Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“PENDAPATAN NASIONAL DALAM PENDEKATAN EKONOMI


ISLAM”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


EKONOMI MAKRO ISLAM

Dosen Pengampu : Pertiwi Utami, M.E

Penyusun :
Novita Khoiriyati (2101020002)
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

SEKOLAH TINGGI EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (STEBI)


LAMPUNG
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin. Tiada tempat untuk mengucapkan puji syukur penyusun mohonkan


kepada Allah SWT kerena atas berkah dan rahmat-Nya penulis telah dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Pendapatan Nasional dalam Pendekatan Ekonomi Islam”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
memberikan penerang dan ilmu pengetahuan kepada umatnya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mengambil materi dari buku-buku dan media lain
terutama yang berkaitan “Pendapatan Nasional dalam Pendekatan Ekonomi Islam”.

Penulisan dan penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Pertiwi Utami, M.E selaku dosen
mata kuliah Ekonomi Makro Islam dan teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam
penyelesaian makalah ini.

Dikarenakan tidak memungkinkannya penjabaran secara menyeluruh, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di masa yang akan
datang.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Pesawaran, April 2023

Penulis

EKONOMI MAKRO ISLAM | 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
C. Tujuan Pembahasan ................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pendapatan Nasional ............................................................................................... 6
B. Konsep Pendapatan Nasional .................................................................................. 7
C. Metode Perhitungan Pendapatan Nasional .............................................................. 8
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ....................................................................................................... 12
B. SARAN ................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 13

EKONOMI MAKRO ISLAM | 3


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Untuk mengukur keberhasilan perekonomian suatu negara salah satunya dapat dilihat
dari angka pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dari
kenaikan besarnya pendapatan nasional pada periode tertentu. Oleh karena itu, nilai dari
pendapatan nasional ini merupakan gambaran dari aktivitas ekonomi secara nasional pada
periode tertentu. Tingginya tingkat pendapatan nasional dapat mencerminkan besarnya
kapasitas produksi tersebut dapat menunjukkan tingginya tingkat kemakmuran masyarakat
dalam suatu negara. Baik negara yang sedang berkembang maupun negara-negara maju,
semua menginginkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Pendapatan nasional merupakan tolak ukur yang paling baik untuk menunjukkan
keberhasilan dan kegagalan perkonomian suatu negara, dari tingkat kesempatan kerja, tingkat
harga barang, dan posisi neraca pembayaran luar negeri, serta pendapatan perkapitanya. Jika
faktor-faktor yang memengaruhi tersebut menunjukkan posisi yang sangat menguntungkan
atau positif, maka tingkat keberhasilan atau tingkat kemajuan ekonomi suatu negara akan
mudah tercapai, dan begitu pula sebaliknya.

Dalam perhitungan ekonomi Islam terdapat prinsip yang harus dipegang teguh dalam
perhitungan pendapatan nasional agar tujuan negara dapat terlaksanakan dengan baik dan
masyarakat mendapatkan kesejahteraan serta kebahagiaan dalam bernegara.

Pendapatan nasional secara sederhana dapat diartikan sebagai jumlah barang dan jasa
yang dihasilkan suatu negara pada periode tertentu biasanya satu tahun. Istilah yang terkait
dengan pendapatan nasional beragam antara lain: Produk Domestik Bruto (Gross Domestic
Product/GDP), Produk Nasional Bruto (Gross National Product/GNP), serta Produk Nasional
Neto (Net National Product/NNP).1

1
Huda, N. (2018). Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoretis. Jakarta: Kencana.

EKONOMI MAKRO ISLAM | 4


B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian pendapatan nasional?


2. Bagaimana konsep pendapatan nasional?
3. Bagaimana metode perhitungan pendapatan nasional?

C. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui pengertian pendapatan nasional.


2. Mengetahui konsep pendapatan nasional.
3. Mengetahui metode perhitungan pendapatan nasional.

EKONOMI MAKRO ISLAM | 5


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendapatan Nasional

Pendapatan nasional adalah nilai total produksi barang dan jasa akhir yang dihasilkan
suatu perekonomian selama periode tertentu yang dihasilkan dari sebuah proses interaksi
antar berbagai komponen pelaku ekonomi. Adapun pendapatan nasional menurut Mukti
Hakim adalah jumlah dari semua pendapatan yang diterima oleh orang-orang di suatu negara
selama satu tahun.

Dalam ilmu ekonomi konvensional, pendapatan nasional dapat dihitung dengan


menggunakan jumlah GNP (Gross Nastional Produk). Dari pembelajaran teori ekonomi
makro kita pahami untuk mengukur besarnya GNP berdasarkan dari 3, yakni pengeluaran
untuk membeli barang dan jasa, nilai barang dan jasa akhir, dan faktor produksi dengan
menjumlahkan penerimaan yang diterima oleh pemilik faktor produksi (upah, bunga, sewa,
keuntungan).

Berbeda dengan ekonomi Islam pendapatan nasional yang diterapkan melalui GNP
lebih menekankan kepada falah. Falah merupakan kesejahteraan yang hakiki, di mana
komponen spiritual masuk ke dalam falah tersebut. Dalam ekonomi Islam peningkatan GNP
diwujudkan pada kesejahteraan masyarakat dalam rangka agar mencapai falah, karena itu
semua aspek dari kegiatan duniawi termasuk aspek ekonomi diarahkan tidak hanya untuk
memenuhi tuntutan fisik tetapi juga memenuhi kebutuhn spiritual.

Konsep ekonomi kapitalis yang mengukur tingkat pendapatan nasional untuk GNP
jelas akan mengabaikan kegiatan spiritual umat manusia. Pola dan proses pembangunan
ekonomi diarahkan semata-mata untuk pendapatan perkapital, hal ini akan mengarahkan
manusia ke konsumsi fisik yang cenderung hedonis. Maka dari itu, ekonomi Islam yang
sudah diatur dalam Alquran dan Assunah memasukkan unsur falah dalam upaya peningkatan
pendapatan nasional melalui beberapa kebijakan yang pernah diterapkan pada masa
Rasulullah dan Khulafaurasyidin serta pada awal periode Islam seperti menerapkan instrumen

EKONOMI MAKRO ISLAM | 6


zakat, wakaf, dan sedekah dari hal inilah yang diperlukan untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat.2

B. Konsep Pendapatan Nasional

1. PNB/GNP (Produk Nasional Bruto/Gross National Bruto), merupakan total nilai


produk dan layanan yang dihasilkan oleh masyarakat suatu negara dalam periode
tertentu (biasnya setahun). Ini termasuk produksi dalam negeri dan barang serta
layanan yang berada di luar negara. Serta menerima barang impor dari luar negeri.
Rumus PNB/GNP = Produk bersih PDB di luar negeri
2. NNP (Net National Product), merupakan jumlah barang dan jasa yang diproduksi
oleh suatu masyarakat dalam kurun waktu tertentu, masyarakat tidak tinggal diam
menumpuk barang atau layanan.
Rumus NNP = depresi GNP
3. NNI (Net National Income), yaitu total pendapatan masyarakat setelah dikurangi
pajak tidak langsung. Masyarakat juga wajib membayar pajak kepada negara
untuk membantu mendanai pembangunan fasilitas negara.
Rumus NNI = NNP-Pajak tidak langsung
4. PI (Personal Income), mengacu pada semua pendapatan yang sebenarnya diterima
oleh sosial setelah pemotongan laba ditahan, premi asuransi, kontribusi asuransi
sosial, pajak pribadi dan mereka juga harus menerima atau membayar.
Rumus PI = (NNI + pembayaran transfer) – (keuntungan yang tidak
didistribusikan + uang asuransi + uang jaminan sosial + pajak pribadi)
5. DI (Disposible Income), merupkan opini yang diterima orang-orang, siap
digunakan oleh penerimanya. Apapun keputusan yang diambil pemerintah, opini
publik juga harus diterima.3
Rumus DI = PI – Pajak langsung

2
Apriliana, E. S. (2020). UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN NASIONAL DI TENGAH WABAH VIRUS CORONA
PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM. AL-IQTISHADIYAH Jurnal Ekonomi Syariah dan Hukum Ekonomi Syariah, 6(1), 19-
28.
3
Adinugraha, H. H., & dkk. (2021). Ekonomi Makro Islam. Pekalongan: PT. Nasya Expanding Management.

EKONOMI MAKRO ISLAM | 7


C. Metode Perhitungan Pendapatan Nasional
1. Perhitungan Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pengeluaran
Dilakukan dengan menjumlahkan permintaan akhir unit ekonomi, yaitu:
a) Rumah tangga berupa konsumsi (consumption/C)
b) Perusahaan berupa investasi (investment/I)
c) Pengeluaran pemerintah (government/G)
d) Pengeluaran ekspor dan import (export-import/X-M)
Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan ini biasa dituliskan
dalam bentuk persamaan sebagai berikut:
a. Y=C+I, untuk perekonomian tertutup tanpa peranan pemerintah.
b. Y=C+I+G, untuk perekonomian tertutup dengan peranan pemerintah.
c. Y=C+I+G+X-M, untuk perekonomian terbuka.
2. Perhitungan Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Produksi
Dilakukan dengan menjumlahkan nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah tertentu (satu tahun).
Penggunaan ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perhitungan ganda.
Sebagai contoh kita tidak akan memasukkan seluruh harga sebuah pakaian ke
dalam perhitungan pendapatan nasional dan kemudian juga memasukkan kain,
benang, ataupun kapas sebagai bagian dari perhitungan pendapatan nasional.
Komponen komponen pakaian seperti kain, benang, ataupun kapas merupakan
antara yang tidak dimasukkan dalam komponen perhitungan pendapatan nasional.
Jadi, yang dimasukkan dalam perhitungan pendapatan nasional hanya barang jadi
atau barang siap pakai.
Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi di Indonesia
dilakukan dengan menjumlahkan semua sektor industri yang ada yang
dikelompokkan kedalam 11 sektor atas dasar ISIC (International Standartd
Industrial Classsification) yang meliputi: a) Sektor produksi pertanian; b) Sektor
produksi pertambangan dan penggalian; c) Sektor industri manufaktur; d) Sektor
produksi listrik, gas, dan air minum; e) Sektor produksi bangunan; f) Sektor
produksi perdagangan, hotel, dan restoran; g) Sektor produksi transportasi dan
komunikasi; h) Sektor produksi bank dan lembaga keuangan lainnya; i) Sektor
produksi sewa rumah; j) Sektor produksi pemerintah dan pertahanan; k) Sektor
produksi jasa lainnya.
EKONOMI MAKRO ISLAM | 8
Dalam perkembangan selanjutnya perhitungan dengan pendekatan produksi
di Indonesia penyajiannya dikelompokkan dalam 9 sektor atau lapangan usaha,
yaitu: a) Pertanian; b) Pertambangan dan penggalian; c) Industri pengolahan; d)
Listrik, gas, dan air minum; e) Bangunan; f) Perdagangan, hotel, dan restoran; g)
Pengangkutan dan komunikasi; h) Keuangan, persewaan, dan jasa persewaan; i)
Jasa-jasa.
3. Perhitungan Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pendapatan
Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan,
dilakukan dengan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang ikut
serta dalam proses produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu
tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa
tanah, bunga modal dan keuntungan. Semua hitungan tersebut sebelum dipotong
pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Di dalam perhitungan ini tidak
termasuk faktor pendapatan, termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tidak
langsung neto. Jumlah semua komponen pendapatan ini menurut sektor disebut
sebagai nilai tambah bruto sektoral. Produk domestik bruto merupakan jumlah
dari nilai tambah bruto seluruh sektor (lapangan usaha). Jadi perhitungan
pendekatan ini berbeda dengan GNP.4

Hal-hal yang Dapat Diukur dengan Pendekatan Pendapatan Nasional Berdasarkan


Ekonomi Islam
Satu hal yang membedakan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya
adalah penggunaan parameter falah. Falah adalah kesejahteraan yang hakiki, kesejahteraan
yang sebenar-benarnya, di mana komponen-komponen rohanian masuk ke dalam pengertian
falah ini. Al-Falah dalam pengertian Islam mengacu kepada konsep Islam tentang manusia itu
sendiri.
Dalam Islam, esensi manusia ada pada rohaniahnya. Karena itu, seluruh kegiatan
duniawi termasuk dalam aspek ekonomi diarahkan tidak saja untuk memenuhi tuntutan fisik
jasadiyah melainkan juga memenuhi kebutuhan rohani di mana roh merupakan esensi
manusia. Setidaknya ada 4 hal yang semestinya bisa diukur dengan pendekatan pendapatan

4
Ulya, H. N. (2021). Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teori Makro Ekonomi Konvensional dan Islam.
Peklaongan: PT. Nasya Expanding Management.

EKONOMI MAKRO ISLAM | 9


nasional berdasarkan ekonomi Islam, sehingga tingkat kesejahteraan bisa dilihat secara lebih
jernih dan tidak bias. 4 hal tersebut adalah:
1. Pendapatan nasional harus dapat mengukur penyebaran pendapatan individu rumah
tangga
Kendati GNP dikatakan dapat mengukur kinerja kegiatan ekonomi yang terjadi di
pasar, GNP tidak dapat menjelaskan komposisi dan distribusi nyata dari output per
kapita. GNP tidak mampu mendeteksi kegiatan produksi yang tidak ditransisikan di
pasar. Itu artinya, kegiatan produktif keluarga yang langsung dikonsumsi dan tidak
memasuki pasar tidak tercatat di dalam GNP. Padahal kegiatan ini sangat memengaruhi
kesejahteraan individu. Di dalam penghitungan GNP konvensional, produksi barang-
barang mewah memiliki bobot yang sama dengan produksi barang-barang kebutuhan
pokok. Maka untuk lebih mendekatkan pada ukuran kesejahteraan, ekonomi Islam
menyarankan agar produksi kebutuhan pokok memiliki bobot yang lebih berat
dibanding produksi barang-barang mewah.
2. Pendapatan nasional harus dapat menukur produksi di sector pedesaan
Sangatlah disadari bahwa tidaklah mudah mengukur secara akurat produksi
komoditas subsisten, namun bagaimana pun juga perlu satu kesepakaan untuk
memasukkan angka produksi komoditas yang dikelola secara subsiten ke dalam
penghitungan GNP. Subsisten ini, khususnya pangan, sangatlah penting di negara-
negara muslim yang baru dalam beberapa dekade ini masuk dalam percaturan
perekonomian dunia. Untuk mengetahui tingkat produksi komoditas subsisten ini, harus
diketahui terlebih dahulu tingkat harga yang digunakan. Ketidakmampuan mendeteksi
secara akurat pendapatan dari sektor subsisten ini, jelas satu kelemahan yang harus
segera diatasi, karena disektor inilah bergantung nafkah rakyat dalam jumlah besar dan
di sinilah inti masalah dari distribusi pendapatan.
3. Pendapatan nasional harus dapat mengukur kesejahteraan
Ekonomi Islam adalah sangat penting untuk mengekspresikan kebutuhan efektif
atau kebutuhan dasar akan barang dan jasa sebagai presentase total konsumsi. Sungguh
menarik untuk mengkaji apa yang dilakukan Prof. William Nordhans dan James Tobin
dengan Measure for Economic Welfare (MEW), dalam konteks ekonomi barat. Kalau
GNP mengukur hasil, maka MEW merupakan ukuran dari konsumsi rumah tangga
yang memberi kontribusi kepada kesejahteraan manusia. Perkiraan MEW didasarkan
kepada asumsi bahwa kesejahteraan rumah tangga merupakan ujung akhir dari seluruh
EKONOMI MAKRO ISLAM | 10
kegiatan ekonomi sesungguhnya bergantung pada tingkat konsumsinya. Meski MEW
ini diukur dalam konteks barat, konsep ini sebenarnya menyediakan petunjuk-petunjuk
yang berharga untuk memperkirakan level kebutuhan hidup minimum secara islami.
4. Penghitungan pendapatan nasional sebagai ukuran dari kesejahteraan sosial
Kesejahteraan sosial islami melalui pendugaan nilai santunan antar saudara dan
sedekah adalah penting untuk menentukan sifat alami dan tingkatan dari amal sedekah
antar saudara. Melalui peningkatan pencatatan dan sektor tambahan dan jenis tambahan
dari aktifitas ini dapat dikaji untuk pengambilan keputusan. Dibanding amal sedekah
yang sering dikeluarkan umat Islam kepada mereka yang kurang beruntung,
sesungguhnya lebih mudah mengestimasi zakat, satu kewajiban pembayaran transfer
yang paling penting di negara muslim. Kini sedang diupayakan mengukur pendapatan
dari zakat sebagai persentase dari GNP. Pengukuran ini akan sangat bermanfaat sebagai
variabel kebijakan di dalam pengambilan keputusan di bidang sosial dan ekonomi,
sebagai bagian dari rancangan untuk mengentaskan kemiskinan. Pendayagunaan peran
zakat untuk mengatasi masalah kemiskinan di negara-negara muslim kini tengah
menjadi agenda negara-negara tersebut.5

5
Faizin, M. (2021). Buku Ajar Ekonomi Makro Islam. Pekalongan: PT. Nasya Expanding Management.

EKONOMI MAKRO ISLAM | 11


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor produksi
yang digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu biasanya
satu tahun. Pendapatan nasional menurut Mukti Hakim adalah jumlah dari semua pendapatan
yang diterima oleh orang-orang di suatu negara selama satu tahun.

Konsep Pendapatan Nasional terdiri dari: PNB/GNP (Produk Nasional Bruto/Gross


National Bruto), NNP (Net National Product), NNI (Net National Income), PI (Personal
Income), dan DI (Disposible Income).

Metode perhitungan pendapatan nasional dapat dilakukan melalui pendekatan


pengeluaran, produksi, dan pendapatan.

Ada 4 hal yang semestinya bisa diukur dengan pendekatan pendapatan nasional
berdasarkan ekonomi Islam, sehingga tingkat kesejahteraan bisa dilihat secara lebih jernih
dan tidak bias. 4 hal tersebut adalah: Pendapatan nasional harus dapat mengukur penyebaran
pendapatan individu rumah tangga, Pendapatan nasional harus dapat menukur produksi di
sektor pedesaan, Pendapatan nasional harus dapat mengukur kesejahteraan, dan Penghitungan
pendapatan nasional sebagai ukuran dari kesejahteraan sosial Islam melalui pendugaan nilai
santunan antar saudara dan sedekah.

B. SARAN

Demi membangun pengetahuan pembaca, saya memberikan saran kepada pembaca


untuk menambah referensi lain mengenai pembahasan “Pendapatan Nasional dalam
Pendekatan Ekonomi Islam” demi meningkatkan pemahaman pembaca serta dapat
meningkatkan literasi bagi para pembaca.

EKONOMI MAKRO ISLAM | 12


DAFTAR PUSTAKA

Yuniarti, Vinna Sri. 2016. Ekonomi Mikro Syariah. Bandung: CV Pustaka Setia.

Syahbudi, Muhammad. 2018. Ekonomi Makro Perspektif Islam. Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Islam. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan.

Adinugraha, H. H., & dkk. (2021). Ekonomi Makro Islam. Pekalongan: PT. Nasya Expanding
Management.

Apriliana, E. S. (2020). UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN NASIONAL DI


TENGAH WABAH VIRUS CORONA PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM. AL-
IQTISHADIYAH Jurnal Ekonomi Syariah dan Hukum Ekonomi Syariah, 6(1), 19-28.

Faizin, M. (2021). Buku Ajar Ekonomi Makro Islam. Pekalongan: PT. Nasya Expanding
Management.

Huda, N. (2018). Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoretis. Jakarta: Kencana.

Ulya, H. N. (2021). Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teori Makro Ekonomi Konvensional
dan Islam. Peklaongan: PT. Nasya Expanding Management.

EKONOMI MAKRO ISLAM | 13

Anda mungkin juga menyukai