Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKROEKONOMI

Ivan Noverlianto Tanawi (1606889206)

1. Y =C +G+ I
C=C 0+ C1 Y d , dimana C0=10 danC 1=0.5
T = 50
G = 150
I = 100
a. Akan dicari terlebih dahulu income pada titik equilibrium atau pendapatan pada titik
keseimbangan
Y =C +G+ I
Y =10+ 0.5 Y d +G+ I
Y =10+ 0.5(Y −T )+G+ I
0.5 Y =10+ 0.5(−T )+G+ I
0.5 Y =10+ 0.5 (−50 ) +150+100
0.5 Y =235
Y =470

Didapatkan bahwa equilibrium income adalah 470. Selanjutnya akan dicari


consumption (konsumsi) pada keseimbangan. Sebelumnya, didapatkan bahwa
Y(pendapatan) pada keseimbangan adalah 470. Oleh karena itu, pendapatan
disposebel adalah Y d =470−T =470−50=420 . Selanjutnya, konsumsi pada
keseimbangan dapat dihitung. Didapatkan bahwa konsumsi pada keseimbangan
adalah C=10+0.5 Y d =10+0.5 ( 420 )=220. Setelah menemukan konsumsi pada
keseimbangan, lalu kita mencari savings (tabungan) pada keseimbangan. Karena
terdapat rumus Y d =C+ S , tabungan dapat dihitung dengan
S=Y d−C=420−220=200 .
b. Bila pada soal (a), C 0 diganti menjadi 5, maka pendapatan pada keseimbangan akan
berubah.

Y =C +G+ I
Y =5+ 0.5 Y d +G+ I
Y =5+ 0.5(Y −T )+G+ I
0.5 Y =5+ 0.5(−T )+G+ I
0.5 Y =5+ 0.5 (−50 ) +150+100
0.5 Y =230
Y =460

Didapatkan bahwa equilibrium income adalah 460. Selanjutnya akan dicari


consumption (konsumsi) pada keseimbangan. Sebelumnya, didapatkan bahwa
Y(pendapatan) pada keseimbangan adalah 460. Oleh karena itu, pendapatan
disposebel adalah Y d =460−T =460−50=410. Selanjutnya, konsumsi pada
keseimbangan dapat dihitung. Didapatkan bahwa konsumsi pada keseimbangan
adalah C=5+0.5 Y d =5+0.5 ( 410 )=210. Setelah menemukan konsumsi pada
keseimbangan, lalu kita mencari savings (tabungan) pada keseimbangan. Karena
terdapat rumus Y d =C+ S , tabungan dapat dihitung dengan
S=Y d−C=410−210=200 .

Secara intuitif, bila C 0 berkurang, Y atau pendapatan nasional juga akan berkurang
karena berlaku fungsi Y= C+G+I, dimana bila C 0 berkurang, nilai C atau konsumsi
akan berkurang sehingga nilai Y juga akan berkurang. Tetapi, nilai dari savings atau
tabungan tetap. Hal ini karena terdapat hubungan I+G=S+T, dimana I adalah
investasi, G adalah pengeluaran pemerintah, dan T adalah pajak. Pada kasus kali ini,
tidak terjadi perubahan dari I, G dan T sehingga nilai S juga tetap sama dengan
sebelumnya.

2. a. MPC seorang individu bisa lebih tinggi pada long run dibandingkan pada short run
apabila tingkat inflasi ataupun tingkat konsumsi seseorang meningkat lebih cepat
daripada tingkat kenaikan pendapatan disposebel.
b. MPC seorang individu bisa lebih rendah pada long run dibandingkan pada short run
apabila pola konsumsi seseorang cenderung stagnan atau stabil setelah beberapa waktu
walaupun tingkat pendapatan disposebelnya bertambah karena kenaikan gaji. Individu
dengan MPC long run lebih rendah daripada MPC short run cenderung menabung
sebagian pendapatan yang ia terima.
c. APC seorang individu mungkin lebih besar daripada unity pada short run (APC
individu > 1) ketika konsumsi lebih besar daripada pendapatan, contohnya adalah ketika
seseorang baru diterima kerja, pendapatan disposebelnya masih rendah sehingga
konsumsi lebih besar daripada pendapatan.
d. APC seorang individu mungkin lebih besar daripada unity pada long run (APC
individu > 1) ketika seorang individu mengalami penyakit ganas selama bertahun-tahun
dan membutuhkan treatment berkala seperti kemoterapi, cuci darah, dsb. Dengan kondisi
kesehatan yang tidak baik, individu tersebut tidak dapat bekerja pada umumnya sehingga
APC individu tersebut akan lebih besar daripada 1 pada long run.
e. APC suatu negara mungkin lebih besar daripada unity pada long run (APC negara > 1)
ketika suatu negara baru saja merdeka, dan untuk merintis pembangunan dalam negeri
perlu untuk hutang ke negara lain. Karena negara yang baru saja merdeka tentunya tidak
memiliki pendapatan yang stabil dan tak dapat menutupi pengeluaran, APC negara
tersebut akan lebih besar daripada 1.
f. APC suatu negara mungkin lebih besar daripada unity pada short run (APC negara >1)
ketika suatu wilayah kecil dalam suatu negara yang daerahnya luas terkena bencana alam.
Negara akan melakukan pengeluaran pembangunan kembali wilayah yang terkena
dampak dari bencana alam tersebut dan terjadi konsumsi jangka pendek yang lebih besar
daripada konsumsi pada saat tidak ada bencana. Dalam hal ini, karena hanya sedikit
daerah yang terkena bencana, tidak sampai terjadi kelumpuhan ekonomi negara. Dalam
hal ini terjadi APC negara>1 pada short run.

3. Hubungan antara garis 45 derajat antara pengeluaran agregat dan pendapatan nasional
yaitu keseimbangan pendapatan nasional tercapai bila fungsi pengeluaran agregat AE =
C+I+G+(X-M) dimana C adalah konsumsi, I adalah investasi, G adalah pengeluaran
pemerintah, X adalah ekspor, M adalah impor, memotong garis 45 derajat. Dalam
menentuka titik keseimbangan, penting untuk memilih skala vertikal dan horizontal yang
identik, karena bila kita memilih skala vertikal dan horizontal yang tidak identik, garis
yang kita gunakan tidak bisa garis 45 derajat. Garis yang kita gunakan haruslah garis
Y=AE. Selain itu, dengan skala yang tidak identik antara vertikal dan horizontal akan
mengakibatkan kesalahan pembaca grafik dalam membaca visualisasi grafik
keseimbangan.
4. Tingkat produksi sebenarnya dan tingkat pendapatan nasional tergantung pada
pengeluaran agregat yang dilakukan dalam perekonomian. Meningkatnya pendapatan
nasional berbanding lurus dengan meningkatnya pengeluaran agregat.
Pengeluaran agregat lebih besar daripada pendapatan nasional, berarti yang diproduksi
oleh sektor perusahaan tidak mencukupi sehingga lebih banyak barang dan jasa harus
diproduksikan untuk memenuhi kelebihan pengeluaran agregat. Kondisi tersebut dapat
dikatakan bahwa perekonomian negara mengalami ekspansi. Dengan lebih banyak barang
dan jasa harus diproduksikan, menyebabkan perubahan dari pengeluaran agregat agar
pengeluaran agregat sama nilainya dengan pendapatan nasional sehingga terjadi
keseimbangan dalam perekonomian.
Pengeluaran agregat lebih kecil daripada pendapatan nasional, berarti sebagian barang
dan jasa yang diproduksi oleh sektor perusahaan tak dapat dijual sehingga sektor
perusahaan akan mengurangi produksinya. Kondisi tersebut dapat dikatakan bahwa
perekonomian negara mengalami kontraksi. Dengan pengurangan barang dan jasa yang
harus diproduksikan, menyebabkan perubahan dari pengeluaran agregat agar pengeluaran
agregat sama nilainya dengan pendapatan nasional sehingga terjadi keseimbangan dalam
perekonomian. Selain itu, berlaku pula paradoks menabung, dimana ketika masyarakat
cenderung menabung lebih banyak, akibatnya tingkat konsumsi masyarakat cenderung
menurun. Hal ini menyebabkan sektor perusahaan mengurangi produksi sehingga
pendapatan nasional pun akan menurun.
RANGKUMAN BAB 6
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN TERBUKA
Ivan Noverlianto Tanawi (1606889206)

1. SIRKULASI ALIRAN PENDAPATAN PEREKONOMIAN TERBUKA


Perekonomian terbuka adalah suatu sistem ekonomi yang melakukan kegiatan ekspor dan
impor dengan negara – negara lain di dunia. Perekonomian terbuka juga disebut dengan
perekonimian 4 sektor. Sektor-sektor ekonominya dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu
rumah tangga, perusahaan, pemerintah, dan luar negeri.

1.1. Ekspor, Impor dan Pengeluaran Agregat


Apabila diteliti pada perekonomian 3 sektor maka aliran yang berlaku dalam perekonomian
terbuka terlihat berbeda karena dalam perekonomian terbuka mencakup kegiatan ekspor dan
impor. Secara fisik, ekspor dapat diartikan sebagai pengiriman dan penjualan barang buatan
dalam negeri ke negara – negara lain. Pengiriman ini akan menimbulkan aliran pengeluaran
yang masuk kedalam sektor perusahaan. Pengeluaran ini berdampak pada pengeluaran
agregat(AE) karena kegiatan ekspor barang dan jasa, pada akhirnya akan mempengaruhi
dalam peningkaran pendapatan nasional (Y).

1.2. Sirkulasi Aliran Pendapatan

Sirkulasi aliran pendapatan merupakan perputaran kegiatan sistem perekonomian yang


mempengaruhi pada pendapatan. Dari gambar diatas akan dijelaskan sebagai berikut :
i. Aliran 1: perusahaan yang menggunakan faktor – faktor produksi dari rumah tangga
tersebut akan mewujudka aliran pendapatan ke sektor rumah tangga. Aliran pendapatan
tersebut berupa gaji, upah, sewa, bunga, keuntungan, dsb.
ii. Aliran 2: Perusahaan membayar pajak kepada pemerintah, pembayaran pajak ini
mempengaruhi aliran pendapatan yang tadi sebab, aliran pendapatan yang mengalir pada
rumah tangga telah dikurang oleh pajak keuntungan perusahaan.
iii. Aliran 3: Rumah tangga yang menerima pendapatan tersebut membayar pajak individu
kepada pemerintah dan pendapatan yang diterima setelah pajak disebut pendapatan disposebel
(Yd).
iv. Aliran 4: Pendapatan disposebel rumah tangga akan digunakan untuk membeli barang dan
jasa yang diproduksikan didalam negeri. Pengeluaran ini digolongkan sebagai pengeluaran
konsumen keatas barang – barang yang diproduksi didalam negeri, secara ringkas disebut
(Cdn).
v. Aliran 5: Rumah tangga mengimpor barang – barang yang diproduksikan oleh luar negeri.
Jika pengeluaran dari aliran 4 digabungkan dengan aliran 5 atau meliputi keseluruhan
pembelanjaan rumah tangga disebut (C).
vi. Aliran 6: Sisa pendapatan yang tidak digunakan oleh rumah tangga akan ditabung kedalam
institusi keuangan atau badan keuangan seperti bang perdagangan, bank tabungan dan
sebagainya.
Penjelasan sirkulasi selanjutnya akan dijelaskan dalam komponen pengeluaran agregat.

1.3. Komponen Pengeluaran Agregat


Komponen pengeluaran agregat adalah bagian pengeluaran yang mempengaruhi sektor
perusahaan pada sirkulasi perekonomian terbuka ini. Ada 5 jenis pengeluaran agregat dalam
perekonomian ini, yaitu :
i. Pengeluaran konsumsi rumah tangga keatas barang – barang yang dihasilkan dalam negeri
(Cdn).
ii. Investasi perusahaan untuk menambah kapasitas sektor perusahaan dalam negeri untuk
memproduksikan barang dan jasanya.
iii. Pengeluaran pemerintah keatas barang dan jasa yang diperoleh dari perusahaan dalam
negeri (G).
iv. Ekspor (X), yaitu pengeluaran atau pembelian oleh negara lain keatas barang dan jasa yang
diproduksi dari perusahaan dalam negeri.
v. Impor(M), yaitu barang yang dibeli dari luar negeri.
Untuk menghitung pengeluaran agregat dapat menggunakan formula atau rumus
AE = Cdn + I + G + X + M

1.4. Penentu Ekspor dan Impor


Penentu ekspor dan impor bisa dapat dilihat dari ciri – ciri dan faktor – faktor penting yang
mempengaruhinya. Dibawah ini penjelasannya.
1.4.1. Faktor – faktor yang Menentukan Ekspor
Faktor terpenting yang menentukan ekspor suatu negara adalah kemampuan dari sebuah
negara untuk mengeluarkan barang – barang yang dapat bersaing dalam pasar luar negeri.
Selain itu, faktor – faktor yang menentukan ekspor adalah sebagai berikut :
i. Mutu atau kualitas dari sebuah barang.
ii. Harga barang.
iii. Cita rasa masyarakat.
iv. Barang spesial.
v. Permintaan akan barang.
vi. Teknologi.
Pendapatan nasional sebenarnya tidak begitu berpengaruh besar terhadap ekspor karena
pendapatan nasional belum tentu dapat menaikkan ekspor atau bukan sebagai faktor penentu
ekspor. Dibawah ini terdapat grafik yang menjelaskan tentang fungsi ekspor dan
perubahannya.

Pada gambar bagian (a) menunjukan bahwa fungsi ekspor adalah pengeluaran otonomi yakni
tingkatannya tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional. Ekspor tetap sebanyak X 0 pada
berbagai tingkat pendapatan nasional.
Pada gambar bagian (b) menunjukan perubahan ekspor. X0 merupakan fungsi ekspor semula.
Apabila ekspor telah bertambah, X0 berubah menjadi X1. Faktor yang dapat merubahnya yaitu
perubahan cita rasa masyarakat negara luar dan mengimpor dari dalam negeri. Faktor
teknologi juga dapat berpengaruh pada peningkatan ekspor, apalagi negara tersebut
pertumbuhan ekonominya sudah berkembang pesat, maka negara tersebut dapat
meningkatkan mutu barang dan akan menambah atau meningkatkan permintaan masyarakat
dari negara pengimpor kepada negara pengekspor.
Selanjutnya adalah perubahan ekspor yang terjadi karena berkurangnya daya ekspor seperti
terlihat pada grafik X0 ke X3. Kemerosotan tersebut bisa terjadi karena berkurangnya cita rasa
masyarakat atau merosotnya dalam persaingan pada pasaran luar negeri.

1.4.2. Faktor – Faktor yang Menentukan Impor


Faktor – faktor yang menentukan impor tidak berbeda dengan faktor ekspor. Dalam sirkulasi
perekonomian terbuka, hanya sektor rumah tangga yang membeli barang dari luar negara atau
mengimpor. Namun dalam praktiknya sektor perusahaan membeli barang mentah dan barang
modal dari luar negeri dan sektor pemerintahan membeli barang konsumsi dan barang modal
dari luar negeri.
Hubungan yang berpengaruh pada impor adalah dengan pendapatan nasional adalah semakin
tinggi pendapatan nasional maka semakin tinggi pula impornya. Dibawah ini adalah kurva
dari fungsi impor dan perubahannya.
Ggambar di atas adalah fungsi impor bagi suatu masa tertentu. Ada 2 pendekatan untuk
menggambarkan fungsi impor, yaitu:
i. Nilai impor yang proporsional dengan penadapatan nasional. Persamaan fungsinya adalah
M = mY dimana m menggambarkan tingkat perubahan impor yang diakibatkan oleh
perubahan pendapatan masyarakat dan pendapatan nasional.
ii. Nilai impor yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional yakni seperti pada perusahaan
yang membeli barang modal di luar negeri. Fungsi yang dipakai untuk menggambarkannya
adalah M = M0 + mY dimana M0 merupakan nilai impor yang tidak dipengaruhi oleh
pendapatan nasional.

Gambar di atas menunjukan pada perubahan impor yang akan berlaku dari waktu ke waktu.
Jika kita lihat pada kurva (i) kecondongan impor yaitu nilai m mengalami perubahan. Seperti
yang terlihat pada garis M1 dan M2. Apabila garis M1 berubah menjadi M2 maka kecondongan
untuk mengimpor berkurang. Berkurangnya kecondongan mengimpor bisa disebabkan karena
cita rasa masyarakat yang berkurang. Selain itu, kecondongan mengimpor bertambah dapat
terlihat pada perubahan dari garis M1 ke M3.
Kurva (ii) menunjukan bahwa perubahan fungsi impornya sejajar. Jadi perubahan fungsi
impor ini pengaruhnya sesuai dengan pendapatan nasional dan harga barang dalam negeri.
Dalam kurva (ii) perubahan fungsi impor M1 ke M3 menggambarkan peningkatan impor dari
setiap tingkat pendapatan nasional. Pendapatan nasional (Y0) nilai impornya meningkat dari
Ma ke Mb. Perubahan ini bisa disebabkan oleh efek inflasi dalam negeri. Contoh, apabila
harga barang dalam negeri meningkat karena inflasi maka masyarakat lebih memilih kepada
barang impor karena harganya murah.
Pada perubahan M1 ke M2 menunjukan peningkatan impor berkurang pada setiap tingkat
pendapatan nasional. Jika dilihar dari pendapatan nasionalnya (Y0) menunjukan impor
berkurang dari Ma menjadi Mc. Pengaruh impor berkurang karena harga dalam negeri murah
dan bagusnya mutu barang tersebut. Pada setiap tingkat pendapatan nasional, masyarakat
tetap lebih memilih pada barang dalam negeri.

2. Keseimbangan Perekonomian Terbuka


2.1. Syarat Keseimbangan Perekonomian Terbuka
Keseimbangan pendapatan nasional akan dicapai pada keadaan dimana penawaran agregat
sama dengan pengeluaran agregat dan suntikan sama dengan bocoran.
2.1.1. Penawaran dan Pengeluaran Agregat dalam Perekonomian Terbuka
Ada 2 golongan barang dan jasa yang diperjual belikan di dalam negeri yaitu:
(i) Barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri dan meliputi pendapatan nasional (Y).
(ii) Barang dan jasa yang diimpor dari luar negeri (M).
Pada penawaran agregat (AS) perekonomian terbuka dapat kita simpulkan dalam formula
AS = Y + M
Pada pengeluaran agregat (AE) meliputi 5 komponen yaitu:
(i) Pengeluaran rumah tangga ke atas barang yang diproduksi dalam negeri (Cdn).
(ii) Investasi Swasta (I).
(iii) Pengeluaran pemerintah (G).
(iv) Ekspor (X).
(v) Pengeluaran ke atas impor (M)
Dalam persamaannya: AE = Cdn + I + G + X + M

Dalam konsumsi atau pengeluaran rumah tangga terdiri dari pengeluaran ke atas barang dalam
negeri dan ke atas barang impor. Persamaannya yaitu C = C dn + M. Berdasarkan persamaan –
persamaan yang ada diatas, AE dapat disederhanakan menjadi:
AE = C + I + G + X
Dalam keseimbangan pendapatan nasional pada perekonomian terbuka akan tercapai apabila
Y + M = C + I + G + X atau Y = C + I + G + (X-M)

2.1.2. Suntikan dan Bocoran dalam Perekomian Terbuka


Dalam pendekatan suntikan – bocoran, keseimbangan pendapatan nasional dalam
perekonomian terbuka dapat dicapai dalam keadaan I + G + X = S + T + M.
Pendapatan nasional yang mengalir kepada sektor rumah tangga telah dikurangi pajak
perusahaan dan pajak individu. Sisa terakhir merupakan pendapatan disposebel (Y d), dalam
persamaannya, Yd = Y – Pajak Perusahaan – Pajak Individu atau Yd = Y – T. Pendapatan
disposebel tersebut digunakan untuk:
(i) Membeli barang buatan dalam negeri dan barang impor (C = Cdn + M).
(ii) Ditabung (S).
Dapat disimpulakan bahwa Yd = C + S dan Yd = Y – T. Maka dalam perekonomian terbuka
berlaku Y – T = C + S atau Y = C + S + T.
Keseimbangan perekonomian menurut agregat penawaran dan pengeluaran dapat dicapai
apabila Y = C + I + G + (X-M).
Maka keseimbangan penadapatan nasional dalam perekonomian terbuka secara keseluruhan
jika digabungkan dengan suntikan - bocoran dapat disingkat menjadi
C + I + G + (X-M) = C + S +T atau I + G + X = S + T + M
Jadi suntikan dan bocoran merupakan dari pendapatan nasional dengan pendapatan disposebel
dalam persamaannya Y = Yd.

2.2. Keseimbangan Dalam Perekonomian Terbuka


Di bawah ini adalah kurva yang menjelaskan pendekatan AE – AS juga Suntikan dan Bocoran
dalam keseimbangan perekonomian terbuka.

Jika dilihat dari gambar di atas, dengan pendekatan pengeluaran agregat – penawaran agregat
dapat dijelaskan bahwa dalam perekonomian 3 sektor, akan mencapai keseimbangan
pendapatan nasional pada keadaan Y = C + I + G dan pendapatan nasionalnya adalah Y 3.
Apabila perekonomian ini berubah menjadi perekonomian terbuka, maka akan timbul 2 aliran
pengeluaran baru yaitu ekspor dan impor. Ekspor akan menambah pengeluaran agregat dan
impor mengurangi pengeluaran agregat. Dalam pengeluaran agregat perekonomian tertutup
fungsinya terdiri AE = C + I + G. Jika berubah menjadi perekonomian terbuka maka AE = C
+ I + G + (X-M) yakni perekonomian terbuka adalah perekonomian 4 sektor.
Pada garis Cdn menunjukan pengeluaran rumah tangga keatas produksi dalam negeri pada
berbagai tingkat pendapatan nasional. Diantara garis Cdn dan C itu menunjukan nilai impor.
Pada garis Cdn yang memotong garis Y = AE maka fungsi bocoran S + T + M harus
memotong sumber datar dan keadaan teresbut menggambarkan bahawa nilai S + T + M = 0
dan nilai Cdn = Y. Dalam perekonomian terbuka, pendapatan nasional adalah Y = C dn + S + T
+M. Jadi, apabila Y = Cdn maka dengan sendirinya S + T + M = 0.
Gambar di atas menunjukan keseimbangan pendapatan nasional menurut pendekatan suntikan
dan bocoran. Pada perekonomian tertutup keseimbangan dicapai pada E 0 yaitu apabila S + T =
I + G dan pendapatan nasionalnya adalah Y3. Apabila perekonomian tertutup berubah menjadi
terbuka maka pengaruhnya adalah :
(i) Suntikan bertambah sebanya X karena dari I + G menjadi I + G + X dan perubahannya
sejajar karena ekspor adalah pengeluaran otonomi.
(ii) Bocoran bertambah sebanyak M, dari S + T menjadi S + T + M. Y 3 adalah pendapatan
nasional. E1 adalah keseimbangan yang dicapai. M adalah pengeluaran yang terpengaruh,
artinya sebanding dengan pendapatan nasional.

2.3. Perubahan – Perubahan Keseimbangan


Perunahan pengeluaran rumah tangga, perubahan komponen – komponen suntikan dan
bocoran akan menimbulkan perubahan keatas keseimbangan pendapatan nasional. Kenaikan
dalam AE akan menaikkan pendapatan nasional. Kenaikan AE juga akan menimbulkan proses
multiplier sehingga pada akhirnya menyebabkan ΔY lebih besar dari ΔAE yang berlaku.
Dalam perkonomian 4 sektor nilai multiplier lebih kecil dari pada nilai perekonomian 3 sektor
karena perekonomian terbuka impor sebanding dengan pendapatan nasional, persmaan
impornya adalah M = mY. Nilai m menyebabkan tingkat bocoran menjadi bertambah besar.
Kenaikan tabungan, pajak atau impor akan mengurangi pendapatan nasional. Proses
multiplier akan menyebabkan pendapatan nasional berkurang lebih besar akibat kenaikan
bocoran. Dibawah ini adalah grafik yang menggambarkan perubahan – perubahan
keseimbangan.

Kenaikan ekspor Kenaikan impor


Interpretasi grafik kenaikan ekspor
Pada grafik kenaikan ekspor (i) digunakan pendekatan AS – AE untuk menunjukan perubahan
keseimbangan yang berlaku. Pada awalnya keseimbangan dicapai di E0 dan pendapatan
nasional adalah Y0. Kenaikan ekspor sebanyak ΔX menyebabkan AE meningkat dari AE0
menjadi AE1 dan keseimbangan berpindah dari E0 ke E1. Akibat dari perubahan ini maka
pendapatan nasional meningkat dari Y0 ke Y1.
Grafik kenaikan ekspor (ii) menunjukan perubahan keseimbangan dengan menggunakan
pendekatan suntikan dan bocoran. Keseimbangan awal yaitu di E 0 pada perpotongan fungsi
suntikan J=I+G+X dan fungsi bocoran W=S+T+M. Kenaikan ekspor memindahkan fungsi J
menjadi J1 dan keseimbangan ke E1, akibatnya pendapatan nasional meningkat dari Y 0 menjadi
Y1.

Interpretasi grafik kenaikan impor


Gambar b(i) Menunjukkan akibat kenaikan impor (ΔM) keatas keseimbangan Y = AE.
Perubahan keseimbangan menggunakan pendekatan AS-AE. Pertambahan impor akan
memindahkan dari AE menjadi AE1 dan pendapatan nasional dari Y0 menjadi Y1.
Gambar b(ii) menunjukan akibat kenaikan impor dengan menggunakan pendekatan suntikan
dan bocoran. Keseimbangan awal yaitu di E0. Kenaikan impor memindahkan keseimbangan
ke E1, akibatnya pendapatan nasional meningkat dari Y0 menjadi Y1.

Contoh soal:
Misalkan dalam suatu perekonomian terbuka, fungsi konsumsi adalah C=500+0.8 Y d , pajak
adalah 25% dari pendapatan nasional (T=0.25Y), I(investasi swasta)=500,G(pengeluaran
pemerintah)=1000, X(ekspor) = 800 dan impor 10% pendapatan nasional (M=0.1Y), dan
tingkat kesempatan kerja penuh pada pendapatan nasional sebanyak 6000.
a. Tentukan fungsi konsumsi sebagai fungsi dari Y
C=500+0.8 Y d
C=500+0.8( Y −T )
C=500+0.8( Y −0.25 Y )
C=500+0.6 Y
b. Tentukan pendapatan nasional pada keseimbangan
Y =C + I + G+( X −M )
Y =500+ 0.6 Y +500+1000+( 800−0.1 Y )
0.5 Y =2800
Y =5600
c. Untuk mencapai kesempatan kerja penuh, perubahan apa yang perlu dibuat bila pajak saja
yang diturunkan?
Y =C + I + G+( X −M )
Y =500+ 0.8 Y d +500+1000+(800−0.1Y )
6000=500+0.8(Y −T 0 )+500+1000+(800−0.1 Y )
6000=2800+0.8 Y −0.8 T 0−0.1 Y
6000=2800+0.8(6000)−0.8T 0−0.1(6000)
0.8 T 0=−6000+2800+ 4800−600
0.8 T 0=1000
T 0=1250
Bila pajak tidak berubah, pada pendapatan nasional 6000 jumlah pajak adalah T = 0.25Y
= 0.25(6000) = 1500. Untuk mencapai kesempatan kerja penuh, pajak diturunkan
sebanyak 1500-1250=250
d. Untuk mencapai kesempatan kerja penuh, perubahan apa yang perlu dibuat bila
pengeluaran pemerintah saja yang dinaikkan?
Y =C + I + G+( X −M )
Y =500+ 0.6 Y +500+G 0 +( 800−0.1 Y )
6000=500+0.6(6000)+500+G0 +800−0.1(6000)
6000=500+3600+500+G 0 +800−600
G0=6000−5400+600
G 0=1200
Dengan demikian, untuk mencapai kesempatan kerja penuh, pengeluaran pemerintah perlu
ditambah 1200-1000=200
e. Nyatakan kedudukan budget pemerintah pada keseimbangan awal dan pada kesempatan
kerja penuh. Nyatakan fungsi pajak baru.
Pada keseimbangan asal (Y=5600), pajak sebesar T=0.25Y=0.25(5600) = 1400.
Pengeluaran pemerintah G=1000. Maka pengeluaran pemerintah mengalami surplus T-
G=1400-1000=400.
Pada kasus pengurangan pajak untuk mencapai kesempatan kerja penuh, pajak berkurang
menjadi 1250. Pengeluaran pemerintah mengalami surplus yaitu T-G=1250-1000=250.
Pada kasus penambahan pengeluaran pemerintah untuk mencapai kesempatan kerja
penuh, pajak adalah 0.25(6000)=1500 dan pengeluaran pemerintah menjadi 1200.
Pengeluaran pemerintah mengalami surplus yaitu T-G=1500-1200=300.
Akan dicari fungsi pajak yang baru
T =T 0+ 0.25Y
1250=T 0 +0.25 ( 6000 )
T 0=1250−1500=−250
Dengan demikian, fungsi pajak baru adalah T =−250+ 0.25Y

f. Adakah ekspor selalu melebihi impor pada keseimbangan tersebut?


Pada Y=5600, impor adalah M=0.1Y=0.1(5600)=560, maka ekspor sebesar 800 melebihi
impor. Terdapat surplus dalam neraca perdagangan. Pada Y=6000, impor adalah
M=0.1Y=0.1(6000)=600, maka ekspor sebesar 800 melebihi impor. Terdapat surplus
dalam neraca perdagangan.
g. Apa kesimpulan mengenai nilai multiplier dalam perekonomian terbuka tersebut?
Didapatkan pertambahan pendapatan nasional adalah 6000-5600=400, dan pengeluaran
pemerintah yang diperlukan untuk menambah pendapatan nasional adalah 1200-
1000=200. Dalam perekonomian yang diasumsikan di atas multiplier adalah 400/200=2.

3. Multiplier Dalam Perekonomian Terbuka


Asumsi berikut ini digunakan: C=a+ bY d , I =I 0 , G=G0 , T =tY , X= X 0 , M =mY
Berdasarkan asumsi di atas, pendapatan nasional pada keseimbangan adalah
1
Y= (a+ I 0 +G 0 + X 0). Misal ekspor meningkat sebanyak ∆ X, maka pendapatan
1−b (1−t )+ m
1
nasional yang baru adalah Y 1= (a+ I 0 +G 0 + X 0 + ∆ X 0 ). Dari perhitungan
1−b ( 1−t ) +m
tersebut, efek pertambahan ekspor terhadap pendapatan nasional adalah
1
∆ Y =Y 1−Y = (∆ X) .
1−b ( 1−t )+ m
Multiplier adalah nisbah pertambahan pendapatan nasional dengan pertambahan pengeluaran
agregat. Sehingga dapat dirumuskan multiplier dalam perekonomian terbuka bagi sistem
∆Y 1
pajak proporsional adalah Mtp= = sedangkan dalam sistem pajak tetap,
∆ X 1−b ( 1−t )+ m
nilai t=0 sehingga multiplier dalam perekonomian terbuka yang bersistem pajak tetap adalah
∆Y 1
Mtp= = .
∆ X 1−b+m

Anda mungkin juga menyukai