Anda di halaman 1dari 7

Nama: Salsabilla Aura Balqis

NIM: 041911433034

Tugas SPEI

PERTANYAAN

“Bagaimana pandangan CSR (jaminan sosial) menurut perspektif Afzalurrahman, Abdul


Manan, dan Monzer Kahf?”

PENDAHULUAN

CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu konsep atau tindakan yang dilakukan
oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap social maupun lingkungan
sekitar dimana perusahaan itu berada, seperti melakukan suatu kegiatan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga lingkungan, memberikan beasiswa
untuk anak tidak mampu di daerah tersebut, dana untuk pemeliharaan fasilitas umum,
sumbangan untuk membangun desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk
masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan sebuah fenomena dan strategi yang
digunakan perusahaan untuk mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya. CSR
dimulai sejak era dimana kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih
penting daripada sekedar profitability perusahaan.

Tujuannya adalah untuk mencipatakan dan memelihara hubungan yang harmonis dengan
lingkungan sekitar perusahaan dan bekerjasamaan untuk memberikan manfaat yang besar bagi
masyarakat sekitar juga.pemerintah dalam hal ini juga berperan penting dalam mengatur kegiatan
produksi perusahaan, selain mendapatkan pajak dari perusahaan tersebut. Perusahaan berperan
dalam melakukan kegiatan produksi dan masyarakat berperan dalam pemberdayaan dan
pengembangan masyarakat. Setiap perusahaan memiliki bentuk perusahaan yang berbeda beda
dan tergantung dari kompetensi perusahaan serta kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Ada
baiknya jika perusahaan melakukan survei terlebih dahulu sebelum melaksanakan CSR sehingga
yang dilakukan tepat guna dan tepat sasaran.
TINJAUAN PUSTAKA

Adapun 5 pilar yang mencakup kegiatan CSR yaitu:

1) Pengembangan kapasitas SDM di lingkungan internal perusahaan maupun lingkungan


masyarakat sekitarnya.
2) Penguatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan wilayah kerja perusahaan.
3) Pemeliharaan hubungan relasional antara korporasi dan lingkungan sosialnya yang tidak
dikelola dengan baik sering mengundang kerentanan konflik.
4) Perbaikan tata kelola perusahaan yang baik
5) Pelestarian lingkungan, baik lingkungan fisik, social serta budaya.

Dalam upaya meningkatakan kepedulian pada masyarakat sekitar ada 5 macam kegiatan yang
dapat dilakukan oleh perusahaan dengan memberdayakan masyarakat dalam berbagai bidang
yaitu:

1) Pengembangan ekonomi
2) Kesehatan dan gizi masyarakat
3) Pengelolaan lingkungan
4) Pendidikan, keterampilan, dan pelatihan
5) Sosial, budaya, agama, dan infrastruktur

Corporate Social Responbility (CSR) mendatangkan manfaat baik bagi perusahaan maupun bagi
masyarakat. Berikut adalah manfaatnya:

1) Bagi perusahaan:
○ Meningkatkan citra perusahaan.
○ Mengembangkan kerjasama dengan perusahaan lain.
○ Memperkuat brand merk perusahaan di mata masyarakat.
○ Membedakan perusahan tersebut dengan para pesaingnya.
○ Memberikan inovasi bagi perusahaan

Dalam perspektif Islam, CSR yang dilakukan harus bertujuan untuk menciptakan kebajikan
yang dilakukan bukan melalui aktivitas-aktivitas yang mengandung unsur riba, melainkan
dengan praktik yang diperintahkan Allah berupa zakat, infak, sedekah, dan wakaf. CSR juga
harus mengedepankan nilai kedermawanan dan ketulusan hati. Perbuatan ini lebih Allah cintai
dari ibadah-ibadah mahdhah. Rasulullah SAW bersabda: “Memenuhi keperluan seorang mukmin
lebih Allah cintai dari pada melakukan dua puluh kali haji dan pada setiap hajinya menginfakkan
ratusan ribu dirham dan dinar.”

Selain itu, pelaksanaan CSR dalam Islam juga merupakan salah satu upaya mereduksi
permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat dengan mendorong produktivitas
masyarakat dan menjaga keseimbangan distribusi kekayaan di masyarakat. Islam mewajibkan
sirkulasi kekayaan terjadi pada semua anggota masyarakat dan mencegah terjadinya sirkulasi
kekayaan hanya pada segelintir orang. Praktik CSR dalam Islam menekankan pada etika bisnis
islami. Operasional perusahaan harus terbebas dari berbagai modus praktik korupsi dan memberi
jaminan layanan maksimal sepanjang operasionalnya, termasuk layanan terpercaya bagi setiap
produknya (provision and development of safe and reliable products).
PEMBAHASAN

1. Pandangan Afzalurrahman mengenai CSR

Menurut Afzalur Rahman: “Barang-barang yang akan diproduksi harus berhubungan dengan
kebutuhan-kebutuhan manusia. Barang-barang itu harus diproduksi dengan tujuan untuk
memuaskan kebutuhan manusia dan bukan merupakan barang-barang mewah. Jika barang-
barang tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan manusia, maka tenaga kerja yang dihabiskan
untuk memproduksi barang semacam itu tidak produktif. Dalam memproduksi Afzalur Rahman
lebih memperhatikan azas kebebasan dan keadilan. Azas kebebasan merupakan keharusan dalam
setiap aktivitas produksi dalam sistem ekonomi. Azas kebebasan dalam ekonomi Islam tidak
benar-benar bebas tetapi terikat oleh suatu norma yaitu percaya kepada Allah SWT. Prinsip
utama adanya kebebasan dalam produksi alam adalah mencari keuntungan sesuai dengan syar’i
untuk meningkatkan taraf hidup.

Menurut Afzalurrahman, Jaminan social (al-Dliman al-Ijtima’i) merupakan salah satu dasar
ekonomi islam. Fakta menunjukan bahwa tidak setiap orang serba berkemampuan,tidak sedikit
justru manusia masih banyak berada di bawah garis kemiskinan dan tidak jarang manusia
terjebak pada praktik mustad’afin yang sitemik. Terlebih lagi di era global yang penuh
persaingan seperti sekarang ini, dimana sumber-sumber perekonian dan lapangan pekerjaan
semakin langka, manusia harus berhadapan dengan persaingan untuk memperebutkan sumber-
sumber perekonomian, dan tidak sedikit untuk memperolehnya dilakukan dengan cara-cara yang
tidak baik dan haram.

Terpenuhinya kebutuhan pokok manusia dalam pandangan Islam sama pentingnya dengan
pencapaian kesejahteraan manusia sebagai upaya mendukung peningkatan spiritual. Oleh karena
itu, konsep kesejahteraan dalam Islam bukan hanya berorientasi pada terpenuhinya kebutuhan
material duniawiyah, melainkan juga berorientasi pada terpenuhinya kesejahteraan spiritual
ukhrowiyah.
2. Pandangan Abdul Manan mengenai CSR

Abdul Manan mengungkapkan bahwa Islam mendorong setiap orang untuk memperoleh harta
benda pribadi, tapi menghendaki agar hal ini membawa kebaikan untuk masyarakat secara
keseluruhan. Singkatnya, sekalipun Islam memperkenankan orang untuk meningkatkan dirinya
sendiri, tetapi ia didesak untuk melindungi dan meningkatkan kepentingan sesamanya.

Di samping itu, kekayaan yang dimiliki dalam pengunaannya tidak merugikan. Dalam hal ini
Islam menekankan pada pemakaian harta benda yang berfaedah dan tidak mendatangkan
kerugian bagi orang lain atau masyarakat. Karena itu bila kerugian ditimpakan pada orang lain,
hal ini merupakan pelanggaran yang terlarang. Abdul Mannan berpegang pada sabda Nabi SAW:
“Tindakan yang merugikan tidak diperbolehkan, baik yang menguntungkan si pelaku maupun
tidak.”

Adapun relevansi Corporate Social Responsibility terhadap Prinsip Keadilan Sosial (Social
Justice), Mannan merumuskan bahwa prinsip keadilan merupakan salah satu prinsip fundamental
yang menjadi perhatian dan pijakan penentuan pengembangan ekonomi Islam disamping prinsip-
prinsip lainnya seperti prinsip kebersihan, kesederhanaan, kemurahan hati, dan moralitas. Prinsip
keadilan dalam konsep Corporate Social Responsibility sendiri ditunjukkan melalui jati dirinya
sebagai bagian dari pembahasan etika bisnis perusahaan yang di dalamnya menerapkan prinsip
keadilan.

Dalam Islam menurut Muhammad Abdul Mannan, perilaku produksi tidak hanya
menyandarkan pada kondisi permintaan pasar, melainkan juga berdasarkan pertimbangan
kemaslahatan. Pendapat ini didukung oleh M.M. Metwally yang menyatakan bahwa fungsi
kepuasan perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh variabel tingkat keuntungan tetapi juga oleh
variable pengeluaran yang bersifat charity atau good deeds (beramal kebajikan atau berderma).

3. Pandangan Monzer Kahf mengenai CSR

Salah satu pemikiran dari Monzer Kahf adalah Purposive nature of property right yang mana
sejalan dengan prinsip pokok Corporate Social Responsibility, yaitu kekayaan tidak boleh
terkonsentrasi pada sedikit orang saja, harus ada Kerjasama dengan orang lain dalam
pemanfaatannya. Kahf tidak melihat adanya kesalahan dalam tujuan perusahaan berupa
maximization of utility, jika fungsi yang hendak dimaksimumkan mencakup unsur-unsur balasan
di hari kiamat. Kahf juga mengakui bahwa semua pandangannya masih terlalu umum dan bahwa
untuk itu perlu diadakan penyusunan indeks utilitas kolektif yang mencakup hal-hal seperti nilai-
nilai etika, legislasi. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung keinginannya mengkuantifikasi
besaran-besaran kualitatif.

Berikut merupakan konsep produksi Monzer Kahf dalam segi legislasi yang dinilai sejalan
dengan prinsip CSR:

1) Menjamin pemanfaatan yang kontinu dan tepat

2) Kegiatan yang tidak produktif dilarang

3) Kegiatan yang secara ekonomi tidak produktif juga dilarang (mis: judi, sihir, dll)

4) Menghindari konsentrasi kekayaan

5) Penyediaan kebutuhan dasar bagi semua orang

6) Menghambat konsumsi barang mewah

7) Negara berperan sebagai perencana, produsen public goods, penyelia, dan regulator.

Monzer Kahf sebagaimana dikutip Sukarno Wibowo dan Dedi Supriadi, menyebutkan bahwa
tingkat kesalehan seseorang mempunyai korelasi positif terhadap tingkat produksi yang
dilakukannya. Semakin meningkat nilai kesalehan seseorang, semakin meningkat pula nilai
produktivitasnya. Begitu juga sebaliknya, jika kesalehan seseorang dalam tahap degradasi,
pencapaian nilai produktivitasnya pun menurun. Contohnya, seorang yang senantiasa
menegakkan shalat, berarti ia telah dianggap saleh. Dalam posisi ini, orang tersebut telah
merasakan tingkat kepuasan batin yang tinggi. Secara psikologi, jiwanya telah mengalami
ketenangan dalam menghadapi setiap permasalahan kehidupan. Hal ini berpengaruh secara
positif bagi tingkat produksi yang berjangka pendek. Dengan hati yang tenang dan tidak ada
gangguan-gangguan dalam jiwanya, ia akan melakukan aktivitas produksi dengan tenang dan
mencapai tingkat produksi yang diharapkan.
Daftar Pustaka

Ishak, K. 2015. Konsep Etika Produksi Dalam Sistem Ekonomi Islam Menurut Afzalur
Rahman Dan Yusuf Qordhowi. IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, 4(1), 40-69.

Juhaya S. Pradja. 2013. Manajemen Bisnis Syari’ah & Kewirausahaan. Bandung : Pustaka
Setia.

Adiwarman A. Karim. 2010. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.

Anda mungkin juga menyukai