Anda di halaman 1dari 17

LEMBAR KERJA AGENDA II

NAMA : SETIA GUNAWAN, A.Md


INSTANSI : DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA
JABATAN : KEPALA SEKSI PENGEMBANGAN KEMITRAAN
EKONOMI DAN KAWASAN PERDESAAN

A. TUSI dan Identifikasi ISU :

1. Tusi FASILITASI KERJA SAMA ANTAR DESA


Isu : Belum Optimalnya Fasilitasi Kerja Sama Antar Desa
Sebab : 1. Kerjasama yang di sepakati dengan membentuk Badan Kerja Sama
Antar Desa yang sering disebut dengan BKAD kurang memahami
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 96 Tahun 2017 tentang Tata
Cara Kerja Sama Desa Di Bidang Pemerintahan Desa.
2. Bidang kerjasama yang dilaksanakan masih pada kegiatan
peningkatan kapasitas aparatur desa bukan pada masyarakat desa dan
kadang tidak berkesuaian dengan Peraturan yang dikeluarkan oleh
Kementerian Desa PDTT RI tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa
yang setiap tahun selalu ada yg berbeda
Tusi : FASILITASI PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
Isu : 1. pembentukan kawasan perdesaan yang tidak berdasarkan pada
masalah dan potensi kawasan perdesaan
2. Kawasan Perdesaan yang terbentuk tidak melalu tahapan pengusulan
dari desa, melainkan program yang dicanangkan oleh pemerintah
pusat sehingga ada beberapa Pemerintahan Desa tidak mengetahui.
3. Tim Koodinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan Kabupaten
mengalami perubahan komposisi keanggotaan karena perubahan
Struktur Organisasi dan Tata Kelola (SOTK) Perangkat Daerah yang
menjadi bagian dari Tim Koodinasi Pembangunan Kawasan
Perdesaan Kabupaten.
4. kurangnya koordinasi antar SKPD yang terkait Program Kerja dari
Organisasi Perangkat Daerah dalam Pembangunan Kawasan
Perdesaan.
3. Tusi FASILITASI PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN POTENSI DESA
Isu : 1. Potensi desa tidak terjabarkan dalam RPJM Desa
2. Potensi yang sudah diakomodir di dalam RPJM Desa belum di tindak
lanjuti dalam bentuk Peraturan Desa atau Peraturan Kepala Desa.
3. Pengeoptimalan potensi desa sebagai upaya peningkatan
perekonomian desa belum dikelola secara profesional dengan
melibatkan BUM Desa / BUM Desa Bersama
4. Tusi FASILITASI PEMERINTAH DESA DALAM PEMANFAATAN
TEKNOLOGI TEPAT GUNA
Isu : 1. Tidak dimasukan program pembentukan POSYANTEK Desa pada
RPJM Desa
2. POSYANTEK yang sudah terbentuk tidak di optimalkan dengan
melibatkan generasi muda dan masyarakat yang memiliki inovasi
3. Kurang kemampuan meningkatkan mutu inovasi pada kegiatan lomba
Teknologi Tepat Guna baik tingkat Kabupaten, Provinsi maupun
Nasional
5. Tusi FASILITASI TRANSFORMASI UPK SPP PNPM MPd MENJADI
BUMDESMA
Isu : 1. kurangnya pemahaman terkait ada nya Undang-Undang Cipta Kerja
2. ada nya ego dari pengurus UPK SPP PNPM MPd sehingga tidak mau
bertransformasi menjadi BUMDES Bersama
3. dalam tuntutan judicial review terhadapa Undang-Undang Cipta
Kerja tidak ada satupun yang mengreview terkait transformasi UPK
SPP PNPM MPd

1. Menyusun Program Kegiatan Fasilitasi Kerja Sama Antar Desa.


Identifikasi Isu :
a. Kerja sama yang di sepakati dengan membentuk Badan Kerja Sama Antar Desa
yang sering disebut dengan BKAD kurang memahami Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 96 Tahun 2017 tentang Tata Cara Kerja Sama Desa Di Bidang
Pemerintahan Desa.
b. Bidang kerja sama yang dilaksanakan masih terpusat pada peningkatan kapasitas
aparatur desa bukan pada masyarakat desa dan kadang tidak berkesuaian dengan
Peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Desa PDTT RI tentang Prioritas
Penggunaan Dana Desa yang setiap tahun selalu ada yg berbeda.
c. Implementasi dari pelaksanaan kerja sama anta desa menghasil pembangunan
kawasan perdesaan yang mengolah potensi desa dan potensi desa untuk
kesejahteraan masyarakat desa

2. Menyusun Program Kegiatan Fasilitasi Pembangunan Kawasan Perdesaan


Identifikasi Isu :
a. pembentukan kawasan perdesaan yang tidak berdasarkan pada masalah dan
potensi kawasan perdesaan
b. Kawasan Perdesaan yang terbentuk tidak melalu tahapan pengusulan dari desa,
melainkan program yang dicanangkan oleh pemerintah pusat sehingga ada
beberapa Pemerintahan Desa tidak mengetahui.
c. Tim Koodinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan Kabupaten mengalami
perubahan komposisi keanggotaan karena perubahan Struktur Organisasi dan Tata
Kelola (SOTK) Perangkat Daerah yang menjadi bagian dari Tim Koodinasi
Pembangunan Kawasan Perdesaan Kabupaten.
d. kurangnya koordinasi antar SKPD yang terkait Program Kerja dari Organisasi
Perangkat Daerah dalam Pembangunan Kawasan Perdesaan.

3. Menyusun Program Kegiatan Fasilitasi Pemetaan dan Pengembangan Potensi Desa


Identifikasi Isu :
a. Potensi desa tidak termuat di dalam RPJM Desa
b. Potensi yang sudah diakomodir di dalam RPJM Desa belum di tindak lanjuti
dalam bentuk Peraturan Desa atau Peraturan Kepala Desa.
c. Pengoptimalan potensi desa sebagai upaya peningkatan perekonomian desa belum
dikelola secara profesional dengan melibatkan BUM Desa / BUM Desa Bersama
4. Menyusun Program Kegiatan Fasilitasi Pemerintah Desa Dalam Pemanfaatan
Teknologi Tepat Guna
Identifikasi Isu :
a. Tidak dimasukan program pembentukan POSYANTEK Desa pada RPJM Desa
b. POSYANTEK yang sudah terbentuk tidak di optimalkan dengan melibatkan
generasi muda dan masyarakat yang memiliki inovasi
c. Kurang kemampuan meningkatkan mutu inovasi pada kegiatan lomba Teknologi
Tepat Guna baik tingkat Kabupaten, Provinsi maupun Nasional

5. Menyusun Program Kegiatan Fasilitasi Transformasi UPK SPP PNPM MPd menjadi
BUMDES Bersama
a. kurangnya pemahaman terkait ada nya Undang-Undang Cipta Kerja
b. ada nya ego dari pengurus UPK SPP PNPM MPd sehingga tidak mau
bertransformasi menjadi BUMDES Bersama.
c. dalam tuntutan judicial review terhadapa Undang-Undang Cipta Kerja tidak ada
satupun yang mengreview terkait transformasi UPK SPP PNPM MPd

B. PROSES PENAPISAN ISU DENGAN APKL dan USG

Tabel
APKL (AKTUAL, PROBLEMATIK, KEKHALAYAKAN, LAYAK)
Indikator
No Isu Total Urutan
A P K L Prioritas
1. Kerjasama yang di sepakati dengan
membentuk Badan Kerja Sama
Antar Desa yang sering disebut
dengan BKAD kurang memahami
Peraturan Menteri Dalam Negeri 5 5 5 4 19 I
Nomor 96 Tahun 2017 tentang
Tata Cara Kerja Sama Desa Di
Bidang Pemerintahan Desa
2. Bidang kerjasama yang
dilaksanakan masih pada kegiatan
peningkatan kapasitas aparatur
desa bukan pada masyarakat desa
dan kadang tidak berkesuaian
dengan Peraturan yang dikeluarkan
oleh Kementerian Desa PDTT RI 4 5 5 4 18 2
tentang Prioritas Penggunaan Dana
Desa yang setiap tahun selua ada
yg berbeda

3. pembentukan kawasan perdesaan


yang tidak berdasarkan pada
masalah dan potensi kawasan 4 5 4 4 17 3
perdesaan
4. Kawasan Perdesaan yang terbentuk
tidak melalu tahapan pengusulan
dari desa, melainkan program yang
dicanangkan oleh pemerintah pusat
sehingga ada beberapa 4 4 4 4 16
Pemerintahan Desa tidak
mengetahui

5. Tim Koodinasi Pembangunan


Kawasan Perdesaan Kabupaten
mengalami perubahan komposisi
keanggotaan karena perubahan
Struktur Organisasi dan Tata
Kelola (SOTK) Perangkat Daerah 4 4 4 3 15
yang menjadi bagian dari Tim
Koodinasi Pembangunan Kawasan
Perdesaan Kabupaten

6. kurangnya koordinasi antar SKPD


yang terkait Program Kerja dari
Organisasi Perangkat Daerah 4 4 3 3 14
dalam Pembangunan Kawasan
Perdesaan
7. Potensi desa tidak termuat di dalam
RPJM Desa 4 3 3 3 13
8. Potensi yang sudah diakomodir di
dalam RPJM Desa belum di tindak
lanjuti dalam bentuk Peraturan 3 3 3 3 12
Desa atau Peraturan Kepala Desa

9. Pengeoptimalan potensi desa


sebagai upaya peningkatan
perekonomian desa belum dikelola
3 3 3 2 11
secara profesional dengan
melibatkan BUM Desa / BUM
Desa Bersama
10. Tidak dimasukan program
pembentukan POSYANTEK Desa 3 3 2 2 10
pada RPJM Desa
11. POSYANTEK yang sudah
terbentuk tidak di optimalkan
dengan melibatkan generasi muda 3 3 2 2 10
dan masyarakat yang memiliki
inovasi
12 Kurang kemampuan meningkatkan
mutu inovasi pada kegiatan lomba
Teknologi Tepat Guna baik tingkat
Kabupaten, Provinsi maupun 3 3 2 2 10
Nasional

13. kurangnya pemahaman terkait ada


nya Undang-Undang Cipta Kerja
3 3 2 2 10

14. ada nya ego dari pengurus UPK


SPP PNPM MPd sehingga tidak
mau bertransformasi menjadi 3 3 2 2 10
BUMDES Bersama

15. dalam tuntutan judicial review


terhadapa Undang-Undang Cipta
Kerja tidak ada satupun yang
mengreview terkait transformasi 3 3 2 2 10
UPK SPP PNPM MPd
Untuk menentukan Isu terpilih/ isu prioritas digunakan Alat tapisan isu Ke 2 : USG
(URGENSI, SERIOUS, GROWTH) terhadap 3 (tiga) isu prioritas, sebagaimana
tabel berikut :

Tabel
Tapisan ISu dengan USG (Urgensi, Serious,Growth)
Indikator Urutan
No Isu Total Prioritas
U S G
1 Kerjasama yang di sepakati dengan
membentuk Badan Kerja Sama Antar
Desa yang sering disebut dengan
BKAD kurang memahami Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 96 5 5 5 15 I
Tahun 2017 tentang Tata Cara Kerja
Sama Desa Di Bidang Pemerintahan
Desa

2 Bidang kerjasama yang dilaksanakan


masih pada kegiatan peningkatan
kapasitas aparatur desa bukan pada
masyarakat desa dan kadang tidak
berkesuaian dengan Peraturan yang
dikeluarkan oleh Kementerian Desa 5 5 4 14 2
PDTT RI tentang Prioritas
Penggunaan Dana Desa yang setiap
tahun selua ada yg berbeda

3 pembentukan kawasan perdesaan


yang tidak berdasarkan pada masalah
dan potensi kawasan perdesaan 5 4 4 113 3

ISU Terpilih :
Kerjasama yang di sepakati dengan membentuk Badan Kerja Sama Antar Desa yang
sering disebut dengan BKAD kurang memahami Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 96 Tahun 2017 tentang Tata Cara Kerja Sama Desa Di Bidang Pemerintahan
Desa.
C. ANALISA ISU DENGAN DIAGRAM POHON / TREE ANALYSIS
Merupakan teknik utk mengidentifikasi dan menganalisis masalah dalam suatu
situasi tertentu dan memperagakan informasi ini sebagai hubungan sebab akibat.
Tree analysis merupakan salah satu teknik analisis dalam rangka pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan dalam menentukan topik rancangan aksi perubahan
pada Seksi Pengembangan Kemitraan Ekonomi dan Kawasan Perdesaan Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupten Banjar.
Analisis menggunakan 5 M (Dll) Man : SDM. Money : Anggaran , Metode :
Material ; market

1. POHON MASALAH
2. POHON SASARAN
Langkah selanjutnya adalah menyusun gambar pohon sasaran untuk menentukan sasaran-
sasaran yang harus diwujudkan.
3. POHON ALTERNATIF

Dalam rangka mewujudkan sasaran tersebut digunakan analisis pohon alternatif


yaitu teknis untuk mengidentifikasi alternatif-alternatif pemecahan masalah atau tindakan
yang dapat diambil untuk mewujudkan sasaran tertentu.
Tiga alternatif kegiatan tersebut, kemudian dianalisa menggunakan analisa
Benefit Cost Ratio (BCR). Analisa ini digunakan untuk melihat sejauh mana
perbandingan antara nilai manfaat terhadap nilai biaya. Adapun hasil analisa BCR dapat
dilihat pada tabel berikut :

Tabel
Benefit, Cost, Ratio (BCR)

ALTERNATIF KEGIATAN B C R
Memberikan fasilitasi pendampingan
konsultatif kerja sama antar desa secara 4 4 1.5
tatap muka
Melakukan Sosialisasi Peraturan
Perundang-undangan tentang kerja sama 4 3 1.3
desa
Melaksanakan Fasilitasi dengan
pendekatan model blended learning 4 4 1

Keterangan :
1. Tiap kriteria yang diberi skala nilai antara 1 – 5 atau 1 - 10.
2. Ratio = Manfaat/Biaya.
3. Alternatif yang dipilih adalah yang rationya tertinggi.

INOVASI ( Memenuhi FIL )

Optimalisasi Fasilitasi Kerja Sama Antar Desa melalui Kerja Sama Antar Desa Dan
Pengembangan Kawasan Perdesaan Menuju Kabupaten Banjar Yang Maju Mandiri Dan
Agamis (KAKA MANIS)
Pada Seksi Pengembangan Kemitraan Ekonomi dan Kawasan Perdesaan
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabuoaten Banjar.

D. Deskripsi inovasi
1. KEBARUAN / KEUNGGULAN INOVASI
Fasilitasi pendampingan konsulitatif kerja sama antar desa dengan tatap muka
dilaksanakan guna mmberikan pelayanan kepada aparatur pemerintahan desa yang
ingin melaksanakan kerja sama antar desa. Fasilitasi dilaksanakan karena masih
banyaknya Aparatur pemerintahan desa yang kurang begitu memahami dan
mengusai peraturana perundang-undangan yang menjadi pedomana pelaksanaan
kerja sama antar desa dan masih terdapatnya desa yang blank spot sehingga jar ingan
internet yang mendukung konsultasi secara online sangat tidak memungkin,
sehingga diperlukan fasilitasi tatap muka yang disediakan tempat khusus dengan
model meja konsultasi. Meja konsultasi nanti nya akan diberi nama KERJA SAMA
ANTAR DESA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN MENUJU
KABUPATEN BANJAR YANG MAJU MANDIRI DAN AGAMIS yang disingkat
menjadi KAKA MANIS :
a. Tim Fasilitasi Konsulidasi merupakan Pejabat setingkat Kepala Bidang, Kepala
Seksi dan Staf Pelaksana dan Tenaga Ahli P3MD.
b. Aparataur Pemerintahan Desa dalam bisa ddari Unsur Pemerintah Desa mauan
Badan Pemusyawaratan Desa..
c. Aparatur Pemerintahan Desa mengisi buku tamu secara online dengan
menggunakan google form.
d. Aparatur Pemerintahan Desa akan diberikan fasilitasi sesuai dengan jadwal
anggota Tim Fasilitasi Konsulidasi yang bertugas pada saat itu.
e. Permintaan terhadap pelayanan terhadap Tim Fasilitasi Konsulidasi tertentu
dapat diberikan sepanjang anggota Tim tersebut tidak dalam tugas kedinasan
lainnya.
.
2. KEMANFAATAN
Kegiatan Faslitasi Konsulidasi KAKA MANIS ini dilaksanakan sebentuk kegiatan
yang menampung aspirasi aparatur pemerintahan desa yang ingin melaksanakan kerja
sama antar desa namun tidak menutup kemungkin ada nya konsultasi diluar dari
tematik konsultasi seperti halnya konsultasi tentang BUM Desa atau BUM Desa
Bersama, tentang Pengembangan Produk Unggulan, atau permasalahan desa lainnya.

3. KEBERLANJUTAN
Kegiatan Fasilitasi Konsulidasi yang merupakan role model bentuk sosialisasi
kerja sama antar desa, dimasa mendatang akan dilaksanakan terus, karena kegiatan ini
sudah menjadi Program Kegiatan dalam DPA bidang Ekonomi Kemitraan dan
Kawasan Perdesaan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Banjar.
Pada tahun 2024 kegiatan fasilitasi konsulidasi ini akan dilaksanakan .

E. Tahapan / Milestone / Strategi Pemecahan masalah

A. TAHAP PERSIAPAN

1. Melaksanakan Konsultasi dengan Kepala Dinas Pemberdayaan


Masyarakat dan Desa Kabupaten Banjar / mentor

2. Melakukan Konsultasi dengan Kabid


3. Melaksanakan Rapat penyusunan tim di bidang, pembagian tugas,
pembuatan SK tim rancangan aksi perubahan
4. Melaksanakan konsulidasi dengan bidang lainnya
5. Melaksanakan konsulidasi dengan kecamatan
6. Melaksanakan Rapat persiapan pelaksanaan dengan tim rancangan aksi
perubahan.
7. Persiapan materi dan bahan untuk rancangan aksi perubahan

B. TAHAP PELAKSANAAN
1. Konsultasi dan diskusi dengan Mentor dan Coach
2. Sosialisasi untuk semua kepala desa dengan bersurat kedesa masing-
masing melalui pihak kecamatan
3. Melaksanakan identifikasi dan penyebarluasan informasi terkait aksi
perubahan KAKA MANIS
4. Melaksanakan rapat koordinasi bersama seluruh bidang dan Tim
Fasilitasi Konsulidasi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Kabupaten Banjar.

C TAHAP EVALUASI
1. Monitoring dan evaluasi berupa kunjungan sampling ke beberapa desa
yang telah melaksanakan konsultasi pada Fasilitasi Konsulidasi KAKA
MANIS.
2. Mengolah data hasil monitoring dan evaluasi

F. Peta SH dan Pemanfaatan

Identifikasi Stakeholder Internal

Stake
No Peran Strategi Resiko dan Antisipasi
holder
1 Kepala Pengarah Memberikan petunjuk untuk Tidak disetujui, apabila tidak
Dinas mengadakan kegiatan sesuai atau tidak sejalan dengan
Fasilitasi Konsulidasi apa yang dimaksud oleh Kepala
terhadap pelaksanaan kegiatan Dinas. Antisipasinya adalah
kerja sama anatar desa. dengan selalu
mengkoordinasikan / melaporkan
setiap langkah kegiatan kepada
Kepala Dinas dan apabila
terdapat permasalahan antar
bidang agar dilakukan
konsulidasi untuk memberikan
saran alternatif lainnya.
2 Kabid Mentor 1. Menjabarkan petunjuk Tidak disetujui, apabila tidak
Ekonomi dari Kepala Dinas sesuai atau tidak sejalan dengan
Kemitraan untuk melaksanakan apa yang dimaksud oleh Kepala
dan kegiatan Fasilitasi
Konsulidasi KAKA Bidang, Antisipasinya adalah
Kawasan selalu
Perdesaan MANIS.
2. Mengadakan rapat mengkoordinasikan/melaporkan
awal pembentukan setiap langkah kegiatan kepada
Tim Fasilitasi Konsulidasi Kepala Bidang, dan apabila
KAKA MANIS fasilitas yang dikehendaki tidak
3. Mengadakan survei tersedia di Kantor/ Bidang, maka
kepuasan terhadap mencari alternatif lainnya.
Kegiatan Fasilitasi
Konsulidasi KAKA
MANIS pada Aparatur
Pemerintahan Desa.

3 Pelaksana Notulen  Menyiapkan surat Pekerjaan terbagi dengan


Bidang undangan rapat Pendapat pekerjaan administrasi lainnya,
Ekonomi yang berkembang dalam sehingga tidak fokus.
Kemitraan rapat awal. Antisipasinya adalah
dan memperdayakan Staf Teknis dan
Kawasan tenaga Freeline kegiatan untuk
Perdesaan membantu.

4 Pelaksana Absensi  Menyiapkan absensi rapat


Dinas  Menyiapkan konsumsi
Pemberda rapat
yaan  Menyiapkan materi
Masyarak  Mendokumentasikan
at dan pelaksanaan kegiatan rapat
Desa
Kabupate
n Banjar
Identifikasi Stakeholder Eksternal

Stake
No Peran Strategi Resiko dan Antisipasi
holder

1 Bidang lainnya Anggota Berperan aktif dalam Kurangnya informasi yang


pada Dinas memberikan data dan diterima terkait aksi
Pemberdayaan informasi akurat karena perubahan Fasilitasi
Masyarakat dan masing-masing Konsulidasi KAKA
Desa Kabupaten stakeholder ini mewakili MANIS, maka
Banjar komunitasnya. dilaksanakan sosialisasi
tingkat dinas.
2 Kecamatan Anggota Sebagai garda terdepan Informasi yang
dalam penyampaian disampaikan tidak dipahami
informasi terkait kegiatan secara utuh oleh Aparatur
Fasiltasi Konsulidasi Pemerintahan Desa, sebagai
KAKA MANIS antisipasi nya adalah dengan
membuat surat edaran yang
dapat di sebar luaskan ke
desa-desa

G. Penerapan Pemimpin Perubahan yang berkelas dunia dan ber Akhlak

Karakteristik ASN Berkelas Dunia menurut Agus Dwiyanto (2015), adalah mereka
memenuhi karakter Profesional, memiliki integritas, ber Orientasi Kepublikan dan
memiliki Budaya Pelayanan yang tinggi, Memiliki Wawasan Global. Menurut Sunil
Thawani (2019) Kepemimpinan yang mendorong Pelayanan Berkelas Dunia adalah
Kemampuan untuk “mendengarkan”, membantu, peduli, Meningkatkan Rencana Jangka
Panjang, Menambah wawasan dan masukan berharga dari perusahaan swasta
terkemuka, Menciptakan fleksibilitas dalam memanfaatkan Sumberdaya yang ada,
Melatih karyawan untuk lebih menguasai bagaimana memberikan pelayanan yang
berkualitas, Menghindarkan pegawai dari ketakutan untuk berinovasi, Menjauhkan
tindakan yang tidak efisien. Philip Kotler (2010) menegaskan tidak cukup untuk
sekedar memuaskan konsumen, tetapi buatlah mereka bersuka ria, dan untuk menjadi
pribadi yang HIGH PERFORM seseorang harus melakukan pekerjaan dengan Jelas,
Bersemangat, Bermanfaat dan Penuh Keteguhan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka
indikator implementasi bagi pejabat pengawas/subkoordinator yang berkelas dunia
sebagai berikut:
1. Antusias Terhadap Inovasi, memiliki Wawasan luas , dan siap menerima Masukan
2. Menunjukkan Kepekaan dan Kepedulian
3. Bekerja Secara Cepat dan Efisien
4. Mengambil Peran Secara Jelas dan Profesional
5. Sebagai Teladan Dalam Perubahan

Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatur Sipil Negara, adalah
dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan
ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), Pemerintah telah
meluncurkan Core Values(Nilai-Nilai Dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding
(Bangga Melayani Bangsa) tak terkecuali Pejabat Pengawas perlu panduan perilaku untuk
menjalankan tugas fungsinya dengan rumusan sebagai berikut :
Tabel 1

Anda mungkin juga menyukai