Anda di halaman 1dari 9

39

BAB V
KONSUMSI, TABUNGAN DAN INVESTASI

KOMPETENSI INDIKATOR
2. Memahami kebijakan pemerintah dalam bidang Mendeskripsikan fungsi konsumsi dan fungsi
ekonomi, Produk Domestik Bruto (PDB), Produk tabungan atau investasi berdasarkan data, atau
Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan grafik
Nasional (PN), inflasi konsumsi dan investasi, uang
dan Perbankan.

A. FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN


1. Pengertian
Dalam suatu perekonomian, pendapatan masyarakat suatu negara secara keseluruhan (pendapatan
nasional) dialokasikan ke dalam dua kategori penggunaan, yaitu untuk keperluan konsumsi dan
tabungan. Menurut John Maynard Keynes, pendapatan suatu negara dapat dirumuskan sebagai
berikut.
a. Ditinjau dari segi perseorangan Keterangan:
Y = income/pendapatan
Y=C+S
C = consumption/konsumen
S = saving/tabungan
b. Ditinjau dari segi perusahaan I = investment/investasi

Y=C+I

Dari dua persamaan tersebut berarti besarnya S=I


2. Fungsi Konsumsi
Fungsi konsumsi adalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara konsumsi (C) dengan pendapatan
(Y). pada umumnya fungsi konsumsi diasumsikan mempunyai persamaan linear, sebagai berikut.
Syarat mutlak fungsi Konsumsi :
C = a + bY Nilai a = Harus positif
Nilai b = Harus positif
Dimana:
C = tingkat konsumsi nasional
a = Co = besarnya pengeluaran konsumsi pada saat pendapatan nasional nol atau Autonomous
Consumption.(konsumsi otonom) atau Konsumsi yang mutlak harus dipenuhi/konsumsi
minimum.
b = MPC (Marginal Propencity to consume) yaitu hasrat untuk berkonsumsi batas atau kemiringan
kurva konsumsi, dan MPC juga merupakan kemiringan kurva konsumsi
Untuk mengetahui besarnya a, dihitung dengan menggunakan rumus.
a = (APC – MPC)Y

Dimana APC menunjukkan besarnya Average Propencity to Consume artinya hasrat untuk
berkonsumsi rata-rata. MPC adalah perbandingan antara besarnya konsumsi pada suatu tingkat
pendapatan nasional, dengan besarnya tingkat pendapatan nasional itu sendiri.
Jadi:
APC =
Y
Keterangan :
Sedangkan C = Kenaikan konsumsi
Y = Kenaikan, perubahan, tambahan, selisih,
b = MPC =
penurunan, peningkatan pendapatan

3. Fungsi Tabungan
Fungsi tabungan yaitu fungsi yang menunjukkan hubungan antara tabungan (S) dengan pendapatan
(Y).
Fungsi tabungan dapat dirumuskan sebagai berikut
Syarat Mutlak fungsi tabungan :
S = -a + (1 – b) Y Nilai a = harus negatif
Nilai 1 – b = harus positif
40

Keterangan :
1– b atau MPS = atau MPS = S = Kenaikan Tabungan
Y = Kenaikan pendapatan
BEP = Break Even Point
Dimana:
S = tingkat tabungan nasional.
1 – b = MPS (Marginal Propencity to save) yaitu hasrat untuk menabung batas atau Kemiringan kurva
tabungan

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi dan tabungan


Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi dan tabungan negara atau masyarakat diantaranya :
1. Tingkat pendapatan rumah tangga
2. Kekayaan rumah tangga yang telah terkumpul
3. Tingkat suku bunga yang berlaku
4. Sikap berhemat / tidak berlebihan dalam berbelanja
5. Keadaan perekonomian suatu negara atau Perkiraan tentang masa depan
6. Distribusi pendapatan / Pemerataan pendapatan
7. Tersedia tidaknya dana pensiun yang mencukupi / program pensiun
8. Jumlah dan komposisi penduduk atau masyarakat
9. Pajak yang dikenakan oleh pemerintah
10. Faktor sosial budaya masyarakat

5. Tingkat pendapatan BEP (Break Even Point) atau Break Even Income (BEI).
Tingkat pendapatan BEP adalah tingkat pendapatan di mana besarnya pendapatan sama dengan
besarnya pengeluaran untuk konsumsi.
Dimana Y = Tingkat Pendapatan
Y = C atau S = 0 atau Y = k x a C = Fungsi Konsumsi
S = Fungsi Tabungan
Atau k = Angka Pengganda Pendapatan
a = Konsumsi Otonom
BEI atau Y = MPS = Marginal Propencity to Save

6. Hubungan Antara MPC (marginal Propencity to Consume) dengan MPS (Marginal Propencity to Save)
Hubungan Antara MPC apat dinyatakan seperti berikut ini.
MPC + MPS = 1 atau MPC = 1 – MPS atau MPS = 1 - MPC

7. Angka Pengganda (Multiplier)


Angka pengganda atau Angka Pengganda Pendapatan adalah angka yang menunjukkan tambahan
pendapatan nasional akibat adanya perubahan konsumsi atau tabungan.
Angka pengganda biasa ditulis dengan huruf k dan dirumuskan sebagai berikut.
a. Angka pengganda (Multiplier) atau Angka Pengganda Pendapatan (Income Multiplier) atau
Angka Pengganda Belanja Pemerintah (Government Multiplier) atau Angka Pengganda Investasi
(Investment Multiplier) atau Angka Pengganda Konsumsi (Consumption Multiplier) atau Angka
Pengganda Ekspor / Ekspor Netto (Export Multiplier) dirumuskan :

k= Atau k= Atau k=

b. Angka Pengganda Pajak (Tax Multiplier) dirumuskan :

k= atau k=

c. Angka Pengganda Subsidi atau Pembayaran Transfer (Transfer Payment Multiplier) dirumuskan :

k= atau k=

d. Angka pengganda Impor (Import Multiplier) dirumuskan :


MPM = Marginal Propencity to Impor
k= (Hasrat mengimpor batas)
41

e. Angka Pengganda Keseimbangan Anggaran Belanja (Balance Budget Multiplier) :

k= Atau k=1

Contoh:
Pada tingkat pendapatan nasional per tahun sebesar Rp. 400 milyar, besarnya konsumsi per tahunnya
adalah Rp. 300 milyar, dan Pada tingkat pendapatan nasional per tahun sebesar Rp. 500 milyar,
besarnya konsumsi per tahunnya Rp. 360 milyar. Tentukan hal berikut :
1. Fungsi konsumsi 4. Hubungan antara MPC dan MPS
2. Fungsi tabungan 5. Angka Pengganda Pendapatan
3. Tingkat BEP 6. Grafik fungsi konsumsi dan fungsi tabungan
Jawab:
1. Mencari fungsi konsumsi 100C=6000 + 60Y
APC = C = 300 = 0,75 C=60 milyar + 0,6Y (sama)
Y 400
MPC = b = ▲C = 360 - 300 = 60 = 0,60 2. Fungsi tabungan
▲Y 500 - 400 100 S = -a +(1 – b)Ymaka: S = - 60 + (1 – 0,6)Y
a = (APC – MPC) Y S = - 60 milyar + 0,4 Y
a = (0,75 – 0,6) 400
a = 0,15 x 400 3. Tingkat pendapatan BEP
a = 60 milyar Y=C
Jadi Fungsi konsumsi adalah : C = 60 Y = 60 milyar + 0,6Y
milyar + 0,6 Y 0,4Y= 60 milyar
Atau dengan cara : Y = 150 milyar
Jadi besarnya BEP pada saat pendapatan
Rp. 150 milyar

4. Hubungan antara MPC dengan MPS


C – 300 = Y – 400 . MPC + MPS =1
360 – 300 500 – 400 0,6 + 0,4 = 1 (terbukti)
C – 300 = Y – 400 .
60 100 5. Angka pengganda
100C – 30000=60Y – 24000 k = 1 = 1 = 1 = 2,5
100C=30000 – 24000 + 60Y 1 – MPC 1 – 0,6 0,4

6. Grafik fungsi konsumsi dan fungsi tabungan


- Sumbu tegak menunjukkan sumbu C atau S, sedang sumbu datar menunjukkan sumbu Y, dan
ditentukan garis tengah antara kedua sumbu tersebut sehingga membentuk sudut 45 o. Garis 450
adalah garis yang menghubungkan titik – titik di mana besarnya konsumsi yang diinginkan sama
dengan besarnya pendapatan/disposable income. Garis ini membantu menentukan titik impas
(BEP), yaitu perpotongan antara garis 450 dengan kurva konsumsi.
- Untuk fungsi konsumsi dimulai dari titik a
- Untuk fungsi tabungan dimulai dari titik –a
- Kemudian kedua titik tersebut ditarik garis lurus memotong titik BEP
Grafiknya sebagai berikut :
C/S Y=C

C = 60 + 0,6Y

BEP

60
S = - 60 + 0,4 Y

0 150 Y

-60
42

B. HAL-HAL LAIN YANG BERHUBUNGAN DENGAN FUNGSI KONSUMSI DAN FUNGSI


TABUNGAN

1. Menentukan besarnya kenaikan kunsumsi tambahan konsumsi (▲C)


▲C = ▲ Y (1 – MPS)

2. Menentukan besarnya kenaikan tabungan atau tambahan tabungan (▲S)


▲S = ▲ Y (1 – MPC)

3. Menentukan besarnya kenaikan pendapatan atau tambahan pendapatan (▲Y), jika terdapat
kenaikan tabungan (▲S) atau kenaikan Investasi (▲I)

▲Y = Atau ▲Y =

4. Menentukan besarnya kenaikan pendapatan atau tambahan pendapatan (▲Y) jika terdapat
kenaikan belanja pemerintah (▲G)

▲Y =

5. Menentukan besarnya kenaikan pendapatan atau tambahan pendapatan (▲Y) jika terdapat
kenaikan belanja pemerintah (▲G) dan Pajak yang sama besarnya atau (▲G = ▲T)
▲Y = Atau ▲Y = ▲G

6. Menentukan besarnya perubahan pendapatan (▲Y) jika terdapat kenaikan pajak oleh pemerintah
(▲T) yaitu :

▲Y = Atau ▲Y =

7. Menentukan besarnya kenaikan pendapatan atau tambahan pendapatan (▲Y) jika terdapat
kenaikan belanja pemerintah (▲G) dan adanya pajak proporsional t %

▲Y =

8. Menentukan besarnya perubahan pendapatan (▲Y) jika terdapat kenaikan Belanja Pemerintah
(▲G) dan kenaikan pajak oleh pemerintah yang besarnya berbeda (▲T) yaitu :

▲Y = Atau ▲Y =

9. Menentukan besarnya perubahan pendapatan (▲Y) jika terdapat kenaikan subsidi (Bantuan) oleh
pemerintah (▲B) yaitu :

▲Y = Atau ▲Y =

10. Menentukan besarnya perubahan pendapatan (▲Y) jika terdapat kenaikan Belanja Pemerintah
(▲G) dan kenaikan pajak oleh pemerintah yang besarnya berbeda (▲T), serta terdapat kenaikan
subsidi (Bantuan) oleh pemerintah (▲B) yaitu :

Atau ▲Y =
▲Y =
43

Contoh :
1. Diketahui fungsi konsumsi suatu negara C = 250 + 0,8 Y, dan jika pendapatan meningkat dari Rp 200.000,00
menjadi Rp 300.000,00 tentukan besarnya kenaikan tabungan
Jawab :
Kenaikan tabungan, ▲S = ▲ Y (1 – MPC)
▲S = 100.000 (1 – 0,8)
▲S = 100.000 x 0,2
▲S = Rp 20.000,00

2. Diketahui fungsi konsumsi C = 200 + 0,8Y. bila pemerintah menambah pengeluaran sebesar Rp 150 miliar
dan menaikkan pengenaan pajak sbesar Rp 150 miliar dan menambah subsidi sebesar Rp 150 miliar, maka
perubahan pendapatan masyarakat dapat dihitung :
▲Y =

▲Y =
▲Y = Rp 750 miliar

C. KURVA PERMINTAAN INVESTASI


1. Pengertian dan Kurva Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal atau
perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian.
Kurva permintaan investasi dalam perekonomian diperoleh dengan cara menjumlahkan investasi
seluruh perusahaan pada masing-masing tingkat bunga. Pada tingkat bunga yang lebih rendah,
semakin banyak proyek investasi yang menguntungkan suatu perusahaan, sehingga total belanja
dalam investasi meningkat dan sebaliknya jika tingkat bunga tinggi maka tingkat investasi menurun ,
sehingga kurva permintaan investasi berbentuk garis yang melereng dari kiri atas ke kanan bawah.
Tingkat Bunga ( i )

i1
Kurva Investasi

0 I I1
Tingkat Investasi ( I )
Sedangkan fungsi yang menunjukkan hubungan antara tingkat investasi dan tingkat pendapatan
nasional dinamakan Fungsi Investasi. Fungsi Investasi digambarkan sejajar dengan sumbu datar atau
horisontal, yang juga disebut sebagai Investasi otonom, artinya besar kecilnya pembentukan modal
tidak hanya dipengaruhi oleh besar kecilnya pendapatan nasional.

2. Tingkat Bunga atau Suku Bunga


Suku bunga (Interest Rate) adalah Harga yang diterima oleh pihak yang meminjamkan atau
dibayarkan oleh pihak yang meminjam karena adanya transaksi utang piutang dalam bentuk aset
keuangan atau aset finansial (Surat-surat berharga) seperti saham, obligasi, deposito, wesel dan
sebagainya yang biasanya diperdagangkan di pasar uang dan pasar modal.
Tingkat bunga dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Tingkat Bunga Nominal atau Suku Bunga Nominal (Interest Rate Nominal), artinya harga yang
harus dibayar karena meminjam uang untuk jangka waktu tertentu, suku bunga nominal
merupakan tingkat bunga yang belum memperhitungkan unsur inflasi dan merupakan ukuran dari
pertumbuhan uang, serta besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia atau sering disebut dengan BI
Rate.
b. Tingkat Bunga Riil atau Suku Bunga Riil (Real Interest Rate) artinya tingkat bunga yang sudah
memperhitungkan unsur inflasi dan diukur dalam bentuk barang atau jasa riil bukan diukur dalam
bentuk uang. Ketika tingkat bunga riil rendah, maka insentif untuk meminjam tinggi dan insentif
untuk memberi pinjaman rendah.
44

Rumus perhitungan tingkat bunga :


Tingkat Bunga Nominal = Tingkat Bunga Riil + Tingkat Inflasi atau Laju Inflasi

Tingkat Bunga Riil = Tingkat Bunga Nominal – Tingkat Inflasi atau Laju Inflasi

Penentuan Tingkat bunga :


a. Apabila penawaran uang tetap, semakin tinggi pendapatan nasional, semakin tinggi pula tingkat
bunga. Karena semakin tinggi pendapatan nasional, semakin banyak permintaan uang untuk
transaksi dan berjaga-jaga
b. Apabila permintaan uang tetap berarti pendapatan nasional juga tetap, pertambahan dalam
penawaran uang akan menurunkan tingkat bunga.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Investasi
Besar kecilnya pengeluaran investasi perusahaan ditentukan oleh faktor-faktor berikut ini, yaitu :
1. Tingkat bunga yang berlaku
2. Tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari investasi
3. Prediksi atau ramalan keadaan ekonomi di masa depan
4. Kemajuan tehnologi suatu negara
5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya
6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan

D. PENDAPATAN NASIONAL KESEIMBANGAN DALAM PEREKONOMIAN TERTUTUP DUA


SEKTOR DAN TIGA SEKTOR, DAN PEREKONOMIAN TERBUKA EMPAT SEKTOR
1. Perekonomian dalam Dua Sektor
Dalam analisis perhitungan pendapatan nasional suatu negara, keseimbangan perekonomian negara pada
perekonomian dua sektor, dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Pendekatan Pengeluaran (Permintaan Agregat – Penawaran Agregat)

Y=C+I atau Y = k (a + I) atau Y = BEP + kI

b. Pendekatan Suntikan – Bocoran C = Fungsi konsumsi


I = Besarnya investasi
S = I atau
Y = S = Fungsi tabungan
k = Angka pengganda Investasi
a = Konsumsi otonom/minimum
Contoh : BEP = Break Even Point / BE Income
Pada suatu perekonomian negara ”Z” diketahui fungsi konsumsi C = 60 milyar + 0,60 Y, sedangkan
besarnya pengeluaran investasi perusahaan ( I ) sebesar Rp 20 milyar. Tentukan :
a. Besarnya Pendapatan Nasional Keseimbangan
b. Besarnya Konsumsi Keseimbangan
c. Besarnya Tabungan Keseimbangan
d. Gambar grafik fungsi Konsumsi, tabungan dan Investasi dalam keadaan keseimbangan.
Jawab :
a. Besarnya Pendapatan Nasional Keseimbangan
Y=C+I Atau dengan rumus S = I, maka :
Y = 60 milyar + 0,6 Y + 20 milyar - 60 milyar + 0,4 Y = 20 milyar
Y – 0,6 Y = 80 milyar 0,4 Y = 80 milyar
0,4 Y = 80 milyar Y = 200 milyar
Y = 200 milyar
Jadi pendapatan nasional keseimbangan sebesar Rp 200 milyar
b. Besarnya Konsumsi keseimbangan
C = 60 milyar + 0,6 Y, dan jika Y = 200 milyar, maka
C = 60 milyar + 0,6 (200 milyar)
C = 60 milyar + 120 milyar
C = 180 milyar. Jadi Konsumsi keseimbangan sebesar Rp 180 milyar
c. Besarnya Tabungan Keseimbangan
Jika C = 60 milyar + 0,6 Y, maka S = - 60 milyar + 0,4 Y
Dan jika Y = 200 milyar, maka S = - 60 milyar + 0,4 ( 200 milyar )
S = - 60 milyar + 80 milyar
S = 20 milyar
45

Atau dengan menggunakan rumus Y = C + S, maka S = Y – C, sehingga


S = 200 milyar – 180 milyar = 20 milyar
Jadi tabungan Keseimbangan sebesar Rp 20 milyar
d. Grafik Keseimbangan perekonomian
C/S/I
Y=C
C+I

Y=C+I
C = 60 + 0,6Y

BEP

80

60 S = - 60 + 0,4 Y
S=I
20
Y
0 150 200

-60

Keadaan keseimbangan tersebut menunjukkan syarat keseimbangan dalam perekonomian dua sektor,
yaitu Pendapatan (Y) sama dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga (C) ditambah dengan
pengeluaran investasi perusahaan (I) atau besarnya Kebocoran (S) sama dengan besarnya Suntikan (I).
Dan dengan adanya investasi, maka grafik keseimbangan pendapatan dalam perekonomian dua sektor
bergeser dari besarnya Break Even Point atau Break Even Income (Y = C) menjadi Y = C + I
Sedangkan besarnya konsumsi rata-rata (Average Propencity to Consume = APC) dan tabungan rata-rata
(Average Propencity to Save = APS) pada pendapatan nasional keseimbangan, dihitung dengan rumus
sebagai berikut :

APC = APS = Keterangan :


APC + APS = 1 k = angka pengganda
Atau Dan investasi
I = Investasi
S = Tabungan
2. Pengaruh Pajak Terhadap Pendapatan, Konsumsi dan Tabungan dalam perekonomian dua sektor
a. Pajak Nominal
Pajak nominal akan mempengaruhi besarnya Pendapatan Disposabel (Yd), yakni mengurangi besarnya
pendapatan disposabel dan akan menurunkan besarnya konsumsi otonom (Co), apabila Y adalah
Pendapatan dan T adalah Pajak, maka Pendapatan disposabel dirumuskan :

Yd = Y – T
Fungsi konsumsinya dirumuskan menjadi :

C = a – bT + bY
Fungsi tabungannya dirumuskan menjadi :

S = –a – (1–bT) + (1–b)Y
b. Pajak Proporsional
Pajak proposional adalah pajak dalam bentuk persentase (t%) dan tidak berpengaruh terhadap
besarnya konsumsi otonom (Co) atau besarnya konsumsi otonom tetap, sehingga pendapatan
disposabel dirumuskan :

Yd = Y – tY
Fungsi konsumsinya dirumuskan menjadi :
C = a + (b – bt) Y
46

Fungsi tabungannya dirumuskan menjadi :

S = –a + (1 – b)(1 – t) Y

3. Pengaruh Uang yang beredar terhadap Tingkat Investasi dan Tingkat Output atau GNP
Uang yang beredar akan berpengaruh terhadap investasi, permintaan agregat dan GDP atau GNP serta
Harga barang, yaitu :
a. Jika Jumlah uang yang beredar (M) naik, berarti tingkat suku bunga turun (interest), sehingga akan
menaikkan Tingkat Investasi (I) dan meningkatkan Permintaan Agregate (AD), dan berakibat
menaikkan GDP atau GNP dan menaikkan Harga barang (P)
b. Jika Jumlah uang yang beredar (M) turun, berarti tingkat suku bunga naik (interest), sehingga akan
menurunkan Tingkat Investasi (I) dan menurunkan Permintaan Agregate (AD), dan berakibat
menurunkan GDP atau GNP dan menurunkan Harga barang (P)
4. Perekonomian dalam Tiga Sektor
Analisis Pendapatan Nasional pada perekonomian tiga sektor membagi aktivitas perekonomian ke dalam
tiga pelaku utama dalam perekonomian, yaitu Sektor Rumah Tangga (C), Sektor Perusahaan (I) dan Sektor
Pemerintah (G). Sehingga syarat keseimbangan dalam perekonomian dirumuskan :
a. Pendekatan Pengeluaran (Permintaan Agregat – Penawaran Agregat)
Y = Pendapatan Nasional
Y=C+I+G C = Fungsi Konsumsi
I = Besarnya Investasi
b. Pendekatan Suntikan – Bocoran G = Belanja Pemerintah
T = Pajak
I+G=S+T

5. Pengaruh Pajak Terhadap Keseimbangan Ekonomi Tiga Sektor


a. Pengaruh pajak terhadap keseimbangan ekonomi dalam rangka untuk memperbaiki kondisi ekonomi
suatu negara, yaitu berpengaruh terhadap besarnya output keseimbangan. Sehingga output
keseimbangan dirumuskan :

Y = AE = C + I + G Dan Ao = Co + Io + Go sehingga Y = AE = Ao + bY
Keterangan :
AE = Aggregate Expenditure (Pengeluaran Agregate)
Ao = Aggregate otonom atau Besarnya anggaran pada saat negara tidak mempunyai pendapatan
Co = Konsumsi otonom atau besarnya konsumsi pada saat negara tidak mempunyai pendapatan
Io = Investasi otonom atau besarnya investasi pada saat negara tidak mempunyai pendapatan
Go = Belanja Pemerintah otonom atau besarnya belanja pemerintah pada saat negara tidak
mempunyai pendapatan
b = MPC
b. Bila pemerintah mengenakan pajak nominal sebesar T, maka output keseimbangan atau pendapatan
keseimbangan dirumuskan :

Y = AE = Ao + bT + bY Atau Y = AE =
c. Apabila pengeluaran agregat (AE) melebihi besarnya output keseimbangan atau pendapatan nasional
(AE > Y) akan menyebabkan ekspansi dalam ekonomi. Sebaliknya apabila pengeluaran agregat kurang
dari pendapatan nasional (AE < Y) akan menyebabkan kontraksi dalam ekonomi. Dan jika AE = Y
berarti kondisi perekonomian dalam keadaan seimbang

6. Perekonomian dalam Empat Sektor


Analisis Pendapatan Nasional pada perekonomian empat sektor membagi aktivitas perekonomian ke
dalam empat pelaku utama dalam perekonomian, yaitu Sektor Rumah Tangga (C), Sektor Perusahaan (I),
Sektor Pemerintah (G) dan Sektor Luar Negeri (X – M) atau Ekspor Neto. Sehingga syarat keseimbangan
dalam perekonomian dirumuskan :
a. Pendekatan Pengeluaran (Permintaan Agregat – Penawaran Agregat)
Y = C + I + G + (X – M)
b. Pendekatan Suntikan – Bocoran

S+M=I+G+X
47

Anda mungkin juga menyukai