Anda di halaman 1dari 4

Soal Latihan Praktikum

Pajak Penghasilan Umum


1. Sebut dan uraikan subjek pajak menurut Pasal 2 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan ?
Subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang diwajibkan membayar pajak berdasarkan
kemampuan dan kondisinya. Dalam Pasal 2, subjek pajak adalah orang pribadi atau perseorangan
dan warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan.
Badan yang berbentuk perseroan terbatas, perseroan komanditer, yayasan, badan usaha milik
negara atau daerah, dan persekutuan lainnya, juga termasuk sebagai subjek pajak. Selain kedua
pihak tersebut, bentuk usaha tetap juga dimasukkan dalam kelompok subjek pajak.
2. Jelaskan secara singkat objek pajak menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan ?
Selain subjek pajak, ada pula yang disebut objek pajak, yaitu penghasilan atau tambahan
kemampuan ekonomis yang diperoleh wajib pajak. Penghasilan yang dimaksud dapat dipakai untuk
kegiatan konsumsi atau menambah kekayaan. Berikut ini contoh objek pajak:
 Gaji, upah, tunjangan, honorarium, uang pensiun, gratifikasi, komisi, bonus, dan imbalan
lainnya atas pekerjaan atau jasa.
 Hadiah yang berasal dari undian  atau pekerjaan dan penghargaan.
 Laba usaha, keuntungan yang berasal dari penjualan atau pengalihan harta, keuntungan atas
pembebasan utang, dan keuntungan selisih kurs mata uang.
 Bunga premium, diskonto, imbalan karena jaminan pengembalian utang, dividen, dan premi
asuransi.
 Royalti, sewa dan penghasilan yang berhubungan dengan kegiatan penggunaan harta, serta
penghasilan yang berasal dari usaha berbasis syariah.
 Tambahan kekayaan neto dari penghasilan yang belum terkena pajak, dan sebagainya.
Perubahan yang dimuat dalam UU No 36 Tahun 2008 adalah dihapusnya poin pada huruf j ayat (3).
Poin ini membahas tentang bagian yang tidak termasuk objek pajak. Awalnya, bagian ini berbunyi,
“Penghasilan  yayasan dari modal sepanjang penghasilan itu semata-mata digunakan untuk
kepentingan umum.”
3. Uraikan tarif pajak penghasilan yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi wajib pajak
orang pribadi dalam negeri dan wajib pajak dalam negeri badan dan bentuk usaha tetap ?

 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri

Lapisan Penghasilan Kena Pajak (PKP) Tarif Pajak


Sampai dengan Rp50.000.000 5%
Rp50.000.001 s.d. Rp250.000.000 15%
Rp250.000.001 s.d. Rp500.000.000 25%
Di atas Rp500.000.000 30%

 Wajib Pajak Dalam Negeri badan


 Pasal 17 Ayat 1 UU PPh yaitu Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap
adalah sebesar 28%.
 Pasal 17 Ayat 2 UU PPh, tarif tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat
diturunkan menjadi paling rendah sebesar 25%.
 Selanjutnya, Pasal 17 Ayat 2a UU PPh, tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
menjadi 25% yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.
 Pasal 17 Ayat 2b UU PPh yaitu Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk PT yang
paling sedikit sebesar 40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor atau diperdagangkan
di bursa efek di Indonesia. Apabila telah memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat
memperoleh tarif sebesar 5% lebih rendah. Tarif ini tentu lebih rendah daripada tarif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2a).
 Pasal 17 Ayat 2c UU PPh yaitu tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa dividen yang
dibagikan kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri, sebesar 10% dan bersifat final.
 Dan Pasal 17 Ayat 2d UU PPh yaitu ketentuan lebih lanjut mengenai besarnya tarif
sebagaimana dimaksud pada ayat (2c) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

 Bentuk Usaha Tetap (BUT) sebesar 28%

a.Tarif tertinggi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf a, dapat diturunkan menjadi paling
rendah 25% yang diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP)
b. Besarnya lapisan Penghasilan Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a dapat diubah
dengan Keputusan Menteri Keuangan (KMK).
c. Untuk keperluan penerapan tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1, jumlah Penghasilan
Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh.
d. Besarnya pajak yang terutang bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri yang terutang pajak
dalam bagian tahun pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat 4 dihitung sebanyak jumlah
hari dalam bagian tahun pajak tersebut dibagi 360 dikalikan dengan pajak yang terutang untuk satu
tahun pajak.
e. Untuk keperluan penghitungan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 5, tiap bulan yang penuh
dihitung 30 hari.
f. Dengan PP, dapat ditetapkan tarif pajak tersendiri atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat 2, sepanjang tidak melebihi tarif pajak tertinggi sebagaimana tersebut pada ayat 1.

4. Lengkapi tabel penghitungan PTKP setahun dalam beberapa status wajib pajak berikut
ini :
Keterangan WP Istri memiliki Tambahan WP Tambahan Total PTKP
penghasilan yang kawin tanggungan

Laki Laki (K/0) 54.000.000 0 4.500.000 0 58.500.000

Laki Laki (K/1) 54.000.000 0 4.500.000 4.500.000 63.000.000

Laki Laki (K/2) 54.000.000 0 4.500.000 9.000.000 67.000.000

Laki Laki (K/3) 54.000.000 0 4.500.000 13.500.000 72.000.000

Laki Laki, 54.000.000 54.000.000 4.500.000 0 112.500.000


penghasilan istri
digabung (K/0)
Laki Laki, 54.000.000 54.000.000 4.500.000 4.500.000 117.000.000
penghasilan istri
digabung (K/1)
Laki Laki (TK/0) 54.000.000 0 0 0 54.000.000

Laki Laki (TK/1) 54.000.000 0 0 4.500.000 58.500.000

Wanita (TK/0) 54.000.000 0 0 0 54.000.000

Wanita,
penghasilan tidak
digabung suami
(K/1)
Wanita, suami
tidak
berpenghasilan
(K/1)

5. WP orang pribadi tidak kawin yang kewajiban pajak subjektifnya sebagai subjek pajak
dalam negeri adalah tiga bulan dan dalam jangka waktu tersebut memperoleh
penghasilan sebesar Rp. 150.000.000,00, hitung berapa Penghasilan Kena Pajaknya ?

6. WP orang pribadi (K/2) dalam negeri yang menyelenggarakan pembukuan, penghasilan


kena pajaknya sebagai berikut :
a. Peredaran bruto Rp. 6.000.000.000,00
b. Biaya 3M Rp. 5.400.000.000,00
c. Penghasilan lainnya Rp. 50.000.000,00
d. Biaya 3M lainnya Rp. 30.000.000,00
7. Dari soal nomor 6, jika wajib pajaknya adalah badan. Hitunglah PPh terutang WP badan
tersebut sesuai dengan pasal 31E?

8. Jika diketahui penghasilan kena pajak setahun sebesar Rp. 584.160.000,00. Berapa pajak
penghasilan terutang atas PKP tersebut ?
Pajak Penghasilan setahun:
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp 200.000.000,00 = Rp 30.000.000,00
25% x Rp 250.000.000,00 = Rp 62.500.000,00
30% x Rp 84.160.000,00 = Rp 25.248.000,00
----------------- (+)
Rp 120.248.000,00

Pajak Penghasilan yang terutang dalam bagian tahun pajak (3 bulan)


((3 x 30) : 360) x Rp 120.248.000,00 = Rp 30.062.000,00.

9. PT Abadi dalam tahun 2012 mengalami kerugian fiskal sebesar Rp. 1.200.000.000,00.
Dalam lima tahun berikutnya laba rugi fiskal PT Abadi sebagai berikut :
- 2013 laba fiskal Rp. 200.000.000,00
- 2014 rugi fiskal Rp. 300.000.000,00
- 2015 laba fiskal Rp. Nihil
- 2016 laba fiskal Rp. 100.000.000,00
- 2017 laba fiskal Rp. 800.000.000,00
Dari data tersebut anda diminta untuk menghitung kompensasi kerugian PT Abadi untuk
tahun 2012 ?
RUGI FISKAL TAHUN 2012 (Rp 1.200.000.000.)
LABA FISKAL TAHUN 2013 Rp 200.000.000.(+)
SISA RUGI FISKAL TH 2012 (Rp 1.000.000.000.)
RUGI FISKAL TAHUN 2014 (Rp 300.000.000.)
SISA RUGI FISKAL TH 2012 (Rp 1.000.000.000.)
LABA FISKAL TAHUN 2015 Rp N I H I L (+)
SISA RUGI FISKAL TH 2012 (Rp 1.000.000.000.)
LABA FISKAL TAHUN 2016 Rp 100.000.000.(+)
SISA RUGI FISKAL TH 2012 (Rp 900.000.000)
LABA FISKAL TAHUN 2017 Rp 800.000.000.(+)
SISA RUGI FISKAL TH 2012 (Rp 100.000.000.)

Rugi fiskal tahun 2012 Rp100.000.000,00 yg masih tersisa pada akhir tahun 2017 tidak boleh
dikompensasikan lagi dengan laba fiskal tahun 2018, sedangkan rugi fiskal tahun 2014
Rp300.000.000,00 hanya boleh dikompensasikan dgn laba fiskal tahun 2018 dan tahun 2019, karena
jangka waktu lima tahun yang dimulai sejak tahun 2015 berakhir pada akhir tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai