BAB V
KONSUMSI, TABUNGAN DAN INVESTASI
KOMPETENSI INDIKATOR
2. Memahami kebijakan pemerintah dalam bidang Mendeskripsikan fungsi konsumsi dan fungsi
ekonomi, Produk Domestik Bruto (PDB), Produk tabungan atau investasi berdasarkan data, atau
Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan grafik
Nasional (PN), inflasi konsumsi dan investasi, uang
dan Perbankan.
Y=C+I
Dimana APC menunjukkan besarnya Average Propencity to Consume artinya hasrat untuk
berkonsumsi rata-rata. MPC adalah perbandingan antara besarnya konsumsi pada suatu tingkat
pendapatan nasional, dengan besarnya tingkat pendapatan nasional itu sendiri.
Jadi:
APC =
Y
Keterangan :
Sedangkan C = Kenaikan konsumsi
Y = Kenaikan, perubahan, tambahan, selisih,
b = MPC =
penurunan, peningkatan pendapatan
3. Fungsi Tabungan
Fungsi tabungan yaitu fungsi yang menunjukkan hubungan antara tabungan (S) dengan pendapatan
(Y).
Fungsi tabungan dapat dirumuskan sebagai berikut
Syarat Mutlak fungsi tabungan :
S = -a + (1 – b) Y Nilai a = harus negatif
Nilai 1 – b = harus positif
40
Keterangan :
1– b atau MPS = atau MPS = S = Kenaikan Tabungan
Y = Kenaikan pendapatan
BEP = Break Even Point
Dimana:
S = tingkat tabungan nasional.
1 – b = MPS (Marginal Propencity to save) yaitu hasrat untuk menabung batas atau Kemiringan kurva
tabungan
5. Tingkat pendapatan BEP (Break Even Point) atau Break Even Income (BEI).
Tingkat pendapatan BEP adalah tingkat pendapatan di mana besarnya pendapatan sama dengan
besarnya pengeluaran untuk konsumsi.
Dimana Y = Tingkat Pendapatan
Y = C atau S = 0 atau Y = k x a C = Fungsi Konsumsi
S = Fungsi Tabungan
Atau k = Angka Pengganda Pendapatan
a = Konsumsi Otonom
BEI atau Y = MPS = Marginal Propencity to Save
6. Hubungan Antara MPC (marginal Propencity to Consume) dengan MPS (Marginal Propencity to Save)
Hubungan Antara MPC apat dinyatakan seperti berikut ini.
MPC + MPS = 1 atau MPC = 1 – MPS atau MPS = 1 - MPC
k= Atau k= Atau k=
k= atau k=
c. Angka Pengganda Subsidi atau Pembayaran Transfer (Transfer Payment Multiplier) dirumuskan :
k= atau k=
k= Atau k=1
Contoh:
Pada tingkat pendapatan nasional per tahun sebesar Rp. 400 milyar, besarnya konsumsi per tahunnya
adalah Rp. 300 milyar, dan Pada tingkat pendapatan nasional per tahun sebesar Rp. 500 milyar,
besarnya konsumsi per tahunnya Rp. 360 milyar. Tentukan hal berikut :
1. Fungsi konsumsi 4. Hubungan antara MPC dan MPS
2. Fungsi tabungan 5. Angka Pengganda Pendapatan
3. Tingkat BEP 6. Grafik fungsi konsumsi dan fungsi tabungan
Jawab:
1. Mencari fungsi konsumsi 100C=6000 + 60Y
APC = C = 300 = 0,75 C=60 milyar + 0,6Y (sama)
Y 400
MPC = b = ▲C = 360 - 300 = 60 = 0,60 2. Fungsi tabungan
▲Y 500 - 400 100 S = -a +(1 – b)Ymaka: S = - 60 + (1 – 0,6)Y
a = (APC – MPC) Y S = - 60 milyar + 0,4 Y
a = (0,75 – 0,6) 400
a = 0,15 x 400 3. Tingkat pendapatan BEP
a = 60 milyar Y=C
Jadi Fungsi konsumsi adalah : C = 60 Y = 60 milyar + 0,6Y
milyar + 0,6 Y 0,4Y= 60 milyar
Atau dengan cara : Y = 150 milyar
Jadi besarnya BEP pada saat pendapatan
Rp. 150 milyar
C = 60 + 0,6Y
BEP
60
S = - 60 + 0,4 Y
0 150 Y
-60
42
3. Menentukan besarnya kenaikan pendapatan atau tambahan pendapatan (▲Y), jika terdapat
kenaikan tabungan (▲S) atau kenaikan Investasi (▲I)
▲Y = Atau ▲Y =
4. Menentukan besarnya kenaikan pendapatan atau tambahan pendapatan (▲Y) jika terdapat
kenaikan belanja pemerintah (▲G)
▲Y =
5. Menentukan besarnya kenaikan pendapatan atau tambahan pendapatan (▲Y) jika terdapat
kenaikan belanja pemerintah (▲G) dan Pajak yang sama besarnya atau (▲G = ▲T)
▲Y = Atau ▲Y = ▲G
6. Menentukan besarnya perubahan pendapatan (▲Y) jika terdapat kenaikan pajak oleh pemerintah
(▲T) yaitu :
▲Y = Atau ▲Y =
7. Menentukan besarnya kenaikan pendapatan atau tambahan pendapatan (▲Y) jika terdapat
kenaikan belanja pemerintah (▲G) dan adanya pajak proporsional t %
▲Y =
8. Menentukan besarnya perubahan pendapatan (▲Y) jika terdapat kenaikan Belanja Pemerintah
(▲G) dan kenaikan pajak oleh pemerintah yang besarnya berbeda (▲T) yaitu :
▲Y = Atau ▲Y =
9. Menentukan besarnya perubahan pendapatan (▲Y) jika terdapat kenaikan subsidi (Bantuan) oleh
pemerintah (▲B) yaitu :
▲Y = Atau ▲Y =
10. Menentukan besarnya perubahan pendapatan (▲Y) jika terdapat kenaikan Belanja Pemerintah
(▲G) dan kenaikan pajak oleh pemerintah yang besarnya berbeda (▲T), serta terdapat kenaikan
subsidi (Bantuan) oleh pemerintah (▲B) yaitu :
Atau ▲Y =
▲Y =
43
Contoh :
1. Diketahui fungsi konsumsi suatu negara C = 250 + 0,8 Y, dan jika pendapatan meningkat dari Rp 200.000,00
menjadi Rp 300.000,00 tentukan besarnya kenaikan tabungan
Jawab :
Kenaikan tabungan, ▲S = ▲ Y (1 – MPC)
▲S = 100.000 (1 – 0,8)
▲S = 100.000 x 0,2
▲S = Rp 20.000,00
2. Diketahui fungsi konsumsi C = 200 + 0,8Y. bila pemerintah menambah pengeluaran sebesar Rp 150 miliar
dan menaikkan pengenaan pajak sbesar Rp 150 miliar dan menambah subsidi sebesar Rp 150 miliar, maka
perubahan pendapatan masyarakat dapat dihitung :
▲Y =
▲Y =
▲Y = Rp 750 miliar
i1
Kurva Investasi
0 I I1
Tingkat Investasi ( I )
Sedangkan fungsi yang menunjukkan hubungan antara tingkat investasi dan tingkat pendapatan
nasional dinamakan Fungsi Investasi. Fungsi Investasi digambarkan sejajar dengan sumbu datar atau
horisontal, yang juga disebut sebagai Investasi otonom, artinya besar kecilnya pembentukan modal
tidak hanya dipengaruhi oleh besar kecilnya pendapatan nasional.
Tingkat Bunga Riil = Tingkat Bunga Nominal – Tingkat Inflasi atau Laju Inflasi
Y=C+I
C = 60 + 0,6Y
BEP
80
60 S = - 60 + 0,4 Y
S=I
20
Y
0 150 200
-60
Keadaan keseimbangan tersebut menunjukkan syarat keseimbangan dalam perekonomian dua sektor,
yaitu Pendapatan (Y) sama dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga (C) ditambah dengan
pengeluaran investasi perusahaan (I) atau besarnya Kebocoran (S) sama dengan besarnya Suntikan (I).
Dan dengan adanya investasi, maka grafik keseimbangan pendapatan dalam perekonomian dua sektor
bergeser dari besarnya Break Even Point atau Break Even Income (Y = C) menjadi Y = C + I
Sedangkan besarnya konsumsi rata-rata (Average Propencity to Consume = APC) dan tabungan rata-rata
(Average Propencity to Save = APS) pada pendapatan nasional keseimbangan, dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Yd = Y – T
Fungsi konsumsinya dirumuskan menjadi :
C = a – bT + bY
Fungsi tabungannya dirumuskan menjadi :
S = –a – (1–bT) + (1–b)Y
b. Pajak Proporsional
Pajak proposional adalah pajak dalam bentuk persentase (t%) dan tidak berpengaruh terhadap
besarnya konsumsi otonom (Co) atau besarnya konsumsi otonom tetap, sehingga pendapatan
disposabel dirumuskan :
Yd = Y – tY
Fungsi konsumsinya dirumuskan menjadi :
C = a + (b – bt) Y
46
S = –a + (1 – b)(1 – t) Y
3. Pengaruh Uang yang beredar terhadap Tingkat Investasi dan Tingkat Output atau GNP
Uang yang beredar akan berpengaruh terhadap investasi, permintaan agregat dan GDP atau GNP serta
Harga barang, yaitu :
a. Jika Jumlah uang yang beredar (M) naik, berarti tingkat suku bunga turun (interest), sehingga akan
menaikkan Tingkat Investasi (I) dan meningkatkan Permintaan Agregate (AD), dan berakibat
menaikkan GDP atau GNP dan menaikkan Harga barang (P)
b. Jika Jumlah uang yang beredar (M) turun, berarti tingkat suku bunga naik (interest), sehingga akan
menurunkan Tingkat Investasi (I) dan menurunkan Permintaan Agregate (AD), dan berakibat
menurunkan GDP atau GNP dan menurunkan Harga barang (P)
4. Perekonomian dalam Tiga Sektor
Analisis Pendapatan Nasional pada perekonomian tiga sektor membagi aktivitas perekonomian ke dalam
tiga pelaku utama dalam perekonomian, yaitu Sektor Rumah Tangga (C), Sektor Perusahaan (I) dan Sektor
Pemerintah (G). Sehingga syarat keseimbangan dalam perekonomian dirumuskan :
a. Pendekatan Pengeluaran (Permintaan Agregat – Penawaran Agregat)
Y = Pendapatan Nasional
Y=C+I+G C = Fungsi Konsumsi
I = Besarnya Investasi
b. Pendekatan Suntikan – Bocoran G = Belanja Pemerintah
T = Pajak
I+G=S+T
Y = AE = C + I + G Dan Ao = Co + Io + Go sehingga Y = AE = Ao + bY
Keterangan :
AE = Aggregate Expenditure (Pengeluaran Agregate)
Ao = Aggregate otonom atau Besarnya anggaran pada saat negara tidak mempunyai pendapatan
Co = Konsumsi otonom atau besarnya konsumsi pada saat negara tidak mempunyai pendapatan
Io = Investasi otonom atau besarnya investasi pada saat negara tidak mempunyai pendapatan
Go = Belanja Pemerintah otonom atau besarnya belanja pemerintah pada saat negara tidak
mempunyai pendapatan
b = MPC
b. Bila pemerintah mengenakan pajak nominal sebesar T, maka output keseimbangan atau pendapatan
keseimbangan dirumuskan :
Y = AE = Ao + bT + bY Atau Y = AE =
c. Apabila pengeluaran agregat (AE) melebihi besarnya output keseimbangan atau pendapatan nasional
(AE > Y) akan menyebabkan ekspansi dalam ekonomi. Sebaliknya apabila pengeluaran agregat kurang
dari pendapatan nasional (AE < Y) akan menyebabkan kontraksi dalam ekonomi. Dan jika AE = Y
berarti kondisi perekonomian dalam keadaan seimbang
S+M=I+G+X
47