Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN CKD

DI RUANG ADENIUM RSD dr.SOEBANDI JEMBER

Disusun oleh:
Yuli Naswati
NIM: 14.401.18.069

AKADEMIKESEHATAN RUSTIDA
PRODI D-III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2020-2021
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak pada
kedua sisi kolumna ertebralis.Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan
ginjal kiri karena tekanan ke bawah oleh hati.katub atasnya terletak setinggi iga
kedua belas sedangkan katub atas ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas.
Ginjal dipertahankan oleh bantalan lemak yang tebal agar terlindung dari
trauma langsung, disebelah posterior dilindungi oleh iga dan otot-otot yang
meliputi iga, sedangkan anterior dilindungi oleh bantalan usus yang
tebal.Ginjal kiri yang berukuran normal biasanya tidak teraba pada
pemeriksaan fisik karena dua pertiga atas permukaan anterior ginjal tertutup
oleh limfa, namun katub bawah ginjal kanan yang berukuran normal dapat
diraba secara bimanual.Ginjal terbungkus oleh jaringan ikat tipis yang dikenal
sebagai kapsula renis.
Gagal ginjal kronik adalah salah satu penyakit ginjal tahap akhir dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia(Bararah & Jauhar,
2013, p. 232).
Gagal ginjal kronik adalah gagal ginjal akut yang sudah berlangsung
lama, sehingga mengakibatkan gangguan yang persisten dan dampaknya
kontinyu (Prabowo&Pranata, 2014, p. 197).
2. Pengertian Hemodialisa
Hemodialisa berasal dari kata hemo = darah dan dialisa= pemisahan zat-
zat terlarut. Hemodialisa adalah suatu metode terapi dialysis yang digunakan
untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara
akut atau secara progresif ginjal tidak mampu melaksanakan proses
tersebut.Terapi ini dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin yang
dilengkapi dengan membran penyaring semipermeabel (ginjal buatan).
Hemodialisa dapat dilakukan pada saattoksin atau zat racun harus segera
dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen atau menyebabkan
kematian.
1. Prinsip hemodialisa
Ada tiga prinsip yang mendasari cara kerja hemodialisa,yaitu; difusi,
osmosis dan ultrafiltrasi.
a. Proses difusi adalah proses berpindahnya zat terlarut kedialisat karena
adanya perbedaan kadardidalam darah.
b. Proses osmosis adalah proses berpindahnya air karena tenaga kimiawi
yaitu perbedaan osmosilitas dan dialisat.
c. Proses ultra filtrasi adalah proses berpindahnya zat terlarut dan air
karena perbedaan hidrostatik didalam darah dan dialisat
2. Indikasi Dilakukan Hemodialisa
H
emodialisa diindikasikan pada pasien dalam keadaan akut yang
memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa
minggu) atau pasien dengan gagal ginjal tahap akhir/kronik yang
memerlukan terapi jangka panjang/permanen.Secara umum indikasi
dilakukan hemodialisa pada penderita gagal ginjal adalah laju fitrasi
glomerulus kurang dari15 ml/menit, hiperkalemia,kegagalan terapi
konservatif, kadar ureum lebih dari 200 mg/dl, kreatinin lebih dari 65
mEq/L, kelebihan cairan dan anuria berkepanjangan lebih dari 5 kali.
3. Komponen Hemodialisa
Ada 3 komponen utama yang terlibat dalam proses hemodialisa ,yaitu
alat dialiser (ginjal buatan), cairan dialisat dan sistem penghantaran darah.
Dialiser adalah alat dalamp rosesdialisis yang mampu mengalirkan darah
dan dialisat dalam kompartemen-kompartemen didalamnya dengan dibatasi
membran semi permeabel. Dialisat adalah cairan yang digunakan untuk
menarik limbah-limbah tubuh dari darah.Sementara sebagai buffer
umumnya digunakan bikarbonat, karena memiliki resiko lebih kecil untuk
menyebabkan hipotensi dibandingkan dengan buffer natrium.Kadar setiap
zat di cairan dialisat juga perlu diatur sesuai kebutuhan.
3. Etiologi
Berikut ini penyebab penyakit gagal ginjal kronik adalah:
1. Nefropati Diabetik
Peningkatan awal laju aliran glomerulus menyebabakn hiperfiltrasi
dengan akibat kerusakan glomerulus,penebalan dan sklerosis membrane
basalis glomerulus, kerusakan bertahap nefron menyebabkan penurunan
GFR (Lemona,Burke, & Bauldoff,2016,p.1064).
2. Nefrosklerosis Hipertensi
Hipertensi jangka panjang menyebabakan sklerosis dan penyempitan
arteri oleh ginjal dan asteri kecil dengan akibat penurunan aliran darah
yang menyebabkan iskemia, kerusakan glomerulus, dan atrofi tubulus
(Lemona ,Burke,&Bauldoff, 2016, p. 1064).
3. Glomerulo nefritis Kronik
Inflamasi interstisial kronik pada parenkim ginjal menyebabakan
obstruksi dan kerusakan tubulus dan kapiler yang mengelilinginya,
mempengaruhi filtasi glomerulus dan sekresi dan reabsorbsi tubulus,
dengan kehilangan seluruh nefron secara bertahap (Lemona, Burke,&
Bauldoff, 2016, p. 1064).
4. Pielonefritis Kronik
Infeksikronik yang biasa dikaitkan dengan obstruksi atau refluks
vesikoureter menyebabakan jaringan parut dan deformitas kaliks dan
pelvis ginjal , yang menyebabkan refluk sintra renal dan nefropati
(Lemona,Burke,&Bauldoff,2016,p.1064)
5. Penyakit Ginjal Polisistik
Kista bilateral multiple menekan jaringan ginjal yang merusak perfusi
ginjal dan menyebabkan iskemia,remodeling vascular ginjal, dan
pelepasan mediator inflamasi, yang merusak dan menghancurkan jaringan
ginjal normal (Lemona ,Burke,&Bauldoff, 2016, p. 1064).
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronik dikarenakan gangguan
yang bersifat siskemik. Ginjal sebagai organ koordinasi dalam peran sirkulasi
memiliki fungsi yang banyak (organmulti function),sehingga kerusakan kronis
secara fisiologis ginjal akan mengakibatkan gangguan keseimbangan sirkulasi
dan vasomotor.Berikut ini adalah tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh
gagal ginjal kronik:
1. Ginjal dan gastrointestinal
Sebagai akibat dari hiponatremi maka timbul hipotensi, mulut
kering,penurunan turgor kulit ,kelemahan ,fatique,dan mual.Kemudian
terjadi penurunan kesadaran (somnolen) dan nyeri kepala yang
hebat.Dampak dari peningkatan kalium adalah peningkatan iritabiltas otot
dan akhirnya otot mengalami kelemahan.Kelebihan cairan yang tidak
terkompensasi akan mengakibatkan asidosis metabolik.Tanda paling khas
adalah terjadinya penurunan urine output dengan sedimentasi yang tinggi
(Prabowo&Pranata,2014,p.198).
2. Gangguan Kardiovaskuler
Tekanan darah tinggi, nyeri dada,sesak napas merupakan akibat dari
perikarditi, effuseperi kardiak dan gagal jantung akibat dari penimbunan
cairan,gangguan irama jantung dan edema (Rendi,M
Clevo,Margareth,2019,p.32)
3. SystemRespirasi
Dispnea akibat kelebihan cairan,edema paru,pleuritis (pleurisi)
uremia,dan efusipleura sering ditemukan pada pasien gagal ginjal
(Chang,Esther; Daly, John; Elliott, Doug, 2010, p. 226).
4. Gastrointestinal
Anoreksia,mual muntah, nafas bau amoniak,mulut kering,dan
perdarahan saluran cerna (Suharyanto&Madjid, 2013, p. 187).
5. Sistem Integumen
Anemia dan metabolit pigmentasi yang bertahan menyebabkan warna
kulit abu-abu mengkilat dan kekuningan, kulit kering bersisik, rambut tipis
dan rapuh (Bararah&Jauhar, 2013,p. 234).
6. Neurologis
Uremia mengubah fungsi sitem saraf pusat dan perifer.Manifestasi SSP
terjadi lebih awal dan mencakup perubahan mental, kesulitan
berkonsentrasi, keletihan,dan insomnia(Lemone, Burke,&Bauldoff,2017, p.
1065).
7. Hematopoitiec
Dampak gagal ginjal yang utama pada hematologi adalah
anemia.Anemia terjadi karena ginjal tidak mampu memproduksi
eritropoietin,hormon yang penting untuk produksi sel darah merah (Black,
JoyceM; Hawks, JaneHokanson, 2014,p. 335).
8. Sistem Endokrindan Metabolik
Akumulasi produk sisa metabolisme protein adalah faktor utama yang
terlibat pada efek dan manifestasi uremia.Kadar kreatinin serum dan BUN
naik secara signifikan. Kadar asam urat meningkat menyebabkan
peningkatan resiko gout (Lemone,Burke,&Bauldoff,
2017, p. 1065).
9. Musculoskeletal
Kramotot,kehilangan kekuatan otot,fraktur tulang, footdrop (Padila,
2012, pp. 248-249).
10. Reproduksi
Penurunan libido,impoten,amenore,ginekomastia, penurunan jumlah
sperma (Terry&Weaver, 2013,p. 454).
5. Klasifikasi Gagal Ginjal
Klasifikasi Penyakit Gagal Ginjal Kronik atas dasar derajat penyakit
(Setiati2014, p. 2159)
Klasifikasi penyakit Gagal Ginjal Kronis atas dasar derajat penyakit

Derajat Penjelasan LFG


(ml/mn/1.73 m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ≥90
meningkat
2 Kerusakan ginjal dengan LFG meningkat 60-89
ringan
3 Kerusakan ginjal dengan LFG meningkat 30-59
sedang
4 Kerusakan ginjal dengan LFG meningkat 15-29
berat
5 Gagal ginjal < 15 atau dialysis
Sumber : Setiati (2014, p. 2159)
Berikut rumus perhitungan GFR
Laki-laki : (140-umur) x BB
72 x kreatinin serum x 0,85
Perempuan : (140-umur) x BB
72 x kreatinin serum
6. Patofisologi
Patofisiologi gagal ginjal kronik pada tahap awal tergantung pada
penyakit yang mendasarinya.Pengurangan massa ginjal dapat
mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih
terasa.Halini menyebabkan terjadinya hipertrofi,yang diikuti oleh
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus (Setiati,2014,p.
2160).
Ketika laju filtrasi glomerulus menurun dan bersihan menurun
nitrogen urea serum meningkat dan kreatinin meningkat.Nefron tersisa
yang masih berfungsi mengalami hipertrofi,ketika mereka menyaring zat
terlarut yang besar.Akibatnya ginjal mengalami penurunan dalam
mengonsentrasi urin secara adekuat.Tubulus kehilangan kemampuan untuk
mereabsorpsi elektrolit secara bertahap (Meidayanti, 2018, p. 24).
Gagal ginjal kronis sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
Sedangkan nefron yang utuh mengalami hipertrofi dan memproduksi
Volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi.Beban bahan yang
dilarut menjadi lebih besar dari pada yang bisa direabsorpsi berakibat
diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Pada tahap ini fungsi renal
menurun,produk akhir metabolism protein (yang normalnya diekskresikan
kedalam urin) tertimbun dalam darah (Wijaya&Putri, 2017, p. 231).
Phatway

-kerusakan glomerulus Penurunan GFR Gagal ginjal kronik


-infeksi kronis
-kelainan kongenital
Kehilangan fungsi ginjel

Penurunan produksi Kreatinin serum Penurunan produksi


urin meningkat eritroprotein

Retensi cairan dan Metabolisme protein Eritrosit menurun


elektrolit terganggu
Penurunan produksi
urin
Ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit Uremia Anemia

Cariran menumpuk
dalam jaringan Perfusi perifer tidak
Gangguan
efektif
keseimbangan asam
basa
Odema
Defisiensi energy sel
Produksi asam
lambung naik
Kelebihan volume
cairan
Mual Keletihan, lemah

Hipervolemia

Deficit nutrisi Intoleransi aktifitas

Dyspnea

Penurunan suplai O2
ke perifer
Pola nafas tidak efektif

CRT>2 detik

Ketidakefektifan
perfusi jaringan

Pathway Gagal Ginjal Kronik berdasarkan Nurarif & Kusuma (2013), Wijaya &
Putri (2017), dan Lemona,Burke, & Bauldoff (2016)
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh penyakit gagal ginjal kronis
adalah:
1. Penyakit Tulang
Penurunan kadar kalsium (hipokalsemia) secara langsung akan
mengakibatkan dekalsifikasi matriks tulang, sehingga tulang akan menjadi
rapuh (osteoporosis) dan jikaberlangsung lamaakan menyebabkanfraktur
pathologis(Prabowo&Pranata, 2014, p. 203).
2. PenyakitKardiovaskuler
Tekanan darah tinggi merupakan gangguan kardiovaskuler yang
sering terjadi dan dapat mempercepat penyakit ateros klerosis
vascular,hipertrofi ventrikel kiri,dan gagal jantung kongesif.Hal tersebut
dapat menyebabkan kematian utama pada pasien gagal ginjal kronik
(Chang, Esther; Daly, John; Elliot, Doug, 2010, p. 226).
3. Anemia
Anemia biasa muncul pada CKD,disebabkan oleh banyak
faktor.Ginjal memproduksi eritropoetin,hormone yang mengontrol produksi
sel darah merah.Pada gagal ginjal,produksi eritropoetin turun.Toksin
metabolic yang tertahan lebih lanjut menekan produksi sel darah merah
dan menyebabkan pemendekan masa hidup sel darah merah.
(Lemone,Burke,&Bauldoff,2017,p.1065).
4. Disfungsi Seksual
Fungsi reproduksi normal juga berubah pada gagal ginjal.Hormone
pria dan wanita menurun dan mereka mengalami penurunan libido serta
masalah infertilitas (Chang, Esther;Daly,John;Elliot, Doug, 2010, p. 227).
B. Konsep Asuhan Keperawatan (Gagal Ginjal Kronik)
1. Pengkajian
1. Identitas
Tidak ada spesifikasi khusus untuk kejadian gagal ginjal,namun laki-laki
sering memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan pola hidup
sehat.Gagal ginjal kronis merupakan periode lanjut dari insidensi gagal ginjal
akut,sehingga tidak berdiri sendiri (Prabowo & Pranata, 2014, p. 204).
2.Status Kesehatan Saat Ini
a. Alasan Masuk RS
Terjadi edema pada tubuh dan urine output yang menurun (oliguria)
sampai pada anuri a(Bararah & Jauhar,2013, p. 232).
b. Keluhan Utama MRS
Keluhan sangat bervariasi,terlebih jika terdapat penyakit sekunder
yang menyertai.Keluhan bisa berupa urine output yang menurun (oliguria)
sampai pada anuria, penurunan kesadaran karena komplikasi pada sistem
sirkulasi-ventilasi,anoreksia,mual dan muntah,diaphoresis, fatigue, napas
berbau urea, dan pruritus. Kondisi ini dipicu oleh karena penumpukan
(akumulasi) zat sisa metabolisme/toksin dalam tubuh karena ginjal
mengalami kegagalan filtrasi (Prabowo &Pranata, 2014, pp.204-205).
c. Keluhan Utama Pengkajian
Pada pasien gagal ginjal kronik biasanya mengalamigejalaseperti
sesak,perubahanpada turgorkulit,edemapada ekstermitasdan penurunan
frekuensi urin(Black & Hawk, 2014, p. 335)
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian
PQRST(Provokatif,Quality,Severity,Region,Scale,Time):
1) Provokatif (P)
Pasien gagal ginjal kronik mengalami penurunan produksi urine,
sehingga retensi cairan di dalam tubuh yang mengakibatkan terjadinya
edema (Prabowo&Pranata,2014,p.204).
2) Quality (Q)
Pasien gagal ginjal kronik mengalami edema dan ditemukannya
pitting edema yang mengindikasikan kegagalan ginjal dalam
mengekskresikan kelebihan volume cairan tubuh (Rendi, M Clevo,
Margareth, 2019, p. 233).
3) Region (R)
Ditemukan adanya edema pada kaki,tangan,dan edema periorbital
(Brunner &Suddarth, 2013, p. 492)
4) Severity(S)
Pasien mengalami penurunan produksi urin,edema dan sindrom
uremik ketika telah mencapai gagal ginjal kronik stadium akhir
(Suharyanto &Madjid, 2013, p. 185).
5) Time(T)
Edema terjadi ketika mengalami retensi cairan dan natrium di dalam
tubuh (Padila, 2012, p. 247).
3. Riwayat Kesehatan Terdahulu
a. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pada pasien gagal ginjal kronik kemungkinan adanya penyakit
diabetes mellitus,hipertensi,gagal ginjal akut yang tak teratasi,
(Wijaya&Putri, 2017, p. 234).
b. Kecelakaan
Pada pasien gagal ginjal kronik biasanya tidak terjadi kecelakaan
sebelumnya (Husna&Maulina, 2015, p. 7).
c. Operasi
Pada pasien gagal ginjal kronik biasanya tidak pernah menjalani
operasi (Husna&Maulina, 2015, p. 10).
d. Penyakit
Pada pasien gagal ginjal kronik kemungkinan terjadi karena
penyakit gagal ginjal akut yang tak teratasi,(Wijaya & Putri,2017, p.
234).
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular dan menurun, sehingga
silsilah keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit
ini.Namun,pencetus sekunder seperti DM dan hipertensi memiliki
pengaruh terhadap kejadian penyakit gagal ginjal kronis, karena
penyakit tersebut bersifat herediter.Kaji pola kesehatan keluarga yang
diterapkan jika ada anggota keluraga yang sakit,misalnya minum jamu
saat sakit (Prabowo&Pranata, 2014,p. 205).
f. Alergi
Data untuk alergi obat–obatan dan makanan diperlukan untuk
pencegahan alergi saat pengobatan pasien gagal ginjal kronik
(Meidayanti, 2018, p. 4)
g. Kebiasaan
Kebiasaan minum-minuman suplemen energi dan mengonsumsi
minuman herbal dalam jangka waktu yang lama akan meningkatkan
faktor resiko terjadinya gagal ginjal kronik (Pongsi bidang G. S., 2015,
p. 5).
h. Obat– oabatan yang Digunakan
Pada pasien gagal ginjal kronik biasanya diberikan obat anti
hipertensi,suplemen besi,agen pengikat fosfat,dan furosemide (Nurarif&
Kusuma, 2015, p. 16).
i. Genogram
Genogram berupa jumlah keluarga pasien,jumlah keturunan pasien
dan pasien tinggal bersama berapa orang(Ningsih, 2018, p.
30).
j. Riwayat Lingkungan
Pada pasien gagal ginjal kronik riwayat lingkungan tidak
mempengaruhi penyakit yang dialaminya (Terry & Weaver,2013, p.
120)
k. Alat Bantu yang Digunakan
Pada pasien gagal ginjal kronik biasanya tidak menggunakan alat
bantu apapun (Ningsih, 2018, p. 28).
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Pada klien gagal ginjal kronik keadaan umum lemah
(fatigue)
(Lemone,Burke,&Bauldoff, 2017,p. 1065). b.
b. Kesadaran
Kondisi klien gagal ginjal kronik biasanya dijumpai dengan
tingkat kesadaran yang tergantung pada toksisitas
(Prabowo&Pranata,2014, p. 206).
c. Tanda – TandaVital
Pada pemeriksaan tanda–tanda vital sering didapatkan RR
meningkat (takipnea), tekanan darah bisa naik (hipertensi)
(Prabowo&Pranata, 2014, p. 206).
d. Pemeriksaan Fisik Persistem
1) Sistem Persyarafan
Biasanya pada pemeriksaan sistem persarafan yang
bermasalah hanya pada saraf II, VIII, X (Muyassaroh & Ulfa,
2013, p. 163).
2) Sistem Penglihatan
Ditemukan konjungtiva anemis, dan penglihatan kabur
(Rendi, M Clevo, Margareth, 2019, p. 38).
3) Sistem Pernapasan
I:Terlihat adanya takipneu dan terdapat adanya pernapasan
kusmaul apabila terjadi kondisi uremia
P: Tidak adanyeri tekan
P: Suaraparu sonor
A: Tidak didapatlan suara tambahan
(Wijaya&Putri, 2017, p. 235).
4) Sistem Kardiovaskuler
I: Pergerakan dadasimetris, terdapat kardiomegali
P:Tidak ada nyeri tekan,teraba denyut jantung pada ICS ke
VI
P: Suara jantung pekak pada area dada sebelah kiri
A: Biasanya terjadi hipertensi, S1 S2 tunggal
(Prabowo&Pranata, 2014, p. 2016).
5) Sistem Pencernaan
Napas berbau ammonia, anoreksia, mual dan muntah,
perdarahan saluran gastrointestinal, konstipasi/diare (Bararah
&Jauhar, 2013, p. 234).
6) Sistem Perkemihan
I:Produksiurine<400ml/hari(0,5–1cc/Kg/Bb/Jam)bahkan
sampai padaanuria (tidak adanya urine output)
(Prabowo&Pranata, 2014, p. 2017)
7) Sistem Muskuloskeletal
Pada sistem ini ditemukan kram otot,kehilangan kekuatan
otot, fraktur tulang,dan foot drop (Padila, 2012, pp. 248-249).
8) Sistem Integument
I:Terdapat memar,petekie,dan pupura.Warna kulit abu–
abu/pucat, kuku tipis dan juga rapuh
(Black,JoyceM;Hawks,Jane Hokanson,2014,pp.338-339).
9) Sistem Endokrin
Berhubungan dengan pola seksualitas ,klien dengan gagal
ginjal kronik akan mengalami disfungsi seksualitas karena
penurunan hormone reproduksi.(Prabowo&Pranata,2014, p.
2017).
10) Sistem Reproduksi
Pada sistem ini ditemukan terjadi penurunan
libido,amenore, dan infertilitas (Rendi, MClevo, Margareth,
2019, p. 39).
11) Sistem Imun
Uremia meningkatkan risiko infeksi.Kadar tinggi urea dan
sisa metabolic tertahan merusak semua aspek inflamasi dan
fungsi imun. Demam di tekan, seringkali memperlambat
diagnosis infeksi (Lemone,Burke,&Bauldoff,2017,p.1065).
2. PemeriksaanPenunjang
1. Urine
Jumlah urine biasanya kurang dari 400ml/24jam( oliguria) atau urine
tidak keluar (anuria).Warna secara abnormal urine keruh mungkin
disebabkan pus,bakteri,lemak fosfat,dan urat sedimen kotor.Kecoklatan
menunjukkan adanya darah.Berat jenis urine kurang dari 0,015 (menetap
pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat).Protein,derajat tinggi
protein uria (3-4) secara kuat menunjukkan kerusakan glomerulus (Rendi,
M Clevo, Margareth, 2019, p. 235).
2. BUN dan Kreatinin Serum
Diambil untuk mengevaluasi fungsi ginjal dan mengkaji
perkembangan gagal ginjal.BUN 20-50 mg/dl mengindikasikan azotemia
ringan,kadar lebih dari 100mg/dl mengindikasikan kerusakan ginjal
berat.Gejala uremia ditemukan saat BUN sekitar 200 mg/dl atau lebih
tinggi.Kadar kreatinin serum lebih dari4 mg/dl mengindikasikan
kerusakan ginjal serius (Lemone, Burke, &Bauldoff,2017, p. 1067).
3. Utltrasonografi Ginjal
Imaging (gambaran) dari ultrasonografi akan memberikan informasi
yang mendukung untuk menegakkan diagnosis gagal ginjal. Pada klien
gagal ginjal biasanya menunjukkan adanya obstruksi atau jaringan parut
pada ginjal.Selain itu,ukuran ginjal pun akan terlihat
(Prabowo&Pranata, 2014, p. 201).
4. Biopsi Ginjal
Pada pasien dengan gambaran kedua ginjal yang mengecil,biopsi
ginjal tidak dianjurkan,terdapat kontra indikasi pada biopsi ginjal seperti
hipertensi tak terkontrol,infeksi saluran kemih yang aktif, obesitas,dan
bleeding diathesis.Jika memang sangat diperlukan, pemeriksaan
bleedingtime harus diperiksa,dan jika meningkat desmopressin harus
diberikan untuk menormalkan bleedingtime (Sutjahjo, 2015, p. 109).
5. Endoskopi Ginjal, Nefroskopi
Digunakan untuk menentukan pelvis ginjal,keluar batu,hematuria dan
pengangkatan tumor selektif.Biasanya tampak batu radio-opak (Padila,
2012, p. 250).
6. EKG
Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan
asam basa (Wijaya&Putri, 2017, p. 234).
3. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik
1. Diet tinggi kalori dan rendah protein
Diet rendah protein (60-80g/hari) dan tinggi kalori menghilangkan
gejala anoreksia dan nausea dari uremia,menyebabkan penurunan
uremia,menyebabkan penurunan ureum dan perbaikan gejala. Hindari
masukan berlebih dari kalium dan garam (Rendi,MClevo,Margareth,
2019, p. 35).
2. Kontrol hipertensi
Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal,keseimbangan garam
dan cairan diatur sendiri tanpa tergantung tekanan darah.Sering diperlukan
diuretic loop,selain obat anti hipertensi (Rendi,MClevo, Margareth, 2019,
p. 36).
3. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit
Yang sering ditemukan adalah hiperkalemia dan asidosisberat. Untuk
mencegah hiperkalemia,dihindari masukan kalium yang besar (batas
sehingga 60 mmol/hari),diuretic hemat kalium,obat-obat yang berhubungan
dengan ekskresi kalium (misalnya,penghambat ACE dan obat anti inflamasi
non steroid),asidosis berat,atau kekurangan garam yang menyebabakan
pelepasan kalium dari sel dan ikut dalam kaliuresis.Deteksi melalui kadar
kalium plasma dan EKG (Rendi,M Clevo, Margareth, 2019, p. 36).
4. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal
Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang mengikat fosfat seperti
aluminium hidroksida (300-1800mg)atau kalsium karbonat (500-3000mg)
pada setiap makan (Rendi,MClevo,Margareth,2019, p. 36).
5. Persiapan dialysis dan program transplantasi
Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik didteksi.Indikasi
dilakukan dialysis biasanya adalah gagal ginjal dengan gejala klinis yang
jelas meski telah dilakukan terapi konservatif, atau terjadi komplikasi
(Rendi, M Clevo, Margareth, 2019, p.36).
4. Sistem yang Berperan dalam Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran yang cukup besar dalam
mengatur kebutuhan cairan dan elektrolit.Hal ini terlihat pada fungsi ginjal
sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur
keseimbangan asam-basa, dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan
garam (Hidayat&Uliyah,2015, p.28).
2. Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang
berkaitan dengan proses pengaturan panas.Proses ini diatur oleh pusat
pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan
mengendalikan arteriolkutan dengan cara vasodilatasi dan
vasokonstriksi.Jumlah keringat yang dikeluarkan bergantung pada
banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit
(Hidayat&Uliyah, 2015, p. 28).
3. Paru
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan
insensible waterloss (IWL) kurang lebih 400 ml/hari. Proses
pengeluaran cairan terkait dengan respon sakit perubahan upaya
kemampuan bernapasan (Hidayat &Uliyah, 2015,p. 29).
4. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan salah satu organ saluran pencernaan yang
berperan dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan
pengeluaran air.Dalam kondisi normal,cairanya menghilang dalam system
ini sekitar 100-200 ml/hari (Hidayat&Uliyah, 2015, p. 29).
Pada pasien gagal ginjal kronik pembatasan cairan harus dilakukan
untuk menyesuaikan asupan cairan dengan toleransi ginjal dalam regulasi
(eksresicairan).Pada pasien ginjal intake cairan yang direkomendasikan
bergantung pada jumlah urine dalam 24 jam,yaitu jumlah urine 24 jam
sebelumnya ditambahkan 500-800 cc(IWL) (Angraini&Putri, 2016, p.5).
Asupanair1–2L perhari biasanya dianjurkan untuk mepertahankan
keseimbangan air.Natrium dibatasi sehingga 2 perhari pada awalnya.Pasien
diinstrusikan untuk memonitor berat badan tiap hari dan melaporkan
kenaikan berat badan lebih dari2,3kg selama periode 2 hari (Lemone,
Burke,&Bauldoff, 2017, p. 1068).
Balance Cairan: Input (cairan yang masuk+AM)–Output (cairan yang
keluar+IWL)
Input:Cairan yang masuk kedalam tubuh seperti infus,obat oral,obat yang
diinjeksikan, makanan,minuman.
Outuput:jenis cairan yang dikeluarkan tubuh seperti feses,urine,muntah,
drain.
AM : Air metabolisme (5cc/kgBB/hari)
IWL:Jumlah cairan yang keluarnya tidak disadari dan sulit dihitung
(keringat, uap napas)
IWL/jam 15 X Berat Badan =…ml/jam
24 jam
5. Diagnosa Keperawatan
1. Pola Napas Tidak Efketif
Definisi: Inspirasi danekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Penyebab:
a. Hambatanupayanapas(mis,nyerisaatbernapas,kelemahanotot pernapasan)
b. Deformitas dindingdada
c. Penurunan energi
d. Obesitas
e. Sindrom hipoventilasi (PPNI,2016, p. 26).
2. Hipervolemia
Definisi: Peningkatan volume intravascular, interstisial, dan
intraselular.
Penyebab:
a. Kelebihan asupan cairan
b. Kelebihan asupan natrium
c. Gangguan aliran balik vena
3. KetidakEfektifan Perfusi Jaringan Perifer
Definisi: penurunan sirkulasidarah pada level kapiler yang dapat
mengganggu metabolisme tubuh
Penyebab:
1) Peningkatan tekanan darah
2) Kurangterpapar informasi tentangfaktor pemberat (mis. Merokok,
gayahidup monoton, trauma, obesitas, asupangaram, imobilitas)
3) Kurangterpaparinformasitentangprosespenyakit(mis.Diabetes mellitus,
hiperlipidemia)
4) Kurangaktivitas fisik
4. Defisit Nutrisi
Definisi: Asupan nutrisitidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
Penyebab:
a.Ketidakmampuan mencerna makanan
b.Ketidakmampuan mengabsorbi nutrisi
c.Peningkatan kebutuhanmetabolisme
d. Faktor psikologis (mis. Stres, keengganan untukmakan)
5. Intoleransi Aktivitas
Definisi: ketidakcukupan energi untuk melakukanaktivitas sehari-hari
Penyebab:
a. Ketidakseimbanganantarasuplai dan kebutuhan oksigen b.
Tirah baring
c. Kelemahan d.
Imobilitas
(PPNI,2016, p.128).
6 Intervensi Keperawatan
1. Pola Napas Tidak Efektif b.d Dyspnea
a. Tujuan
Menunjukkan pola pernapasan yang efektif,yang dibuktikan oleh
status pernapasan yang yidak terganggu;kepatenan jalan napas
(Wilkinson, 2017, p. 61).
b. Kriteria Hasil
1) Mempunyai kecepatandan irama pernapasan dalam batas
normal
2) Pasien akan meminta bantuan pernapasan saat dibutuhkan
3) Ekspansi dada simetris
4) Tidak ada gangguan status pernapasan ventilasi yang
dibuktikan dengan tidak ada suara napas tambahan,tidak
menggunakan otot aksesoris(Wilkinson, 2017, p.61).
c. Aktivitas Keperawatan
1) Pantau adanya pucat atau sianosis
2) Pantau efek obat pada status pernapasan
3) Kaji kebutuhan insersi jalan napas
4)Observasi dan dokumentasikan ekspansi dada bilateral pada
pasien yang terpasang ventilator
5) Pantau kecepatan, irama,kedalaman dan upaya pernapasan
6) Perhatikan pergerakan dada, amati kesimetrisan,penggunaan
otot–otot aksesoris,serta retraksi otot supra klavikular dan
interkosta
7)Pantau pernapasan yang berbunyi,seperti melengking atau
mendengkur (Wilkinson, 2017, p. 62).
2. Hipervolemia b.d Retensi Cairan
a. Tujuan
Kelebihan volume cairan yang dapat dikurangi,yang dibuktikan
oleh keseimbangan cairan, keparahn overload cairan minimal,dan
indicator fungsi ginjal yang adekuat(Wilkinson, 2017, p. 180).
b. Kriteria Hasil:
1) Mepertahankan tanda –tanda vital dalam batasan normal untuk
pasien
2) Tidak mengalami pendek napas
3) Berat badan stabil
4) Tidak ada asites, distensi vena leher, dan edema perifer
(Wilkinson, 2017, p. 180).
c. Aktivitas Keperawatan
1) Tentukan lokasi dan derajat odem perifer, sacral, dan
periorbital padaskala 1+sampai 4+
2) Kaji komplikasi pulmonal atau kardiovaskluar yang
diindikasikan dengan peningkatan tanda gawat napas,
peningkatan frekuensi nadi,peningkatan tekanan darah, bunyi
jantungt idak normal,atau suara napas tidak normal
3) Kaji ekstermitas atau bagian tubuh yang odema terhadap
gangguan sirkulasi dan integritas kulit
4) Kaji efek pengobatan (mis.Steroid,diuretic,danlitium) edema
5) Pantau secara teratur lingkar abdomen dan
ekstermitas(Wilkinson, 2017, p. 182).
3. Ketidakefektifan Jaringan Perifer b.d Eritrosit Menurun
a. Tujuan
Menunjukkan jaringan perifer kembali efektif (Wilkinson,2017,p.
449).
b. Kriteria Hasil
1) Menunjukkan fungsi otonom yang utuh
2) Melaporkan kecukupan energi
3)Berjalan 6 menit dengan tidak merasakan nyeri ekstermitas
bawah (Wilkinson,2017,p.449)
c. Aktivitas Keperawatan
1) Lakukan penilaian komprehensif sirkulasi perifer (mis.,
memeriksa nadi perifer,edema,pengisian kapiler,warna,dan
suhu pada ekstermitas)
2) Kaji intergitas kulit
3) Pantau status hidrasi (mis.,membrane mukosa lembap,
keadekuatan nadi, dan tekanan darah ortostatik), jika perlu
4) Pantau hasil lab yang berkaitan dengan retensi cairan (mis.,
peningkatan berat jenis, peningkatan BUN,penurunan
hematokrit) (Wilkinson, 2017, p. 449)
4. Defisit Nutrisi b.d MualMuntah
a. Tujuan
Memperlihatkan status nutrisi yang baik yang dibuktikan dengan
tidak ada penyimpangan dari rentang normal:asupan gizi,asupan
makanan, asupan cairan,energi(Wilkinson, 2017, p. 284).
b. Kriteria Hasil
1) Pasien dapat menjelaskan komponen diet bergizi adekuat
2) Pasien dapat menoleransi diet yang dianjurkan
3) Melaporkan tingkat energy yang adekuat
4) Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas
normal (Wilkinson, 2017, p. 284).
c. Aktivitas Keperawatan NIC
1) Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
2) Tentukan kemampuanpasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
3) Ketahui makanan kesuakaan pasien
4) Timbang pasien pada interval yang tepat(Wilkinson,2017,p.
284).
5. Intolerasi Aktivitas b.d Defisiensi Energi Sel
a. Tujuan
Menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan yang dibuktikan oleh:
toleransi aktivitas, ketahanan, dan penghematan energi, tingkat
kelelahan, istirahat, dan perawatan diri(Wilkinson, 2017, p. 16).
b. Kriteria Hasil
1)Mengidentifikasi aktivitas atau situasiyang meminimalkan
kecemasan yang dapat mengakibatkan intoleran aktivitas
2) Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan
oksigen,obat,dan/atau peralatan yang dapat meningkatkan
toleransi terhadap aktivitas (Wilkinson, 2017, p. 16).
c. Aktivitas Keperawatan
1) Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat
ridue, berdiri, ambulasi,dan melakukan AKS dan AKSI
2) Kaji respon emosi, social, dan spiritual terhadap aktivitas
3) Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan
aktivitas
4)Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber–sumber yang
adekuat (Wilkinson, 2017, p. 17).
DAFTAR PUSTAKA

Black, JoyceM;Hawks, JaneHokanson.(2014).KeperawatanMedikal Bedah:


ManajemenKlinisuntuk HasilyangDiharapakn,Edisi8-Buku2. Singapura:
Elsevier.
Brunner,&Suddarth.(2013).BukuAjarKeperawatanMedikalBedahEdisi8.
Jakarta: EGC.
Djaelani,A.R.(2013).TeknikPengumpulanDataDalamPenelitianKualitatif.
Semarang: FPTKIKIPVeteran Semarang.
Fitrianasari,D.L.,Tyaswati,J.E.,&Srisurani,I.(2017).PengaruhDukungan
KeluargaTerhadapTingkatDepresiPasienChronicKidney Disease Stadium
5D yangMenjalaniHemodialisadiRSD dr.SoebandiJember.Jember:
Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
Fitriani,E., Krisnansari,D.,&Winarsi, H.(2017).Faktor-FaktorYang Berhubungan
Dengan KepatuhanAsupan Cairandan NatriumPada Paien Gagal
GinjalKronik.Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman .
Harnani,Y.,&Rasyid,Z.(2015).StatistikDasarKesehatan.Yogyakarta:CVBudi
Utama.
Haswita,&Sulistyowati,R. (2017).Kebutuhan Dasar Manusia UntukMahasiswa
Keperawatan dan Kebidanan.Jakarta: CV. TransInfo Media.
Hidayat,A.A.,&Uliyah,M.(2015).PengantarKebutuhanDasarManusia.
Jakarta: SalembaMedika.
Wilkinson,J. M. (2017).Diagnosa Keperawatan .Jakarta: EGC
Bararah,T.,&Jauhar,M.(2013).AsuhanKeperawatanPanduanLengkapMenjadi
Perawat Profesional .Jakarta: Prestasi Pustaka.
Prabowo,E.,&Pranata,A.E.
(2014).AsuhanKeperawatanSistemPerkemihanYogyakarta:NuhaMedika

Anda mungkin juga menyukai