Anda di halaman 1dari 22

C A g r i b i s n i

3 s

Analisis Pendapatan Nasional


Dua Sektor
Dosen Pengampu: Dr. Ekalia Yusiana S.P., M.Sc.
Kelompok 1
Diana Suci Novianti Abdul Rahman Bagas Rizky Pratama Kusyati
(2210631200009) (2210631200029) (2210631200032) (2210631200036) (2210631200046)

Nurfitriani Rizqa Intan Ayu P. Sandria Katarina Viona Pebrianti


(2210631200057) (2210631200062) (2210631200065) (2210631200071)

Adeliya Dwi Irdhana Ananda Putri Nabila Muhammad Fariz Zahra Arabela
(2210631200073) (2210631200077) (2210631200051) (2210631200100)
Pendahuluan
Pendapatan nasional adalah suatu bentuk tolak
ukur yang dipakai untuk memperhitungkan suatu
perekonomian negara untuk memperoleh
gambaran tentang perekonomian tersebut.
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang
lazim dipergunakan untuk menilai keadaan
perekonomian suatu negara. Pertumbuhan
ekonomi sangat penting dan dibutuhkan, sebab
tanpa pertumbuhan ekonomi tidak akan terjadi
peningkatan kesejahteraan, kesempatan kerja,
produktivitas, dan lain-lain
Konsep Pendapatan Nasional Dua Sektor
Perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang hanya melibatkan pihak
perusahaan dan rumah tangga.
Tertutup Bebas pajak dan tidak mempengaruhi dunia internasional
Sederhana Hanya terdiri dari 2 sektor

Secara aljabar, dirumuskan sebagai berikut :


Y=C+I
Y = C + S dan I = S

Keterangan :
Y = Pendapatan Nasional
C = Konsumsi, rumah tangga konsumen
S = Tabungan
I = Investasi, rumah tangga produsen, industri
Fungsi Konsumsi
A. Fungsi Konsumsi B. Kurva Fungsi konsumsi
Fungsi konsumsi adalah suatu fungsi yang
menggambarkan hubungan antara tingkat konsumsi
rumah tangga dengan pendapatan nasional dalam suatu
perekonomian. Persamaannya.
C = a + bY
Keterangan :
C = tingkat konsumsi
a = konsumsi rumah tangga saat pendapatan nasional 0
b = kecondongan konsumsi marginal
Y = tingkat pendapatan nasional

C. Marginal Propensity to Consume (MPC)

MPC menunjukkan proporsi tambahan pendapatan yang dibelanjakan untuk konsumsi dimana saat MPC turun maka
tabungan meningkat dan sedikit belanja setiap tambahan unit pendapatan
Fungsi Konsumsi
D. Average Propensity to Consume (APC) a. Fungsi konsumsi
a = (APC – MPC) Y
a = (0,95 – 0,75) 1.000
miliar
APC menunjukkan proporsi pendapatan yang
dibelanjakan untuk konsumsi. Dimana saat a = 0,20 × 1.000 miliar
pendapatan meningkat APC turun dan masyarakat a = 200 miliar
menabung. Fungsi konsumsinya:
C=a+bY
Contoh soal 1
C= 200+0,75Y
Diketahui data pendapatan suatu negara beserta
konsumsi dan tabungannya: b. Besar tingkat pendapatan BEP
Tingkat pendapatan nasional pertahun Rp1.000 m,
konsumsi pertahun Rp950 m, tabungannya Rp50 m Y = C atau Y – C = 0.
Tingkat pendapatan nasional pertahun Rp1.200 mi Y–C=0
konsumsi pertahun Rp1.100 m, tabungannya Rp100 Y – (200 miliar + 0,75 Y) = 0
miliar. Y – 0,75 Y – 200 miliar = 0
Tentukan: 0,25 Y = 200 miliar
a. Fungsi konsumsi Y = 800 miliar
b.Tingkat pendapatan nasional BEP Jadi, besarnya BEP adalah Rp 800 miliar.
Fungsi Tabungan
Fungsi Tabungan Marginal Propencity to Save (MPS)
Saving atau tabungan adalah bagian dari MPS adalah perbandingan antara bertambahnya saving
pendapatan nasional pertahunnya yang tidak dengan bertambahnya pendapatan nasional yang
dikonsumsi mengakibatkan bertambahnya saving.

S= -a+(1-b)Y

Keterangan:
S = tingkat tabungan nasional
1 – b = MPS yaitu tambahan pendapatan yang Average Propensity to Save (APS)
digunakan untuk tambahan tabungan APS adalah perbandingan antara besarnya saving pada
SRARAT MUTLAK suatu tingkat pendapatan nasional dengan besarnya
- nilai a = harus negatif
pendapatan nasional bersangkutan.
- nilai 1 – b = harus positif
Fungsi Tabungan
C o n t o h s o a l K u r v a f u n g s i
Berdasarkan fungsi konsumsi pada Contoh 1 yaitu t a b u n g a n
C = 200 + 0,75 Y, maka fungsi tabungan dapat
ditentukan sebagai berikut
Hubungan Antara Kecenderungan yang Berbeda
(APC, MPC, APS DAN MPS)
Hubungan antara APC dan APS
Jumlah APC dan APS sama dengan satu. Buktinya: Sudah diketahui
bahwa Y = C + S, bagi kedua sisi dengan Y. Maka: Y/Y=C/Y+S/Y , APC + APS
= 1 karena pendapatan digunakan untuk konsumsi atau tabungan.

Hubungan antara MPC dan MPS


Jumlah MPC dan MPS sama dengan satu, hal ini dapat dibuktikan dengan
ΔY = ΔC + ΔS, bagi kedua ruas dengan ΔY. Maka : ΔY/ΔY=ΔC/ΔY+ΔS/ΔY ....:
ΔY/ΔY=1, =ΔC/ΔY =MPC, dan ΔS/ΔY= MPS. MPC + MPS = 1, karena total
kenaikan pendapatan digunakan untuk konsumsi atau tabungan.
Nilai APC, APS, MPC dan MPS
Nilai APC APS MPC MPS

MPC tidak akan


APC tidak akan APS bisa kurang MPS tidak boleh
Negatif (kurang pernah kurang dari nol dan
pernah kurang dari nol, dari nol ketika C>Y; yaitu sebelum kurang dari nol, begitu juga ΔC
dari nol) juga ΔS tidak akan pernah
karena adanya (C) titik impas tidak boleh lebih dari ΔY
lebih dari ΔY

APC tidak akan MPC tidak akan MPS tidak akan


APS bia menjadi
Nol pernah bisa menjadi nol pernah bisa menjadi nol, ΔS = pernah bisa menjadi nol, ΔC =
nol ketika C=Y; yaitu pada titik impas
karena kehadiran ⁖Ć ΔY ΔY

APS tidak akan


pernah bisa satu per satu karena MPC tidak akan MPS tidak akan
APC bisa menjadi
Satu tabungan tidak akan pernah bisa pernah bisa menjadi nol, ΔC = pernah bisa menjadi nol, ΔS =
satu jika C=Y; yaitu di BEP
sama dengan ΔY ΔY
pendapatan

APS tidak akan MPC tidak akan


APC bisa lebih MPS tidak boleh
pernah lebih dari satu, karena pernah kurang dari nol dan
Lebih dari satu dari satu jika C>Y; yaitu kurang dari nol, begitu juga ΔS
tabungan tidak akan pernah lebih dari juga ΔC tidak akan pernah
sebelum titik impas tidak boleh lebih dari ΔY
pendapatan lebih dari ΔY
Rumus Contoh soal :
Dalam suatu perekonomian diketahui :

Y C S Hitunglah MPC, MPS, APC,


APC MPC dan APS
200 300 .....
APC = C/Y MPC = ΔC/ΔY
400 450 .....

600 600 .....


MPS APS 800 750 .....

MPS = ΔS/ΔY APS = S/Y 900 800 .....

Keterangan:
Ć = Konsumsi otonom ΔS = Perubahan Tabungan
C = Konsumsi ΔC = Perubahan Konsumsi
S = Tabungan ΔY = Perubahan Pendapatan Nasional
Y = Pendapatan Nasional
Penyelesaian
Kurva
Pendapatan Konsumsi Tabungan MPC MPS
(Y) (C) S=Y-C
APC= C/Y APS= S/Y APC+APS
∆ ∆
= C/ Y ∆ ∆
= S/ Y
MPC+MPS

200 300 -100 1,5 -0,5 1

400 450 -50 1,125 -0,125 1 0,75 0,25 1

600 600 0 1 0 1 0,75 0,25 1

800 750 50 0,94 0,06 1 0,75 0,25 1

900 800 100 0,89 0,11 1 0,5 0,5 1


Keseimbangan Perekonomian 2 Sektor
Keseimbangan pendapatan nasional adalah tingkat pendapatan nasional dimana
tidak ada satupun kekuatan dari faktor-faktor ekonomi yang mempunyai
kecenderungan untuk mempengaruhi dan mengubahnya.
Terdapat 3 pendekatan:
Pendekatan agregat AD-AS
Pendekatan Suntikan=Bocoran
Pendekatan Aljabar
1. Y = C + I ---> a = cY + I
2. S= I ---> -a = sY + I
atau
S= -a + (1-bY) Keterangan:
Y = Pendapatan disposable
C = Jumlah pengeluaran konsumsi
S = Jumlah tabungan
a = Besar konsumsi saat pendapatan (=0)
I = Investasi
Contoh Soal C=Y+C
Secara aljabar

C=80+0,70(600)
Konsumsi saat pendapatan Nol (a) Bukti
C=500
= Rp. 80, b=0,70 dan I=100 Y=C+I
Tentukan: S =Y- C 600=500+100
S =600-500 600=600(seimbang)
a. Fungsi konsumsi
C= a + bY ---> C= 80 + 0,70Y S =100

b. Fungsi tabungan
S= -a + (1-bY)
S= -80 + (1-0,70Y)---> S= -80 + 0,30Y

c. Keseimbangan
Secara agregat Secara suntikan
Y= C+I I=S
Y= 80+0,70Y+100 100=-80+0,70Y
Y=180+0,70Y 100+80=0,70Y
Y- 0,70Y = 180 180=0,30Y
Y=600 Y=600
Multiplier
Pengertian Multiplier
Multiplier merupakan angka pengganda yang menerangkan berapa besarnya
kenaikkan pendapatan ekonomi masyarakat yang diakibatkan dari perubahan
(kenaikan dan penurunan) variabel-variabel ekonomi.

Proses Bekerja Multiplier


Pendapatan nasional dalam ekonomi 2 sektor adalah suatu konsep dalam ilmu ekonomi
yang menjelaskan bagaimana peningkatan investasi (injeksi) atau pengeluaran yang lain
dalam perekonomian akan meningkatkan Pendapatan Nasional (Anggaran Negara)
dengan kelipatan atau proporsi yang lebih dari peningkatan investasi atau pengeluaran
awal tersebut. Pendapatan nasional dua sektor melibatkan dua sektor utama yaitu rumah
tangga dan perusahaan. Rumah tangga berperan dalam menyediakan faktor produksi
seperti tenaga kerja, sumber daya alam, dan modal, sedangkan perusahaan berperan
dalam menghasilkan produk dan jasa.
Lanjutan
Rumus Multiplier Contoh Soal
Multiplier pendapatan nasional dua sektor, Jika diasumsikan fungsi konsumsi C = 40 + 0,75Y dan
atau disebut juga multiplier Keynesian, Investasi pada periode 1 adalah I = 40 Triliun. Pada
periode 2, investasi bertambah menjadi 60 Triliun.
dihitung dengan rumus berikut:
Hitunglah pendapatan nasional pada periode kedua
Multiplier pendapatan nasional (MPN) = 1 / (1 - MPC) dengan menggunakan angka pengganda
Penyelesaian :
Keterangan:
∆ ∆
Y/ I = k = 1/(1-c) = 1/(1-0,75 ) = 4
dimana MPC (marginal propensity to consume)
merupakan tingkat konsumsi marjinal, yaitu ∆ ∆
Y=4 I
persentase tambahan pendapatan yang digunakan Y2 - Y1 = 4(I2-I1)
untuk konsumsi. MPC memiliki rentang antara 0 hingga Y pada periode 1: Y1=(co+I)/(1-c)=320T.
1. Jika konsumsi tetap (tidak berubah) meskipun Maka Y pada periode2 :
pendapatan meningkat, maka MPC berkisar antara 0. Y2=Y1+4(60-40)=320+4(20)=400T.
Sebaliknya, jika konsumsi meningkat seiring dengan
kenaikan pendapatan, maka MPC mendekati 1.
Kurva Multiplier
Inflationary GAP & Deflation GAP

Inflationary Gap adalah selisih antara jumlah investasi yang terjadi dengan
besarnya full-employment saving (saving pada tingkat full-employment
saving).
Deflationary gap adalah angka yang menunjukkan besarnya selisih antara
investasi yang terjadi dengan full-employment saving, dimana jumlah
yang diinvestasikan lebih kecil dari jumlah full employment savingnya
Kesenjangan inflasi terjadi apabila nilai S (tabungan) yang diperoleh lebih
kecil dari nilai I (pengeluaran atau biaya investasi). Sedangkan jika nilai S
(tabungan) yang dihasilkan lebih besar dari nilai I (pengeluaran atau biaya
investasi), artinya negara tersebut sedang mengalami kesenjangan deflasi.
Rumus : Contoh Soal :
Diketahui :

S=Y–C
Fungsi konsumsi pertahun : 0.75Y + 20 Milyar
rupiah.
Investasi pertahun : 40 Milyar rupiah.

Ditanyakan :
1.1. Berapa besar inflationary gap atau
Keterangan: deflationary gap, jika kapasitas produksinya
S = Tabungan 200 Milyar?
Y = Kapasitas Produksi 2. Berapa besar inflationary atau deflationary
2.
gap, jika kapasitas produksinya 280 Milyar?
C = Tingkat Konsumsi
3. Buatlah kurvanya
3.
I.G = Inflationary Gap
D.G = Deflationary Gap
Penyelesaian :
1) S = Y – C
3) Kurva
S = 200 – (0.75 x 200 + 20)
S = 200 – 170
S = 30 Milyar rupiah per tahun.

I.G = Investasi – Full Employment Saving


I.G = 40 Milyar rupiah – 30 Milyar rupiah
I.G = 10 Milyar rupiah.
2) S = Y – C
S = 280 – (0.75 x 280 + 20)
S = 280 – 230
S = 50 Milyar rupiah pertahun.

D.G = Full Employment Saving – Investasi


D.G = 50 – 40
D.G = 10
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah pemahaman
konsep-konsep ekonomi makro ini dapat memberikan
panduan yang penting untuk memahami kompleksitas
hubungan antara berbagai variabel ekonomi, serta
memberikan gambaran menyeluruh tentang bagaimana
fungsi konsumsi, fungsi tabungan, multiplier, dan kurva
GAP dapat saling terkait dan mempengaruhi dinamika
ekonomi nasional.
Terimakasih
Any question?
Any question?

Anda mungkin juga menyukai