Anda di halaman 1dari 23

Mata Kuliah

Pengajar :
Fauziannor, S.E., M.M
PENDAPATAN,
KONSUMSI DAN
TABUNGAN

Pertemuan 1
Perbedaan Ekonomi Mikro
dan Ekonomi Makro
Teori ekonomi disebut juga ekonomika, ada dua
cabang dari ekonomika yaitu ekonomika mikro dan
ekonomika makro. Ekonomi Mikro membicarakan unit-unit
individu seperti perusahaan dan rumah tangga, misalnya
bagaimana suatu rumah tangga mengalokasikan
pendapatannya untuk membeli barang dan jasa yang
bermacam-macam. Ekonomi mikro juga membicarakan
tentang penentuan tingkat produksi suatu perusahaan agar
keuntungan yang diperolehnya pada tingkat maksimal.
Sebaliknya Ekonomi Makro membicarakan
perekonomian sebagai suatu keseluruhan dengan
memusatkan perhatian terhadap perekonomian secara
keseluruhan (aggregat). Ekonomi makro
memperhatikan tentang produksi secara keseluruhan
dan tingkat harga umum. Jadi ekonomi makro
membicarakan tingkah laku perekonomian secara
keseluruhan.
Beberapa Permasalahan
Dalam Perekonomian
Hubungan-hubungan kausal yang ingin dipelajari oleh ekonomi
makro pada pokoknya ialah hubungan-hubungan antar variabel-variabel
ekonomi agregatif. Diantara variabel-variabel ekonomi yang banyak
dipersoalkan dalam ekonomi makro antara lain:
 Tingkat Pendapatan Nasional
 Tingkat Kesempatan Kerja
 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
 Saving
 Investasi Nasional
 Jumlah Uang Beredar
 Tingkat Harga
 Tingkat Bunga
 Neraca Pembayaran Internasional
 Stok Kapital Nasional
 Hutang Pemerintah.
Dengan mengetahui hubungan-hubungan diantara
variabel-variabel tersebut, dapatlah diharapkan kita menjadi
lebih mampu dalam memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi oleh suatu perekonomian. Baik ekonomi Mikro
maupun ekonomi Makro mempunyai 3 aspek:
1) Aspek Diskriptif : Membuat gambaran tentang situasi
ekonomi yang dihadapi.
2) Aspek Normatif : Aspek yang sifatnya ethis dan
dirangkum oleh kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi
yang mempunyai tujuan tersebut.
3) Aspek Prediktif : Aspek yang menggunakan aspek lain
guna meramalkan apa yang akan terjadi apabila sesuatu
kebijaksanaa ekonomi diambil terhadap situasi ekonomi
yang ada.
Titik berat penelaahan ilmu ekonomi Mikro : Effisiensi
Ilmu ekonomi Makro : Perekonomian secara
keseluruhan, Pendapatan Nasional dengan segala yang
mempengaruhinya, seperti Konsumsi, Investasi, Uang
beredar, Inflasi dan kebijaksanaan ekonomi Pemerintah
serta perdagangan Luar Negeri.
Ahli ekonomi Mikro : Berusaha menghasilkan
sumberdaya yang ada secara effisiensi.
Ahli ekonomi Makro : Berusaha mencari tahu variabel-
variabel apa saja yang dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi nasional.
Para individu rumah tangga konsumen dan para
individu perusahaan sebagai produsen semuanya berusaha
mencari effisiensi dalam berkonsumsi bagi konsumen dan
effisiensi berproduksi bagi produsen.
Dalam usahanya memenuhi keperluannya konsumen
akan bertemu dengan produsen dipasar, maka akan terjadi
transaksi, terbentuklah pasar/jual beli. Usaha rumah tangga
di Indonesia (baik konsumen/produsen) dalam mencapai
effisiensi tidak dapat dilaksanakan dalam konteks persaingan
bebas, tetapi adanya ikut campur tangan Pemerintah, misal:
Pengaturan beberapa harga barang-barang pokok,
Perpajakan, Subsidi, Peraturan-peraturan.
Setiap Negara/Masyarakat selalu berusaha untuk
mengejar tujuan Nasional yang dicita-citakan khusus
dibidang ekonomi. Tujuan Nasional pada umumnya
dirumuskan sebagai masyarakat yang adil, makmur dan
sejahtera. Menyadari tujuan tersebut maka semua usaha
berupa kegiatan ekonomi harus diarahkan untuk
mencapai tujuan tersebut.
Kegiatan ekonomi dilakukan oleh segenap lapisan
masyarakat dan menyangkut banyak pihak. Pihak-pihak ini
dapat digolongkan sebagai kelompok rumah tangga
perusahaan yang berfungsi sebagai produsen, kelompok
rumah tangga individu yang berfungsi sebagai konsumen
barang dan jasa, dan kelompok rumah tangga pemerintah
yang berfungsi sebagai pengatur dan pengawas jalannya roda
perekonomia.
Masing-masing kelompok dan anggota kelompok
mempunyai kewajiban untuk berusaha, baik secara sendiri-
sendiri maupun bersama-sama merealisasikan ttercapainya
tujuan tersebut, dan tujuan tersebut merupakan tujuan
jangka panjang, sehingga untuk mencapainya harus
dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan.
Untuk mengetahui apakah usaha itu sudah
menuju kearah yang benar dan sesuai intensitas yang
diinginkan perlu adanya alat pengukur yang sifatnya
objektif dan dapat diandalkan yang benar-benar tepat
dalam arti:
1) Mampu mengukur secara objektif dan benar
keberhasilan usaha yang ingin diukur.
2) Mampu mengukur secara objektif dan benar
keberhasilan usaha yang menyeluruh.
3) Mampu mengukur secara objektif dan benar
keberhasilan usaha secara akurat.
Sejauh ini alat pengukur yang sering digunakan
untuk mengetahui secara kuantitatif arah, intensitas
dan kecepatan keberhasilan usaha yang dicapai adalah
Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau
yang sering dikenal sebagai Pendapatan Nasional.
Sebenarnya Pendapatan Nasional lebih ditujukan untuk
mengukur kemakmuran materiil masyarakat secara
kuantitatif.
Pendapatan Nasional
Pendapatan Nasional adalah Jumlah seluruh
produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu
Negara dalam jangka waktu satu tahun.
Istilah-istilah Pendapatan:
1) Produk Nasional Bruto (PNB)
2) Produk Nasional Netto (PNN)
3) Pendapatan Nasional (PN)
4) Pendapatan Pribadi (PPI)
5) Pendapatan Siap Pakai (PSP)
Hubungan kelima Pendapatan tersebut adalah:
PNB = ……………………..
Defresiasi = …………………….. –
PNN = ……………………..
Pajak Tidak Langsung = ......................... –
PN = ……………………..
Asuransi = …………………….. –
Pajak Perseroan = …………………….. –
Laba Tidak di bagi = …………………….. –
Pembayaran Transfer = …………………….. +
Bunga Netto = …………………….. +
PPI = ……………………..
Pajak Pribadi = …………………….. –
PSP (Disposable Income) = ……………………..
Untuk menghitung besarnya Pendapatan Nasional suatu
Negara dapat dilakukan 3 macam cara:
1) Production Approach : Suatu cara untuk menghitung besarnya
pendapatan suatu Negara dengan jalan menjumlahkan dari
hasil produksi dari semua sector yang ada dinegara tersebut
selama satu tahun.
2) Expenditure Approach : Menghitung besarnya pendapatan
nasional dengan jalan menghitung besarnya pengeluaran
pemerintah, konsumen dan produsen satu tahun.
3) Income Approach : Menghitung besarnya pendapatan nasional
dengan jalan menghitung dari semua pendapatan atau
penghasilan semua sector yang ada dinegara tersebut dalam
waktu satu tahun.
Di Indonesia untuk menghitung Pendapatan Nasional
menggunakan pendekatan pengeluaran 3 pelaku ekonomi
(Expenditure Approach) ditambah sector luar negeri.
a) Sektor Rumah Tangga Keluarga disebut sektor
konsumen. Pengeluaran yang dilakukan sektor ini
disebut pengeluaran Konsumsi (Consumtion
Expenditure)/C.
b) Sektor Perusahaan disebut sektor produsen/business
sector. Pengeluaran yang dilakukan oleh sector ini
disebut Investasi/I.
c) Sektor Pemerintah disebut Goverment Sector.
Pengeluarannya disebut Government Expenditure (GE)
d) Sektor Perdagangan Luar Negeri/Foreign Trade (X – M)
Akhirnya dapat disimpulkan disini bahwa
Pendapatan Nasional intinya dapat diungkapkan dalam
bentuk persamaan matematik yang dapat kita sebut
sebagai kesamaan Produk Nasional.

Y = C + I + G + (X – M)

Jadi Pendapatan Nasional dipengaruhi oleh variabel-


variabel tersebut.
Konsumsi dan Tabungan
Motif berkonsumsi : Ahli Ekonomi Keynes
berpendapat bahwa pengeluaran untuk konsumsi ditentukan
oleh besar kecilnya pendapatan individu, semakin tinggi
pendapatannya semakin besar tingkat konsumsinya. Selain
itu tingkat pendapatan juga mempengaruhi Tabungan,
karena tabungan adalah sisa pendapatan yang tidak
dikonsumsi atau konsumsi yang ditunda.
Hubungan fungsionil antara Konsumsi dengan tingkat
Pendapatan dan antara Tabungan dengan Pendapatan Fungsi
Konsumsi dan Fungsi Saving, secara matematis dapat ditulis:
Fungsi Konsumsi : C = b Y
Ini kalau perubahan pendapatan selalu diikuti oleh
perubahan konsumsi secara proporsional.
Tetapi dalam jangka pendek konsumsi dapat terjadi
walaupun tidak ada pendapatan artinya pada tingkat
pendapatan sebesar Nol. Dengan demikian secara
matematis fungsi konsumsi dapat ditulis sebagai berikut:

C = Co + b Y atau C = a + b Y

C= Pengeluaran untuk konsumsi


a= Konstanta/konsumsi pada saat pendapatan sebesar nol
b= Marjinal Propensity to Consume/MPC
MPC/b =∆ C
∆Y
Sifat MPC adalah:
1) Angka MPC pada umumnya lebih kecil dari satu (MPC < 1)
2) Angka MPC lebih besar dari pada 0,5
3) MPC mempunyai tanda positif.

Apabila : C= a + b Y dan Y= C + S
C= Y – S
S= Y – C
Karena, b + (I – b)= I maka MPC + MPS = I
MPC = I – MPS
MPS = I - MPC
Atau, MPC/b = ∆ C dan MPS = ∆ S
∆Y ∆Y

Selain itu juga dikenal pengertian:

APC = Avarage Propensity To Consume = C


Y
APS = Avarage Propensity To Save = S
Y
Dalam diagram fungsi Konsumsi dan fungsi Saving
dapat digambarkan sebagai berikut:
C=Y

C=a+bY

S = -a + (1 – b)
E Y
E = Titik perpotongan antara fungsi Konsumsi
dengan garis penolong.
C = Y disebut titik impas (BEP), karena titik itu
menunjukkan semua pendapatan habis dikonsumsikan.
- Disebelah kiri titik E…..Y < C, merupakan daerah dis
saving atau tabungan negatif.
- Disebelah kanan titik E…..Y > C, daerah terjadinya
tabungan.

Anda mungkin juga menyukai