Anda di halaman 1dari 22

PENDAPATAN NASIONAL, FUNGSI KONSUMSI DAN INVESTASI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

EKONOMI MIKRO MAKRO

Dosen Pengampu : Ana M. Maghfiroh, M. PD.

Disusun oleh :

1. Fahira Divanka Syahrani (12403193136)


2. Erlinda Prastika Febrianti (12403193142)
3. Naela Daimatur Rohmah (12403193146)
4. Vivi Dwi Nuraini (12403193165)

SEMESTER 3

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

SEPTEMBER 2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT karena telah memberikan
kelancaran dan kemurahan Nya terhadap kami, sehingga dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah “ekonomi mikro makro” dalam bentuk makalah. Sholawat serta salam semoga
senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabiyullah Muhammad, SAW.

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuan yang terbatas, maka makalah yang berjudul “PENDAPATAN NASIONAL
FUNGSI KONSUMSI DAN INVESTASI” ini, masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini, kami berharap dari makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi kami maupun pembaca. Amin.

Wasalamualaikum Wr.Wb

Tulungagung, September 2020

Penyusun

5
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL …………………………………………………………………...…..i

KATAPENGANTAR ………………………………………………..…………….………..ii

DAFTAR ISI……...……………………………………………………………………….…iii

BAB I : PENDAHULUAN………………………………………..………………………….1

A. Latar Belakang………………………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………..1
C. Tujuan dan manfaat …………………………………………………………….……..1

BAB II : PEMBAHASAN …………………………………………………………………...2

A. Pengertian pendapatan nasional…………………………………………………2


B. Jenis jenis pendapatan nasional……………………………………………..2
C. Cara penghitungan pendapatan nasional
…………………………………………………………3
D. Hubungan antara konsep konsep pendaptan…………………………………...4
E. Pengertian konsumsi……………………………………………………………...5
F. Ciri dan Tujuan kegiatan konsumsi……………………………………………5
G. Perilaku konsumen……………………………………………...…..6
H. Teori investasi………………………………………………………..9
I. Investasi dan kapasitas produksi nasional…………………………………..……..10
J. Pelaksana pelaksana akuntansi…………………………………………….13

BAB III : PENUTUP………………………………………………………………………..15

A. Kesimpulan …………………………………………………………………………..15
B. Saran………………………………………………………………………………….15

DAFTAR RUJUKAN……………………………………………………………………….16

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Untuk mengukur keberhasilan perekonomian suatu negara salah satunya dapat


dilihat dari angka pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi
(economic growth) dapat diukur dari kenaikan besarnya pendapatan nasional
(produksi nasional) pada periode tertentu. Oleh karena itu, nilai dari pendapatan
nasional (national income) ini merupakan gambaran dari aktivitas ekonomi secara
nasional pada periode tertentu. Tingginya tingkat pendapatan nasional dapat
mencerminkan besarnya barang dan jasa yang dapat diproduksi.
Pendapatan Nasional (national income) merupakan tolak ukur yang paling
baik untuk menunjukkan keberhasilan dan kegagalan perekonomian suatu negara, dari
tingkat kesempatan kerja, tingkat harga barang, dan posisi neraca pembayaran luar
negeri, serta pendapatan per kapitanya. Jika faktor-faktor yang memengaruhi tersebut
menunjukkan posisi yang sangat menguntungkan atau positif, maka tingkat
keberhasilan atau tingkat kemajuan ekonomi suatu negara akan mudah tercapai, dan
begitu pula sebaliknya.

Investasi merupakan salah satu indikator penting didalam kaitannya dengan


pendapatan nasional. Hubungan antara investasi dan pendapatan nasional itu
sedemikian pentingnya, sehingga dapatlah dimengerti mengapa dalam semua teori
ekonomi makro investasi dibahas dalam bagian tersendiri.

Selain investasi masih ada konsumsi yang merupakan salah satu faktor adanya
pendapatan nasional. Konsumsi adalah penggunaan barang dan jasa yang secara
langsung akan memenuhi kebutuhan manusia. Konsumsi atau pengeluaran konsumsi
pribadi adalah pengeluaran oleh rumah tangga atas barang dan jasa. Konsumsi
merupakan pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah tangga. Barang tersebut
meliputi pembelanjaan rumah tangga pada barang yang tahan lama, misalnya meja,
kursi, motor, dan lainnya. Sedangkan pembelanjaan jasa meliputi barang tak
berwujud, seperti layanan kesehatan, laundry, dan lainnya

5
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendapatan nasional, investasi dan konsumsi?
2. Apa saja jenis pendapatan nasional, investasi dan konsumsi?
3. Bagaimana cara penghitungan pendapatan nasional?
4. Siapa pelaksann investasi?
5. Bagimana fungsi konsumsi?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Untuk pengertian pendapatan nasional, investasi dan konsumsi.
2. Untuk mengetahui jenis pendapatan nasional, investasi dan konsumsi.
3. Untuk mengetahui cara penghitungan pendapatan nasional.
4. Untuk mengetahui pelaksana investasi.
5. Untuk mengetahui fungsi konsumsi.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENDAPATAN NASIONAL

Di dalam seluruh teori ekonomi makro, pembahasan yang menyangkut Pendapatan


Nasional merupakan bagian yang paling menarik perhatian untuk dibicarakan. Hal tersebut
disebabkan pembahasan Pendapatan Nasional di anggap pilar utama penyangga Politik
Ekonomi artinya kearah Pendapatan Nasional itulah hampir semua kebijakan di bidang
perekonomian difokuskan.

Pengertian tentang Pendapatan Nasional dapat ditinjau dari sudut pandang berikut :

1. Dari pengertian Produk Nasional Kotor (Gross National Product)


Keseluruhan dari barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh suatu masyarakat
di dalam waktu tertentu , biasanya satu tahun.
Mengenai barang-barang disini meliputi baik barang- barang konsumsi maupun
barang-barang investasi. Nilai barang produksi tersebut dinyatakan dengan uang pada
harga pasar yang berlaku. Sedangkan barang dan jasa yang dimasukkan untuk
menyusun Pendapatan Nasional hanyalah barang-barang yang merupakan final goods.
Hal ini dilakukan guna menghindari terjadinya perhitungan rangkap.
2. Dari pengertian Pendapatan Nasional Kotor (Gross National Income)
Keseluruhan pendapatan yang diterima oleh suatu masyarakat, dalam pengertian
main power yang umumnya mempunyai jangka waktu satu tahun. Pendapatan di sini
meliputi balas jasa baik terdapat proses produksi secara langsung atau tidak langsung
dalam proses produksi.
a. Golongan pendapatan yang diterima oleh orang- orang yang secara langsung ikut
serta dalam suatu proses produksi pemilik tanah akan menerima sewa tanah.
Pemilik tenaga kerja akam memperoleh balas jasa berupa upah/gaji.
Pemilik modal akan memperoleh balas jasa dalam bentuk bunga.
Pengusaha/interprenuer akan memperoleh balas jasa dalam bentuk laba.
b. Golongan pendapatan yang diperoleh oleh orang- orang yang tidak langsung
terlihat pada proses produksi, yaitu : Orang-orang yang mempunyai pekerjaan
secara bebas, seperti dokter, dan pengacara. Orang-orang yang bekerja di dalam
suatu lembaga atau organisasi seperti pegawai negeri, dan ABRI.

5
B. JENIS-JENIS PENDAPATAN NASIONAL

Istilah Pendapatan Nasional merupakan pengertian yang agak komplek. Dalam istilah
Pendapatan Nasional terkandung lima tingkat pendapatan. Adapun ke lima tingkat
pendapatan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Produk Nasional Kotor (Gross National Product)

GNP adalah jumlah nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu masyarakat
dalam waktu satu tahun berdasarkan harga pasar yang berlaku. Dalam menghitung besarnya
GNP berdasarkan harga pasar, haruslah diperhatikan jangan sampai terjadi perhitungan ganda
(double accounting). Dalam konsep GNP ini meliputi barang-barang dan jasa yang dihasilkan
oleh seluruh warna negara suatu negara, baik yang ada di dalam negeri ataupun yang ada di
luar negeri.

2. Produk Nasional Bersih (Net National Product)

NNP diperoleh dari jumlah GNP setelah dikurangi dengan barang modal untuk
penggantian. Tentang penyusutan bagi peralatan produksi yang terpakai dalam proses
produksi umumnya bersifat tapsiran, sehingga mungkin saja kurang tepat dan dapat
menimbulkan kesalahan meskipun relatif kecil.

3. Pendapatan Nasional Bersih (Net National Income)

Net National Income (NNI) diperoleh dari NNP setelah dikurangi dengan pajak tidak
langsung. Yang dimaksud dengan pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat
digeserkan kepada pihak lain. Misalnya penjualan pajak import dan sebagainya.

a) Personal Income

Personal Income ini dapat diperhitungkan dari NNI dikurangi dengan :

 Pajak Perseroan, yaitu pajak yang dibayar oleh setiap badan usaha kepada pemerintah.
 Laba yang tidak dibagi, yaitu sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan
untuk beberapa tujuan tertentu, misalnya untuk keperluan perluasan perusahaan.
 Iuran pensiun yaitu iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap
perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut
mencapai umur tertentu dan tidak lagi bekerja.

3
Untuk personal income ini harus kita tambahkan dengan transfers payment.
Yang dimaksud transfers patment adalah pembayaran-pembayaran di negara- negara
yang dibayarkan kepada orang-orang tertentu, dan pembayaran tersebut bukan
merupakan balas jasa atas keikutsertaannya dalam proses produksi tahun sekarang,
melainkan sebagai balas jasa untuk tahun- tahun sebelumnya, atau pembayaran pada
seseorang yang sebenarnya berasal dari income orang lain.

Adapun contoh-contoh dari transfers payment adalah :

 Pembayaran kepada orang yang sudah pensiun.


 Tunjangan para veteran.
 Dana-dana sosial (pembayaran untuk para pengangguran).
b) Disposable Income
Disposable Income adalah sejenis pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan.
Disposable income ini diperoleh dari personal income setelah dikurangi dengan pajak
langsung. Yang dimaksud pajak langsung adalah pajak yang bebannya tidak dapat
digeserkan kepada pihak lain/langsung ditanggung jawab oleh wajib pajak. Misalnya
pajak pendapatan.

C. CARA PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

Ada tiga cara yang dipergunakan untuk menghitung besarnya pendapatan nasional.
Ketiga cara/metode yang dimaksud secara berturut-turut adalah sebagai berikut :

1. Cara/Metode Produksi

Cara yang pertama dilakukan dengan jalan menjumlahkan nilai tambah yang
diwujudkan oleh berbagai sektor dalam perekonomian.

Penggunaan cara itu dalam menghitung pendapatan nasional, disamping untuk mengetahui
besarnya sumbangan berbagai sektor ekonomi di dalam mewujudkan pendapatan nasional,
juga sebagai salah satu cara untuk menghindari perhitungan dua kali yaitu dengan hanya
menghitung nilai produk netto yang diwujudkan pada berbagai tahap proses produksi.

5
Mengenai cara dalam menghitung nilai tambah, dapat dilihat dalam Tabel 2.1 berikut ini.

Berdasarkan data dalam Tabel 2.1 di atas, besarnya jumlah nilai tambah yang
diwujudkan oleh keempat kegiatan itu adalah (Rp. 50,00 + Rp. 150,00 + Rp. 400,00 + Rp.
200,00) = Rp. 800,00. Dengan demikian besarnya tambah yang diperhitungkan dalam
menghitung pendapatan nasional untuk barang tersebut adalah Rp. 800,00.

2. Cara/Metode Pengeluaran

Perhitungan Pendapatan Nasional dengan cara pengeluaran dilakukan dengan jalan


menjumlahkan nilai barang-barang jadi yang dihasilkan dalam perekonomian. Dalam
menghitung nilai pendapatan nasional menurut cara pengeluaran adalah penting untuk
membedakan dengan sebaik-baiknya diantara barang-barang jadi dan barang-barang setengah
jadi. Tindakan itu dilakukan, untuk menhindari terjadinya perhitungan dua kali atas nilai
barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan.

a) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga


Nilai belanja yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli berbagai jenis
kebutuhannya dalam satu tahun tertentu dinamakan pengeluaran konsumsi rumah
tangga. Tidak semua transaksi yang dilakukan oleh rumah tangga digolongkan
sebagai konsumsi (rumah tangga). Pengeluaran untuk membeli rumah digolongkan
sebagai investasi. Pengeluaran-pengeluaran seperti membayar asuransi dan mengirim
uang kepada orang tua (atau anak yang sedang sekolah) tidak digolongkan sebagai

3
konsumsi karena ia tidak merupakan pengeluaran atas barang atau jasa yang
dihasilkan dalam perekonomian.
b) Pengeluaran Pemerintah
Berbeda dengan rumah tangga, yang membeli barang untuk memenuhi
kebutuhannya, pemerintah membeli barang terutama untuk kepentingan masyarakat.
Yang termasuk dalam pengeluaran ini antara lain pengeluaran untuk menyediakan
fasilitas pendidikan dan kesehatan, pengeluaran gaji untuk pegawai pemerintah dan
juga pengeluaran untuk mengembangkan insfrastruktur untuk kepentingan
masyarakat. Pembelian pemerintah atas barang dan jasa dapat digolongkan kepada
dua golongan utama, yaitu konsumsi dan investasi pemerintah.
c) Pembentukan Modal Sektor Swasta
Pembentukan modal sektor swasta akan lebih penting dinyatakan sebagai
investasi. Yang dimaksud dalam pembentukan modal sekor swasta adalah
pengeluaran untuk membeli barang modal yang dapat menaikkan produksi barang dan
jasa di masa akan datang.
d) Eksport Neto
Yang dimaksud dengan eksport neto adalah nilai eksport yang dilakukan suatu
negara dalam suatu tahun tertentu dikurangi dengan nilai import dalam periode yang
sama. Eksport suatu negara biasanya terdiri dari barang dan jasa yang dihasilkan di
dalam negeri. Oleh sebab itu nilainya harus dihitung ke dalam pendapatan nasional.

3. Cara/Metode Pendapatan

Penghitungan pendapatan nasional dengan metode pendapatan ini dapat dilakukan


dengan cara menghitung jumlah pendapatan dari seluruh warga negara/masyarakat yang
berasal dari penggunaan faktor-faktor produksi. Adapun golongan- golongan masyarakat
yang mempunyai pendapatan itu adalah :

e) Pendapatan para pekerja, yaitu gaji dan upah.


f) Pendapatan dari usaha perseorangan (perusahaan perseorangan).
g) Pendapatan dari sewa.
h) Bunga Neto, yaitu seluruh nilai pembayaran bunga yang dilakukan dikurangi bunga
atas pinjaman konsumsi dan bunga pinjaman pemerintah.
i) Pendapatan dari keuntungan perusahaan.

5
Di negara maju, dimana administrasi perpajakannya sudah demikian maju dan tertib,
kesadaran tentang pentingnya arti perpajakan sudah demikian tingginya, maka jumlah
pendapatan masyarakat dapat diketahui melalui pajakpendapatan. Hal yang demikian
tentunya kemungkinan kecil diterapkan di indonesia. Kesadaran wajib pajak dinegara kita
masih sangat memperihatikan, orang indonesia lebih cenderung untuk menghidari dari
kewajiban pajak, daripada dengan sadar menjadi wajib pajak yang baik.

D. HUBUNGAN ANTARA KOSEP-KONSEP PENDAPATAN

Berbagai jenis/konsep pendapatan pada prinsipnya terjadi suatu hubungan yang erat
satu sama lain. Guna memperoleh gambara yang jelas tentang hubungan diantara jenis
atau konsep pendapaan dapat dilihat dalam gambar 2.1 pada bagian berikut ini:

Gambar 2.1. Arus Pendapatan Nasional 36

Dalam gambar 2.1 diatas nampak jelas kedudukan dan peranan tiga sektor yang
terlibat dalam pembentukan GNP, yaitu rumah tangga konsumen (RTK). Rumah Tangga
Perusahaan (RTP) dan Rumah Tangga Pemerintahan (RTP).

Mula-mula sekali terlihat gambar 2.1 penyusutan dikeluarkan dari bab 1. Penyusutan
ini adalah uang yang dicadangkan dan masuk ke Rumah Tangga Bisnis, karena memang bisis
itulah yang akan memanfaatkannya untuk mengganti alat-alat modalnya yang telah aus dan
susut. Dari NNI selanjutnya dikurangi pajak tak langsung dan pajak tak langsung ini mengalir
masuk ke Rumah Tangga Pemerintah. Pemerintah pajak pemerintah dipergunakan untuk
membiayai berbagai kegiatan pemerintah demi kesejateraan masyarkat.

Dari Nasional Income dikurangi laba tak dibagikan dan pajak laba perusaan
perseroran, laba tak dibagikan itu mengalir masuk kembali ke rumah tangga bisnis untuk

3
digunakan membiayai hal-hal sebagai mana diterangkan didepan. Sedangkan pajak laba
Perusahaan Perseroan sudah jelas mengalir ke rumah tangga pemerintah. Tetapi dalam hal ini
pemerintah tidak semata-matamenerima pembayaran pajak saja tetapi juga mengeuarkan
transfor, yang terlihat dalam gambar menjadi personal Income.

Disposable Income atau pendapatan yang sia dibelanjakan, harus dikurangi dengan
pajak perseorangan yang selanjutnya mengalir ke rumah tangga pemerintah.pendapatan yang
siap dibelanjakan ini dimanfaatkan untuk konsumsi guna memenuhinkebutuhan hidup,
sedangkan sisanya di tabung. Tabungan ini mengalir ke rumah tangga bisnis untuk
dimanfaatkan.

GNP itu pada hakikatnya sama dengan GNI sebagai GNP, maka produk yanag
terdapat di dalamnya niscaya di beli orang. Sebagai GNI, pun pendapatan yang ada di
dalamnya aka dibelanjakan.

Di dalam GNP, maka produk yang ada di dalamnya itu sendiri dari berbagai macam,
semuanya itu akan di beli oranag. Mereka yanga membeli seluruh produk yanag menjadi
GNP terdiri atas empat jenis barang, yaitu:

 Konsumen yang membei barang-barang konstribusi.


 Investor yang membeli barang-barang investasi.
 Pemerintah ( govermentexpenditure) dan
 Pihak luar negeri yang membeli barang-barang ekspotr kita.

Di dalam GNI, maka pendapatan yang ada di dalamnya itu dibelanjakan untuk bagi
macam kebutuhan. Disini pun di dapat pembelian seperti pada GNP,yaitu:

 Konsumsi
 Investasi
 Pengeluaran pemerintah dan
 Perdagangan luar negeri.

Dengan demikian, baik, lihat sebagai GNP maupun, tetaplah didapati adanyaempat
komponen yang mencerminkan pengunanya, yakin konsumsi, investsi, pengeluaran
pemerintah dan perdagangan luar negri. GNP biasanya di pakai sebagai alat ukur kemjuan
ekonomi suatu negara. Oleh sebab itu setiap negara akan berusaha untuk mencapai kenaikan

5
jumlah GNP-nya. GNP mempunyai sifat yang lebih menyeluruh di banding dengan indikator
yang lain.

Pada Tabel 2.2. berikut ini aalah contoh proses pertumbuhan dua negra dalm
rentang waktu yang berbeda.

Tabel 2.2 Pertumuhan GNP Dalam Dua Negara

Berdasarkan Tabel 2.2. di atas nampak jelas sekalipun baik di tahun 1992 maupun
tahun 1993 negara A lebih miskin dari pada negara B, namun perekonomian negara A maju
lebih cepat dari pada negara B, sebenarnya adalah GNP negara A sekalipun lebih kecil, tetapi
lebih pesat lainnya/ pertumbuhannya dari pada GNP negara B.

Pada prinsipnya GNP dapat berubah setiap waktu/ priode, baik karena berubahnya
jumlah out-put yang dihasilkan, maupun kaena perubahan dalam tingkat harga-harga yang
terjadi di pasrar.

Dalam bagian berikut akan di jelaskan perbedaan antara GNP dan GDP. Pada
prinsipnya antara GNP dan GDP tidak ada pepprbedaan dalam cara menghitung yang berbeda
hanyalah apa yang di hitung, yakin apakan hasil produksi orang asing di dalam negeri,
demikian jiga apakah milik nasional di luar negeri akan di hitung atu tidak. Dalam arti kalau
yang dihitung termasuk pendapatan orang kita di luar negeri, tetapi tidak termasuk
pendapatan orang asing di dalam negeri maka ini berkaitan dengan GN. Sedangkan apabila
yang di hitung termasuk pendapatan orang asing di dalam negeri, tetapi tidak termasuk
pendapatan orang kita di luar negeri maka hal ini berkaitan dengan GNP.

Apabila dalam suatu priode tertentu nilai GDP lebih besar dari pada GNP, maka
kenyataan itu menunjukan kepada kita bahwa dalam negara tersebut cukup banyak modal
asing yanag beroprasi di dalam negeri. Di samping itu gambaran tersebut kurang
mencerminkn adany upaya memaksimalkan potensi yang ada di dalam negeri.

3
E. PENGERTIAN KONSUMSI
Konsumsi adalah penggunaan barang dan jasa yang secara langsung akan memenuhi
kebutuhan manusia. Konsumsi atau pengeluaran konsumsi pribadi adalah pengeluaran oleh
rumah tangga atas barang dan jasa. Konsumsi merupakan pembelanjaan barang dan jasa oleh
rumah tangga. Barang tersebut meliputi pembelanjaan rumah tangga pada barang yang tahan
lama, misalnya meja, kursi, motor, dan lainnya. Sedangkan pembelanjaan jasa meliputi
barang tak berwujud, seperti layanan kesehatan, laundry, dan lainnya. 1
Konsumsi dalam Perspektif Islam
Menurut Islam, anugerah-anugerah Allah adalah milik semua manusia. Suasana yang
menyebabkan sebagian diantara anugerah-anugerah itu berada di tangan orang-orang tertentu
tidak berarti bahwa mereka dapat memanfaatkan anugerah-anugerah itu untuk mereka
sendiri. Orang lain masih berhak atas anugerah-anugerah tersebut walaupun mereka tidak
memperolehnya. Selain itu, perbuatan untuk memanfaatkan atau mengkonsumsi barang-
barang yang baik itu sendiri dianggap sebagai kebaikan dalam Islam. Sebab kenikmatan yang
dicipta Allah untuk manusia adalah ketaatan kepada-Nya. Etika ilmu ekonomi Islam berusaha
untuk mengurangi kebutuhan material yang luar biasa sekarang ini, untuk mengurangi energi
manusia dalam mengejar cita-cita spiritualnya.
Dalam ekonomi Islam konsumsi dikendalikan oleh lima prinsip dasar sebagai berikut:
1. Prinsip Keadilan
Syarat ini mengandung arti ganda yang penting mengenai mencari rezeki secara halal
dan tidak dilarang hukum. Dalam soal makanan dan minuman, yang terlarang adalah
darah, daging binatnag yang telah mati sendiri, daging babi, dan daging binatang yang
ketika disembelih diserukan nama selain Allah.
2. Prinsip Kebersihan
Syarat yang kedua ini tercantum dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah tentang
makanan. Harus baik atau cocok untuk dimakan, tidak kotor ataupun menjijikkan
sehingga merusak selera. Karena itu, tidak semua yang diperkenankan boleh dimakan
dan diminum dalam semua keadaan. Dari semua yang diperbolehkan makan dan
minumlah yang bersih dan bermanfaat.
3. Prinsip Kesederhanaan
Prinsip ini mengatur perilaku manusia mengenai makanan dan minuman adalah sikap
tidak berlebih-lebihan, yang berarti janganlah makan secara berlebih. 29
4. Prinsip Kemurahan
Hati Dengan mentaati perintah Islam tidak ada bahaya maupun dosa ketika kita
memakan dan meminum makanan halal yang disediakan Tuhan karena kemutahan
hati-Nya. Selama maksudnya adalah untuk kelangsungan hidup dan kesehatan yang
lebih baik dengan tujuan menunaikan perintah Tuhan dengan keimanan yang kuat
dalam tuntunanNya, dan perbuatan adil sesuai dengan itu, yang menjamin persesuaian
bagi semua perintah-Nya.

1
Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi

5
5. Prinsip Moralitas
Bukan hanya mengenai makan dan minuman langsung tetapi dengan tujuan
terakhirnya, yakni untuk peningkatan atau kemajuan nilai-nilai moral dan spiritual.
Seorang mslim diajarkan untuk menyebut nama Allah sebelum makan dan
menyatakan terima kasih kepada-Nya setelah makan. Dengan demikian ia akan
merasakan kehadiran Ilahi pada waktu memenuhi keinginan-keinginan fisiknya. Hal
ini penting artinya karena Islam menghendaki perpaduan nilai-nilai hidp material dan
spiritual yang berbahagia.2
F. CIRI DAN TUJUAN KEGIATAN KONSUMSI
Ciri-ciri kegiatan konsumsi
1. Kegiatan dilakukan secara langsung untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan hidup
manusia.
2. Produk yang dikonsumsi memiliki nilai manfaat bagi manusia.
3. Produk barang dan jasa yang digunakan dapat berkurang atau habis.
4. Produk yang dikonsumsi merupakan barang ekonomi yang didapat dengan melakukan
pembelian.
Tujuan kegiatan konsumsi :
Terdapat beberapa tujuan konsumsi yang dilakukan oleh manusia, di antaranya:
 Memanfaatkan nilai guna barang
Dalam memanfaatkan nilai guna barang terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Barang sekaligus, barang yang nilai gunanya habis sekaligus. Misalnya makan
dan minuman.
2) Barang secara bertahap, nilai gunakan akan berkurang secara bertahap.
Misalnya meja, mobil, motor, dan lainnya.
 Pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani
Kegiatan konsumsi yang dilakukan tentunya untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan
rohani. Misalnya makan atau minum, olahraga, dan lainnya. Untuk kebutuhan rohani
seperti ibadah, hiburan, rekreasi, dan lainnya.
Faktor tingkat konsumsi masyarakat Dalam buku Pengantar EKonomi Makro (1998) karya
Suparmoko, terdapat beberapa variabel yang memengaruhi konsumsi selain dari pendapata,
yaitu:
 Selera
Konsumsi masing-masing induvidu berbeda meski memiliki umur dan pendapatan
yang sama. Hal ini karena adanya perbedaan selera pada tiap individu.
 Faktor sosial dan ekonomi
Faktor ini misalnya umur, pendidikan, dan keadaan keluarga juga memiliki pengaruh
terhadap pengeluaran konsumsi. Pendapatan akan tinggi pada kelompok umur muda
dan mencapai puncaknya pada umur pertengahan dan akhirnya turun pada umur tua.
 Kekayaan

2
Eko Suprayitno, Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), 92-95.

3
Kekayaan secara eksplisit maupun implisit sering dimasukkan dalam fungsi agregat
sebagai faktor yang menentukan konsumsi. Hasil bersih dari suatu kekayaan
merupakan faktor penting dalam menentukan konsumsi.
 Tingkat pendidikan Pendidikan sangat memengaruhi pola pikir seseorang dalam
melakukan kegiatan konsumsi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka
semakin tinggi konsumsinya. Harga barang dan jasa Harga barang dan jasa dapat
memengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Semakin tinggi harga barang dan jasa,
maka tingkat konsumsi semakin rendah. Hal tersebut berlaku sebaliknya.
 Tingkat bunga
Ahli ekonomi klasik menganggap bahwa konsumsi merupakan fungsi dari tingkat
bunga. Khususnya mereka percaya bahwa tingkat bunga mendorong tabungan dan
mengurangi konsumsi.
G. PERILAKU KONSUMEN
Perilaku konsumen merupakan proses, tindakan, dan hubungan sosial yang dilakukan
oleh individu, kelompok, dan organisasi dalam mendapatkan, dari pengalamannya dengan
produk, pelayanan, dan sumber lainnya. Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan
individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-
barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan
menentukan tindakan-tindakan tersebut. Berkaitan dengan perilaku konsumen ada tiga
variabel dalam mempelajarinya, yaitu variabel stimulus, variabel respons, dan variabel antara.
1. Variabel Stimulus
Variabel stimulus merupakan variabel yang berada di luar diri individu (faktor
eksternal) yang sangat berpengaruh dalam proses pembelian. Contohnya: merk dan
jenis barang, iklan, pramuniaga, penataan barang, dan ruangan.
2. Variabel Respons.
Variabel respons merupakan hasil aktivitas individu sebagai reaksi dari variabel
stimulus. Variabel respons sangat bergantung pada faktor individu dan kekuatan
stimulus. Contohnya: keputusan membeli barang, pemberi penilaian terhdap barang,
perubahan sikap terhadap suatu produk.
3. Variabel Intervening.
Variabel intervening adalah variabel antara stimulus dan respons. Variabel ini
merupakan faktor internal individu termasuk motif membeli, sikap terhadap suatu
peristiwa, dan persepsi terhadap suatu barang.
Fungsi Konsumsi
Fungsi konsumsi adalah satu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat
konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (disposabel
income) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan :
C = a + bY

Dimana :
C = Tingkat konsumsi
a = Konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0

5
b = Kecenderungan konsumsi marginal
Y = Tingkat pendapatan nasional
Dari rumusan yang dikemukakan di atas, maka dapat diketahui bahwa besarnya konsumsi
sangat dipengaruhi oleh besarnya pendapatan. Namun yang perlu digaris bawahi adalah
perubahan (peningkatan) konsumsi yang disebabkan oleh perubahan (peningkatan)
pendapatan tidak bersifat proporsional. Oleh karena itu, tabungan merupakan bagian
pendapatan yang tidak dikonsumsi, maka semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
semakin tinggi pada tingkat tabungannya. Kelebihan dari pendapatan yang tidak digunakan
untuk konsumsi dapat disisihkan untuk tabungan. Terdapat dua konsep untuk mengetahui
sifat hubungan antara disposabel income dengan konsumsi dan disposabel income dengan
tabungan yaitu konsep kecenderungan mengkonsumsi dan kecenderungan menabung.
a) Konsep kecenderungan mengkonsumsi
Kecenderungan mengkonsumsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecenderungan
mengkonsumsi marginal dan kecenderungan mengkonsumsi rata-rata. Kecenderungan
mengkonsumsi marginal dapat dinyatakan dengan MPC (Marginal Propensity to
Consume) yang dapat diartikan sebagai perbandingan di antara pertambahan
konsumsi yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposabel yang diperoleh.
Nilai MPC dapat dihitung dengan menggunakan formula :
MPC = Yd . C∆

Kecenderungan mengkonsumsi rata-rata dinyatakan dengan APC (Average


Propensity to Consume) dapat didefinisikan sebagai perbandingan di antara tingkat
pengeluaran konsumsi dengan tingkat pendapatan disposabel ketika konsumsi tersebut
dilakukan. Nilai APC dapat dihitung dengan menggunakan formula:
APC =Yd . C

b) Konsep kecenderungan menabung


Kecenderungan menabung dapat dibedakan menjadi dua yaitu kecenderungan
menabung marginal dan kecenderungan menabung ratarata. Kecenderungan
menabung marginal dinyatakan dengan MPS (Marginal Propensity to Save) adalah
perbandingan di antara pertambahan tabungan dengan pertambahan pendapatan
disposabel. Nilai MPS dapat dihitung dengan menggunakan formula:
MPS = Yd . S∆

Kecenderungan menabung rata-rata dinyatakan dengan APS (Average Propensity to Save),


menunjukkan perbandingan di antara tabungan dengan pendapatan disposabel. Nilai APS
dapat dihitung dengan menggunakan formula:
APS = Yd . S

3
Jenis-jenis Konsumsi
Masyarakat dalam menentukan dan memilih jenis konsumsi sangat berbeda dan
beraneka ragam, hal itu tergantung dari tingkat penerimaan keluarga yang diperoleh. Suatu
keluarga dapat menentukan jenis konsumsi menurut tingkat yang disesuaikan dengan tingkat
kemampuan. Sedangkan tingkat kemampuan ini digambarkan oleh tingkat pendapatan yang
diterima keluarga dalam memenuhi kebutuhan konsumsi.
Kebutuhan manusia beraneka ragam dan berlangsung secara terus menerus, manusia
merasa belum puas walaupun satu kebutuhan telah terpenuhi, karena biasanya akan diikuti
oleh kebutuhan lain seperti kebutuhan sekunder. Kebutuhan manusia akan bertambah terus,
baik macam, jumlah maupun mutunya. Penyebab ketidak terbatas kebutuhan manusia secara
keseluruhan, antara lain pertambahan penduduk, kemajuan teknologi, taraf hidup yang
semakin meningkat, keadaan lingkungan dan tingkat kebudayaan manusia yang semakin
meningkat pula.
Adapun jenis-jenis konsumsi menurut tingkatannya adalah: konsumsi barang-barang
kebutuhan pokok disebut konsumsi primer, konsumsi sekunder dan konsumsi barang-barang
mewah. Konsumsi pokok dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan primer, minimal yang
harus dipenuhi untuk dapat hidup. Konsumsi yang harus dimiliki oleh seseorang untuk jenis
konsumsi pokok adalah makanan, pakaian dan perumahan.
Konsumsi sekunder adalah kebutuhan yang kurang begitu penting untuk dipenuhi.
Tanpa terpenuhi kebutuhan ini, manusia masih dapat hidup, misalnya kebutuhan akan meja,
kursi, radio, buku-buku bacaan. Kebutuhan ini akan dipenuhi apabila kebutuhan pokok sudah
terpenuhi. Oleh karena itu, kebutuhan ini sering disebut kebutuhan kedua atau kebutuhan
sampingan.
Yang ketiga yakni konsumsi barang-barang mewah. Konsumsi ini dipenuhi apabila
konsumsi kebutuhan pokok dan sekunder telah terpenuhi. Seseorang akan membutuhkan
barang-barang mewah, misalnya mobil, berlian, barang-barang elektronik dan sebagainya jika
mempunyai kelebihan yang maksimal. Keinginan untuk memenuhi barang-barang mewah
ditentukan oleh penghasilan seseorang dan lingkungannya. Orang yang bertempat tinggal di
lingkungan orang kaya, biasanya berhasrat atau berkeinginan memiliki barang-barang mewah
seperti yang dimiliki orang di lingkungannya.
Dengan demikian jelaslah bahwa jenis konsumsi sangat beragam, baik konsumsi
pokok, sekunder maupun barang-barang mewah. Akan tetapi jenis konsumsi yang
diutamakan adalah kebutuhan pokok. Apabila seseorang memiliki pendapatan lebih barulah
kebutuhan sekunder atau barang mewah dikonsumsikan seseorang.3

3
Priyono dan Teddy Chandra, ESENSI EKONOMI MAKRO, (sidoarjo: Zifatama Publisher,2016)

5
H. TEORI INVESTASI

Investasi merupakan salah satu indikator penting didalam kaitannya dengan


pendapatan nasional. Hubungan antara investasi dan pendapatan nasional itu sedemikian
pentingnya, sehingga dapatlah dimengerti mengapa dalam semua teori ekonomi makro
investasi dibahas dalam bagian tersendiri.

Berbagai kegoncangan dalam investasi (melalui proses multiplier) out-put nasional.


Multiplier adalah angka yang menunjukkan berapa besarnya perubahan pendapatan nasional
sebagai akibat berubahnya investasi. Perubahan investasi yang sering menyebabkan mengapa
tingkat pendapatan nasional turun dibawah kapasitas produksi potensial, dan sering pula
menyebabkan mengapa pendapatan nasional pada suatu waktu meningkat jauh diatas
kapasitas potensial dalam masyarakat, sehingga meningalkan gejala-gejala investasi.

Investasi merupakan suatu masalah yang langsung berhubungan dengan besarnya


pengharapan akan pendapatan (prospect of yield) dari barang modal dimasa depan.
Pengharapan akan pendapatan masa depan inilah faktor yang penting untuk penentuan
besarnya investasi. Mengenai persoalan kapan atau dalam keadaan bagaimana seorang
pengusaha akan melakukan investasi, ada dua teori yang membahasnya, (I) teori
konvensional (klasik) dan (II) teori dari Keynes.

a) Teori Konvensional (Klasik)

Teori konvensional (klasik) tentang investasi pada pokoknya didasarkan atas teori
produktivitas batas (marginal productive) dari faktor produksi modal (capital). Berdasarkan
teori ini besarnya modal yang akan di investasikan dalam proses produksi ditentukan oleh
produktivitas marginalnya dibandingkan dengan tingkat bunga, sehinga investasi itu akan
terus dilakukan bilamana produktivitas batas dari investasi masih lebih tinggi dari tingkat
bunga yang akan diterima.

b) Teori Dari JM.Keynes

Menurut pandangan dari JM. Keynes, masalah investasi, baik penentuan jumlah maupun
kesempatan untuk melakukan investasi didasarkan atas konsep Marginal Effeciency of
Investment (MEI). Dengan mendasarkan atas konsep pemikiran tersebut investasi akan
dilaksanakan apabila MEI masih lebih tinggi daripada tingkat bunga.

3
I. INVESTASI DAN KAPASITAS PRODUKSI NASIONAL (Masalah COR dan ICOR)

Masalah Capital Output Ratio (COR) dan incremental Capital Output Ratio)
merupakan alat yang banyak dipergunakan dalam teori pembangunan ekonomi.
Pembangunan ekonomi itu bertujuan utama untuk menaikkan kemakmuran dan tingkat hidup
masyarakat. Sampai berapa jauh, tingginya kemakmuran dan tingkat hidup di cerminkan oleh
pendapatan nasional yang dicapai oleh kegiatan ekonomi masyarakat itu sendiri.

Investasi adalah aktivitas ekonomi baik yang berupa penambahan faktor produksi
maupun berupa peningkatanpeningkatan kualitas fakto produksi. Investasi ini jadinya akan
memperbesar pengeluaran masyarakat yang kemudian di perkuat oleh efek multiplier yang
akhirnya akan memperbesar pendapatan nasional. Dalam konsep multiplier, pendapatan
nasional akan berubah bilamana besarnya investasi mengalami perubahan. Sehubungan
dengan hal itu, timbul persoalan berapakah jumlah investasi harus ditanamkan ke dalam
masyarakat, agar supaya pendapatan dapat dinaikkan dengan jumlah tertentu. Hal ini
dilakukan dan tergantung pada COR, yaitu angka yang menyatakan perbandingan (ratio)
antara besarnya investasi dengan besarnya hasil produksi nasional. Jadi bilamana COR itu 4,
sedangkan kenaikan pendapatan nasional yang diinginkan adalah 5, maka besarnya investasi
yang harus ditanamkan adalah 4x5=20

Perhitungan COR dapat dirumuskan

Dimana : K : jumlah investasi yang diperlukan

Q : besarnya hasil produksi nasional yang ingin dicapai denagn investasi


tersebut.

Apabila yang diperbandingkan itu adalah tambahan investasi dengan tambahan


pendapatan, maka diperoleh ICOR

5
Oleh karena itu untuk menghitung besarnya kapasitas produksi nasional digunakan COR.

Dan untuk menghitung besarnya pertambahan kapasitas produksi nasional digunakan ICOR.

J. PELAKSANA-PELAKSANA INVESTASI

1. Investasi pemerintah
Investasi pemerintah ini umumnya dilakukan tidak dengan maksud untuk
mendapatkan keuntungan, tetapi tujuan utamanya adalag untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat seperti pembangunan jalan, jembatan, bendungan dan lain-lain. Investasi-
investasi itu sering disebut Social Overhead Capital (SOC). Keuntungan bagi
investasi-investasi ini baru terasa bilamana timbulah pertambahan permintaan dalam
masyarakat. Bertambahnya permintaan efektif, juga menaikkan pendapatan.
2. Investasi swasta
Private investment adalah jenis investasi yang dilakukan swasta dan ditunjukan untuk
memperoleh pendapatan dan diring oleh karena adanya pertambahan pendapatan.
Oleh sebab itu apabila pendapatan bertambah konsumsi bertambah dan bertambah
pula effective demand.

3. Investasi Pemerintah Dan Swasta


Jenis investasi yang dilakukan oleh publik dan swasta adalah investasi luar negri
(foreign investment). Foreign Investment terjadi dari selisih antara export di atas
import. Induced investment dalam hal ini adalah disebabkan oleh perkembangan
ekonomi diluar negeri. Jadi sifat induced investment adalah suatu investasi karena
adanya pertambahan pendapatan.

3
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN

Anda mungkin juga menyukai