Anda di halaman 1dari 7

AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN

“WASIAT”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7

Meiliyana Sari (332018008)

DOSEN PENGAMPU:

Mardiah, S.Pd.I., M.Pd.I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis ucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang hingga
saat ini masih memberikan nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis diberikan
kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan
makalah tentang “Wasiat”.
Sholawat serta salam tidak lupa selalu dihaturkan untuk junjungan nabi agung kita,
yaitu nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita
semua, yang merupakan petunjuk yang paling benar, yakni syariah agama Islam yang
sempurna dan merupakan suatu karunia yang paling besar bagi seluruh alam semesta.
Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata kuliah
“Al- Islam Kemuhammadiyahan”. Penulis harap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca

Palembang, 20 Juni 2020

Pemateri

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Harta adalah salah satu benda berharga yang dimiliki manusia. Karena harta itu
manusia dapat memperoleh apapun yang dikehendakinya. Harta itu dapat berwujud benda
bergerak atau benda tidak bergerak. Cara memperoleh harta pun kian beragam. Dari cara
yang halal seperti bekerja keras haingga orang yang menggunakan “jalan pintas”.
Keberadaan wasiat sebagai suatu proses peralihan harta ternyata telah berlangsung
cukup lama. Pada masa-masa sebelum kedatangan islam, pelaksanaan wasiat kurang
mengedepankan prinsip kebenaran dan keadilan. Hal ini antara lain terlihat pada masa
Romawi. Selanjutnya pada masa Arab Jahiliyah, wasiat diberikan kepada orang lain
dengan tujuan untuk berlomba-lomba menunjukkan kemewahan, sedangkan kerabat yang
ada ditinggalkan dalam keadaan miskin dan membutuhkan. Kondisi ini kemudian
berubah dengan datangnya islam yang mengarahkan tujuan wasiat kepada dasar-dasar
kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu, kepada pemilik harta diwajibkan untuk
berwasiat kepada orang tua dan karib kerabat sebelum dilakukan pembagian harta
warisan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian wasiat ?
2. Apa syarat pemberi, penerima dan objek wasiat?
3. Bagaimana dasar hukum wasiat?
4. Bagaimana tuntunan islam tentang hibah?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian wasiat
2. Untuk mengetahui syarat pemberi, penerima dan objek wasiat
3. Untuk mengetahui dasar hukum wasiat
4. Untuk mengetahui tuntunan islam tentang hibah

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wasiat

Kata wasiat terambil dari kata washaitu, asy-syaia, uushiihi yang artinya (aku
menyampaikan sesuatu). Secara istilah wasiat adalah pemberian seseorang kepada orang
lain (berupa barang, piutang atau manfaat) untuk dimiliki oleh si penerima sesudah
orang yang berwasiat mati. Sebagian ahli fikih mendefinisikan wasiat itu adalah
pemberian hak milik secara sukarela yang dilaksanakan setelah pemberinya mati.
Perbedaannya dengan hibah adalah pada hibah, pemilihan diperoleh pada saat itu juga,
sedangkan pemilikan pada wasiat diperoleh setelah pemberi wasiat mati. Perbedaan yang
lain; hibah itu berupa barang, sementara wasiat bisa berupa barang, piutang maupun
manfaat lainnya.

2.2 Syarat Pemberi, Penerima dan Objek Wasiat

1. Pemberi Wasiat : disyaratkan agar orang yang memberi wasiat itu adalah orang yang
mempunyai kompetensi (kecakapan) yang sah, yang meliputi akal, kedewasaan,
kemerdekaan, ikhtiar dan tidak dibatasi karena kedunguan atau kelalaian. Maka wasiat
dari anak-anak, orang gila, hamba sahaya, dipaksa atau dibatasi, maka wasiatnya tidak
sah. Akan tetapi Imam Malik menentang pendapat ini dan membolehkan orang lemah
akal dan anak kecil berwasiat selama memahami makna mendekatkan diri kepada
Allah Ta’ala. (Pendapat ini diadopsi juga oleh Undang-Undang Mesir).

2. Penerima Wasiat :

• Dia bukan ahli waris dari si pemberi wasiat. “Sesungguhnya Allah telah
memberikan hak kepada pemiliknya, maka tidak ada wasiat bagi ahli waris”.
• Tidak menjadi pembunuh si pemberi wasiat, dengan pembunuhan yang
diharamkan secara langsung.
3. Objek Wasiat : disyaratkan agar yang diwasiatkan itu bisa dimiliki dengan salah satu
cara pemilihan setelah pemberi wasiat mati. Dengan demikian, maka sahlah wasiat
mengenai semua harta yang bernilai, baik berupa barang maupun manfaat. Juga buah
dari tanaman dan apa yang ada diperut sapi betina, sebab yang demikian dapat

3
dimiliki melalui warisan. Maka selama yang diwasiatkan itu ada wujudnya di waktu
yang mewasiatkan mati, orang yang diberi wasiat berhak atasnya. Ini jelas berbeda
dengan wasiat mengenai barang yang tidak ada. Sah pula mewariskan piutang dan
manfaat seperti tempat tinggal serta kesenangan. Dan tidak sah mewasiatkan yang
bukan harta, seperti bangkai, dan yang tidak bernilai bagi orang yang mendapatkan
akad wasiat, seperti khamar bagi kaum muslimin.

2.3 Dasar Hukum Wasiat

Mengenai dasar hukumnya, sebaiknya melaksanakan atau meninggalkan, para ulama


berbeda pendapat, berikut ringkasannya :

1. Wajib : memandang bahwa wasiat itu wajib bagi setiap orang yang meninggalkan
harta, baik harta itu banyak maupun sedikit, mereka berdalih dengan firman Allah
surah Al-Baqarah ayat 180 (pendapat Az-Zuhri dan Abu Miljan).
2. Wajib kepada orang tua dan kerabat : memandang bahwa wasiat kepada kedua orang
tua dan karib kerabat tidak mewarisi dari si mati wajib hukumnya (pendapat Mazhab
Masruq, Iyas, Qatadah, Ibnu Jarir dan Az-Zuhri)
3. Terkadang wajib, sunah, haram, makruh, dan terkadang jaiz (boleh). Pendapat Imam
yang empat dan aliran Zaidiyah). Rinciannya berikut ini :
 Wajibnya Wasiat : bila manusia mempunyai kewajiban syara’ yang
dikhawatirkan akan disia-siakan bila dia tidak berwasiat, misalnya : adanya
hutang kepada Allah dan manusia, hutang zakat atau haji, atau mempunyai
amanat yang harus disampaikan, atau mempunyai hutang yang tidak diketahui
selain oleh dirinya, atau dia mempunyai titipan yang tidak dipersaksikan.
 Sunatnya Wasiat : bila ia diperuntukan bagi kebajikan, karib kerabat, orang-orang
fakir, dan orang-orang saleh.
 Haramnya Wasiat : bila ia merugikan ahli waris. Wasiat jenis ini termasuk
kategori batil, sekalipun jumlahnya tidak mencapai sepertiga harta. Diharamkan
pula mewasiatkan khamar, membangun gereja atau tempat hiburan.
 Makruhnya Wasiat : bila yang berwasiat sedikit hartanya, sementara ia
mempunyai ahli waris (sedikit/banyak) yang membutuhkan hartanya.
 Jaiznya Wasiat : bila ia ditujukan kepada orang kaya, baik dia kerabat ataupun
bukan.

4
2.4 Tuntunan Islam Tentang Hibah

Definisi Hibah

Hibah adalah pengalihan hak-hak milik dari pemilik pertama saat ia masih hidup ke
pihak kedua dengan tanpa kompenasi atau balasan. Hibah bisa juga bermakna
pembebasan hutang oleh kreditur kepada debitur. Hibah juga dapat berarti sedekah atau
hadiah.

Syarat Hibah

Syarat hal yang harus terpenuhi sebelum transaksi dilakukan :

a. Pemberian hibah harus orang boleh menggunakan hartanya (jaiz al-tasharruf) bukan
mahjur alaih
b. Pemberi hibah dalam keadaan bebas memilih (tidak dalam paksaan)
c. Pemberi hibah adalah pemilik barang yang akan diberikan
d. Barang yang diberikan harus ada secara nyata (hakiki)
e. Barang yang diberikan harus berupa harta yang berharga
f. Benda yang dihibahkan harus menjadi milik al-wahib (pemberi hibah)

Yang Utama Diberi Hibah Atau Hadiah


Prioritas orang yang paling berhak mendapat hibah atau hadiah adalah sebagai berikut
(urutan berdasar prioritas) berdasarkan dua hadist dari Aisyah dan Maimunah binti Al-
Harits diatas :
1. Kerabat terdekat
2. Kerabat jauh
3. Tetangga
4. Teman baik kaya atau miskin

5
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Wasiat adalah pemberian seseorang kepada orang lain (berupa barang, piutang atau
manfaat) untuk dimiliki oleh si penerima sesudah orang yang berwasiat mati.
Dasar Hukum Wasiat
 Wajibnya Wasiat : bila manusia mempunyai kewajiban syara’ yang dikhawatirkan
akan disia-siakan bila dia tidak berwasiat
 Sunatnya Wasiat : bila ia diperuntukan bagi kebajikan, karib kerabat, orang-orang
fakir, dan orang-orang saleh.
 Haramnya Wasiat : bila ia merugikan ahli waris. Diharamkan pula mewasiatkan
khamar, membangun gereja atau tempat hiburan.
 Makruhnya Wasiat : bila yang berwasiat sedikit hartanya, sementara ia mempunyai
ahli waris (sedikit/banyak) yang membutuhkan hartanya.
 Jaiznya Wasiat : bila ia ditujukan kepada orang kaya, baik dia kerabat ataupun
bukan.
Hibah adalah sedekah atau hadiah.

Syarat hibah yang harus terpenuhi sebelum transaksi dilakukan :

1. Barang yang diberikan harus ada secara nyata (hakiki)


2. Barang yang diberikan harus berupa harta yang berharga
3. Benda yang dihibahkan harus menjadi milik al-wahib (pemberi hibah)
Yang Utama Diberi Hibah Atau Hadiah:
1. Kerabat terdekat
2. Kerabat jauh
3. Tetangga
4. Teman baik kaya atau miskin

3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan, penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk penulisan makalah dikemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai