3 s
Adeliya Dwi Irdhana Ananda Putri Nabila Muhammad Fariz Zahra Arabela
(2210631200073) (2210631200077) (2210631200051) (2210631200100)
Pendahuluan
Pendapatan nasional adalah suatu bentuk tolak
ukur yang dipakai untuk memperhitungkan suatu
perekonomian negara untuk memperoleh
gambaran tentang perekonomian tersebut.
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang
lazim dipergunakan untuk menilai keadaan
perekonomian suatu negara. Pertumbuhan
ekonomi sangat penting dan dibutuhkan, sebab
tanpa pertumbuhan ekonomi tidak akan terjadi
peningkatan kesejahteraan, kesempatan kerja,
produktivitas, dan lain-lain
Konsep Pendapatan Nasional Dua Sektor
Perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang hanya melibatkan pihak
perusahaan dan rumah tangga.
Tertutup Bebas pajak dan tidak mempengaruhi dunia internasional
Sederhana Hanya terdiri dari 2 sektor
Keterangan :
Y = Pendapatan Nasional
C = Konsumsi, rumah tangga konsumen
S = Tabungan
I = Investasi, rumah tangga produsen, industri
Fungsi Konsumsi
A. Fungsi Konsumsi B. Kurva Fungsi konsumsi
Fungsi konsumsi adalah suatu fungsi yang
menggambarkan hubungan antara tingkat konsumsi
rumah tangga dengan pendapatan nasional dalam suatu
perekonomian. Persamaannya.
C = a + bY
Keterangan :
C = tingkat konsumsi
a = konsumsi rumah tangga saat pendapatan nasional 0
b = kecondongan konsumsi marginal
Y = tingkat pendapatan nasional
MPC menunjukkan proporsi tambahan pendapatan yang dibelanjakan untuk konsumsi dimana saat MPC turun maka
tabungan meningkat dan sedikit belanja setiap tambahan unit pendapatan
Fungsi Konsumsi
D. Average Propensity to Consume (APC) a. Fungsi konsumsi
a = (APC – MPC) Y
a = (0,95 – 0,75) 1.000
miliar
APC menunjukkan proporsi pendapatan yang
dibelanjakan untuk konsumsi. Dimana saat a = 0,20 × 1.000 miliar
pendapatan meningkat APC turun dan masyarakat a = 200 miliar
menabung. Fungsi konsumsinya:
C=a+bY
Contoh soal 1
C= 200+0,75Y
Diketahui data pendapatan suatu negara beserta
konsumsi dan tabungannya: b. Besar tingkat pendapatan BEP
Tingkat pendapatan nasional pertahun Rp1.000 m,
konsumsi pertahun Rp950 m, tabungannya Rp50 m Y = C atau Y – C = 0.
Tingkat pendapatan nasional pertahun Rp1.200 mi Y–C=0
konsumsi pertahun Rp1.100 m, tabungannya Rp100 Y – (200 miliar + 0,75 Y) = 0
miliar. Y – 0,75 Y – 200 miliar = 0
Tentukan: 0,25 Y = 200 miliar
a. Fungsi konsumsi Y = 800 miliar
b.Tingkat pendapatan nasional BEP Jadi, besarnya BEP adalah Rp 800 miliar.
Fungsi Tabungan
Fungsi Tabungan Marginal Propencity to Save (MPS)
Saving atau tabungan adalah bagian dari MPS adalah perbandingan antara bertambahnya saving
pendapatan nasional pertahunnya yang tidak dengan bertambahnya pendapatan nasional yang
dikonsumsi mengakibatkan bertambahnya saving.
S= -a+(1-b)Y
Keterangan:
S = tingkat tabungan nasional
1 – b = MPS yaitu tambahan pendapatan yang Average Propensity to Save (APS)
digunakan untuk tambahan tabungan APS adalah perbandingan antara besarnya saving pada
SRARAT MUTLAK suatu tingkat pendapatan nasional dengan besarnya
- nilai a = harus negatif
pendapatan nasional bersangkutan.
- nilai 1 – b = harus positif
Fungsi Tabungan
C o n t o h s o a l K u r v a f u n g s i
Berdasarkan fungsi konsumsi pada Contoh 1 yaitu t a b u n g a n
C = 200 + 0,75 Y, maka fungsi tabungan dapat
ditentukan sebagai berikut
Hubungan Antara Kecenderungan yang Berbeda
(APC, MPC, APS DAN MPS)
Hubungan antara APC dan APS
Jumlah APC dan APS sama dengan satu. Buktinya: Sudah diketahui
bahwa Y = C + S, bagi kedua sisi dengan Y. Maka: Y/Y=C/Y+S/Y , APC + APS
= 1 karena pendapatan digunakan untuk konsumsi atau tabungan.
Keterangan:
Ć = Konsumsi otonom ΔS = Perubahan Tabungan
C = Konsumsi ΔC = Perubahan Konsumsi
S = Tabungan ΔY = Perubahan Pendapatan Nasional
Y = Pendapatan Nasional
Penyelesaian
Kurva
Pendapatan Konsumsi Tabungan MPC MPS
(Y) (C) S=Y-C
APC= C/Y APS= S/Y APC+APS
∆ ∆
= C/ Y ∆ ∆
= S/ Y
MPC+MPS
C=80+0,70(600)
Konsumsi saat pendapatan Nol (a) Bukti
C=500
= Rp. 80, b=0,70 dan I=100 Y=C+I
Tentukan: S =Y- C 600=500+100
S =600-500 600=600(seimbang)
a. Fungsi konsumsi
C= a + bY ---> C= 80 + 0,70Y S =100
b. Fungsi tabungan
S= -a + (1-bY)
S= -80 + (1-0,70Y)---> S= -80 + 0,30Y
c. Keseimbangan
Secara agregat Secara suntikan
Y= C+I I=S
Y= 80+0,70Y+100 100=-80+0,70Y
Y=180+0,70Y 100+80=0,70Y
Y- 0,70Y = 180 180=0,30Y
Y=600 Y=600
Multiplier
Pengertian Multiplier
Multiplier merupakan angka pengganda yang menerangkan berapa besarnya
kenaikkan pendapatan ekonomi masyarakat yang diakibatkan dari perubahan
(kenaikan dan penurunan) variabel-variabel ekonomi.
Inflationary Gap adalah selisih antara jumlah investasi yang terjadi dengan
besarnya full-employment saving (saving pada tingkat full-employment
saving).
Deflationary gap adalah angka yang menunjukkan besarnya selisih antara
investasi yang terjadi dengan full-employment saving, dimana jumlah
yang diinvestasikan lebih kecil dari jumlah full employment savingnya
Kesenjangan inflasi terjadi apabila nilai S (tabungan) yang diperoleh lebih
kecil dari nilai I (pengeluaran atau biaya investasi). Sedangkan jika nilai S
(tabungan) yang dihasilkan lebih besar dari nilai I (pengeluaran atau biaya
investasi), artinya negara tersebut sedang mengalami kesenjangan deflasi.
Rumus : Contoh Soal :
Diketahui :
S=Y–C
Fungsi konsumsi pertahun : 0.75Y + 20 Milyar
rupiah.
Investasi pertahun : 40 Milyar rupiah.
Ditanyakan :
1.1. Berapa besar inflationary gap atau
Keterangan: deflationary gap, jika kapasitas produksinya
S = Tabungan 200 Milyar?
Y = Kapasitas Produksi 2. Berapa besar inflationary atau deflationary
2.
gap, jika kapasitas produksinya 280 Milyar?
C = Tingkat Konsumsi
3. Buatlah kurvanya
3.
I.G = Inflationary Gap
D.G = Deflationary Gap
Penyelesaian :
1) S = Y – C
3) Kurva
S = 200 – (0.75 x 200 + 20)
S = 200 – 170
S = 30 Milyar rupiah per tahun.