Anda di halaman 1dari 4

Ringkasan Materi 3

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca seseorang. Faktor-
faktor tersebut antara lain, yaitu: (a) Faktor Psikologis, (b) Faktor Fisiologis, (c) Faktor
Sosial, dan (d) Faktor Kecerdasan/ Intelektual.
A. FAKTOR PSIKOLOGIS
Faktor psikologis merupakan faktor yang berkaitan dengan kejiwaan yang
mempengaruhi perilaku seseorang dalam membaca. Faktor psikologis ini antara lain yaitu
minat, motivasi, sikap dan kecemasan, dan gaya belajar.
1. Minat
Minat merupakan keinginan yang dimiliki oleh seseorang sehingga membuat
dia berusaha untuk membaca. Oleh karena itu, orang yang memiliki minat baca yang
tinggi akan semakin rajin dalam membca. Semakin rajin orang membaca, maka akan
semakin banyak pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang diperolehnya.
Semakin terampil seseorang membaca, maka akan semakin mudah dalam memahami
isi bacaan. Begitu juga sebaliknya, orang yang minat bacanya rendah, akan cenderung
malas dalam membaca. Semakin malas orang membaca, maka akan semakin sulit
memperoleh keterampilan membaca. Semakin tidak terampil seseorang dalam
membaca, maka akan semakin mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan.
2. Motivasi
Motivasi merupakan salah satu aspek yang paling penting dan bahkan
merupakan kunci bagi kesuksesan membaca. Menurut Brown (2008:183) terdapat tiga
perspektif teori tentang motivasi yaitu teori behavioristik, kognitif, dan konstruktivis.
Perspekstif behavioristik bahwa motivasi merupakan dorongan untuk memperoleh
imbalan positif yang diberikan atas perilaku-perilaku tertentu sehingga seseorang
berusaha untuk memperoleh imbalan-imbalan selanjutnya. Oleh karena itu, motivasi itu
timbul karena ada dorongan dari faktor eksternal seperti orang tua, guru, teman, dan
lain-lain. Menurut perspektif kognitif, motivasi merupakan dorongan yang muncul
dalam diri individu untuk mencapai kebutuhan dasar dalam dirinya. Oleh karena itu,
kekuatan dalam diri individu yang paling menentukan. Sedangkan dalam perspektif
konstruktivis, motivasi merupakan dorongan yang muncul dari interaksi sosial,
komunitas, dan status sosial. Oleh karena itu, menurut perspektif ini motivasi
ditentukan oleh kekuatan interaksi dorongan dalam diri sendiri.
Menurut Brown dalam Ghazali (2010:144) mengemukakan tiga jenis motivasi:
pertama, motivasi global yaitu orientasi umum terhadap tujuan pembelajaran; kedua,
motivasi situasional yaitu motivasi yang berbeda sesuai dengan konteks, dan; ketiga,
motivasi tugas yaitu dorongan kemauan untuk melaksanakan berbagai jenis tugas
pembelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas, maka motivasi merupakan dorongan yang muncul
baik secara internal maupun eksternal sehingga membuat seseorang berusaha untuk
melakukan kegiatan membaca. Dengan demikian, semakin besar dorongan baik dari
internal maupun eksternal, maka akan semakin besar pula motivasi seseorang untuk
membaca, semakin besar motivasi seseorang, maka akan semakin mudah dalam
memahami isi bacaan.
3. Sikap dan Kecemasan
Ghazali, (2010:144-147), menambahkan bahwa terdapat faktor lain yang
berhubungan erat dengan motivsi yaitu sikap bahasa. Sikap bahasa adalah keyakinan
dari pembelajar tentang masyakakat bahasa dan orang-orang yang menjadi penutur
terhadap bahasa yang sedang dipelajarinya. Selain sikap, kecemasan juga bisa
berdampak negatif terhadap motivasi membaca siswa. Kecemasan sampai pada tingkat
yang lebih parah dapat berdampak buruk bagi pembelajar sehingga mendorong mereka
untuk melakukan tindakan penghidaran seperti tidak mau ikut dalam kegiatan belajar,
tidak mengerjakan tugas, duduk tidak tenang atau gagap dalam berbicara.
4. Gaya Belajar.
Brown (2008: 128) menyatakan bahwa gaya pembelajaran menjembatani emosi
dan kognisi. Misalnya, gaya reflektif pasti tumbuh dari pribadi atau mood yang
reflektif. Sebaliknya, gaya impulsif biasanya muncul dari keadaan emosional yang
impulsil. Gaya orang belajar ditentukan oleh cara mereka menyerap tentang sesuatu
yang dipelajari dari lingkungan mereka yang melibatkan spek kognitif, psikomotorik
dan afektif. Oleh karena itu, gaya merupakan sifat stabil yang dimiliki dalam diri
seseorang.
Menurut Skehan seperti yang dikutip oleh Brown (2008:128), gaya merupakan
kecenderungan umum untuk melakukan pemrosesan informasi dalam sebuah cara
tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, maka gaya belajar dalam hal ini dapat
dipahami sebagai kecenderungan-kecenderungan yang biasa dilakukan oleh individu
sebagai cara dia dalam belajar dan memahami isi bacaan. Oleh karena itu, gaya atau
kebiasaan tersebut merupakan salah satu faktor dapat mempengaruhi pemahaman
terhadap bacaan. Misalnya, seseorang yang sudah terbiasa membaca dengan kondisi
yang sepi, maka akan mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan ketika dia
membaca dengan kondisi yang ramai dan bisik. Begitu juga sebaliknya, seseorang yang
sudah terbiasa membaca sambil mendengarkan musik akan lebih mudah memahami isi
bacaannya dibandingkan ketika dia membaca tanpa sambil mendengarkan musik.
B. FAKTOR FISIOLOGIS
Faktor fisiologis merupakan gangguan secara fisik yang dapat mempengaruhi
proses dan kemampuan membaca seseorang. Faktor fisik seperti gangguan pada alat
bicara, penglihatan, dan pendengaran dapat berpengaruh terhadap kemampuan membaca
seseorang. Misalnya, seorang yang mengalami gangguan penglihatan seperti mata juling,
rabun, atau bahkan buta, maka akan mengalami kesulitan untuk membaca bahkan tidak
bisa membaca sama sekali. Begitu juga bagi seseorang yang mengalami gangguan alat
ucap, maka akan mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata-kata tertentu dengan jelas
dan tepat. Begitu juga dengan gangguan pendengaran karena dapat menghambat serta
menyebabkan seseorang menjadi salah dalam memahami dan membedakan bunyi bahasa
dengan tepat terutama bagi anak-anak pada tahap membaca awal seperti bunyi huruf atau
kata yang mirip, seperti bunyi huruf P dan B atau kata bang dan bank, dan lain-lain.

C. FAKTOR SOSIAL
Lingkungan sosial dan ekonomi keluarga juga merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi membaca anak. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan
menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat kemampuan ekonomi keluarga, maka semakin
tinggi juga kemampuan verbal anak. Faktor ekonomi keluarga tidak hanya berpengaruh
terhadap ketersediaan fasilitas belajar seperti bahan-bahan bacaan dan kondusifitas belajar,
tetapi juga dukungan dan waktu belajar. Anak dari keluarga yang mampu biasanya
memiliki fasilitas belajar yang lebih lengkap dibandingkan dengan anak dari keluarga
yang tidak mampu.
Dukungan sosial ekonomi keluarga membuat anak semakin mudah memperoleh
kebutuhan belajar yang diperlukan seperti buku, laptop, tablet, bahkan akses internet dan
ruangan belajar yang kondusif. Hal ini berbeda dengan anak yang ekonomi orang tuannya
tidak mampu dengan fasilitas belajar seadanya. Selain itu, anak dari orang tua yang tidak
mampu tidak memiliki banyak waktu untuk belajar secara “bebas” karena harus kadang-
kadang mereka memiliki tanggung jawab untuk membantu orang tua.
Faktor lain secara sosial adalah permasalahan kehidupan rumah tangga orang tua
anak. Anak yang orang tuanya sudah meninggal atau ditinggal cerai oleh Ibu/ Bapaknya
akan cenderung terbebani baik secara ekonomi, fisik maupun psikis, sehingga berpengaruh
terhadap konsentrasi belajar anak. Hal ini berbeda dengan anak yang memiliki keluarga
dengan ekonomi mapan dan harmonis, karena tidak hanya terpenuhinya semua fasilitas
belajar, tetapi juga kasih sayang dan perhatian belajar dari orang tua, bahkan bisa belajar
secara privat.

D. FAKTOR KECERDASAN
Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti: Pertama, cerdas berarti
kesempurnaan perkembangan akal budi sehingga dapat berpikir, mengerti dan memahami
dengan cepat dan kritis. Kedua, cerdas berkaitan dengan fisik yaitu kesempurnaan
pertumbuhan tubuhnya sehingga dia sehat dan kuat, (KBBI). Kecerdasan biasa disebut
dengan istilah intelegensi, berasal dari bahasa latin yaitu “Intelligence” yang berarti
menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Menurut Binet seperti yang dikutip oleh
Safaria (2005:19) bahwa kecerdasan (intellegence) merupakan kemampuan yang dimiliki
oleh individu yang mencakup: (1) kemampuan berpikir untuk menetapkan tujuan yang
ingin dicapainya; (2) kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya; dan (3)
kemampuan untuk mengevaluasi dan memperbaiki diri serta tidak mengulangi kesalahan
sama.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam hal ini intelegensi dapat diartikan
sebagai kemampuan kognitif yang dimiliki oleh setiap orang sehingga dapat berpikir
secara rasional dan cepat dalam merespon atau memahami sesuatu yang dibacanya.
Seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi akan lebih mudah memahami isi
bacaanya, begitu juga sebaliknya orang yang memiliki kecerdasan rendah akan mengalami
kesulitan dalam memahami isi bacaannya dengan tepat dan cepat.
Dari segi efektivitasnya, bagi orang yang memiliki kecerdasan tinggi, maka satu
kali membaca saja sudah langsung dapat menangkap isi bacaanya. Sedangkan bagi orang
dengan kecerdasan rendah, maka akan memerlukan waktu yang lebih lama dan membaca
berkali-kali baru dapat memahami isi bacaanya.

Anda mungkin juga menyukai