Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENDAPATAN NASIONAL DALAM PENDEKATAN


EKONOMI ISLAM
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Ekonomi Makro Islam
Dosen Pengampu: Khifni Nasif, ME.

Disusun Oleh:

1. Silvia Maulida (2250410048)


2. Jefita Maharani (2250410050)
3. Safiratul Ulya (2250410055)

Kelas B3PSR

PROGAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah
melimpahkan nikmat, taufik, serta hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pendapatan Nasional Dalam Pendekatan Ekonomi Islam”.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi


Muhammad SAW serta sahabat dan pengikutnya. Semoga kita mendapatkan
syafaatnya diakhirat nanti. Dan tak lupa terimakasih kami sampaikan kepada dosen
pengampu mata kuliah Ekonomi Makro Islam bapak Khifni Nasif, ME., yang telah
membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan tugas makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak agar bisa menjadi bekal dalam pembuatan makalah
dikemudian hari dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca.

Atas perhatiannya, kami ucapkan terimakasih.

Kudus, 15 September 2023

Kelompok 2

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2

1.3 Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II.......................................................................................................................................2

PEMBAHASAN.......................................................................................................................3

2.1 Pendapatan Nasional........................................................................................................3

2.2 Jenis-jenis Pendapatan Nasional.......................................................................................4

2.3 Sumber pendapatan nasional dalam perspektif ekonomi islam........................................7

2.4 Pendapatan nasional dalam perspektif ekonomi islam...................................................10

BAB III....................................................................................................................................14

PENUTUP...............................................................................................................................14

3.1 Kesimpulan................................................................................................................14

3.2 Saran..........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebijakan ekonomi Islam didasarkan pada konsep keadilan dan pemerataan
yang diturunkan dari Nabi Muhammad SAW. Negara harus menerapkan kebijakan
berdasarkan Al-Qur'an, Hadis, dan ijma' untuk mencapai kebahagiaan sekarang dan di
masa depan. Salah satu indikator terpenting dari situasi ekonomi makro adalah
pertumbuhan dan pendapatan perekonomian nasional. Secara teoritis, dapat dikatakan
bahwa pendapatan nasional total dan per kapita suatu negara meningkat dengan
perkembangan ekonominya (dengan asumsi tingkat pertumbuhan lebih tinggi
daripada tingkat pertumbuhan penduduk). Ada beberapa definisi pendapatan nasional.
Istilah "Produk Nasional Bruto" (GNP) dan "Produk Domestik Bruto" (PDB)
keduanya dapat digunakan untuk menggambarkan "pendapatan nasional", atau
Pendapatan Nasional (NI), yang semuanya merupakan istilah yang berbeda untuk hal
yang sama. Selain ketiga konsep di atas, konsep tambahan digunakan setiap tahun
untuk menilai kinerja ekonomi suatu negara. Jika pendapatan per kapita cenderung
naik dari waktu ke waktu, ekonomi dikatakan berkembang. Secara umum pendapatan
nasional ini merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kebaikan masyarakat secara
keseluruhan dan bagi setiap kelompok masyarakat. Sebagai contoh, sebagai petani,
mereka tertarik dan sangat terpengaruh oleh perubahan pendapatan nasional.
Misalnya, jika pendapatan nasional turun, harga barang-barang pertanian juga akan
turun. Demikian pula, dampaknya terhadap pekerjaan dan peluang bisnis terbuka,
dengan asumsi penciptaan publik berkurang/gaji publik berkurang, itu akan
menyebabkan berkurangnya potensi bisnis membuka pintu dan meningkatkan
pengangguran. Jika produk nasional dan pendapatan nasional turun, sejumlah masalah
ekonomi akan muncul. Oleh karena itu tujuan atau sasaran pembangunan yang paling
mendasar untuk mengatasi timbulnya berbagai persoalan ekonomi dan kebangsaan
adalah upaya peningkatan berbagai kegiatan ekonomi dan upaya ekonomi untuk
meningkatkan pendapatan nasional. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui defenisi

3
pendapatan nasional, bagaimana perspektif pendekatan nasional dalam ekonomi Islam
serta faktor yang mempengaruhi pendekatan nasional.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Pendapatan Nasional ?
2. Apa saja jenis pendapatan nasional ?
3. Apa saja sumber pendapatan nasional dalam perspektif ekonomi islam ?
4. Bagaimana pendapatan nasional dalam perspektif ekonomi islam ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari Pendapatan Nasional
2. Untuk mengetahui apa saja jenis pendapatan nasional
3. Untuk mengetahui apa saja sumber pendapatan nasional dalam perspektif ekonomi
islam
4. Untuk mengetahui bagaimana pendapatan nasional dalam perspektif ekonomi islam

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendapatan Nasional


Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah
tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu
periode,biasanya selama satu tahun. Perhitungan tersebut berdasarkan anggapan bahwa
pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup selama setahun. Konsep
pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris yang
berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya.pada tahun 1665. Namun pendapat
tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu
ekonomi modern, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk
Nasional Bruto (gross National Product, GNP) yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan tiap tahun oleh suatu negara yang diukur menurut harga pasar.

Oleh karena itu pengertian pendapatan nasional adalah ukuran dari nilai total barang
dan jasa yang dihasilkan suatu Negara dalam kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun) yang
dinyatakan dalam satuan uang. Penggunaan GNP dalam mengukur pendapatan nasional
kurang mampu menggambarkan tingkat kemakmuran suatu bangsa. Ada beberapa hal yang
membuat GNP kurang mampu digunakan untuk mengukur suatu bangsa yaitu hanya produk
tertentu yang dapat memasuki pasar, GNP tidak dapat menghitung nilai sisa, kejadian buruk
seperti bencana alam tidak dihitung dalam GNP, dan masalah polusi. Berbeda dengan
Ekonomi Islam pendapatan nasional yang diterapkan melalui GNP lebih menekankan kepada
falah. Falah merupakan kesejahteraan yang hakiki, di mana komponen spiritualmasuk ke
dalam falah tersebut.1

1. Alfred Marshall Alfred Marshall adalah seorang ahli ekonomi dari Inggris yang aktif
di tahun 1890-an. Ia mengatakan bahwa pendapatan nasional adalah tenaga kerja dan
modal dari suatu negara yang mengolah sumber alamnya untuk memproduksi
sejumlah netto komoditi, baik material dan immaterial, termasuk jasa dan sejenisnya.

1
Eka Sri Apriliana, Jurnal Upaya Peningkatan Pendapatan Nasional Di Tengah Wabah Virus Corona
Perspektif Islam, (Palangkaraya: Institute Agama Islam Negeri Palangkaraya,2020), Vol.6, No.1, Hal: 22

5
2. Arthur Cecil Arthur Cecil Pigou atau Arthur Cecil juga merupakan seorang ekonom
dari Inggris dan merupakan murid dari Alfred Marshall. Ia menyebutkan, pendapatan
nasional adalah bagian dari pendapatan objektif masyarakat, termasuk pendapatan
yang berasal dari luar negeri yang dapat diukur dalam uang.
3. Irving Fisher Irving Fisher adalah ahli ekonomi asal Amerika Serikat yang aktif di
tahun 1890-an. Menurutnya, pendapatan nasional yang hakiki adalah netto yang
langsung dikonsumsi di tahun itu juga.
4. Menurut Mukti Hakim adalah jumlah dari semua pendapatan yang diterima oleh
orang-orang di suatu negara selama satu tahun.2

Dalam definisi yang baru dinyatakan bahwa pendapatan nasional adalah nilai barang-
barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan dalam suatu perekonomian. Ini berarti
walaupun barang-barang yang diciptakan oleh berbagai kegiatan ekonomi adalah berbentuk
benda, pendapatan nasional tidak dinyatakan secara demikian. Pendapatan nasional dihitung
dengan menetukan nilai uang dari berbagai jenis barang dan jasa yang diproduksikan oleh
sesuatu perekonomian.3

Pendapatan nasional dapat disebut juga sebagai ukuran nilai output berupa barang dan
jasa yang dihasilkan suatu Negara dalam periode tertentu atau jumlah seluruh pendapatan
yang diterima oleh masyarakat dalam suatu Negara dalam satu tahun. Pendapatan nasional
memiliki peran yang sangat vital bagi sebuah Negara, karena pendapatan nasional merupakan
salah satu tolok ukur keberhasilan perekonomian suatu Negara. Dengan pendapatan nasional,
akan terlihat tingkat kemakmuran suatu Negara, semakin tinggi pendapatan nasional suatu
Negara maka dapat dikatakan semakin tinggi juga tingkat kesejahteraan rakyatnya. Namun,
sesungguhnya pendapatan nasional suatu Negara tidak dapat sepenuhnya dijadikan sebagai
indikator naiknya tingkat kesejahteraan rakyat di suatu Negara. Sebagai contoh, meskipun
pendapatan nasional Indonesia pada tahun 2010 naik dari tahun sebelumnya, tetapi tetap saja
masih (sangat) banyak rakyat Indonesia yang sampai saat ini hidup di bawah garis
kemiskinan.

2
Eka Sri Apriliana, Jurnal Upaya Peningkatan Pendapatan Nasional Di Tengah Wabah Virus Corona
Perspektif Islam, (Palangkaraya: Institute Agama Islam Negeri Palangkaraya,2020), Vol.6, No.1, Hal: 21.
3
Suhirman Rosyidi , 2014, Pengantar Ekonomi (Pendekatan kepada teori ekonomi mikro dan makro), Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada, hlm 102.

6
2.2 Jenis-jenis Pendapatan Nasional
1. Produk Domestic Bruto (Gross Domestik Product /GDP)

Produk domestic bruto adalah jumlah produk berupa barang dan jasa yang
diperoleh dari unit-unit produksi didalam batas wilayah suatu negara. Dalam
perhitungan GDP jumlah pasar, yang harus diperhatikan adalah jangan sampai ada
perhitungan ganda atau double accounting. Konsep GDP meliputi barang dan jasa
yang dihasilkan oleh warga negara pada suatu negara, baik di luar negeri maupun
dalam negeri.

2. Produk Nasional Bruto (Gross National Product /GNP)

Produk nasional bruto atau PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa
yang dihasilkan oleh masyarakat dalam suatu negara (nasional) selama 1 periode.
Dalam menghitung besarnya GNP berdasarkan harga pasar, yang harus
diperhatikan yaitu jangan sampai ada perhitungkan ganda. Dalam GNP ini, hasil
produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada didalam
negeri maupun luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing
yang beroperasi di wilayah negara tersebut.

Contoh:

GDP (Miliar rupiah) negara A sebesar 6.500.900, pendapatan penduduk


negara A yang ada di negara B sebesar 200.500, dan pendapatan penduduk asing di
negara A sebesar 325.800.

Maka jumlah GNP adalah:

GNP = GDP + Pendapatan netto dari luar negeri

6.500.900+ (200.500 - 325.800)

= 6.500.900 - 125.300

= 6.375.600

NNP = GNP - Penyusutan

= 6.375.600-11.400

= 6.364.200

7
3. Pendapatan Nasional Netto (Net National Income/ NNI)

Pendapatan Nasional Netto (NNI) adalah pendapatan yang dihitung dari


jumlah balas jasa yang diterima oelh rakyat sebagai pemilik faktor produksi.
Besarnya NNI bisa didapat dari NNP dikurangi dengan pajak tidak langsung dan
subsidi. Pajak tidak langsung yaitu pajak yang beratnya dapat digeserkan kepada
pihak lain, contoh pajak penjualan, pajak impor, bea ekspor, dan cukai-cukai.
Sedangakan subsidi adalah bantuan dari pemerintah kepada masyarakat.

Contoh:

Pajak penjualan barnag sebesar 125.000, dan subsidi sebesar 30.000, maka
jumlah NNI adalah:

NNI = NNP - Pajak tidak langsung + Subsidi

= 6.364.200-125.000 + 30.000

= 6.269.200

4. Pendapatan Perseorangan (Personal Income)

Pendapatan perseorangan adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap


penduduk dalam masyarakat termasuk pendapatan yang didapatkan tanpa
memberikan suatu kegiatan yang lainnya.

Pendapataan perseorangan dapat diperhitungkan dari NNI dikurangi dengan :

a) Pajak Perseroan, yaitu pajak yang dibayar oleh setiap badan usaha kepada
pemerintah.

b) Laba yang tidak dibagi, yaitu jumlah laba yang tetap ditahan di dalam
perusahaan untuk tujuan tertentu, contoh untuk keperluan memperluas wilayah
perusahaan.

c) Iuran pensiun yaitu iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan
perusahaan dengan tujuan untuk dikembalikan setelah tenaga kerja tersebut
mencapai umur tertentu dan tidak lagi bekerja.

8
d) Asuransi yaitu perjanjian antara dua pihak, dimana pihak satu harus wajib
membayar iuran atau yang lainnya, dan pihak yang lain harus memberikan
jaminan penuh kepada pembayar iuran tersebut.

Dalam pendapatan perseorangan termasuk juga pembayaran transfer (tarnfer


payment). Transfer payment adalah pembayaran-pembayaran di negara-negara
yang dibayarkan kepada orang-orang tertentu, dan pembayaran tersebut bukan
merupakan balas jasa atas keikutsertaannya dalam proses produksi tahun sekarang,
melainkan sebagai balas jasa untuk tahun-tahun sebelumnya, atau juga bisa
penerimaan yang bukan balas jasa proses produksi pada tahun tertentu, tetapi
diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun yang lalu.4

2.3 Sumber pendapatan nasional dalam perspektif ekonomi islam


Perekonomian telah diatur dalam negara Islam perihal kebijakan yang harus dibuat
oleh pemerintah untuk kesejahteraan rakyat. Kebijakan yang dimaksud ialah kebijakan
fiscal (Suparmoko 1997) yang membahas keuangan public. Islam menentukan
pengelolaan keuangan public yang baik, artinya bagaimana peran pemerintah dalam
mengelola sumber pendapatan masyarakat untuk dihimpun dan didistribusikan untuk
kesejahteraan masyarakat Kembali (Fuad 2010).

Pengelolaan keuangan public telah dipraktikkan sejak lama dalam Islam, mulai dari
zaman Nabi hingga zaman Khulafa ar-Rasyidin dan dikembangkan ulama penerusnya
(Karim 2008). Harta rampasan perang atau ghanimah merupakan sumber pendapatan
negara yang paling utama pada zaman nubuwwah, lalu diserahkan kepada pemerintah
seperlima (khums) dari yang didapat. Sumber keuangan lainnya pada zaman Rasul ialah
jizyah, infaq, kharraj dan ushr (Islahi 1988). Pada zaman kepemimpinan Umar bin
Khattab, ia membentuk Baitul Maal dengan mendirikan al-diwan. Ia berkuasa selama 29
bulan dan memerintah wilayah seluas 15 juta km persegi dengan penduduk kurang lebih
62 juta orang (1/3 penduduk dunia kala itu) yangsekarang setara dengan 39 negara dan
menghasilkan 0 mustahiq (Natadipurba 2016). Artinya, kebijakan keuangan seharusnya
ditetapkan penguasa (pemerintah) agar tercapai kesejahteraan masyarakat.

Berikut beberapa sumber pendapatan negara dalam perspektif Ekonomi Islam:

a. Ghanimah

4
Indra Bastian Tahir, dkk. Ekonomi Makro, (Pasaman Barat : Azka Pustaka), 40-42.

9
Ghanimah berasal dari kata "ghanama", artinya mendapatkan hasil 'rampasan
perang'. Harta yang diperoleh tersebut merupakan hasil dari peperangan dengan
kaum musyrikin yang tinggal di daerah lain, baik harta bergerak maupun harta tidak
bergerak, yaitu tanah, perhiasan, unta, senjata, dll. 1/5 porsi diberikan kepada Allah
dan Rasul- Nya, shahabah Rasul, fakir miskin, anak yatim, dan ibnu sabil, 4/5 nya
kepada bala tentara yang ikutserta dalam perang, sementara sisanya dihimpun di
Baitul Mal untuk didistribusikan (Mardani 2012).

b. Zakat
Zakat berasal dari "zaka" yang artinya menumbuhkan. Sedangkan menurut
syariah, zakat diartikan sebagai hak yang besarnya sudah ditentukan dan wajib
hukumnya untuk dikeluarkan kepada orang-orang yang telah ditentukan pula. Harta
yang dimaksud merupakan milik penuh, serta mencapai haul dan nisab (Huda dkk.
2015). Harta yang wajib dikeluarkan zakatnya meliputi: emas dan perak, binatang
ternak (kambing, unta, kerbau, dan sapi), buah-buahan (kurma/anggur), bebijian
(jagung, gandum, dan beras), harta perniagaan. Maka, zakat merupakan kewajiban
seseorang untuk mengeluarkan sebagian pendapatan atau hartanya untuk
didistribusikan kepada rakyat yang membutuhkan (Nasution, Setyanto, dan Huda
2007).
c. Sedekah
Sedekah berasal dari "shadaqa" yang artinya benar. Sedekah berbentuk materi
yang dikorbankan. Ibn Taimiyah berpendapat bahwa sedekah merupakan zakat yang
wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atas harta yang dimilikinya (Jauhari 2011).
Sedekah dalam pandangan sya'ri merupakan sesuatu yang ma'ruf. Hal ini sesuai
dengan hadits riwayat Muslim, "kullu ma'rufin shadaqatun" yang artinya setiap
kebaikan adalah sedekah meliputi mencegah maksiat, menafkahi keluarga, dan
tersenyum (Purwanti 2020).
d. Infaq
Infaq berasal dari kata "anfaqa", artinya mengeluarkan/ mendistribuskan harta untuk
keperluan tertentu (Azzam dan Hawwas 2013). Infaq juga dapat diartikan sebagai
pengeluaran sebagian harta untuk suatu kepentingan sesuai ajaran Islam (Hafidhudin
1998). Infaq tidak dibatasi nishab, asnaf, dan subjek, artinya bisa dihimpun dari siapa
saja serta didistribusikan kepada siapa saja (Mardiantari 2019).
e. Ushr

10
Ushr dapat diartikan sebagai sepersepuluh dari lahan pertanian yang diari dengan air
hujan serta sepersepuluh diambil dari barang dagangan yang dibawa pedagang kafir
saat memasuki wilayah Islam. Ushr diwajibkan pada hasil nyata yang diperoleh dari
tanahnya (Zallum 2009). Harta ushr meliputi hasil pertanian dan perkebunan (buah-
buahan, madu, dll). Sedangkan tanah yang telah diwakafkan dianggap tanah 'ushr
bila pemilik telah menanaminya. Hasil pertanian yang dibagikan adalah ketika sudah
panen. Porsi yang dikeluarkan sebesar 10% untuk tanah yang diairi oleh sumber air
alami (hujan, arus, dsb) dan 5% untuk tanah yang pengairannya menggunakan alat-
alat produksi (sumur, alat irigasi, dll) (P. P. dan P. E. I. P3EI 2008).
f. Jizyah
Jizyah berasal dari jaza' yang artinya kompensasi. Jizyah dibebankan kepada non
muslim karena kekafirannya dan bukan karena hartanya (Zallum 2009). Yang
dimaksud adalah orang kaya. Sebagai jaminan orang non-muslim untuk hidup dan
tinggal di negara Islam agar memperoleh fasilitas umum layaknya Islam, namun
mereka tidak berkewajiban ikut perang membela kaum muslim, kecuali membela
negara (Gusfahmi 2007). Nominal jizyah bisa berbeda-beda tiap individu, namun
tetap berprinsip pada keadilan.
g. Kharaj
Kharaj artinya kontrak atau menyerahkan, yaitu pajak tanah atau hasil dari tanah
milik non-muslim yang telah ditaklukan serta diambil alih oleh muslimin. Hasil dari
cocok tanam tersebut dibagi sama rata antara muslim dan non-muslim (Gusfahmi
2007). Kharaj dibagi menjadi dua, yaitu pajak tetap dan pajak proporsional (Karim
2008). Pajak tetap dikenakan pada tanah selama setahun, sedangkan pajak
proporsional dikenakan sebagian dari total hasil produksi pertanian. Pendistribusian
kharaj dimanfaatkan untuk kepentingan seluruh umat muslim (P. P. dan P. E. I. U. Y.
P3EI 2008).
h. Pajak pertambangan
Pajak pertambangan atau emas, perak, besi, dsb yang ditemukan seseorang di
wilayah Islam. Untuk menciptakan keadilan pada suatu negara, 1/5 harta tersebut
diserahkan kepada negara. Tetapi dalam hal perpajakan ini, para ulama mempunyai
pendapat yang berbeda (Lbs 2016).
i. Wakaf
Wakaf artinya menahan. Wakaf adalah pengalihan hak individu maupun
lembaga yang bersifat tetap (zatnya) kepada orang atau nadzir wakaf dan hasilnya

11
dipergunakan sesuai syariat Islam (Aziz 2017), Wakaf juga bisa diartikan sebagai
penahanan asset, dimana hasil assetnya dimanfaatkan untuk kepentingan amal.
Harta yang diwakafkan bukan lagi miliknya karena telah berpindah hak
kepemilikan, karena harta tersebut hanya milik Allah yang harus digunakan untuk
kesejahteraan masyarakat.

2.4 Pendapatan nasional dalam perspektif ekonomi islam


Pendekatan ekonomi konvensional bahwa GDP atau GNP riil merupakan tolak ukur

kesejahteraan ekonomi pada suatu negara. Ketika GNP meningkat, maka kesejahteraan rakyat
juga semakin meningkat atau sebaliknya, tentu setelah dibagi dengan jumlah penduduk (GNP
per kapita). Kritik bahwa ukuran kesejahteraan tersebut tidak sempurna dilontarkan oleh para
ekonom.

Diantara para ekonom tersebut ialah Nordhaus dan Tobin dari Yale University
mengajukan konsep MEW (Measure of Economic Welfare), namun konsep tersebut tidak
dikembangkan dan cenderung menggunakan konsep GNP riil per kapita hingga saat ini.
Beberapa hal yang diungkapkan bahwa GNP kurang dapat digunakan sebagai tolak ukur
kesejahteraan pada suatu negara adalah sebagai berikut (Huda, Nasution, Idris, dkk. 2009):

a. GNP menghitung produk yang masuk pasar saja, sedangkan produk yang
dihasilkan maupun dikonsumsi sendiri tidak termasuk dalam hitungan GNP.
Misal, beberapa rakyat desa yang ada di Negara berkembang dalam memenuhi
kebutuhan pokok harian selain beras (kalau di Indonesia), mereka mengonsumsi
sayuran dan palawijaya yang ada di lahan pekarangan untuk dikomsumsi mereka
sendiri, dan hal ini sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan mereka.
b. GNP tidak memasukkan waktu istirahat (leisure time) dalam hitungan yang justru
pengaruhnya sangat besar.
Faktanya negara maju telah memasukkan waktu kerja dalam hitungan dan
memperkecil waktu tersebut. Dalam hal ini ada perbedaan antara GNP dan
kesejahteraan yang semakin besar.
c. GNP tidak memasukkan bencana alam dalam hitungan.
Misal, bencana tsunami yang melanda Aceh pada bulan Desember tahun 2004
mengurangi kesejahteraan masyarakat Aceh. Tetapi, saat pemerintah melakukan
pembangunan kembali infrastruktur pasca tsunami, pendanaannya justru masuk

12
kedalam GNP yaitu pengeluaran pemerintah (G), namun pihak swasta yang
membantu dihitung dalam GNP yaitu Investasi (I).
Hal ini mengakibatkan GNP meningkat, namun kesejahteran rakyat Aceh
menurun.
d. Permasalahan polusi tidak termasuk dalam hitungan GNP
Misal, ada banyak pabrik yang dalam produksinya justru menimbulkan polusi
udara maupun polusi air. Hal ini mengakibatkan lingkungan tercemar dan
menimbulkan berbagai penyakit terhadap warga yang tinggal di sekitar pabrik.
Hal tersebut berdampak pada berkurangnya kesejahteraan karena harus ada biaya
berobat.
Berdasarkan contoh-contoh tersebut, jelas bahwa GNP sulit digunakan sebagai
tolak ukur pendapatan nasional dan sulit untuk menggambarkan tingkat
kesejahteraan suatu negara.
Satu hal yang menjadi sangat penting untuk membedakan system ekonomi
Islam dan system ekonomi konvensional ialah penerapan paramaeter falah sebagai
tolak ukur (Purwanto dan Siswahadi 2021). Falah merupakan kesejahteraan hakiki
dan disertai komponen ruhaniah. Dalam Islam, esensi manusia ada pada
rohaninya. Karena itu seluruh kegiatan duniawi termasuk dalam aspek ekonomi
diarahkan tidak saja untuk memenuhi tuntutan fisik (jasadiyah) melainkan juga
memenuhi kebutuhan kebutuhan rohani dimana roh merupakan esensi manusia
(Huda, Nasution, Idris, dkk. 2009).
Maka dari itu, sistem Ekonomi Islam selain memasukkan unsur falah dalam
menganalisis kesejahteraan, penghitungan pendapatan nasional juga harus mampu
mengenali bagaimana interaksi instrumen-instrumen wakaf, zakat, dan sedekah
dalam meningkatkan kesejahteraan umat (Sudarsono 2004). Artinya aspek mikro
juga sangat terkait erat dengan kondisi ekonomi makro.
Ekonomi Islam perlu menetapkan cara yang tepat untuk mengukur tingkat
kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan social ditinjau dari sistem moral serta
sosial Islam (Mannan 1997). Dalam hal ini, ada 4 hal yang dapat diukur melalui
pendekatan Pendapatan Nasional dari perspektif system ekonomi Islam, yaitu
(Nafan 2014):
a. Pendapatan Nasional Menjadi Ukuran Penyebaran Pendapatan Individu
Rumah Tangga

13
Meskipun GNP dirancang untuk mengukur aktivitas ekonomi pasar,
GNP tidak dapat menjelaskan komposisi dan distribusi produksi per kapita
yang sebenarnya. Bahkan, GNP tidak dapat mengidentifikasi kegiatan
produksi yang tidak dilakukan di pasar. Artinya GNP tidak mencatat
kegiatan keluarga produktif yang dikonsumsi langsung dan tidak
dipasarkan. Padahal, kegiatan ini berdampak besar terhadap kesejahteraan
individu (disposable income). Dalam perhitungan GNP tradisional,
produksi barang mewah dan produksi kebutuhan pokok memiliki bobot
yang sama. Untuk mencapai kesejahteraan, system ekonomi Islam
memberi solusi agar bobot produksi kebutuhan pokok lebih berat
dibanding produksi barang-barang mewah.
b. Pendapatan Nasional Menjadi Ukuran Produksi Pada Sektor Pedesaan
Ekonom konvensional harus menyadari bahwa bahwa mengukur
produksi komoditas subsisten secara akurat tidaklah mudah. Namun, harus
disepakati untuk memasukkan produksi bahan baku subsistem dalam
perhitungan GNP. Mata pencaharian ini, terutama pangan, sangat penting
di negara-negara Islam yang sedang berkembang karena termasuk dalam
pengaturan ekonomi dunia. Untuk mengetahui tingkat produksi barang
swasembada ini, terlebih dahulu kita perlu mengetahui tingkat harga yang
akan digunakan. Ketidaktahuan ini jelas merupakan kelemahan yang perlu
segera diatasi, karena kehidupan masyarakat sangat bergantung pada
sektor ini dan ini merupakan isu sentral dari distribusi pendapatan
(Purwanto dan Siswahadi 2021).
c. Pendapatan Nasional Menjadi Ukuran Kesejahteraan Ekonomi Islam
Penting untuk menyatakan permintaan dasar barang dan jasa sebagai
persentase dari total konsumsi. Sangat menarik untuk mempelajari kajian
profesor. William Nordhaus dan James Tobin dari Economic Welfare
Measures (MEW) dalam Situasi Ekonomi Barat. Ketika GNP mengukur
hasil, MEW adalah ukuran konsumsi rumah tangga yang berkontribusi
pada kemakmuran rakyat, Perkiraan MEW didasarkan pada asumsi bahwa
kemakmuran rumah tangga merupakan kegiatan ekonomi terakhir yang
bergantung pada tingkat konsumsi. Meskipun MEW diukur dalam konteks
Barat, konsep ini memberikan petunjuk berharga yang bisa menjadi

14
perkiraan tingkatan kebutuhan hidup minimum yang sesuai dengan ajaran
Islam.
d. Pendapatan Nasional Menjadi Ukuran Kesejahteraan Sosial Islam Melalui
Nilai Santunan.
Catatan yang ditingkatkan memungkinkan untuk menyelidiki sektor
tambahan dan jenis aktivitas sosial untuk pengambilan keputusan. Zakat,
salah satu pengiriman uang yang paling penting di negara Islam,
sebenarnya mudah untuk memperkirakan, dibandingkan dengan
sumbangan yang Islam sering berikan kepada orang yang membutuhkan.
Upaya saat ini sedang dilakukan untuk mengukur pendapatan Zakat
sebagai persentase dari GNP. Pengukuran ini sangat berguna sebagai
variabel kebijakan dalam pengambilan keputusan sosial dan ekonomi
sebagai bagian dari pengentasan kemiskinan.5

5
Aqif Khilmia, Mustofa, Pendapatan Negara Antara Konvensional dan Islam, Vol 18, No 1, juni 2022, 7-12.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendapatan nasional adalah ukuran dari nilai total barang dan jasa yang dihasilkan suatu
Negara dalam kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun) yang dinyatakan dalam satuan
uang. Pendapatan nasional dapat disebut juga sebagai ukuran nilai output berupa barang dan
jasa yang dihasilkan suatu Negara dalam periode tertentu atau jumlah seluruh pendapatan
yang diterima oleh masyarakat dalam suatu Negara dalam satu tahun. Jenis jenis pendapatan
national ada 4 yaitu : Produk Domestic Bruto (Gross Domestik Product /GDP), Produk
Nasional Bruto (Gross National Product /GNP), Pendapatan Nasional Netto (Net National
Income/ NNI), Pendapatan Perseorangan (Personal Income).Perekonomian telah diatur dalam
negara Islam perihal kebijakan yang harus dibuat oleh pemerintah untuk kesejahteraan rakyat.
Kebijakan yang dimaksud ialah kebijakan fiscal (Suparmoko 1997) yang membahas
keuangan public. ada 4 hal yang dapat diukur melalui pendekatan Pendapatan Nasional dari
perspektif system ekonomi Islam, yaitu : pendapatan nasional menjadi ukuran penyebaran
pendapatan individu rumah tangga,pendapatan nasional menjadi ukuran produksi pada sektor
pedesaan, pendapatan nasional menjadi ukuran kesejahteraan ekonomi islam , pendapatan
nasional menjadi ukuran kesejahteraan sosial islam melalui nilai santunan

3.2 Saran
Penulis menyadari kekurangan dari makalah ini sehingga diharapkan adanya masukan
berupa kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan pembuatan makalah ini dan
bermanfaat khususnya untuk penulis dan untuk pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Apriliana Eka Sri, Jurnal Upaya Peningkatan Pendapatan Nasional Di Tengah Wabah Virus
Corona Perspektif Islam, (Palangkaraya: Institute Agama Islam Negeri Palangkaraya,2020),
Vol.6, No.1, Hal: 22

Apriliana Eka Sri, Jurnal Upaya Peningkatan Pendapatan Nasional Di Tengah Wabah Virus
Corona Perspektif Islam, (Palangkaraya: Institute Agama Islam Negeri Palangkaraya,2020),
Vol.6, No.1, Hal: 21.

Rosyidi Suhirman , 2014, Pengantar Ekonomi (Pendekatan kepada teori ekonomi mikro dan
makro), Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, hlm 102.

Tahir Indra Bastian, dkk. Ekonomi Makro, (Pasaman Barat : Azka Pustaka), 40-42.

Mustofa Aqif Khilmia, Pendapatan Negara Antara Konvensional dan Islam, Vol 18, No 1,
juni 2022, 7-12.

17

Anda mungkin juga menyukai