Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Dalam perekonomian yang sebenarnya corak kegiatan ekonomi adalah
jauh lebih rumit dari yang kita bayangkan. Untuk memberikan gambaran yang
lebih mendekati dari keadaan yang sebenarnya dalam makalah ini akan di
bahas tentang keterkaitan perekonomian 2 sektor dan 3 sektor. System
perekonomian 2 sektor adalah Konsep perekonomian dua sektor merupakan
konsep perekonomian yang terdiri dari dan sektor rumah tangga dan sektor
perusahaan. Dalam perekonomian 2 sektor, tidak terdapat pajak dan
pengeluaran pemerintah. Bukan hanya itu perekonomian 2 sektor pun tidak
melakukan perdagangan luar negeri yakni tidak melakukan kegiatan ekspor
dan impor. Dalam perekonomian dua sektor sumber pendapatan yang
diperoleh rumah tangga adalah dari perusahaan. Pendapatan ini meliputi gaji,
upah, sewa, bunga dan keuntungan adalah sama nilainya dengan pendapatan
nasional. Dan oleh karena itu, pemerintah tidak memungut pajak maka
pendapatan nasional (Y) adalah sama dengan pendapatan disposebel (Yd) atau
Y = Yd. Pendapatan yang digunakan oleh rumah tangga akan digunakan untuk
dua tujuan yaitu untuk pengeluaran konsumsi dan ditabung. Tabungan ini akan
dipinjamkan kepada penanam modal atau investor dan akan digunakan untuk
modal, untuk membeli barang–barang seperti mesin–mesin, bahan baku,
peralatan produksi, mendirikan bangunan pabrik dan bangunan kantor.
Sedangkan Sistem Perekonomian tiga sektor merupakan perekonomian yg
terdiri dari sektor-sektor rumah tangga, perusahaan dan pemerintah.Terdapat
kelemahan pada sistem persaingan sempurna pada tahun1930 terjadi
Depresi besar, sehingga campur tangan pemerintah dibutuhkan
untuk mengatur kegiatan ekonomi agar sistem pasar bebas dapat berjalan
secara efisien. Kelemahan tersebut antara lain keadaan yang diasumsikan jauh
dari kenyataan, adanya perbedaan yang mencolok antara keuntungan yang
diperoleh masyarakat dengan yang diperoleh perusahaan, distribusi

1
pendapatan tidak merata, dan tingkat penggunaan tenaga kerja yang tidak
penuh sehingga terjadi pengangguran besar- besaran. Terdapat dua perubahan
penting dalam perekonomian yaitu pungutan pajak akan mengurangi agregat
melalui pengurangan konsumsi rumah tangga dan pajak memungkinkan
pemerintah melakukan pembelanjaan dan ini akan menaikkan pembelanjaan
agregat. Peranan pemerintah dalam perekonomian tiga sektor diantarannya
membuat peraturan- peraturan untuk mempertinggi efisiensi kegiatan ekonomi
antara lain yaitu menciptakan suasana ekonomi dan sosial yang mendorong
kearah terciptannya kegiatan ekonomi yang efisien, menciptakan persaingan
bebas, menghapus kekuatan monopoli, menyelenggarakan sendiri berbagai
kegiatan ekonomi dan menjalankan kebijaksanaan moneter dan fiskal.
Makalah ini bertujuan agar pembaca dapat mengetahui hubungan dan
faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi sistem perekonomian dua sektor
dan perekonomian tiga sektor.

B. Rumusan Masalah
1. Bagamana analisi pendapatan nasional 2 sektor?
2. Bagamana analisi pendapatan nasional 3sektor?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui analisi pendapatan nasional 2 sektor
2. Mengetahui analisi pendapatan nasional 3sektor

BAB II
PEMBAHASAN

2
A. Perhitungan Pendapatan Nasional
Beberapa manfaat perhitungan pendapatan nasional sebagai berikut :
1. Dengan mengetahui besarnya pendapatan nasional setiap periodenya,
maka akan dapat diketahui
2. Berdasarkan pendapatan nasional atau (regional) akan dapat diketahui
besarnya produktivitas masyarakat suatu negara.
3. Dengan diketahuinya pendapatan nasional atau (regional) dapat ditentukan
perkembangan atau pertumbuhan ekonomi suatu negara atau (daerah).
4. Dengan diketahuinya pendapatan nasional atau (regional) dapat dijadikan
acuan bagi perencanaan pembangunan nasional berikutnya.
5. Berdasarkan pendapatan nasional pemerintah dapat membuat skema
program pinjaman luar negeri berjangka panjang dan rendah bunga (soft
loan).
6. Dan lain-lain.
Secara umum dengan menguasai teknik perhitungan pendapatan nasional
atau (regional), maka perencana ekonomi akan dapat membuat program
ekonomi sesuai dengan skala prioritas dan kesanggupan sumber daya yang
dimiliki yang disertai dengan kebijakan ekonomi yang terukur, baik yang
berskala 2 sektor, 3 sektor maupun 4 sektor. Untuk lebih jelasnya berikut
disajikan teknik perhitungannya.

B. Analisis 2 Sektor
Perekonomian tertutup adalah perekonomian yang tidak mengenal
hubungan dengan dunia luar dalam arti tidak ada perdagangan ekonomi
dengan pihak luar, misalnya dalam bentuk ekspor dan impor atau inventasi
luar negeri. Sedangkan sederhana menunjukkan bahwa dalam perekonomian
tersebut tidak mengenal adanya transaksi/belanja pemerintah. Sehingga dalam
perekonomian sederhana ini hanya ada konsumsi rumah tangga dan konsumsi
swasta, dan dapat dituliskan sebagai berikut :1
Y = C + I – sisi permintaan/income
1 Sadono. Sukirno, Pengantar Teori Makro Ekonomi, (Lembaga Penerbit FEUI. 1987) h.78

3
Y = C + S  Sisi penawaran/spending
Inventasi yang dimaksud di atas adalah investasi yang bersifat eksogen,
yaitu investasi yang keberadaannya didasarkan pada kebijakan pemerintah
semata tanpa memandang besar kecilnya tingkat pendapatan nasional dan
status investasinya.
Bila diketahui bahwa konsumsi masyarakat merupakan suatu fungsi, maka
secara linier dan bersifat jangka pendek dapat kita tuliskan sebagai berikut :
C = Co + cY,
Dimana
Co adalah besarnya konsumsi pada saat pendapatan (Y) = 0,
c = MPC = marginal propensity to consume atau kecenderungan marginal
merigkonsumsi,
Y = pendapatan nasional.
MPC = c = C/Y, Besarnya perubahan konsumsi sebagai akibat dari
berubahnya tingkat pendapatan.
Dalam hal ini berlaku apa yang dinamakan sebagai hukum pendapatan
konsumsi sesuai dengan hipotesis pendapatan absolut yang menyatakan
bahwa “Bila pendapatan nasional naik dari sebelumnya, maka konsumsi
juga akan naik, tetapi besarnya kenaikan konsumsi tidaklah sebesar kenaikan
pendapatan, sehingga umumnya besarnya tingkat tabungan akan semakin
bertambah.”
Nilai MPC secara teoritis umumnya berada pada angka 0,5 < 1 (lebih kecil
dari satu namun di atas setengah (0,5) positif). Angkanya di bawah satu
menunjukkan bahwa besarnya konsumsi masihlah berada di bawah besarnya
kenaikan pendapatan atau tambahan pendapatan yang diterima tidak
seluruhnya dibelanjakan untuk konsumsi, sementara itu nilainya di atas 0,5
berarti bahwa penggunaan sebagian besar dari bertambahnya pendapatan
adalah konsumsi.
1. Menentukan Fungsi Konsumsi
Bila kita memiliki data bulanan atau tahunan yang berisikan
besarnya pendapatan dan konsumsi, maka sebenarnya kita dapat
mengetahui dan menyusun suatu fungsi konsumsi, baik dengan cara
ekonometrika, atau dengan cara sederhana. Dengan cara sederhana
(Soediyono, 1992, h.44) kita dapat menuliskan rumusnya sebagai berikut :
C = (APNc – MPC) Yn + MPCY,

4
dimana
MPC sudah Anda ketahui dan
APC adalah average propensity to consume = rata-rata kecenderungan
mengkonsumsi = C/Y.
Sedangkan dengan cara ekonometrika kita bisa menggunakan rumus
sederhana yaitu :
Y = bo + bX, dimana bo = Co, b = c = MPC, Y = pendapatan dan X =
konsumsi Model formulasinya adalah :
Y = n.bo + bX
XY = X.bo + bX2
Dengan metode matematika sederhana dapat diketahui nilai bo dan
b=MPC= Y/X.
Contoh.
Bila diketahui pendapatan nasional suatu negara tahun 1990 adalah
sebesar Rp. 50 milyar dan konsumsi sebesar 40 milyar, kemudian tahun
1991 pendapatan nasional naik sebesar Rp. 80 milyar dan konsumsi
sebesar Rp. 60 milyar, tentukanlah fungsi konsumsinya!
Jawab.
Y = Y91-Y90 = Rp. 80 M – Rp. 50 M = 30 M
C = C91-C90 = Rp. 60 M – Rp. 40 M = 20 M
MPC = C/Y = 20/30 = 0,67
APC = C90/Y90 = 40/50 = 0,8
C = (APCn – MPC)Yn + MPC.Y
C = (0,8 – 0,67)50 + 0,67.Y
C = 6,5+ 0,67Y
Dari fungsi konsumsi tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa pada
saat tingkat pendapatan sebesar 0, maka konsumsi masyarakatnya sebesar
Rp.6,5 milyar (katakanlah ini sebagai subsidi dari pemerintah). Dan
sebesar3/4 = 0,67 dari pendapatan negara tersebut digunakan untuk
konsumsi, sisanya ditabung (0,33).
2. Fungsi Tabungan/Saving
Tabungan/saving adalah sisa dari pendapatan nasional yang tidak
dikonsumsi. Secara matematis dapat ditulis :
S = Y – C, di mana C = Co + cY, sehingga ;
S = Y – (Co + cY)
S = Y – Co – cY  Y – cY – Co
S = ( 1 – c )Y – Co
Berdasarkan data di atas dapat diketahui fungsi saving adalah sebagai
berikut : S = (1 – 0,75)Y – 2,5 = 0,25Y – 2,5

5
Bila fungsi konsumsi dan tabungan tersebut digambarkan dalam suatu
grafik, maka dapat dilihat seperti di bawah ini.

S/C

C = 2,5 + 0,75Y

2,5 S = -2,5 + 0,25Y

45o
Y

-2,5
Gambar 13.1 Fungsi Konsumsi dan Tabungan

3. Kecenderungan Menabung Marginal dan Rata-rata


Sebagaimana kita ketahui bahwa MPC adalah kecenderungan
marginal mengkonsumsi yang nilainya secara teoritis diatas 0,5 dan di
bawah 1, artinya sisa dari yang dikonsumsi tentulah disimpan dalam
bentuk tabungan. Kecenderungan untuk menambung marginal itulah yang
dinamakan dengan MPS (marginal propensity to save), oleh karena sisa
dari konsumsi maka nilai MPS adalah 1 – MPC. Bila rata-rata
mengkonsumsi, dari setiap kenaikan pendapatan masyarakat adalah APC,
maka rata-rata menabung disebut APS (average propensity to save). Nilai
APS = S/Y adalah sebesar 1 – APC.
Berdasarkan penjelasan di atas dapatlah kita simpulkan bahwa :
APC + APS = 1, demikian juga dengan :
MPC + MPS = 1.
Untuk membuktikannya, kita lihat kembali persamaan dasarnya adalah
sebagai berikut:

6
Y = C + S,
bila kedua ruas sama-sama di bagi dengan Y, maka
Y/Y=C/Y+S/Y=1= APC+APS.
Selanjutnya, bila diketahui bahwa apabila pendapatan berubah, maka
konsumsi dan tabungan juga akan berubah, maka persamaan dasarnya
menjadi :
Y = C + S, dan bila semuanya dibagi dengan Y maka diperoleh:
Y / Y = C /Y + S /Y = 1 = MPC + MPS
Jadi bila MPC = 0,6 maka MPS = 0,4 dan bila APC=0,2 maka APS = 0,8
(untuk perekonomian tanpa adanya pajak)
4. Pendapatan Nasional Keseimbangan
Telah kita pelajari bahwa dari sisi penerimaan pendapatan nasional adalah
merupakan identitas dari Y = C + 1, sedangkan dari sisi pengeluaran
identitasnya Y = C + S. Berdasarkan dua identitas tersebut dapat kita
tentukan bahwa keseimbangan C + 1 = Y = C + S, diperoleh hasil
I=S.
Artinya bahwa semua pendapatan yang tidak dikonsumsi ditabung dan
dipergunakan untuk investasi. Jadi, untuk perekonomian tertutup dua
sektor, syarat keseimbangannya adalah bila I = S.
Selanjutnya bila kita ketahui bahwa identitas pendapatan nasional adalah
Y = C + I, dan C = Co + cY, maka pendapatan nasional ekuilibrium
adalah :
Y = Co + cy + I
Y – cY = Co + cY + I
(1-c)Y = Co + I
Y = Co + I/(1 – c)
Co+Io
Y=
MPS
(Pendapatan nasional keseimbangan untuk perekonomian 2 sektor
investasi otonom)

7
Berdasarkan contoh yang telah dibahas di atas, bila diketahui
bahwa fungsi konsumsi, C = 2,5 + 0,75Y, dan bila diketahui investasi
sebesar Rp. 5 milyar, maka pendapatan nasional ekuilibriumnya adalah :
Y = 2,5 + 5 / ( 0,25 ) = Rp. 30 milyar dan konsumsi :
C = 7,5 + 0,75Y
Untuk membuktikan apakah pada Y=Rp. 30M perekonomian mengalami
ekuilibrium, maka investasi haruslah sama dengan tabungan :
S = 1 = -2,5 + 0,25(30) = -2,5M + 7,5M = 5M
5. Angka Pengganda (Keynes Effect)
a. Pada dasarnya uang yang dipergunakan untuk investasi adalah untuk
memperbesar kapasitas produksi dan diharapkan akan mengakibatkan
bertambah besarnya tingkat pendapatan nasional. Setiap besaranya
sama terhdap pendapatan nasional, melainkan akan lebih besar dari
nilai pertamanya. Jadi, misalkan pada tahun kedua (anggaplah
investasi tahun pertama sebesar Rp. 5 milyar) dilakukan investasi
sebesar 8 milyar, maka pendapatan nasional akan meningkat lebih dari
sekedar 8 milyar tersebut. Cara bekerjanya adalah sebagai berikut:
Bila Amir membelanjakan uang untuk investasi pada tahun ke-2
sebesar DI (8M) kepada Steven, maka nilai itu merupakan pendapatan
bagi Steven. Kemudian Steven membelanjakan uang tersebut dengan
MPCnya sendiri yang tentu saja sebesar cI kepada Henny. (bahwa I
merupakan pendapatan Steven). Hanny akan membelanjakan uang
dari Steven kepada Santoso sebesar cI. Oleh karena uang yang
didapat Hanny adalah lebih kecil dari Steven, dan uang yang didapat
Santoso lebih kecil dari Hanny, maka runtutan tersebut dapat kita tulis
dalam persamaan matematis sebagai berikut:
Y = I + cI + c2I + c3I …
Y = (1 + c + c2 + c3) I, karena nilai c < 1 dan positif, serta
membentuk suatu deret Y = 1 / (1-c) x I
 Y/I = ke = 1/(1-c) = 1/MPS
Dengan demikian, angka pengganda investasi untuk perekonomian 2
sektor investasi otonom adalah sama dengan 1 / MPS.

8
Jadi, berdasarkan contoh awal kita bahwa MPC = 0,75 sehingga MPS
= 0,25, investasi awal sebesar 5M dan berikutnya sebesar 8M
sehingga I = 3M, maka besarnya Y = 1 / 0,25 x 3M = 4 x 3M = Rp.
12 milyar.
Y tahun kedua adalah Y1 + Y = 30M + 12M = Rp. 42M.

b. Angka Pengganda Konsumsi


Sebagaimana kita ketahui bahwa pendapatan nasional keseimbangan
pada perekonomian dua sektor adalah :
Y = (Co + Io) / (I – c). Telah dijelaskan di atas bahwa angka
pengganda investasi otonom adalah sebesar 1 / (1-c). Untuk konsumsi,
maka setiap pertambahan dari pendapatan yang dipergunakan untuk
menaikkan konsumsi sebenarnya adalah untuk meningkatkan
konsumsi pada saat Y = 0. Jadi, sebenarnya yang bertambah (paling
mudah diamati) adalah Co, buka cY. Mengapa? Jadi bila :
Y = (Co + Io) / (1 – c), apabila konsumsi bertambah sebagai akibat
dari bertambahnya pendapatan, maka :
Y = Y – (Co = Co + Io) / ( 1 – c ),
Y = (Co + Co + Io) / 1 – c ) – Y
Y = Co / (1-c)
Y / Co = 1 / (1-c)
Dengan demikian, angka pengganda konsumsi pada perekonomian
dua sektor sama dengan angka pengganda investasi, yaitu :
1/(1-c) = 1/MPS

bila digambarkan dalam grafik, maka proses bekerja angka pengganda


konsumsi dapat dilihat sebagai berikut:
C Y= C

C=Co+ Co+cY

Co C = Co + cY

9
Co 45o Y
Y
Gambar 13.2. Proses Bekerja Angka Pengganda Konsumsi

6. Perubahan Jumlah Konsumsi dan Tabungan


Sebagaimana diketahui bahwa setiap terjadi perubahan pendapatan, maka
konsumsi akan berubah demikian juga dengan tabungan. Jadi, bila
pendapatan berubah dari Y1 ke Y2, atau pendapatan sekarang adalah
Y1+Y maka konsumsi juga akan meningkat menjadi :C2 = C1 + C,
padahal C = C / Y x Y, jadi :
C2 = C1 + MPCxY

7. Keseimbangan Pendapatan Nasional 2 Sektor dengan Investasi yang


Induced (Fungsional)
a. Pengaruh Tingkat Bunga terhadap Investasi
Kaum klasik berpandangan bahwa besar kecilnya investasi tergantung
dari besarnya kecilnya tingkat bunga (r) Jadi, bila tingkat bunga tinggi
maka investasi akan semakin kecil. Sebaliknya, bila tingkat bunga
rendah, maka tingkat investasi akan semakin tinggi. Jadi, berdasarkan
pandangan ini, maka investasi adalah fungsi dari tingkat bunga : I =
f® DI / Dr = e.
Dalam jangka pendek, fungsi investasi adalah I = Io – er, di mana (e)
berlambang negatif, karena hubungan berbanding terbaliknya antara
investasi dan suku bunga.
Bila menurut kaum klasik, tingkat bunga yang mempengaruhi
investasi, maka menurut Keynes tingkat bunga bukanlah satu-satunya
yang menentukan tingkat investasi melainkan juga memperhatikan
apa yang dinamakan marginal efficiency of capital (MEC) dan

10
marginal efficiency to invest (MEI), yaitu besarnya kemungkinan
untung atau berhasil dari sejumlah investasi yang dilakukan oleh para
investor sehubungan dengan tingkat bunganya. Bila besaran MEC
atau MEI > e, maka seharusnyalah investasi tetap dilakukan.
Sebaliknya, bila MEC atau MEI < e, meskipun suku bunganya rendah
tidak perlu melakukan investasi. Jadi, para investor menurut Keynes
haruslah mempertimbangkan seberapa besar keuntungan yang akan
didapatnya di kemudian hari yang dinilai di waktu sekarang (present
value).
Jadi, misalkan seorang investor menginvestasikan uangnya sebesar M
dengan suku bunga sebesar 25% tahun, dan investasinya adalah
selama 10 tahun, dengan tingkat pendapatan setiap tahunnya adalah
sebesar Y1, Y2, Y3 … Y10. Untuk itu, maka perlu dihitung seberapa
besar MEC atau MEI nya dengan cara :

Y1 Y2 Y3 Y10
M= + 2
+ 3
+.. .
(1+ B) (1+ B ) (1+ B ) (1+ B )10
B = MEC atau MEI. Bila nilai B>25% maka investasi sebaiknya
diteruskan, sebaliknya bila B<25%, maka sebaliknya investasi tidak
dilaksanakan.

C. Analisi (3) Sektor


Sebagaimana juga dengan perekonomian 2 sektor, maka dalam
perekonomian 3 sektor, kondisinya juga masih tertutup, karena belum ada
perdagangan luar negeri. Sektor ketiga adalah sektor pemerintah.
Dalam perekonomian 3 sektor di mana pemerintah terlibat di dalamnya,
tujuan utamanya sebagaimana yang dikehendaki oleh Keynes adalah sebagai
pembuat kebijakan dan regulator. Kebijakan pemerintah yang paling populer
adalah kebijakan dalam hal membelanjakan uang negara untuk kepentingan
masyarakat, oleh karenanya negara dalam hal ini diwakili oleh pemerintah
haruslah memiliki sumber pemasukan. Adapun sumber pemasukan pemerintah
yang paling utama adalah penerimaan pajak, pinjaman dalam negeri (mencetak

11
uang dan obligasi), dan pinjaman luar negeri atau % tertentu dari penerimaan
usaha milik negara, dan sebagainya.
Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam bidang anggaran dan
belanja negara dengan maksud untuk mempengaruhi jalannya perekonomian.
Sebagaimana juga layaknya suatu rumah tangga individu, maka pemerintah
sebagai suatu rumah tangga nasional juga memerlukan pendapatan untuk
membiayai operasionalnya sehari-hari, misalnya menggaji pegawai negeri,
mengatur dan mengurus negara dan pemerintahan. 2
Adapun uang yang dijadikan pendapat oleh pemerintah yang terutama
dalam suatu negara adalah pajak yang dipungut dari masyarakatnya. Selain itu,
tentu saja dapat berupa pinjaman luar negeri, pendapatan dari perusahaan
negara, dan sebagainya.
Adapun latar belakang diterapkannya kebijakan fiskal oleh pemerintah di
antaranya adalah sebagai berikut :
1. Sebagaimana yang dikehendaki oleh Keynes bahwa dalam perekonomian
pemerintah harus dilibatkan karena mekanisme pasar sebagaimana yang
dikehendaki oleh kaum kapitalis tidak bisa bekerja sendiri.
2. Adanya kegagalan dari kebijakan moneter yang berasal dari mashab klasik
untuk menangani ketidakstabilan ekonomi terutama yang mengatasi
pengangguran (kegagalan hukum Say).
Berdasarkan penerapannya, kebijakan fiskal dapat dibagi menjadi 4
macam, yaitu sebagai berikut:
a. Pembiayaan fungsional
b. Pengelolaan anggaran
c. Stabilitas anggaran otomatis
d. Anggaran belanja seimbang
Komposisi besar kecilnya pendapatan/penerimaan dan pengeluaran negara
(misalnya Indonesia) setiap tahunnya dapat dilihat pada APBN (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara). Mengenai APBN sendiri, terdapat tiga

2 Sadono. Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar.( Jakarta: Rajawali Pers. 2011)h.67

12
Principe yang mendasari penyusunannya, yaitu Principe anggaran berimbang,
dinamis dan fungsional.
Prinsip Berimbang maksudnya besarnya sisi pengeluaran sama dengan
besarnya sisi penerimaan. Apabila terjadi defisit pada anggaran (pengeluaran
lebih besar dari penerimaan), maka pemerintah melakukan pinjaman (utang
luar negeri) yang dalam APBN ditulis sebagai penerimaan pembangunan.
Sedangkan apabila anggaran mengalami surplus (selama ini belum pernah
terjadi), maka kelebihannya akan dimasukkan sebagai sisa hasil
pembangunan).
Prinsip Anggaran Dinasmis adalah pengutamaan pembangunan yang dibiayai
oleh kemampuan finansial dalam negeri (oleh negara itu sendiri). Bila
besarnya dana pembangunan setiap tahunnya selalu meningkat yang berasal
dari tabungan pemerintah (penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran
rutin) dalam arti pertumbuhan tabungan pemerintah selalu positif, maka
dikatakan sebagai anggaran dinamis absolut. Sedangkan bila dana
pembangunan yang menurun (proporsinya terhadap pengeluaran
pembangunan semakin mengecil) dikatakan sebagai anggaran dinamis relatif.
Prinsip Anggaran Fungsional adalah semua bantuan luar negeri hanya
dipergunakan untuk membiayai pembiayaan dan bukan untuk membiayai
pengeluaran rutin (membayar gaji pegawai negeri, subsidi, dan sebagainya).
Untuk mengetahui komposisi penerimaan dan pengeluaran suatu negara, di
bawah ini diberikan contoh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Republik Indonesia.
Berdasarkan data yang terdapat dalam APBN tersebut dapat diketahui
besarnya tabungan pemerintah yang didapat dari jumlah penerimaan dalam
negeri dikurangi pengeluaran rutin adalah sebesar 25.249,8 – 23.445,0 =
1.804,8Sedangkan besarnya pengeluaran pembangunan adalah = tabungan
pemerintah + penerimaan pembangunan = 1.804,8 + 11.325,1 = 13.129,9.

13
Bila dicermati maka yang dapat diketahui adalah bahwa dari segi
anggaran, pembangunan negara selalu mengalami defisit karena masih
besarnya angka bantuan luar negeri dibandingkan dengan tabungan
pemerintah yang hanya sekitar 26% dan hanya sebesar 16% terhadap APBN
tahun yang bersangkutan.

Setelah kita mengerti sedikit mengenai kebijakan fiskal, maka kita


lanjutkan dengan pengertian-pengertian yang akan dipergunakan dalam
perekonomian tiga sektor khususnya dari sektor pemerintah sebagai berikut:
1. Pajak
a. Pajak langsung
b. Pajak tak langsung
Dari penggolongan pajak, bentuk-bentuk pajak tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Pajak Degrisif
b. Pajak Proporsional
c. Pajak Progresif
2. Pengeluaran Pemerintah
a. Proyeksi jumlah pajak yang diterima
b. Tujuan ekonomi yang ingin dicapai
c. Pertimbangan politik dan keamanan
3. Transfer Pemerintah
Selanjutnya, sebagaimana yang anda telah pelajari sebelumnya, karena
dalam perekonomian sudah terdapat pajak, maka pendapatan nasional yang
mempengaruhi konsumsi adalah pendapatan yang siap untuk dibelanjakan
(pendapatan nasional bersih atau sering disebut sebagai pendapatan
disposibel/disposible income.
Secara matematis, pendapatan disposibel di tulis sebagai berikut:
YD = Y – Tx (tanpa Tr) dan
YD = Y – Tx + Tr (dengan Tr)
YD adalah pendapatan disposibel,

14
Y adalah pendapatan nasional keseimbangan,
Tx adalah pajak (exogen) yang nilainya ditentukan oleh pemerintah, dan
Tr adalah transfer of payment (semacam subsidi dan pembayaran
tunjangan/pensiun). Dengan demikian notasi untuk pendapatan nasional
adalah persamaan
Y = C + I + G untuk pengeluaran (dari sisi pendapatan)
dan YD = C + S untuk penerimaan (dari sisi penawaran).
Untuk semua fungsi dapat kita tulis sebagai berikut:
C = Co + cYD,
S = So + sYD
YD = Y - Tx + Tr = C + S, ingatlah bahwa pendapatan yang sekarang
dipergunakan untuk konsumsi dan ditabung adalah YD, bukan Y.
1. Keseimbangan Pendapatan Nasional (3 sektor)
a. Investasi Otonomi, Pajak Otonom, Tanpa Tr.
Keseimbangan pendapatan nasionalnya adalah sebagai berikut:
Y=C+I+G
Y = Co + cYD + I + G
Y = Co + c (Y – Tx) + I + G
Y = Co + cY – cTx + I + G
Y – cY = Co – cTx + I + G
Co−cTx=I +G
Y=
(1−c )
(Pendapatan nasional keseimbangan 3 sektor- investasi otonom, pajak otonom,
tanpa Tr)
Syarat keseimbangan yang harus dipenuhi sebagai berikut:
Y=C+I+G
YD = Y – Tx  Y = YD = Tx
YD = C + S
 C + S + Tx = Y= C + I + G
Sehingga bila disederhanakan menjadi :
I + G = S + Tx

15
(Syarat keseimbangan perekonomian 3 sektor – Investasi otonom, pajak
otonom, tanpa Tr). Syarat keseimbangan ini berlaku untuk semua model 3
sektor tanpa transfer of payment
2. Investasi Otonom, Pajak Proporsional, Tanpa Tr
Pendapatan nasional perekonomian tiga sektor untuk pajak proporsional di
mana Tx merupakan fungsi dari pendapatan adalah Tx = hY tanpa
memasukkan Tr adalah sebagai berikut:

Y = Co + c(Y – (to + Hy)+I+G


Y = Co + cY – cto – chY + I + G
Y – cY + chY = Co + I + G – cto
Co + I+G
Y=
(1−c + ch ) investasi otonom, tanpa Tr
(Keseimbangan PN – pajak proporsional,
Perlu diingat bahwa “to” logisnya bernilai negatif, karena pada saat
pendapatan = 0, maka besarnya pajak adalah –to.
3. Investasi Fungsional (Induced), Pajak Proporsional, Tanpa Tr.
Pendapatan nasional keseimbangan untuk pajak yang proporsional (Tx = to +
hY) dan investasi induced (I = Io + aY) tanpa transfer of payment (Tr) adalah
sebagai berikut:
Y = Co + c (Y – (to + hy) + Io + Y + G
Y = Co + cY = cto – chY + Io + Y + G
Y – cY - Y + chY = Co – cto + Io + G
(1 – c -  + ch)Y = Co – ct + Io + G
(1 – c - Y + ch)Y = Co – ct + Io + G
Co - cto + Io + G
Y=
(1−c - α+(ch )
(Keseimbangan PN, pajak proporsional, investasi fungsional, tanpa Tr)
Ingat : to = Pajak pada saat pendapatan = 0, sedangkan h adalah
marginal propensity to tax = MPT =  Tx/ Y
Dengan demikian, fungsi-fungsi dalam perekonomian tiga sektor tanpa Tr
dapat kita tulis kembali sebagai berikut:

16
a. Fungsi Konsumsi = C = Co + cYD
b. Fungsi Tabungan = S = (Y-Tx)-Co-cY(Y-Tx)
c. Fungsi Investasi = I = Io + YD
d. Fungsi Pajak = Tx = to + hY. (Mengapa Y, bukan YD?)
Untuk pembahasan yang lebih sederhana, maka tingkat investasi yang
dipergunakan selanjutnya barulan investasi yang bersifat exogen (otonom).
Sedangkan untuk investasi yang fungsional (induced), akan dibahas pada bagian
tersendiri.
Perlu dicermati pula bahwa agaknya pada perekonomian tiga sektor ini
MPC + MPS # 1, karena telah ada pungutan pajak, sehingga seharusnya adalah:
MPCy + MPSy + MPTy = 1, tetapi MPCYd + MPSYDd = 1

4. Angka Pengganda (Multiplier Effect atau Keynes Effect)


a. Angka Pengganda untuk Pajak dan Investasi otonom
1) Angka Pengganda Investasi
2) Angka Pengganda Konsumsi
3) Angka Pengganda Pengeluaran Pemerintah
4) Angka Pengganda Pajak
5) Angka Pengganda Anggaran Berimbang
5. Angka Pengganda untuk Pajak yang Proporsional dan Investasi Otonom
Anda telah mengetahui bahwa besarnya pendapatan nasional keseimbangan
untuk perekonomian tiga sektor dengan pajak proporsional dan investasi
otonom adalah:
Y = Co + I + G cto/(1-c + ch)
Maka dengan mudah dapat diperoleh angka pengganda masing-masing
variabel di atas, yaitu sebagai berikut:
a. Angka pengganda Investasi = keI = 1/(1 – c + ch)
b. Angka pengganda Konsumsi = keCo = 1/(1 – c + ch)
c. Angka pengganda Pajak = keTx = -c/(1 – c + ch)
d. Angka pengganda G = keG = 1/(1 – c + ch)
e. Angka pengganda anggaran berimbang.

17
Khusus untuk angka pengganda anggaran berimbang yang besarnya pajak
ditentukan oleh besarnya pendapatan, maka keTx + keG # 1, karena :
keTx = -c/(1-c+ch), dan kG = 1/(1-c+ch), sehingga angka penggandanya
adalah sebesar: 1-c/(1-c+ch)
a. Angka Pengganda untuk Pajak Proporsional dan Investasi Inducted3
Besarnya pendapatan nasional keseimbangan untuk perekonomian 3 sektor
dengan pajak proporsional dan investasi inducted adalah sebagai berikut:
Y = (Co – ct + Io + G) / (1 – c -  + ch)
Sehingga besarnya angka pengganda masing-masing variabel dapat
dengan mudah ditentukan yang hasilnya adalah sebagai berikut:
1) Angka pengganda Investasi = keI = 1(1 – c -  + ch)
2) Angka penganda Konsumsi = keCo = 1/(1 – c -  + ch)
3) Angka pengganda Pajak = keTx = -c/(1 – c -  - ch)
4) Angka pengganda G = keG = 1/(1 – c -  + ch)
5) Angka pengganda Anggaran Berimbang.
Khususnya untuk angka pengganda anggaran berimbang yang besarnya
pajak ditentukan oleh besarnya pendapatan, maka keTx + keG # 1, karena :
keTx = -c/(1 – c -  + ch), dan kG = 1/(1 – c -  + ch), sehingga angka
penggandanya adalah sebesar : 1-c -  + ch)
Contoh perhitungan
1) Bila diketahui trend konsumsi masyarakat suatu negara pada tahun
199X (dalam $US) adalah 30 + 0,6YD, besarnya investasi otonom
adalah 40, pajak sebesar 20, dan pengeluaran pemerintah 25, Hitunglah
berapa besarnya pendapatan nasional keseimbangan, konsumsi dan
tabungan!
Jawab
Bahwa
C = 30 + 0,6Yd,
I = 40,

3 Sukirno, Sadono. 1987. Pengantar Teori Makro Ekonomi, Lembaga Penerbit FEUI.

18
Tx = 20, dan
G = 25
Yd = (Y – Tx)
Jadi, fungsi konsumsi setelah ada pajak adalah :
C = 30 + 0,6 (Y – 20)
C = 30 + 0,6Y – 12
C’ = 18 + 0,6Y
(ingatlah bahwa pada perekonomian 3 sektor dengan pajak otonom,
MPCY = MPCYd.)
Y=C+I+G
Y = 18 + 0,6Y + 40 + 25
Y-0,6Y = 83  Y = 83 / 0,4 = 207,5
C = 18 + 0,6 (207,5) = 18 + 124,5 = 142,5
Yd = Y - Tx = 207,5 – 20 = 187,7
S = Yd – C = 187,5 – 142,5 = 45
Syarat keseimbangan
S+Tx = I + G = 45+20=40 + 25
2) Untuk kasus yang sama, tetapi dengan pungutan pajak sebesar 15% dari
pendapatan nasional keseimb/angan dan subsidi pajak sebesar 10,
hitunglah berapa besarnya pendapatan nasional keseimbangan,
konsumsi, tabungan, dan pajak!
Jawab:
C = 30 + 0,6Yd, I=40, G=25
Tx = -10 + 0,15Y
Yd = Y – Tx  S = Yd – C
Fungsi konsumsi yang baru adalah :
C = 30 + 0,6(Y – (-10 + 0,15Y)
C = 30 + 0,6Y + 6 – 0,09Y
C “= 36 + 0,51Y
Y = C+I+G
Y = 36 + 0,51Y + 40 + 25

19
0,49Y = 101
Y = 101 / 0,49 = 206,12
C = 36 + 0,51 (206,12) = 141,12
Tx = -10 + 0,15(206,12) = 20,918
Yd = Y – Tx = 206,12 – 20,918 = 185,202
S = Yd – C = 185,202 – 141,12 = 44,082
Syarat keseimbangan adalah :
S + Tx = I + G
44,082 + 20,918 = 40 + 25
65 = 65  terbukti seimbang
3) Masih pada kasus yang sama, seandainya pendapatan nasional negara
tersebut ingin ditingkatkan sebesar 50, untuk kasus pajak yang
proporsional, cobalah Anda tentukan bagaimanakah caranya?
Jawab:
Seperti Anda ketahui bahwa pada perekonomian 3 sektor untuk pajak
yang proporsional besarnya angka pengganda masing-masing dalam
kasus di atas adalah :
Pajak = keTx = -c / (1-c+ch) = -0,5 / (0,49+0,0765)=-0,90
keG = 1 / 0,5665 = 1,8
keG = 1 / 0,5665 = 1,8
keIo = 1 / 0,5665 = 1,8
Jadi, bila pendapatan nasional ingin ditingkatkan, 50 maka dapat
dengan cara sebagai berikut:
 Menurunkan pajak, yaitu sebesar : dY / dTx = -0,90
 50 / dTx = -0,9  dTx = 50 / -0,90 = -55,6. Padahal kita ketahui
bahwa besarnya pajak yang dipungut oleh pemerintah adalah sebesar
20,918. Ini berarti bahwa agar pendapatan nasional meningkat
sebesar 50, maka pajak yang dipungut bukan saja tidak ada
melainkan juga harus memberi subsidi sebesar 55,6-20,918 =
34,682.

20
 Menambah investasi sebesar : dY / dIo = 1,8 50 / dIo = 1,8  dIo =
27,8. Jadi, besarnya investasi yang harus ditambah adalah sebesar
27,8. Berarti pada tahun yang dimaksud investasi akan menjadi
sebesar 40 + 27,8 = 67,8.
 Dengan cara yang sama, pengeluaran pemerintah dan tingkat
konsumsi harus ditambah sebesar 27,8 agar pendapatan nasional
bertambah sebesar 50.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perekonomian dua sektor atau perekonomian sederhana adalah suatu
perekonomian yang hanya terdiri dari sektor rumah tangga dan sektor
perusahaan. Tingkat kegiatan ekonomi ditentukan oleh jumlah dan mutu
daripada faktor-faktor produksi. Menurut Keyness tingkat kegiatan ekonomi
ditentukan oleh besarnya pengeluaran agregat yang dilakukan masyarakat.
Pengeluaran agregat tersebut akan menentukan sampai dimana sektor
perusahaan harus melakukan kegiatannya untuk memproduksikan barang-
barang dan jasa-jasa.
Sedangkan Ekonomi tiga sektor adalah perekonomian yang meliputi dalam
sektor perusahaan, rumah tangga dan pemerintah. Pajak yang dipungut
pemerintah dapat dibedakan menjadi beberapa cara. Cara yang pertama
adalah membedakannya dengan cara pajak langsung dan pajak tak langsung.
Cara lain adalah pajak regresif, pajak proporsional dan pajak progresif.
Keseimbangan PN dapat ditunjukkan melalui dua pendekatan yaitu
pendekatan pengeluaran agregat, penawaran agregat dan pendekatan suntikan
bocoran. Multiplier dalam ekonomi tiga sektor dapat dibedakan kepada dua
jenis yaitu multiplier dalam sistem pajak tetap dan multiplier dalam sistem
pajak proporsional. Jenis- jenis penstabilan otomatik yang utama adalah pajak
proporsional dan pajak progresif program asuransi pengangguran. Sistem
harga minimum kebijakan fiskal diskresioner dilakukan dengan menambah
pengeluaran agregat pada waktu pengangguran mengurangi pada waktu
inflasi.

22
ii

23

Anda mungkin juga menyukai