya berbentuk formulir kertas dengan item-item yang diperlukan sudah
dicantumkan dan disusun sedemikian rupa. Digunakan untuk mengumpulkan data hasil
pemeriksaan (pengecekan), karena itu ada pula yang menyebutnya dengan Lembar
Pengumpul Data.
Check Sheet digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data dan informasi
mengenai aspek dan kondisi tertentu yang diperlukan
Check Sheet biasanya dipakai untuk memudahkan proses pengumpulan data, dan
memudahkan untuk menganalisa data
6. Histogram
Histogram adalah satu jenis grafik balok khusus yang menggambarkan penyebaran
data sebagai hasil satu macam pengukuran dari suatu kejadian atau proses, apakah
data tersebut keluar dari batas pengendalian atau tidak. Dalam keadaan normal, tinggi
balok-balok tersebut menampilkan bentuk lonceng.
Histogram sangat membantu sebagai tindakan preventif terhadap masalah yang ada
dengan melakukan pencatatan data secara kontinyu, sehingga penyimpangan yang
terjadi dapat langsung diidentifikasi secara dini sebelum masalah menjadi berlarut-
larut.
5. Stratification (Stratifikasi)
Sebelum pembahasan secara spesifik mengenai manjemen mutu, terlebih dahulu akan
dijelaskan batasan mengenai manajemen dan mengenai mutu/kualitas. Berikut batasan para
ahli mengenai manajemen:
1. Menurut G.R. Terry: Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-
tujuan organisasional atau maksud yang nyata.
2. Menurut Ricky W. Griffin: Manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai
sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai
sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada
dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Adapun batasan manjemen mutu itu sendiri yaitu Menurut Ishikawa dalam M.
N. Nasution (2001), manajemen mutu adalah gabungan semua fungsi manajemen, semua
bagian dari suatu perusahaan dan semua orang ke dalam falsafah holistik yang dibangun
berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan kepuasan pelanggan. Definisi
lainnya mengatakan bahwa manajemen mutu merupakan suatu tatanan yang menjamin
tercapainya tujuan dan sasaran‐sasaran mutu yang direncanakan. Jadi sistem manajemen
mutu adalah tatanan yang menjamin kualitas output dan proses pelayanan/produksi.
Manajemen mutu juga diartikan sebagai sistem manajemen yang mengangkat kualitas
sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh
anggota organisasi. Manajemen mutu merupakan sistem manajemen yang berfokus pada pada
orang/ karyawan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen mutu merupakan semua
aktifitas dari keseluruhan fungsi manajemen yang menetapkan kebijakan mutu, tujuan dan
tanggung jawab perusahaan, serta melaksanakannya dengan cara seperti perencanaan mutu,
pengendalian mutu, pemastian mutu dan peningkatan mutu di dalam sistem mutu.
Manajemen mutu merupakan gabungan dari semua fungsi manajemen yang dibangun
berdasarkan konsep kualitas dan berorientasi pada kepuasan pelanggan. Manajemen mutu
sendiri mempunyai tiga unsur utama, seperti yang dinyatakan oleh M. N. Nasution (2001)
yaitu sebagai berikut:
Secara historis, mutu sebenarnya sebagai suatu konsep yang sudah lama dikenal,
Garvin dalam Lovelock (1994: 101-107) membagi pendekatan modern terhadap mutu ke
dalam 5 tahapan, yaitu inspeksi, pengendalian mutu secara statistis, jaminan mutu,
manajemen mutu strategis, dan obsesi mutu menyeluruh (Siswanto, 2005)
Era Tanpa mutu. Masa ini dimulai sebelum abad ke-18 dimana produk yang dibuat
tidak diperhatikan mutunya. Hal seperti ini mungkin terjadi karena pada saat itu belum ada
persaingan (monopoli) Dalam era modern saat ini, praktik seperti ini masih bisa dijumpai.
Pengadaan listrik misalnya, hingga saat ini masih dikuasai oleh PLN sehingga masyarakat
tidak bisa pindah meskipun pelayanan listriknya sering mati. Dahulu Telkom menjadi satu-
satunya operator telepon sehingga masyarakat tidak bisa berpaling meskipun harganya mahal
dan sulit untuk mendapatkan sambungan telepon ke rumah.
Era Inspeksi. Era ini mulai berlangsung sekitar tahun 1800-an, dimana pemilahan
produk akhir dilakukan dengan cara melakukan inspeksi sebelum dilepas ke konsumen.
Tanggung-jawab mutu produk diserahkan sepenuhnya ke departemen inspeksi (QC).
Departemen QC akhirnya selalu jadi sasaran bila ada produk cacat yang lolos ke konsumen.
Di sisi lain, biaya mutu menjadi membengkak karena produk seharusnya sudah bisa dicegah
masuk ke proses berikutnya pada saat departemen terkait menemukan adanya cacat di
bagiannya masing-masing sebelum diperiksa oleh petugas inspeksi.
Statistical Quality Control Era (Pengendalian Mutu secara Statistik). Era ini dimulai
tahun 1930 oleh Walter Shewart dari Bell Telephone Laboratories. Departemen Inspeksi
dilengkapi dengan alat dan metode statistik untuk mendeteksi penyimpangan yang terjadi
pada produk yang dihasilkan departemen produksi. Departemen Produksi menggunakan data
tersebut untuk melakukan perbaikan terhadap sistem dan proses.
Quality Assurance Era. Era ini mulai berkembang tahun 1950-an. Konsep mutu meluas
dari sebatas tahap produksi (hilir) ke tahap desain (hulu) dan berkoordinasi dengan
departemen jasa (Maintenance,PPIC,Gudang,dll). Manajemen mulai terlibat dalam penentuan
pemasok (supplier). Konsep biaya mutu mulai dikenal, bahwa aktivitas pencegahan akan
mengurangi pengeluaran daripada upaya perbaikan cacat yang sudah terjadi. Desain yang
salah misalnya akan mengakibatkan kesalahan produksi atau instalasi. Oleh sebab itu sangat
ketelitian desain untuk mengurangi biaya. Contoh dari era ini adalah penggunaan ISO 9000
versi 1994.
Strategic Quality Management /Total Quality Management. Dalam era ini keterlibatan
manajemen puncak sangat besar dalam menjadikan kualitas sebagai modal untuk
menempatkan perusahaan siap bersaing dengan kompetitor. Sistem ini didefenisikan sebagai
sistem manajemen strategis dan integratif yang melibatkan semua manajer dan karyawan
serta menggunakan metode-metode kualitatif dan kuantitatif untuk memperbaiki proses-
proses organisasi secara berkesinambungan agar dapat memenuhi dan melampaui harapan
pelanggan. Contoh era ini adalah penggunaan Sistem manajemen Mutu ISO 9000 versi 2000
dan 2008.
Manajemen mutu adalah aspek dari seluruh fungsi manajemen yang menetapkan dan
melaksanakan kebijakan mutu. Pencapaian mutu yang diinginkan memerlukan kesepakatan
dan partisipasi seluruh anggota organisasi, sedangkan tanggung jawab manajemen mutu ada
pada pimpinan puncak. Untuk melaksanakan manajemen mutu dengan baik dan menuju
keberhasilan, diperlukan prinsip-prinsip dasar yang kuat. Prinsip dasar manajemen mutu
terdiri dari 8 butir, sebagai berikut: (Manfaati, 2013).
2. Kepemimpinan (Leadership)
Pemimpin organisasi harus menetapkan kesatuan tujuan dan arah dari organisasi.
Mereka harus menciptakan dan memelihara lingkungan internal agar orang- orang dapat
menjadi terlibat secara penuh dalam pencapaian tujuan- tujuan organisasi.
Dalam ISO 9001 pengendalian mutu harus dimulai dari masing-masing proses yang
terdapat dalam perusahaan. Setiap proses adalah input bagi proses sesudahnya dan sekaligus
merupakan output dari proses sebelumnya. Karena proses-proses tersebut saling berinteraksi
satu sama lain dalam satu sistem, maka pengendalian mutu yang baik pada setiap proses
tentunya secara keseluruhan akan menghasilkan suatu pengendalian mutu secara sistematik.
3. Koordinasi yang lebih baik.
Adanya kesamaan persepsi untuk menghasilkan output yang memenuhi persyaratan dan
kebutuhan akan adanya satu sistem yang mendukung pencapaian hal tersebut, mendorong
terjadinya kegiatan koordinasi antar proses dalam sistem tersebut. ISO 9001 merancang suatu
sistem manajemen mutu yang mengarahkan proses-proses dalam suatu perusahaan agar
melakukan koordinasi yang lebih baik.
1. Perencanaan Mutu
Quality planning, suatu proses yang mengidentifikasi pelanggan dan proses yang akan
menyampaikan produk dan jasa dengan karakteristik yang tepat dan kemudian mentransfer
pengetahuan ini ke seluruh kaki tangan perusahaan guna memuaskan pelanggan.
a) Menetapkan (Identifikasi) siapa pelanggan
b) Menetapkan (identifikasi) kebutuhan pelanggan
c) mengembangkan keistimewaan produk merespon kebutuhan pelanggan.
d) mengembangkan proses yang mampu menghasilkan keistimewaan produk
e) Mengarahkan perencanaan ke kegiatan operasioanal
2. Pengendalian Mutu
Suatu proses dimana produk benar-benar diperiksa dan dievaluasi, dibandingkan
dengan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan para pelanggan. Persoalan yang telah diketahui
kemudian dipecahkan, misalnya mesin-mesin rusak segera diperbaiki.
Langkah Kegiatan yang dikerjakan, antara lain :
a) Evaluasi kinerja dan kontrol produk
b) Membandingkan kinerja aktual terhadap tujuan produk.
c) Bertindak terhadap perbedaan atau penyimpangan mutu yang ada.
3. Peningkatan Mutu
Peningkatan mutu atau quality improvement adalah suatu proses kegiatan yang
dilakukan untuk meningkatkan mutu barang atau jasa. Agar dapat sukses di setiap
perusahaan/institusi/lembaga harus melakukan proses secara sistematis dalam melaksanakan
perbaikan secara berkesinambungan untuk meningkatkan mutu.
Quality improvement juga dapat diartikan sebagai suatu proses dimana mekanisme
yang sudah mapan dipertahankan sehingga mutu dapat dicapai berkelanjutan. Hal ini meliputi
alokasi sumber-sumber, menugaskan orang-orang untuk menyelesaikan proyek mutu, melatih
para karyawan yang terlibat dalam proyek mutu dan pada umumnya menetapkan suatu
struktur permanen untuk mengejar mutu dan mempertahankan apa yang telah dicapai
sebelumnya.
a) Mengadakan infrastruktur yang diperlukan bagi upaya peningkatan mutu.
b) Identifikasi apa yang perlu ditingkatkan dan proyek peningkatan mutu.
c) Menetapkan tim proyek
d) Menyediakan tim dengan sumber daya, pelatihan, motivasi untuk mendiagnosa
penyebab, merangsang perbaikan mengadakan pengendalian agar tetap tercapai
perolehan.
Adapun 14 prinsip perbaikan mutu menurut Deming yaitu peningkatan mutu produk,
menerapkan filosofi mutu, mengurangi pengawasan, hentikan pendapat harga membawa
rupa, peningkatan berkesinambungan, diklat karyawan, kepemimpinan yg berkomitmen
terhadap mutu, menghilangkan rasa takut dlm iklim kerja, menghilangkan barier antar unit
kerja, membatasi slogan dan target, mengurangi penekanan pada angka, menghilangkan
hambatan dan kebanggaan kerja, melakukan perubahan, merencanakan dan melaksanakan
program diklat yang membangun.
Menurut Delming, terdapat 7 hambatan dalam perbaikan mutu meliputi
1. Tidak ada tujuan yang konstan
2. Penekanan pada keuntungan sesaat
3. Evaluasi kinerja berdasarkan penilaian tahunan
4. Mobilitas menejemen
5. Melakukan tindakan apa yang dilihat
6. Penggunaan biaya kesehatan yang berlebihan
7. Penggunaan biaya untuk memberikan garansi yang berlebihan
Menurut Prof. A. Donabedian, ada tiga pendekatan evaluasi (penilaian) mutu yaitu dari
aspek:
1. Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya di fasilitas kesehatan.
2. Proses adalah semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga
kesehatan dan interaksinya dengan pasien.
3. Outcomes adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan
profesional terhadapa pasien
PENUTUP
Kesimpulan
Gugus Kendali Mutu (GKM) adalah sekelompok pekerja kecil daripada wilayah
kerjanya yang secara sukarela dan berkala mengadakan kegiatan pengendalian mutu dengan
cara mengidentifikasikan, menganalisa dan mencari pemecahan masalah. Definisi lain GKM
adalah sejumlah karyawan dengan pekerjaan yang sejenis yang bertemu secara berkala untuk
membahas dan memecahkan masalah-masalah pekerjaan dan lingkungannya dengan tujuan
meningkatkan mutu usaha dengan menggunakan perangkat kendali mutu.
Gugus kendali mutu menjadi satu hal yang perlu kita prioritaskan dalam rangka
mempertahankan kedudukan perusahaan. Karena masalah mutu secara keseluruhan akan
tercermin pada semua segi dari suatu usaha, maka tiap perbaikan usaha, betapapun kecilnya
akan merupakan sumbangan yang bermakna bagi upaya peningkatan mutu secara
keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.blogger.com/profile/04184615952967318294
https://ilmumanajemenindustri.com/author/dicksonkho/
https://veriyenpaone.blogspot.com/2012/11/makalah-anjak-piutang_18.html
https://sites.google.com/site/kelolakualitas/PDCA