prnyusutan maka akan di proleh prodak nasional neto(NNP) selanjutnya apabila NNP dikurangi dengan pajak makan akan di peroleh pendapatan nasional. Tiga pendekatan dalam mengukur besarnya GNP: Pengeluaran untuk membeli barang dan jasa Nilai barang dan jasa akhir Dari pasar factor produksi dengan menjumlahkan penerimaan yang diterima oleh pemilik factor produksi (upah+bunga+sewa+keuntungan).
Namun sayang penggunaan GNP untuk mengukur pendapatan nasional, kurang dapat menggambarkan tingkat kesejahteran suatu bangsa. Beberapa hal bisa disampaikan mengapa GNP kurang dapat digunakan untuk mengukur kesejahteraan suatu bangsa: Umumnya hanya prodak yang masuk pasar yang dihitung dalam GNP, sehingga secara akumulasi akan menghasilkan distorsi yang tidak kecil. GNP juga tidak menghitung waktu istirahat,padahal ini sangat besar pengaruhnya dalam kesejahteraan. Karena sekain kaya seseorang akan semakin menginginkan waktu istirahat. Ini berarti akan terdapat perbedaan yang sekin besar antara besarnya GNP dengan kesejahteraan. GNP cenderung nilainya lebih rendah dari pada kesejahteraan. Kejadian buruk seperti bencana lam tidak dihitung dalam GNP,padahal kejadian tersebut jelas mengurangi kesejahteraan. Masalh polusi juga sering tidak dihitung dalam GNP.Polusi yang menimbulkan biaya sosial ini jelas akan mengurangi kesejahteraan, tetapi tidak diperhitungkan dalam GNP.
Dari empat contoh di atas cukup jelas bahwa GNP sungguh sulit digunakan untuk mengukur pendapatan nasional yang sekaligus dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan sutu bangsa.
Suatu halyang membedakan ekonomi islam dengan ekonomi lain adalah penggunaan parameter falah. Falah adalah kesejahteraan yang hakiki, kesejahteraan yang sebenarbenarnya, dimana komponen-komponen ruhaniah masuk kedalam pengertian falah ini. Ekonomi islam dalam arti sebuah system ekonomi atau( midhom al-iqtishad)merupakn sebuah system yang dapat mengantarkan umat manusia kepada real welfare /falah, kesejahteraan yang sebenarnya namun lebih sering kesejahteraan itu diwujutkan pada peningkatan GNP yang tinggi yang kalo dibagi dengan jumlah penduduk akan menghasilkan perkapita income yang tinggi. Jika hanya itu ukurannya maka kapitalisme moderen akan mendapat angka maksimal. Akan tetapi pendapatan perkapita yang tinggi bukan satu-satunya komponen pokok yang menyusun kesejahteraan. Ia hanya merupakan necessary condition dalam isu kesejahteraan dan bukan sufficien condition. Al- falah dalam pengertian islam mengacu kepada konsep islam tentang manusia itu sendiri. Dalam islam, esensi manusia ada dalam rohaninya. Karena itu seluruh kegiatan duniawi termasuk dalam aspek ekonomi diarahkan tidak saja untuk memenuhi tuntutan fisik jasadiah melainkan juga memenuhi kebutuhan rohani di mana roh merupakan esensi manusia. Konsep ekonomi kapitalis yang hanya mengukur kessejahteraan berdasarkan angka GNP, jelas akan mengabaikan aspek rohani umat manusia. Pola dan proses pembangunan ekonomi diarahkan semata-mata untuk meningkatakan pendapatan perkapita. Ini akan mengarahkan manusia padakonsumsi fisik yang cenderung hedonis sehingga menghasilakan prodak-prodak yang dilempar kepasaran tanpa mempertimbangkan dampak negatifnya bagi aspek kehidupan lain. Maka dari itu selain harus memasukkan unsur falah dalam menganalisis kesejahteraan, penghitungan pendapatan nasional berdaasarkan islam juga harus mampu mnegenali bagaimana interaksi instrument-instrumen wakaf ,zakat, dan sedekah dalam meningkatakan kesejahteraan umat. Pada intinya ekonomi islam harus mampu menyediakan suatu cara untuk mengukur kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial berdasrkan system moral dan sosial islam. Setidaknya ada empat hal yang semestunya bisa diukur dengan pendekatan pendapatan nasional berdasarkan ekonomi islam, sehingga tingkat kesejahteraan bisa dilihat secara lebih jenih: Pendapatan nasional harus dapat mengukur penyebaran pendapatan individu rumah tangga
3
Pendapatan nasional harus dapat mengukur produksi di sector peesaan Pendapatan nasional harus dapat mengukur kesejahteraan ekonomi islam Penghitungan pendapatan nasional sebagai ukuran dari kesejahteraan sosial islami melalui pendugaan nilai santunan antar saudara dan sedekah
konsumsi Perbedaan yang mendasar antara keseimbangan perekonomian dua sector ISLAMI dan KONVENSIONAL adalah terletak pada ada tidaknya unsur MUZAKKI dan MUSTAHIQ. Rumus pendapatan nasional yang kita kenal selama ini (konvensional) adalah Y=C+I atau Y=C+S *) C= konsumsi I = Investasi Ternyata dalam perekonomian dua sector ISLAMI terdapat rumus konsumsi untuk MUZAKKI dan MUSTAHIQ, dengan tambahan variabel Zakat (z) dan Infaq (f). -MUZAKKI = C1 = a+bY (1-z-f) -MUSTAHIQ = C2 = zY + fY sehingga kalau digabung menjadi C = C1+C2 = a + bY (1-z-f) + zY+ fY kasus soal : fungsi konsumsi = 25 + 0.75Y, zakat = 0.025Y dan infaq = 0.025Y apabila menggunakan metode ekonomi konvensional : contoh ini menggunakan rumus Y = C karena diasumsikan pendapatan (Y) sama dengan Konsumsi (C). 4
Y = 25 + 0.75Y 0.25Y = 25 = 25 / 0.25 Sekarang kita gunakan ekonomi Islami : - ada penambahan komponen Zakat (z) = 0.025Y, Infaq (f) = 0.025Y - ada fungsi konsumsi Mustahiq dan Muzakki C1 (muzakki) = a + bY (1 z f) = 25 + 0.75Y = 25 + 0.75Y (1 0.025Y 0.025Y) = 25 + 0.7125Y C2 (mustahiq) = zY + fY = 0.025Y + 0.025Y = 0.05Y C1 + C2 = 25 + 0.7125Y + 0.05Y = 25 + 0.7625Y karena Y = C, maka Y = 25 + 0.7625Y Y 0.7625Y = 25 Y = 25 / 0.2375 = 105.26316 Sehingga : - konsumsi Muzakki : C = 25 + 0.7125Y = 25 + 0.7125 (105.26) = 25 + 75 = 100 - konsumsi Mustahiq : C = 0.05Y = 0.05 (105.26) = 5.263 C1 + C2 = konsumsi Muzakki + konsumsi Mustahiq = 105.263 Terbukti dengan ekonomi Islami, Pendapatan (Y) yang dihasilkan lebih besar daripada system ekonomi konvensional.
Y = 100
S = -a+(1-b)Y
Tetapi dalam sitem ekonomi Islami yang memasukkan komponen zakat dan infaq, serta variabel Muzakki dan Mustahiq, maka rumus konvensional diatas sedikit mengalami penambahan menjadi : C (Islami) = C (muzakki) + C (mustahiq)
Y (a + bY (1-z-f) + zY+fY)
apabila digunakan konsep ekonomi konvensional, maka Pendapatan Nasional yang dihasilkan adalah : misal: konsumsi (C) = 25 + 0.75Y, Investasi (I) =20. Y = C+I = 25 + 0.75Y+ 20 Y 0.75Y = 45 0.25Y = 45 Y = 45 / 0.25
Y = 180
Sedangkan, pada kasus yang sama digunakan metode ekonomi Islami, yakni : Misal : C = 25 + 0.75Y, I=20, zakat = 0.05Y, infaq = 0.05Y Rumus : Y = C+I = a + bY (1-z-f) + zY+fY + I = 25 + 0.75Y (1-0.05Y-0.05Y) + 0.05Y+0.05Y = 45 + 0.775Y Y = 45 + 0.775Y 6
Y = 45 / 0.225 = 200 Y = 200 Untuk membuktikan bahwa fungsi tabungan sama dengan fungsi Investasi maka disamakan kedua persamaan tersebut, yakni: S=I C = 25 + 0.75Y S = -a + (1-b) Y -> -25 + 0.225Y S = -25 + 0.225Y I = 20 S=I -25 + 0.225Y = 20 0.225Y = 45 Y = 45 / 0.225
Y = 200, terbukti bahwa dengan system ekonomi Islami dapat menghasilkan Pendapatan Nasional yang lebih besar.
rumah tangga, pengeluaran sektor perusahaan, dan pengeluaran sektor pemerintah atau secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: E= C + I + G (2.1)
Kemudian untuk sisi pendapatan, pemdapatan masyarakat didistribusikan untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga (C), untuk membayar pajak (Tx), dan sisanya untuk tabungan (S), apabila pemerintah memberikan subsidi atau tunjangan lainnya (transfer payment/Tr) kepada sektor rumah tangga, hal ini akan menambah pendapatan masyarakat. Dengan demikan pada siis pendapatan (Y) dapat ditulis secara matematis sebagai berikut: Y= C + Tx + S - Tr (2.2)
Pendapatan akan berada dalam kondisi keseimbangan apabila pendapatan yang diperoleh masyarakat sama dengan pengeluaran yang dilakukan oleh masyarakat dalam perekonomian. Atau secara matematis ditulis sebagai berikut: Y= E (2.3)
Karena pengeluaran seluruh mayarakat terdiri dari pengeluaran rumah tangga (C), investasi perusahaan (I), dan pengeluaran pemerintah (G), maka syarat keseimbangan dalam perekonomian ditunjukkan oleh persamaan: Y= C + I + G Atau dengan cara lain untuk menentukan syarat keseimbangan dalam perekonomian, yaitu dengan menyamakan antara komponen pendapatan dengan komponen pengeluaran. Dengan demikian dapat ditulis sebagai berikut: E= C + Tx + S - T Y= C + I + G Kondisi keseimbangan terjadi jika: Y=E (2.4)
C + I + G = C + Tx + S Tr I + G = Tx + S Tr (2.5) Atau, S + Tx = I + G + Tr (2.6) Persamaan di atas menunjukkan syarat keseimbangan pada perekonomian tiga sektor dan dapat ditulis, S I = G Tx + Tr Pada sisi kiri (S I ) disebut dengan istilah surplus sektor swasta dan pada bagian sisi kanan (G Tx + Tr ) disebut dengan defisit anggaran belanja. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perkeonomian akan berada dalam kondisi seimbang bila surplus sektor swasta sama dengan defisit anggaran belanja. Seperti halnya analisis Pendapatan Nasional pada perekonomian dua sektor, untuk mempermudah analisis Pendapatan Nasional tiga sektor ini pengeluaran konsumsi rumah
8
tangga (C) secara proporsional dengan pendapatan, secara matematis ditulis sebagai berikut. C = a + bYd Yang menyatakan bahwa : a= besarnya konsumsi otonom b= MPC Yd= Pendapatan nasional siap pakai (Disposible Income) Kemudian untuk pengeluaran sektor perusahaan (I) dan pengeluaran sektor pemerintah (G) masih diperlakukan sebagai variabel eksogen. Atau dengan kata lain, pengeluaran untuk investasi oleh perusahaan dan pengeluaran pemerintah merupakan variabel konstan. Pajak yang ditarik oleh pemerintah dibedakan menjadi dua, yaitu pajak yang sifatnya tetap dan pajak (lump-sump tax) dan pajak yang besarnya tergantung dari besarnya pendapatan nasional (proportional tax). Atau dapat ditulis, Pajak lump-sump: Tx = Txo Pajak proporsional: Tx = tY Yang menyatakan bahwa: t adalah tarif pajak marjinnal (marginal tax rate) pendapatan nasional keseimbangan dalam perekonomian tiga sektor menjadi: Y = E karena E = C + I + G maka perekonomian dalam keadaan seimbang menjadi Y= C + I + G karena C= a + b Yd I= Io G= Go Maka Y= a + b (Y -T x+ Tr) + I + G Y= a + bY- bTx + bTr+ I + G Y bY = a bTx + bTr + I + G (1-b) Y = a bTx + bTr + I + G Y = a - bTx+ bTr + I + G (1 b) Persamaan di atas bisa juga menjadi, Y = (-bTx + bTr + I + G) (1-b) Angka pengganda (multiplier) dari masing-masing variabel pengeluaran adalah rasio antara perubahan pendapatan nasional dengan perubahan salah satu variabel pengeluaran. Dengan melihat persamaan (2.13), angka pengganda pajak (KTx), angka pengganda pembayaran transfer (KTr), angka pengganda pengeluaran investasi (KI) dan angka pengganda pengeluaran pemerintah (KG) dapat ditentukan sebagai berikut. Multiplier investasi: KI = Y / I = 1 (1-b)
9
(2.13)
(2.14)
1 (1-b)
(2.15) (2.16)
1 (1-b)
(2.17)
Dalam ekonomi Islam, perhitungan di atas masih harus memperhitungkan pembayaran zakat dan infaq/shadaqah dari masyarakat kaya untuk masyarakat miskin. Jika zakat merupakan pendapatan utama mesyarakat miskin karena mereka belum memiliki pendapatan sama sekali maka: C1 = a + b [Y Tx + bTr (zY + fY)] (2.18) = a + bY bTx + bTr bzY bfY (2.19) Jika Y = C1 + C2 + Io + Go (2.20) dan C2= zY + fY maka, Y = a + bY bTx + bTr bzY bfY + Io + Go + zY + fY (2.21) Y= 1 a bTx + bTr + Io + Go (2.22) (1-b)(1-z-f) Angka pengganda (multiplier) dari masing-masing variabel pengeluaran adalah rasio antara perubahan pendapatan nasional dengan perubahan salah satu variabel pengeluaran. Dengan melihat persamaan (2.22), angka pengganda pajak (KTx), angka pengganda pembayaran transfer (KTr), angka pengganda pengeluaran investasi (KI), dan angka pengganda pengeluaran pemerintah (KG) dapat ditentukan sebagai berikut. Multiplier investasi: KI = Y / I = 1 (2.23) (1-b)(1-z-f) Multiplier pengeluaran pemerintah: KG = Y / G = 1 (2.24) (1-b)(1-z-f) Multiplier pajak: KTx = Y / Tx= -b (2.25) (1-b)(1-z-f) Multiplier pembayaran transfer: KTr = Y / Tr = 1 (2.26) (1-b)(1-z-f) Angka Pengganda Pengeluaran pada Pajak Proporsional (Proportional Tax) Menurut Mangkoesoebroto G dan Algifari untuk menentukan besarnya angka pengganda pengeluaran pada perekonomian tiga sektor di mana sistem perpajakan menggunakan pajak proporsional, sama seperti menentukan besarnya angka pengganda pengeluaran pada perekonomian tiga sektor, di mana pungutan pajak menggunakan sistem pajak lump-sump. Perbedaannya adalah pajak proporsional, besarnya pajak tergantung dari besar-kecilnya pendapatan nasional. Jenis pajak ini mempunyai sifat built-in flexibility yang merupakan alat penstabil yang bekerja secara otomatis (automatic stabilizer). Bentuk matematis pajak proporsional dapat ditulis sebagai berikut. Tx = To + tY (2.27)
10
Syarat keseimbangan dalam perekonomian adalah pendapatan (Y) sama dengan pengeluaran (E). atau dapat ditulis: Y=E Karena E= C + I + G Y= C + I + G Pada sisi kiri merupakan sisi pemdapatan (Y) dan pada sisi kanan merupakan sisi pengeluaran (C+I+G), dengan C= a + b Yd Tx = To + tY I= Io Tr = Tro G= Go Yd= Y Tx + Tr Maka Y = a + b (Y-To + tY + Tr) + I + G (2.28) Y = a + bY bTo + btY + bTr + I + G (2.29) Y-bY btY = a bTo + btY + bTr + I + G (2.30) (1-b-bt ) Y = a bTo + btY + bTr + I + G (2.31) Y = a bTo + btY + bTr + I + G (2.32) (1-b+bt) Angka pengganda (multiplier) dari masing-masing variabel pengeluaran adalah rasio antara perubahan pendapatan nasional dengan perubahan salah satu variabel pengeluaran. Dengan melihat persamaan (2.32), angka pengganda pajak (K T), angka pengganda pembayaran transfer (KTr), angka pengganda pengeluaran investasi (KI), dan angka pengganda pengeluaran pemerintah (KG) dapat ditentukan sebagai berikut. Multiplier investasi: KI = Y / I = 1 (2.33) (1 b + bt) Multiplier pengeluaran pemerintah: KG = Y / G = Multiplier pajak: KTo = Y / To = -b (1 b + bt ) Multiplier pembayaran transfer: KTr = Y / Tr = 1 (1 b + bt) (2.34) (2.35) 1 (1 b + bt ) (2.36)
Dalam ekonomi Islam, perhitungan di atas masih harus memperhitungkan pembayaran zakat, infaq/shadaqah dari masyarakat kaya untuk masyarakat miskin. Jika zakat merupakan pendapatan utama bagi orang miskin karena mereka belum memiliki pendapatan sama sekali maka: I= Io Tr = Tr G= Go Tx = To + tY C1 = a + b [ Y To tY + Tr ( zY + fY )] (2.37) = a + bY bTo btY + bTr bzY bfY (2.37) jika Y = C1 + C2 + Io + + Go dan C2 = zY + fY maka Y = a + bY bTo btY + bTr bzY bfY + Io + Go + zY + fY (2.38) Y= 1 a bTo + bTr + Io + Go (2.39) (1-b)(1-t) (1-b)(z+f)
11
Angka pengganda (multiplier) dari masing-masing variabel pengeluaran adalah rasio antara perubahan pendapatan nasional dengan perubahan salah satu variabel pengeluaran. Dengan melihat persamaan (2.39), angka pengganda pajak (KTx), angka pengganda pembayaran transfer (KTr), angka pengganda pengeluaran investasi (KI), dan angka pengganda penegluaran pemerintah (KG) dapat ditentukan sebagai berikut. Multiplier investasi: KI = Y / I = 1 (1-b)(1-t) (1-b)(z+f) Multiplier pengeluaran pemerintah: KG = Y / G = 1 (1-b)(1-t) (1-b)(z+f) Multiplier pembayaran transfer: KTr = b (1-b)(1-t) (1-b)(z+f)
F.Perekonomian Terbuka (Perekonomian Empat Sektor) III.1 Perekonomian Terbuka (perekonomian Empat Sektor) pada Sistem Ekonomi Konvensional
Pada perekonomian terbuka, di dalam perekonomian terdapat empat sektor pelaku yaitu, sektor rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah, dan sektor luar negeri. Untuk menentukan besarnya pendapatan nasional pada perekonomian terbuka sama dengan perkonomian tiga sektor, yaitu dengan menjumlahkan pengeluaran dari sektor-sektor ekonomi. Pengeluaran sektor luar negeri ini berupa ekspor (X) dan impor (M) dan selisih antara nilai ekspor dengan nilai impor (X-M) disebut dengan ekspor netto. Besar kecilnya permintaan barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara oleh negara lain sangat tergantung pada tingkat pendapatan mereka. Oleh karena itu, dalam ekonomi makro permintaan ekspor dianggap tetap. X=X III.1 Pengeluaran untuk impor dalam perekonomian terbuka dibedakan menjadi dua jenis, yaitu impor yang tidak tergantung variabel lain atau impor yang nilainya dianggap tetap. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut. M = Mo ; Mo adalah besarnya impor Jenis impor yang lain adalah impor yang besranya tergantung dari besar kecilnya pendapatan. Atau secara matematis ditulis sebagai berikut. M = Mo + mY (3.2) Dengan memasukkan sektor luar negeri ke dalam model penghitungan pendapatan nasional, berarti kita menambahkan dua variabel dalam perekonomian tiga sektor, yaitu variabel ekspor (X) dan variabel impor (M). dengan demikian dilakukan dengan menyamakan sisi pendapatan dan sisi pengeluaran, yaitu: Y=C+I+G+(XM) (3.3)
12
Maka
Y = a + b (Y Tx + Tr) + I + G + (X-M) Y = a + bY bTx + bTr + I + G (X M) Y bY = a bTx + bTr + I + G (X M) (1-b) Y = a bTx + bTr + I + G (X M) Y= a bTx + bTr + I + G (X M) (1 b) Y = bTx + bTr + I + I + G + (X-M) (1 b)
(3.9)
Pendapatan Nasional Keseimbangan dengan Sistem Pajak Proporsional Jika: Tx = To + tY Maka: Y = a + b (Y To tY + Tr) + I + G + (X-M) Y = a + bY bTo + bTr + I + G + (X-M) Y bY + btY = a bTo + bTr + I + G + (X-M) (1 b + bt) Y = a bTo + bTr + I + G + (X-M) Y = a bTo + bTr + I + G + (X-M) (1 b + bt) Y = bTo + bTr + I + G + (X - M) (1 b + bt)
13
(3.15)
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pengeluaran untuk impor dibedakan menjadi dua jenis, yaitu impor yang nilainya tidak tergantung dengan variabel lain (Mo) dengan keseimbangan pendapatannya tercapai pada persamaan (3.8) dan impor yang nilainya tergantung dari besar-kecilnya pendapatan (mY), sehingga persamaan impor dapat ditulis pada persamaan (3.2), yaitu M = Mo + mY atau M = Mo + MPI Y Di mana Mo adalah impor apabila pendapatan sama dengan nol, dan m adalah Marginal Propensity to Import Pendapatan Nasional Keseimbangan dengan Sistem Pajak Lump Sum- Tax Dengan cara yang sama seperti menentukan besarnya pendapatan nasional keseimbangan dengan sistem perpajakan lump sum-tax diperoleh persamaan sebagai berikut. Y = a + b ( Y - Tx + Tr) + I + G + ( X Mo mY) Y = a + bY bTx + bTr + I + G + (X Mo mY) Y bY + mY = a bTx + bTr + I + G + (X Mo) (1 b + m) Y = a bTx + bTr + I + G + (X Mo) Y= a bTx + bTr + I + G + (X Mo) (1 b + m) Y = bTx + bTr +I +G + (X Mo) (1 b + m) Pendapatan Nasional Keseimbangan dengan Sistem Pajak Proporsional Jika: Tx = To + tY Maka Y = a + b ( Y To tY + Tr) + I + G + (X Mo mY) Y = a + bY bTo btY + Tr + I + G + (X - Mo mY) Y bY + btY + mY = a bTo + Tr + I + G + (X Mo) (1 b + bt + m) Y = a bTo + Tr + I + G + (X Mo) Y = a bTo + Tr + I + G + (X Mo)
14
(3.21)
III.2 Perekonomian Empat Sektor pada Sistem Ekonomi Islam A. Impor Merupakan Variabel Konstan Pendapatan Nasional Keaseimbangan dengan Sistem Lump Sum-tax Jika: C = C1 + C2 I = Io G = Go Tx = Txo Tr = Tro Yd = Y Tx + Tr M = Mo X = Xo
C1 = a + b [Y Tx + Tr (zY + fY) = a + bY bTx + bTr bzY bfY Jika Dan Maka Y = C1 + C2 +Io + Go + (X M) C2 = zY + fY Y = a + bY bTx + bTr bzY bfY + Io + Go + zY + fY + (X M) Y= 1 (1 b) (1 z f) Pendapatan Nasional Keseimbangan dengan Sistem Pajak Proporsional C=C1+C2 I=Io G=Go Tx=To+tY Tr=Tr
15
a bTx + bTr + Io + Go + (X M)
X=Xo M=Mo Maka: C1=a+b [Y To tY + Tr - (zY + fY)] =a + bY bTo btY + bTr bzY - bfY Jika Dan Maka Y= C1+C2+Io+Go+(X-M) C2= zY+fY Y= a+bY-bTo-btY+bTr-bzY-bfY+Io+Go+zY+fY+X-M Y= 1 (1-b)(1-t) - (1-b) (z+f) Pendapatan nasional keseimbangan dengan system pajak adalah lump sum-tax (a-bTo+bTr+Io+Go+X-M)
Dengan cara yang sama seperti menentukan besarnya pendapatan nasional keseimbangan dengan system perpajakan adalah lump sum-tax diperoleh persamaan sebagai berikut. C=C1+C2 I=Io G=Go Tx=Txo Tr=Tro Yd=Y-Tx+Tr M=Mo+mY X=Xo C1=a+b [Y Tx + Tr (zY + fY)] = a + bY bTx + bTr bzY bfY Jika Y = C1 + C2 + Io + Go + (X M) C1 = zY + fY Maka Y = a + bY bTx + bTr bzY bfY + Io + Go + zY + fY + (x Mo mY) Y= 1 a bTx + bTr + Io + Go + (X Mo) (1-b) (1 z f) + m Pendapatan Nasional Keseimbangan dengan Sistem Pajak adalah Proporsional Jika C = C1 + C2 I = Io G = Go Tx = To + tY Tr = Tr X = Xo
16
M = mo + mY Maka: C1 = a + b [Y To tY + Tr (zY + fY)] = a + bY bTo btY + bTr bzY bfY Jika Y = C1 +C2 + Io + Go + (X M) Dan C2= zY = fY Maka Y= a + bY bTo btY + bTr bzY bfY + Io + Go + zY + X MO mY Y= 1 (a bTo + bTr + Io + Go + X Mo) (1-b) (1-t) (1-b) (z+f) + m
17