1. Y =C +G+ I
C=C 0+ C1 Y d , dimana C0=10 danC 1=0.5
T = 50
G = 150
I = 100
a. Akan dicari terlebih dahulu income pada titik equilibrium atau pendapatan pada titik
keseimbangan
Y =C +G+ I
Y =10+ 0.5 Y d +G+ I
Y =10+ 0.5(Y −T )+G+ I
0.5 Y =10+ 0.5(−T )+G+ I
0.5 Y =10+ 0.5 (−50 ) +150+100
0.5 Y =235
Y =470
Y =C +G+ I
Y =5+ 0.5 Y d +G+ I
Y =5+ 0.5(Y −T )+G+ I
0.5 Y =5+ 0.5(−T )+G+ I
0.5 Y =5+ 0.5 (−50 ) +150+100
0.5 Y =230
Y =460
Secara intuitif, bila C 0 berkurang, Y atau pendapatan nasional juga akan berkurang
karena berlaku fungsi Y= C+G+I, dimana bila C 0 berkurang, nilai C atau konsumsi
akan berkurang sehingga nilai Y juga akan berkurang. Tetapi, nilai dari savings atau
tabungan tetap. Hal ini karena terdapat hubungan I+G=S+T, dimana I adalah
investasi, G adalah pengeluaran pemerintah, dan T adalah pajak. Pada kasus kali ini,
tidak terjadi perubahan dari I, G dan T sehingga nilai S juga tetap sama dengan
sebelumnya.
2. a. MPC seorang individu bisa lebih tinggi pada long run dibandingkan pada short run
apabila tingkat inflasi ataupun tingkat konsumsi seseorang meningkat lebih cepat
daripada tingkat kenaikan pendapatan disposebel.
b. MPC seorang individu bisa lebih rendah pada long run dibandingkan pada short run
apabila pola konsumsi seseorang cenderung stagnan atau stabil setelah beberapa waktu
walaupun tingkat pendapatan disposebelnya bertambah karena kenaikan gaji. Individu
dengan MPC long run lebih rendah daripada MPC short run cenderung menabung
sebagian pendapatan yang ia terima.
c. APC seorang individu mungkin lebih besar daripada unity pada short run (APC
individu > 1) ketika konsumsi lebih besar daripada pendapatan, contohnya adalah ketika
seseorang baru diterima kerja, pendapatan disposebelnya masih rendah sehingga
konsumsi lebih besar daripada pendapatan.
d. APC seorang individu mungkin lebih besar daripada unity pada long run (APC
individu > 1) ketika seorang individu mengalami penyakit ganas selama bertahun-tahun
dan membutuhkan treatment berkala seperti kemoterapi, cuci darah, dsb. Dengan kondisi
kesehatan yang tidak baik, individu tersebut tidak dapat bekerja pada umumnya sehingga
APC individu tersebut akan lebih besar daripada 1 pada long run.
e. APC suatu negara mungkin lebih besar daripada unity pada long run (APC negara > 1)
ketika suatu negara baru saja merdeka, dan untuk merintis pembangunan dalam negeri
perlu untuk hutang ke negara lain. Karena negara yang baru saja merdeka tentunya tidak
memiliki pendapatan yang stabil dan tak dapat menutupi pengeluaran, APC negara
tersebut akan lebih besar daripada 1.
f. APC suatu negara mungkin lebih besar daripada unity pada short run (APC negara >1)
ketika suatu wilayah kecil dalam suatu negara yang daerahnya luas terkena bencana alam.
Negara akan melakukan pengeluaran pembangunan kembali wilayah yang terkena
dampak dari bencana alam tersebut dan terjadi konsumsi jangka pendek yang lebih besar
daripada konsumsi pada saat tidak ada bencana. Dalam hal ini, karena hanya sedikit
daerah yang terkena bencana, tidak sampai terjadi kelumpuhan ekonomi negara. Dalam
hal ini terjadi APC negara>1 pada short run.
3. Hubungan antara garis 45 derajat antara pengeluaran agregat dan pendapatan nasional
yaitu keseimbangan pendapatan nasional tercapai bila fungsi pengeluaran agregat AE =
C+I+G+(X-M) dimana C adalah konsumsi, I adalah investasi, G adalah pengeluaran
pemerintah, X adalah ekspor, M adalah impor, memotong garis 45 derajat. Dalam
menentuka titik keseimbangan, penting untuk memilih skala vertikal dan horizontal yang
identik, karena bila kita memilih skala vertikal dan horizontal yang tidak identik, garis
yang kita gunakan tidak bisa garis 45 derajat. Garis yang kita gunakan haruslah garis
Y=AE. Selain itu, dengan skala yang tidak identik antara vertikal dan horizontal akan
mengakibatkan kesalahan pembaca grafik dalam membaca visualisasi grafik
keseimbangan.
4. Tingkat produksi sebenarnya dan tingkat pendapatan nasional tergantung pada
pengeluaran agregat yang dilakukan dalam perekonomian. Meningkatnya pendapatan
nasional berbanding lurus dengan meningkatnya pengeluaran agregat.
Pengeluaran agregat lebih besar daripada pendapatan nasional, berarti yang diproduksi
oleh sektor perusahaan tidak mencukupi sehingga lebih banyak barang dan jasa harus
diproduksikan untuk memenuhi kelebihan pengeluaran agregat. Kondisi tersebut dapat
dikatakan bahwa perekonomian negara mengalami ekspansi. Dengan lebih banyak barang
dan jasa harus diproduksikan, menyebabkan perubahan dari pengeluaran agregat agar
pengeluaran agregat sama nilainya dengan pendapatan nasional sehingga terjadi
keseimbangan dalam perekonomian.
Pengeluaran agregat lebih kecil daripada pendapatan nasional, berarti sebagian barang
dan jasa yang diproduksi oleh sektor perusahaan tak dapat dijual sehingga sektor
perusahaan akan mengurangi produksinya. Kondisi tersebut dapat dikatakan bahwa
perekonomian negara mengalami kontraksi. Dengan pengurangan barang dan jasa yang
harus diproduksikan, menyebabkan perubahan dari pengeluaran agregat agar pengeluaran
agregat sama nilainya dengan pendapatan nasional sehingga terjadi keseimbangan dalam
perekonomian. Selain itu, berlaku pula paradoks menabung, dimana ketika masyarakat
cenderung menabung lebih banyak, akibatnya tingkat konsumsi masyarakat cenderung
menurun. Hal ini menyebabkan sektor perusahaan mengurangi produksi sehingga
pendapatan nasional pun akan menurun.
RANGKUMAN BAB 6
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN TERBUKA
Ivan Noverlianto Tanawi (1606889206)
Pada gambar bagian (a) menunjukan bahwa fungsi ekspor adalah pengeluaran otonomi yakni
tingkatannya tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional. Ekspor tetap sebanyak X 0 pada
berbagai tingkat pendapatan nasional.
Pada gambar bagian (b) menunjukan perubahan ekspor. X0 merupakan fungsi ekspor semula.
Apabila ekspor telah bertambah, X0 berubah menjadi X1. Faktor yang dapat merubahnya yaitu
perubahan cita rasa masyarakat negara luar dan mengimpor dari dalam negeri. Faktor
teknologi juga dapat berpengaruh pada peningkatan ekspor, apalagi negara tersebut
pertumbuhan ekonominya sudah berkembang pesat, maka negara tersebut dapat
meningkatkan mutu barang dan akan menambah atau meningkatkan permintaan masyarakat
dari negara pengimpor kepada negara pengekspor.
Selanjutnya adalah perubahan ekspor yang terjadi karena berkurangnya daya ekspor seperti
terlihat pada grafik X0 ke X3. Kemerosotan tersebut bisa terjadi karena berkurangnya cita rasa
masyarakat atau merosotnya dalam persaingan pada pasaran luar negeri.
Gambar di atas menunjukan pada perubahan impor yang akan berlaku dari waktu ke waktu.
Jika kita lihat pada kurva (i) kecondongan impor yaitu nilai m mengalami perubahan. Seperti
yang terlihat pada garis M1 dan M2. Apabila garis M1 berubah menjadi M2 maka kecondongan
untuk mengimpor berkurang. Berkurangnya kecondongan mengimpor bisa disebabkan karena
cita rasa masyarakat yang berkurang. Selain itu, kecondongan mengimpor bertambah dapat
terlihat pada perubahan dari garis M1 ke M3.
Kurva (ii) menunjukan bahwa perubahan fungsi impornya sejajar. Jadi perubahan fungsi
impor ini pengaruhnya sesuai dengan pendapatan nasional dan harga barang dalam negeri.
Dalam kurva (ii) perubahan fungsi impor M1 ke M3 menggambarkan peningkatan impor dari
setiap tingkat pendapatan nasional. Pendapatan nasional (Y0) nilai impornya meningkat dari
Ma ke Mb. Perubahan ini bisa disebabkan oleh efek inflasi dalam negeri. Contoh, apabila
harga barang dalam negeri meningkat karena inflasi maka masyarakat lebih memilih kepada
barang impor karena harganya murah.
Pada perubahan M1 ke M2 menunjukan peningkatan impor berkurang pada setiap tingkat
pendapatan nasional. Jika dilihar dari pendapatan nasionalnya (Y0) menunjukan impor
berkurang dari Ma menjadi Mc. Pengaruh impor berkurang karena harga dalam negeri murah
dan bagusnya mutu barang tersebut. Pada setiap tingkat pendapatan nasional, masyarakat
tetap lebih memilih pada barang dalam negeri.
Dalam konsumsi atau pengeluaran rumah tangga terdiri dari pengeluaran ke atas barang dalam
negeri dan ke atas barang impor. Persamaannya yaitu C = C dn + M. Berdasarkan persamaan –
persamaan yang ada diatas, AE dapat disederhanakan menjadi:
AE = C + I + G + X
Dalam keseimbangan pendapatan nasional pada perekonomian terbuka akan tercapai apabila
Y + M = C + I + G + X atau Y = C + I + G + (X-M)
Jika dilihat dari gambar di atas, dengan pendekatan pengeluaran agregat – penawaran agregat
dapat dijelaskan bahwa dalam perekonomian 3 sektor, akan mencapai keseimbangan
pendapatan nasional pada keadaan Y = C + I + G dan pendapatan nasionalnya adalah Y 3.
Apabila perekonomian ini berubah menjadi perekonomian terbuka, maka akan timbul 2 aliran
pengeluaran baru yaitu ekspor dan impor. Ekspor akan menambah pengeluaran agregat dan
impor mengurangi pengeluaran agregat. Dalam pengeluaran agregat perekonomian tertutup
fungsinya terdiri AE = C + I + G. Jika berubah menjadi perekonomian terbuka maka AE = C
+ I + G + (X-M) yakni perekonomian terbuka adalah perekonomian 4 sektor.
Pada garis Cdn menunjukan pengeluaran rumah tangga keatas produksi dalam negeri pada
berbagai tingkat pendapatan nasional. Diantara garis Cdn dan C itu menunjukan nilai impor.
Pada garis Cdn yang memotong garis Y = AE maka fungsi bocoran S + T + M harus
memotong sumber datar dan keadaan teresbut menggambarkan bahawa nilai S + T + M = 0
dan nilai Cdn = Y. Dalam perekonomian terbuka, pendapatan nasional adalah Y = C dn + S + T
+M. Jadi, apabila Y = Cdn maka dengan sendirinya S + T + M = 0.
Gambar di atas menunjukan keseimbangan pendapatan nasional menurut pendekatan suntikan
dan bocoran. Pada perekonomian tertutup keseimbangan dicapai pada E 0 yaitu apabila S + T =
I + G dan pendapatan nasionalnya adalah Y3. Apabila perekonomian tertutup berubah menjadi
terbuka maka pengaruhnya adalah :
(i) Suntikan bertambah sebanya X karena dari I + G menjadi I + G + X dan perubahannya
sejajar karena ekspor adalah pengeluaran otonomi.
(ii) Bocoran bertambah sebanyak M, dari S + T menjadi S + T + M. Y 3 adalah pendapatan
nasional. E1 adalah keseimbangan yang dicapai. M adalah pengeluaran yang terpengaruh,
artinya sebanding dengan pendapatan nasional.
Contoh soal:
Misalkan dalam suatu perekonomian terbuka, fungsi konsumsi adalah C=500+0.8 Y d , pajak
adalah 25% dari pendapatan nasional (T=0.25Y), I(investasi swasta)=500,G(pengeluaran
pemerintah)=1000, X(ekspor) = 800 dan impor 10% pendapatan nasional (M=0.1Y), dan
tingkat kesempatan kerja penuh pada pendapatan nasional sebanyak 6000.
a. Tentukan fungsi konsumsi sebagai fungsi dari Y
C=500+0.8 Y d
C=500+0.8( Y −T )
C=500+0.8( Y −0.25 Y )
C=500+0.6 Y
b. Tentukan pendapatan nasional pada keseimbangan
Y =C + I + G+( X −M )
Y =500+ 0.6 Y +500+1000+( 800−0.1 Y )
0.5 Y =2800
Y =5600
c. Untuk mencapai kesempatan kerja penuh, perubahan apa yang perlu dibuat bila pajak saja
yang diturunkan?
Y =C + I + G+( X −M )
Y =500+ 0.8 Y d +500+1000+(800−0.1Y )
6000=500+0.8(Y −T 0 )+500+1000+(800−0.1 Y )
6000=2800+0.8 Y −0.8 T 0−0.1 Y
6000=2800+0.8(6000)−0.8T 0−0.1(6000)
0.8 T 0=−6000+2800+ 4800−600
0.8 T 0=1000
T 0=1250
Bila pajak tidak berubah, pada pendapatan nasional 6000 jumlah pajak adalah T = 0.25Y
= 0.25(6000) = 1500. Untuk mencapai kesempatan kerja penuh, pajak diturunkan
sebanyak 1500-1250=250
d. Untuk mencapai kesempatan kerja penuh, perubahan apa yang perlu dibuat bila
pengeluaran pemerintah saja yang dinaikkan?
Y =C + I + G+( X −M )
Y =500+ 0.6 Y +500+G 0 +( 800−0.1 Y )
6000=500+0.6(6000)+500+G0 +800−0.1(6000)
6000=500+3600+500+G 0 +800−600
G0=6000−5400+600
G 0=1200
Dengan demikian, untuk mencapai kesempatan kerja penuh, pengeluaran pemerintah perlu
ditambah 1200-1000=200
e. Nyatakan kedudukan budget pemerintah pada keseimbangan awal dan pada kesempatan
kerja penuh. Nyatakan fungsi pajak baru.
Pada keseimbangan asal (Y=5600), pajak sebesar T=0.25Y=0.25(5600) = 1400.
Pengeluaran pemerintah G=1000. Maka pengeluaran pemerintah mengalami surplus T-
G=1400-1000=400.
Pada kasus pengurangan pajak untuk mencapai kesempatan kerja penuh, pajak berkurang
menjadi 1250. Pengeluaran pemerintah mengalami surplus yaitu T-G=1250-1000=250.
Pada kasus penambahan pengeluaran pemerintah untuk mencapai kesempatan kerja
penuh, pajak adalah 0.25(6000)=1500 dan pengeluaran pemerintah menjadi 1200.
Pengeluaran pemerintah mengalami surplus yaitu T-G=1500-1200=300.
Akan dicari fungsi pajak yang baru
T =T 0+ 0.25Y
1250=T 0 +0.25 ( 6000 )
T 0=1250−1500=−250
Dengan demikian, fungsi pajak baru adalah T =−250+ 0.25Y