3 Consumption
3 Consumption
CONSUMPTION
Team Teaching
Dept. Islamic Economics
Faculty of Economics and Business
Airlangga University
REFERENSI :
Zubair Hasan : Treatment of consumption in
Islamic Economics : An Appraisal
Fahim Khan : Essays in Islamic Economics
(Chapter 3)
Metwally : Teori dan Model Ekonomi Islam
(Chapter 4 dan 5)
Huda, dkk : Ekonomi Makro Islam (Chapter 2)
2
HUBUNGAN KONSUMSI DENGAN PENDAPATAN
C = a + bY
C : Konsumsi Nasional
y : Tingkat Pendapatan dalam perekonomian
a : Konsumsi otonom (Autonomous Spending) atau jumlah
pengeluaran konsumsi yang tidak bergantung pada tingkat
pendapatan, a > 1
b : Marginal Propensity to Consume (MPC) yaitu tambahan
konsumsi akibat meningkatnya satu unit pendapatan,
memiliki besaran 0 < b < 1
3
KURVA KONSUMSI
4
PERUBAHAN DALAM FUNGSI KONSUMSI
5
FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MERUBAH KONSUMSI
OTONOM
6
FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN FUNGSI KONSUMSI
7
PRINSIP KONSUMSI DALAM ISLAM
Dalam ekonomi Islam konsumsi dikendalikan
oleh lima prinsip dasar (Mannan, 1997) :
1.Prinsip Keadilan
2.Prinsip kebersihan
3.Prinsip kesederhanaan
4.Prinsip kemurahan hati
5.Prinsip moralitas
8
Konsumsi dalam Ekonomi Islam
• Kewajiban mengeluarkan zakat dan
pengeluran lain di jalan Allah.
• Tidak menganjurkan:
– Pola konsumsi yang boros
– Pengeluran yang berlebihan
• Efeknya: Konsumsi total akan berkurang
tabungan meningkat Investasi meningkat
Kesejahteraan meningkat, ceteris
paribus.
PDB bukan ukuran kesejahteraan
• Banyak orang awam berpikir bahwa kesejahteraan suatu
negara ditentukan oleh PDB, sebagaimana mereka berpikir
bahwa kesejahteraan seseorang ditentukan oleh
pendapatannya
• Menurut ekonomi konvensional, cara pikir ini keliru karena
kepuasan diperoleh dari konsumsi bukan pendapatan.
Karena itu, komponen konsumsi dalam PDB-lah yang
mencerminkan kesejahteraan negara itu
• Menurut ekonomi Islam, transfer pendapatan menghasilkan
kepuasan lebih tinggi. Sayangnya, transfer pendapatan tidak
tercermin dalam statistik PDB, tidak juga di statistik lain
10
Peran Konsumsi
• Di semua perekonomian, konsumsi selalu menjadi komponen
PDB paling dominan
• Perubahan pola konsumsi berdampak signifikan pada
pertumbuhan ekonomi:
– jk pendek: pengaruh pada permintaan agregat
– jk panjang: pengaruh pada akumulasi modal
• Islam melarang kikir maupun berlebihan dalam membelanjakan
harta
– Konsumsi rendah menyebabkan stagnasi ekonomi: depresi besar
1930-an dan resesi Jepang
– Konsumsi berlebihan hingga terlibat utang rawan kena krisis
keuangan: Amerika Serikat tahun 2000-an
11
Komponen PDB
350,000
300,000
0
08-I 08-II 08-III 08-IV 09-I
-50,000
12
Teori Konsumsi Dalam Ekonomi Islam
Chapra (2002), konsumsi aggregate terdiri
dari konsumsi barang kebutuhan dasar (Cn)
dan konsumsi barang mewah (C1) sehingga
C = Cn + C 1
Dalam ekonomi Islam perekonomian secara
makro terdiri atas dua karakteristik yang
berbeda yaitu muzakki (orang yang
membayar zakat) dan Mustahiq (Orang
yang menerima zakat)
13
C1 = a + bY (1-z-f) (Muzakki)
C2 = zY + fY (Mustahiq)
C = C1 + C 2
C = a + bY (1-z-f) + zY + fY
Dimana :
Z = zakat
f = Infaq/Shadaqah
14
Konsumsi Aggregate dalam Ekonomi Islam
(Metwally)
Hipotesa Pendapatan Mutlak
Konsumsi pada periode waktu tergantung
pada pendapatan siap dikonsumsi
(dispossable income) pada periode tertentu.
Naiknya pendapatan akan meningkatkan
konsumsi tapi peningkatan konsumsi lebih
kecil dari peningkatan pendapatan (APC dan
MPC turun)
15
Con’t
• Zakat dan berbagai macam sedekah
tampaknya akan mempengaruhi tidak saja
lereng fungsi konsumsi akan tetapi juga
besarnya intersep
16
Pengeluaran
C+Z
Pendapatan
17
FUNGSI KONSUMSI LINEAR
• C=a+bY
• a > 0 dan 0< b < 1
• APC = C/Y = a/Y + b • Z = α Y dimana 0< α <1
• MPC = (dC/dY) = b • bY = pendapatan
pembayar zakat
• (1-β)Y = pendapatan
Fungsi penerima zakat dimana
Konsumsi
Dalam
0< β< 1
Islam • δ = MPC penerima zakat
dimana 0<b< δ<1
19
Dampak sedekah pada konsumsi
• Dampak sedekah pada konsumsi agregat bergantung pada
fakta apakah perubahan kecenderungan konsumsi (C/Y atau
dC/dY) sejalan atau bertentangan dengan perubahan
pendapatan
• Jika masyarakat berpendapatan tinggi memiliki
kecenderungan konsumsi lebih rendah, maka redistribusi
akan meningkatkan konsumsi agregat karena tambahan
konsumsi masyarakat miskin akan lebih besar daripada
penurunan konsumsi masyarakat kaya
• Metwally menemukan bahwa kecenderungan konsumsi di
mayoritas negara Islam justru bertambah ketika
pendapatannya meningkat (catching up hypothesis)
20
FUNGSI KONSUMSI
Ekonomi Konvensional Ekonomi Islam
C = Konsumsi Nasional
C = Konsumsi Nasional Y = Pendapatan Nasional
Y = Pendapatan Nasional
a = Autonomous Spending
a = Autonomous Spending b = MPC Muzakki
b = Marginal Propensity to Consume c = MPC Mustahik
(MPC)
(0<b<c<1)
0<b< 1
MPC = tambahan konsumsi akibat α = Rate zakat (0< α<1)
meningkatnya satu unit pendapatan β = proporsi dari seluruh
pendapatan nasional dari gol.
Muzaki (0< β <1)
(1- β) = proporsi dari seluruh
pendapatan nasional dari gol.
Mustahik
21
MULTIPLIER DALAM ISLAM
22
Bagaimana pengaruh zakat & sedekah dalam konsumsi
24
KESIMPULAN
• Fungsi konsumsi menghubungkan tingkat pendapatan dengan
pengeluaran konsumsi.
• Kecenderungan mengkonsumsi marginal (MPC) adalah jumlah
tambahan konsumsi yang diakibatkan oleh tambahan
pendapatan. Berdasarkan funsi linier maka MPC merupakan
kemiringan (slope) dari kurva konsumsi.
• Dalam konsumsi Islami terdapat komponen yang selalu
melakat dan wajib dikeluarkan yaitu zakat yang merupakan
kontribusi negara terhadap masyarakat yang memiliki tingkat
pendapatan yang rendah.
• Dalam perekonomian ribawi (konvensional) multiplier
diharapkan dapat terjadi dengan melibatkan komponen
bunga (riba), sedangkan dalam pandangan perekonomian
Islam instrumen yang memiliki efek multiplier yang nyata
adalah zakat (Ar Ruum 39)
25
Multiplier (effek pengganda)
• Y =C+I • K=
• Y = a + bY + I
• Y – bY = a + I • K=
• Y (1 – b) = a + I
• Y = • Karena b = MPC
• Y = + • K=
• =
26
• Y=C
• C = a + bY
• Y = a + bY
• Y – bY = a
• (1-b) Y = a
• Y= a = 1 xa
• (1-b) (1-b) b = MPC
27
• Multiplier dalam ekonomi Islam
• K* = 1/(1-z-f) (1-b)
• K* = 1/ b β – αb + δ(1- β) + α β
• Multiplier dalam ekonomi Konvensional
• K = 1/ (1-b)
28
29