Anda di halaman 1dari 13

SOAL UTS

MK: EKONOMI MAKRO


NAMA: PUTRI ANDRIYANI MUSTAMIN
NPM: 02042311138
KELAS: 2C MANAJEMEN

BAB 4

1. a).Faktor konsumsi rumah tangga dalam perekonomian meliputi


pendapatan,harga barang,tingkat bunga,keyakinan knsumen,dan faktor
ekstrenal seperti kebijakan fiskal dan moneter, di antara semua faktor tersebut
biasanya pendapatan di anggap paling penting, karena konsumsi rumah tangga
cendrung meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan
juga menentukan kemampuan konsumsi rumah tangga dalam membeli barang
dan jasa.

b).Moneter,teknologi,regulasi pemerintah,dan risiko politik.sedangkan faktor


yang di anggap paling penting bisa berbeda-beda tergantung pada industri dan
situasi spesifik perusahaan,tetapi faktor yang paling dominan adalah proses
pertumbuhan,tingkat pengembalian investasi,dan tingkat resiko yang terkait
dengan investasi tersebut.
2. a).Positif dan nilai terbatas : konsumsi meningkat seiring dengan peningkatan
pendapatan, tetapi tidak dalam tingkat yang sama artinya setiap tambahan
pendapatan tidak sepenuhnya dihabiskan untuk konsumsi.

b).Marginal Propensity to Consume (MPC) : Ini adalah perubahan dalam


konsumsi yang terjadi sebagai respons terhadap perubahan dalam pendapatan.
MPC adalah bagian dari tambahan pendapatan yang dihabiskan untuk konsumsi.

Kecenderungan Konsumsi Tetap (Autonomous Consumption) : Bahkan tanpa


pendapatan, rumah tangga cenderung memiliki tingkat konsumsi minimum.

Fungsi tabungan berkaitan dengan fungsi konsumsi melalui konsep Marginal


Propensity to Save (MPS), yang merupakan bagian dari tambahan pendapatan
yang disimpan oleh rumah tangga. Hubungan antara fungsi konsumsi dan fungsi
tabungan dapat dijelaskan melalui identitas tabungan - pendapatan - konsumsi.
Contoh angka:
Pendapatan Nasional : $10.000
Konsumsi : $8.000
Tabungan : $2.000
Dalam contoh ini, MPC = ΔKonsumsi / ΔPendapatan = ($8.000 - $0) / ($10.000
- $0) = 0,8
MPS = ΔTabungan / ΔPendapatan = ($2.000 - $0) / ($10.000 - $0) = 0,2
Fungsi konsumsi: C = 2000 + 0,8Y
Fungsi tabungan: S = -2000 + 0,2Y
Grafik fungsi konsumsi akan menunjukkan garis lurus yang naik dengan
kemiringan 0,8, sedangkan fungsi tabungan akan menunjukkan garis lurus naik
dengan kemiringan 0,2, tetapi dimulai dari titik negatif pada sumbu konsumsi.
3. a).Sirkulasi aliran pendapatan untuk ekonomi dua sektor : Konsep ini
menggambarkan bagaimana aliran pendapatan mengalir di antara rumah tangga
dan perusahaan dalam ekonomi dua sektor. Pendapatan yang diperoleh rumah
tangga dari penjualan faktor produksi (upah, sewa, bunga, dan laba) digunakan
untuk membeli barang dan jasa dari perusahaan. Perusahaan kemudian
menggunakan pendapatan dari penjualan tersebut untuk membayar faktor
produksi, menciptakan suatu siklus yang terus berputar.

b).Kecondongan mengkonsumsi dan kecondongan menabung : Kecondongan


mengkonsumsi (MPC) adalah persentase dari setiap tambahan pendapatan yang
dihabiskan untuk konsumsi, sementara kecondongan menabung (MPS) adalah
persentase dari setiap tambahan pendapatan yang disimpan. Misalnya, jika
seseorang menerima tambahan pendapatan sebesar $100 dan menghabiskan $80
untuk konsumsi dan menyimpan $20, MPC adalah 0,8 dan MPS adalah 0,2.

c).Efisiensi modal marjinal : Konsep ini merujuk pada keadaan di mana manfaat
tambahan yang diperoleh dari penggunaan satu unit tambahan dari suatu faktor
produksi sama dengan biaya tambahan untuk menggunakan faktor produksi
tersebut. Dalam hal ini, ekonomi mencapai tingkat penggunaan faktor produksi
yang optimal untuk memaksimalkan output.

d).Paradoks berhemata:Paradoks ini merujuk pada fenomena di mana tingkat


tabungan masyarakat meningkat, tetapi tingkat investasi turun, yang berdampak
negatif pada pertumbuhan ekonomi. Ini terjadi ketika tingkat pengeluaran
agregat (konsumsi + investasi + belanja pemerintah + ekspor - impor) tidak
mencukupi untuk menjaga tingkat pendapatan nasional, yang dapat
menyebabkan penurunan dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan.

4. a). Contoh Perekonomian Dua Sektor :

Misalkan perekonomian terdiri dari dua sektor utama: rumah tangga (sebagai
penyedia faktor produksi) dan perusahaan (sebagai pengguna faktor produksi).
Rumah tangga mendapatkan pendapatan dari perusahaan sebagai upah, sewa,
bunga, dan laba.

Perusahaan membayar rumah tangga sebesar $10.000 sebagai upah dan $5.000
sebagai bunga.
Rumah tangga menghabiskan seluruh pendapatan tersebut untuk membeli
barang dan jasa dari perusahaan.
Dalam hal ini, pendapatan nasional (Y) adalah $15.000, yang merupakan jumlah
dari semua pendapatan yang diterima oleh rumah tangga dan perusahaan.
Keseimbangan pendapatan nasional tercapai ketika pengeluaran sama dengan
pendapatan nasional.
b). Multiplier :

Multiplier adalah konsep yang menjelaskan bagaimana suatu kenaikan atau


penurunan dalam pengeluaran (seperti investasi, konsumsi, atau belanja
pemerintah) dapat menyebabkan pertambahan atau penurunan yang lebih besar
dalam pendapatan nasional.
Misalkan ada sebuah multiplier dengan nilai 2. Ini berarti bahwa setiap
tambahan $1 dalam pengeluaran akan menyebabkan pertambahan pendapatan
nasional sebesar $2. Hal ini terjadi karena tambahan pengeluaran menciptakan
pendapatan baru bagi orang lain, yang kemudian dihabiskan kembali,
menciptakan lebih banyak pendapatan baru, dan seterusnya.
Contoh:
Jika perusahaan meningkatkan investasinya sebesar $1.000, dan multiplier
adalah 2, maka pertambahan pendapatan nasional akan menjadi $2.000.
Kenaikan pendapatan $2.000 ini terjadi karena pendapatan tambahan yang
diterima oleh orang-orang yang terlibat dalam produksi barang dan jasa yang
dipesan oleh perusahaan, yang kemudian dihabiskan kembali dalam ekonomi,
menciptakan siklus pertumbuhan yang lebih besar dari kenaikan investasi awal.
5. Tabel Berangka:

Misalkan kita memiliki tabel yang menunjukkan komponen-komponen


pendapatan nasional, seperti konsumsi (C), investasi (I), belanja pemerintah (G),
dan ekspor neto (X - M). Kita dapat menyusun tabel berangka untuk
menganalisis keseimbangan pendapatan nasional.Contoh Tabel:

Secara Aljabar: Secara aljabar, keseimbangan pendapatan nasional dapat


dijelaskan dengan mempertimbangkan identitas dasar ekonomi, yaitu bahwa
pendapatan nasional (Y) sama dengan pengeluaran agregat (E). Dalam analisis
ini, pengeluaran agregat (E) terdiri dari konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran
pemerintah (G), dan net ekspor (NX). Jadi secara aljabar, keseimbangan
pendapatan nasional dapat diwakili oleh persamaan Y = C + I + G + NX.

Secara Grafik: Grafik keseimbangan pendapatan nasional dapat menggambarkan


hubungan antara tingkat pendapatan nasional dan pengeluaran agregat. Pada
grafik tersebut, sumbu horizontal biasanya mewakili pendapatan nasional (Y)
sedangkan sumbu vertikal mewakili pengeluaran agregat (E). Garis
keseimbangan ditentukan oleh titik di mana pendapatan nasional sama dengan
pengeluaran agregat. Pada titik keseimbangan ini, tidak ada kelebihan atau
kekurangan dalam perekonomian.

Analisis ini membantu kita memahami bagaimana berbagai faktor ekonomi


saling berhubungan dalam menentukan tingkat pendapatan nasional dan
bagaimana perekonomian mencapai keseimbangan antara pendapatan dan
pengeluaran.

BAB 5

1. Dalam perekonomian tiga sektor, yaitu rumah tangga, perusahaan, dan


pemerintah, aliran pendapatan terjadi melalui berbagai transaksi antara sektor-
sektor tersebut. Suntikan utama dalam ekonomi ini adalah investasi, pengeluaran
pemerintah, dan ekspor, sedangkan bocoran terjadi melalui tabungan, pajak, dan
impor.

Untuk mencapai keseimbangan, pengeluaran agregat harus sama dengan


pendapatan agregat. Dengan kata lain, jumlah suntikan harus sama dengan
jumlah bocoran. Syarat untuk mencapai keseimbangan termasuk adanya
stabilitas dalam investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor, serta pengelolaan
yang baik terhadap tabungan, pajak, dan impor.
2. a).Pajak langsung adalah pajak yang dikenakan langsung kepada individu atau
perusahaan, seperti pajak penghasilan dan pajak properti. Pajak tidak langsung
adalah pajak yang dikenakan pada barang atau jasa, seperti pajak penjualan atau
pajak barang mewah. Tiga jenis pajak yang berdasarkan proporsi pajak atas
pendapatan rumah tangga adalah pajak penghasilan, pajak properti, dan pajak
warisan.

b).Kecondongan mengkonsumsi marjinal disposable adalah perubahan dalam


konsumsi yang terjadi sebagai hasil dari perubahan dalam pendapatan riil,
sementara kecondongan mengkonsumsi marjinal pendapatan nasional adalah
perubahan dalam konsumsi yang terjadi sebagai hasil dari perubahan dalam
pendapatan nasional. Dalam hal ini, kecondongan mengkonsumsi marjinal
disposable menunjukkan perubahan konsumsi individu ketika pendapatan riil
mereka berubah, sementara kecondongan mengkonsumsi marjinal pendapatan
nasional menunjukkan perubahan konsumsi agregat ketika pendapatan nasional
berubah.

3. a).Pajak tetap ke atas fungsi konsumsi akan mengurangi pendapatan yang tersedia
untuk dikonsumsi, sehingga menyebabkan penurunan konsumsi pada setiap
tingkat pendapatan. Namun, pajak tetap tidak akan mempengaruhi fungsi
tabungan secara langsung, karena tabungan adalah bagian dari sisa pendapatan
setelah dikurangi pajak.

b).Pajak proposional ke atas fungsi konsumsi dan fungsi tabungan juga akan
mengurangi pendapatan yang tersedia untuk dikonsumsi, namun dalam proporsi
yang tetap terhadap pendapatan. Hal ini dapat mengurangi kemampuan untuk
menyisihkan pendapatan untuk tabungan. Namun, pengaruhnya pada fungsi
tabungan tidak akan sebesar pada pajak tetap, karena pajak proposional akan
menurun secara relatif seiring kenaikan pendapatan.

c).Faktor-faktor yang menentukan pengeluaran pemerintah termasuk kebijakan


fiskal, prioritas kebijakan publik, kondisi ekonomi, dan kebutuhan masyarakat.
Kebijakan fiskal, seperti anggaran belanja dan pajak, memainkan peran penting
dalam menentukan tingkat pengeluaran pemerintah. Prioritas kebijakan publik
mencerminkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat, sedangkan kondisi ekonomi,
seperti tingkat pengangguran dan inflasi, dapat mempengaruhi besarnya
pengeluaran pemerintah.

4. Untuk menjelaskan keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian tiga


sektor dengan menggunakan sistem pajak tetap dan proporsional, mari kita
gunakan pendekatan aljabar, grafik, dan angka.
a). Sistem Pajak Tetap :

1. Aljabar : Secara aljabar, keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian


tiga sektor dengan sistem pajak tetap dapat diwakili oleh persamaan:
𝑌=𝐶+𝐼+𝐺+𝑁𝑋−𝑇Y=C+I+G+NX−T Di mana 𝑇T adalah jumlah pajak yang
dikenakan pada pendapatan.

2. Grafik : Dalam grafik, kita bisa menunjukkan hubungan antara pendapatan


nasional (Y) dan pengeluaran agregat (E). Garis keseimbangan akan ditentukan
oleh titik di mana pendapatan nasional sama dengan pengeluaran agregat setelah
dikurangi pajak. Ini menghasilkan grafik yang menunjukkan keseimbangan
pendapatan nasional dalam perekonomian tiga sektor dengan sistem pajak tetap.

3. Angka : Dalam sistem pajak tetap, pajak yang dikenakan pada pendapatan tidak
berubah tergantung pada jumlah pendapatan. Ini berarti bahwa persentase
pendapatan yang dikenakan pajak tetap. Misalnya, kita bisa mempertimbangkan
bahwa pajak yang dikenakan adalah 20% dari pendapatan.

b). Sistem Pajak Proporsional :

1. Aljabar : Secara aljabar, keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian


tiga sektor dengan sistem pajak proporsional dapat diwakili oleh persamaan:
𝑌=𝐶+𝐼+𝐺+𝑁𝑋−(𝑡⋅𝑌)Y=C+I+G+NX−(t⋅Y) Di mana 𝑡t adalah tarif pajak
proporsional sebagai persentase dari pendapatan.

2. Grafik : Dalam grafik, kita juga menunjukkan hubungan antara pendapatan


nasional (Y) dan pengeluaran agregat (E), namun dalam hal ini pajak yang
dikenakan adalah proporsional terhadap pendapatan. Garis keseimbangan akan
ditentukan oleh titik di mana pendapatan nasional setelah pajak sama dengan
pengeluaran agregat.

3. Angka : Dalam sistem pajak proporsional, persentase pajak yang dikenakan pada
pendapatan tetap sepanjang tingkat pendapatan. Misalnya, kita bisa
mempertimbangkan pajak sebesar 10% dari pendapatan.

Dalam kedua kasus, pendekatan angka, grafik, dan aljabar membantu untuk
memahami bagaimana sistem pajak yang berbeda mempengaruhi keseimbangan
pendapatan nasional dalam perekonomian tiga sektor.

a).Dalam perekonomian dua sektor, multiplier adalah rasio perubahan pendapatan


nasional terhadap perubahan belanja atau pendapatan awal. Contohnya, jika
pengeluaran awal sebesar Rp 100 miliar dan multiplier adalah 2, maka perubahan
pendapatan nasional akan menjadi Rp 200 miliar. Dalam perekonomian tiga
sektor dengan sistem pajak proporsional, multiplier akan lebih rendah karena
sebagian pendapatan akan dipotong oleh pajak sebelum digunakan untuk belanja.
Misalnya, jika pajak proporsional adalah 20%, maka dari pengeluaran awal Rp
100 miliar, hanya Rp 80 miliar yang akan digunakan untuk belanja, sehingga
multiplier akan lebih kecil.
b).Alam perekonomian tiga sektor yang menggunakan sistem pajak tetap, kenaikan
pajak sebesar Rp 10 miliar akan menyebabkan pengurangan pendapatan nasional
sebesar Rp 10 miliar, karena pajak tersebut tidak bergantung pada pendapatan.
Namun, jika pemerintah membelanjakan semua pajak yang diterimanya kembali
ke dalam perekonomian, maka secara keseluruhan keseimbangan pendapatan
nasional tidak akan berubah karena belanja pemerintah akan menambahkan
kembali jumlah yang dipotong oleh pajak ke dalam perekonomian.

5 a). Penstabil otomatik adalah mekanisme di dalam sistem ekonomi yang secara
otomatis menstabilkan tingkat aktivitas ekonomi tanpa intervensi langsung dari
pemerintah. Jenis-jenis penstabil otomatik meliputi:

1. Pajak Progresif : Ketika pendapatan individu meningkat, pajak yang harus


dibayar juga meningkat secara proporsional. Hal ini dapat mengurangi
konsumsi lebih lanjut dari mereka yang mendapat pendapatan tinggi.

2. Tunjangan Pengangguran : Ketika pengangguran meningkat, pengeluaran


pemerintah untuk tunjangan pengangguran meningkat secara otomatis,
membantu menjaga daya beli masyarakat yang terkena dampak pengangguran.

3. Kebijakan Transfer : Program-program seperti tunjangan keluarga, bantuan


pendapatan, atau bantuan makanan bisa bertindak sebagai penstabil otomatik
dengan memberikan bantuan kepada individu atau kelompok yang
membutuhkan ketika kondisi ekonomi memburuk.

b).Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa penstabil otomatik tidak cukup


untuk mengatasi masalah pengangguran yang serius. Sebagai gantinya,
diperlukan kebijakan fiskal diskresioner, yang merupakan langkah-langkah
yang diambil oleh pemerintah untuk secara langsung mengubah tingkat
pengeluaran atau pendapatan dalam perekonomian.

Kebijakan fiskal diskresioner dapat dijalankan dengan beberapa cara,


termasuk:
1. Pengeluaran Publik : Pemerintah dapat meningkatkan pengeluaran untuk
proyek-proyek infrastruktur atau program-program stimulus lainnya untuk
meningkatkan permintaan agregat dan menciptakan lapangan kerja baru.

2. Pemotongan Pajak : Pemerintah dapat memberlakukan pemotongan pajak


untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan mendorong konsumsi.
3. Bantuan kepada Industri Tertentu : Pemerintah dapat memberikan
insentif atau bantuan langsung kepada industri atau sektor-sektor tertentu
yang mengalami penurunan, dengan harapan dapat mempercepat
pemulihan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.

6. a).Kebijakan fiskal untuk menghadapi pengangguran :


Dalam situasi pengangguran, pemerintah dapat menggunakan kebijakan fiskal
ekspansif untuk meningkatkan pengeluaran dan mengurangi tingkat
pengangguran. Ini dapat dilakukan dengan meningkatkan pengeluaran pemerintah
melalui proyek infrastruktur atau program stimulus lainnya.
Grafiknya akan menunjukkan pergeseran kurva permintaan agregat (AD) ke
kanan, karena meningkatnya pengeluaran pemerintah meningkatkan tingkat
pengeluaran agregat dalam ekonomi. Ini akan meningkatkan tingkat produksi dan
memperkecil kesenjangan output (output di bawah potensial), membantu
mengurangi tingkat pengangguran.

b).Pemerintah menaikkan pajak yang dipungutnya :


Jika pemerintah menaikkan pajak yang dipungutnya, ini akan mengurangi
pendapatan yang tersedia bagi masyarakat untuk dikonsumsi. Grafiknya akan
menunjukkan pergeseran kurva permintaan agregat (AD) ke kiri, karena tingkat
pengeluaran agregat menurun akibat pengurangan pendapatan yang tersedia untuk
dikonsumsi. Ini dapat mengakibatkan penurunan tingkat produksi dan
peningkatan tingkat pengangguran.

c).Kekayaan masyarakat mendadak bertambah :


Jika kekayaan masyarakat mendadak bertambah, misalnya melalui kenaikan nilai
aset seperti saham atau properti, ini cenderung meningkatkan konsumsi.
Grafiknya akan menunjukkan pergeseran kurva permintaan agregat (AD) ke
kanan, karena meningkatnya konsumsi meningkatkan tingkat pengeluaran agregat
dalam ekonomi. Ini akan meningkatkan tingkat produksi dan memperkecil
kesenjangan output, yang dapat mengurangi tingkat pengangguran.

Dengan menggunakan model permintaan dan penawaran agregat, kita dapat


mengilustrasikan dampak kebijakan fiskal, perubahan pajak, dan perubahan
dalam kekayaan masyarakat terhadap aktivitas ekonomi secara grafis.

BAB 6

1. a).Analisis AD-AS (Aggregate Demand-Aggregate Supply) adalah pendekatan


dalam ekonomi makro yang menggunakan kurva permintaan agregat (AD) dan
kurva penawaran agregat (AS) untuk menganalisis perilaku ekonomi suatu negara.
Kurva AD menggambarkan hubungan antara tingkat harga dan tingkat pengeluaran
agregat dalam ekonomi, sedangkan kurva AS menggambarkan hubungan antara
tingkat harga dan tingkat produksi agregat dalam ekonomi. Analisis AD-AS
digunakan untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat output dan
harga dalam perekonomian.

b).Pengeluaran agregat adalah total pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga,
perusahaan, pemerintah, dan sektor luar negeri dalam suatu periode waktu tertentu.
Ini mencakup semua jenis pengeluaran, termasuk konsumsi rumah tangga, investasi
perusahaan, pengeluaran pemerintah, dan ekspor bersih (ekspor dikurangi impor).
Pengeluaran agregat adalah salah satu komponen penting dalam analisis AD-AS
karena mempengaruhi tingkat permintaan agregat dalam perekonomian.

c).Permintaan agregat adalah jumlah barang dan jasa yang diminta oleh rumah tangga,
perusahaan, pemerintah, dan sektor luar negeri dalam suatu periode waktu tertentu
pada berbagai tingkat harga. Permintaan agregat dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti pendapatan, tingkat suku bunga, ekspektasi konsumen dan produsen, dan
kebijakan fiskal dan moneter. Kurva permintaan agregat menggambarkan
hubungan antara tingkat harga dan jumlah barang dan jasa yang diminta dalam
perekonomian.

d).Penawaran agregat adalah jumlah barang dan jasa yang ditawarkan oleh produsen
dalam suatu periode waktu tertentu pada berbagai tingkat harga. Penawaran agregat
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti biaya produksi, teknologi, jumlah tenaga
kerja, dan kebijakan pemerintah. Kurva penawaran agregat menggambarkan
hubungan antara tingkat harga dan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan dalam
perekonomian.

2. a).Faktor-faktor yang menentukan kedudukan kurva AD dalam grafik:

Konsumsi rumah tangga : Tingkat konsumsi rumah tangga, yang dipengaruhi oleh
pendapatan, kepercayaan, dan ekspektasi konsumen, memengaruhi posisi kurva AD.
Semakin tinggi konsumsi, semakin tinggi juga posisi kurva AD.

Investasi perusahaan : Tingkat investasi oleh perusahaan, yang dipengaruhi oleh


suku bunga, ekspektasi keuntungan, dan kondisi ekonomi, memengaruhi posisi kurva
AD. Investasi yang tinggi akan mendorong kurva AD ke atas.

Pengeluaran pemerintah : Pengeluaran pemerintah, yang termasuk dalam


pengeluaran agregat, memengaruhi posisi kurva AD. Pengeluaran pemerintah yang
tinggi akan mendorong kurva AD ke atas.

Ekspor bersih : Perbedaan antara ekspor dan impor (ekspor bersih) memengaruhi
jumlah total pengeluaran agregat dalam perekonomian dan, oleh karena itu, posisi
kurva AD. Ekspor bersih yang tinggi akan mendorong kurva AD ke atas.
b).Faktor-faktor yang menyebabkan pergeseran kurva AD ke kanan atau ke kiri:

Perubahan dalam konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, atau ekspor bersih


yang meningkatkan pengeluaran agregat akan menyebabkan pergeseran kurva AD
ke kanan.
Perubahan dalam konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, atau ekspor bersih
yang mengurangi pengeluaran agregat akan menyebabkan pergeseran kurva AD
ke kiri.
Perubahan dalam faktor-faktor lain seperti kebijakan fiskal atau moneter,
ekspektasi konsumen atau produsen, atau perubahan dalam faktor eksternal
seperti peristiwa geopolitik juga dapat menyebabkan pergeseran kurva AD ke
kanan atau ke kiri tergantung pada dampaknya terhadap pengeluaran agregat.

3. 1 a).AS Klasik (Vertical): Kurva AS klasik adalah vertikal dalam bentuk,


menunjukkan bahwa tingkat produksi agregat dalam perekonomian tidak
dipengaruhi oleh tingkat harga. Ini mengimplikasikan bahwa perekonomian
beroperasi pada tingkat output potensial atau penuh kapasitas, di mana
kesenjangan output tidak ada. Kurva ini sering dianggap relevan dalam jangka
panjang.
b).AS Keynes (Horizontal): Kurva AS Keynes adalah horizontal dalam bentuk,
menunjukkan bahwa tingkat produksi agregat dalam perekonomian sepenuhnya
dipengaruhi oleh tingkat harga. Ini terjadi ketika perekonomian beroperasi jauh di
bawah kapasitas penuh, dan peningkatan permintaan agregat tidak memengaruhi
harga tetapi hanya menghasilkan peningkatan output. Kurva ini relevan dalam
situasi pengangguran yang signifikan.

c).AS Neoklasik (Upward Sloping): Kurva AS neoklasik memiliki kemiringan


positif, menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara tingkat harga dan tingkat
produksi agregat. Pada dasarnya, ini mencerminkan adanya biaya-biaya yang
lebih tinggi atau penggunaan sumber daya yang kurang efisien ketika
perekonomian beroperasi di atas tingkat output potensialnya.

2. Kurva AS yang digunakan dalam analisis AD-AS dapat berbentuk lengkung


dari kiri bawah ke kanan atas karena adanya faktor-faktor berikut:

a).Biaya Produksi : Ketika tingkat output ditingkatkan, biaya produksi cenderung


meningkat karena penggunaan sumber daya tambahan dan efisiensi margin yang
menurun. Ini menyebabkan kurva AS menjadi lebih curam, menunjukkan bahwa
untuk meningkatkan tingkat produksi lebih lanjut, diperlukan peningkatan harga.
b).Ketersediaan Sumber Daya : Jika sumber daya produksi (misalnya, tenaga
kerja atau bahan baku) menjadi semakin terbatas ketika tingkat produksi
meningkat, maka kurva AS akan cenderung lebih curam.
c).Efisiensi Marginal : Pada tingkat output yang lebih tinggi, efisiensi marginal
cenderung menurun, yang berarti biaya tambahan untuk menghasilkan satu unit
output tambahan lebih tinggi. Hal ini menyebabkan kurva AS menjadi lebih
curam ke kanan atas.

4. a).Pada awalnya, terdapat posisi awal di mana kurva AD dan AS tidak


berpotongan. Ini menghasilkan kesenjangan output, di mana tingkat produksi
aktual berada di atas atau di bawah tingkat output potensial.
b).Jika terjadi kesenjangan output positif (tingkat produksi aktual melebihi tingkat
output potensial), ini akan menyebabkan peningkatan harga karena permintaan
lebih besar dari penawaran. Hal ini mendorong pergeseran kurva AS ke atas,
memperkecil kesenjangan output dan membawa perekonomian menuju
keseimbangan.
c).Sebaliknya, jika terjadi kesenjangan output negatif (tingkat produksi aktual di
bawah tingkat output potensial), ini akan menyebabkan penurunan harga karena
penawaran lebih besar dari permintaan. Ini mendorong pergeseran kurva AS ke
bawah, meningkatkan tingkat produksi dan mendekatkan perekonomian menuju
keseimbangan.

Proses ini terus berlanjut hingga kurva AD dan AS berpotongan di tingkat output
potensial, di mana tidak ada kesenjangan output dan tidak ada tekanan inflasi atau
deflasi.

Keseimbangan AD-AS akan dipengaruhi oleh :

a).Pertambahan ekspor : Peningkatan ekspor akan meningkatkan permintaan


agregat dalam perekonomian. Hal ini akan mendorong pergeseran kurva AD ke
kanan, menghasilkan peningkatan tingkat produksi dan harga. Jika ekspor
meningkat secara signifikan, hal ini dapat menyebabkan perekonomian beroperasi
di atas tingkat output potensialnya, yang kemudian dapat menyebabkan tekanan
inflasi.

b).Pertambahan impor : Peningkatan impor akan mengurangi pengeluaran agregat


dalam perekonomian karena sebagian besar pembelian dilakukan untuk barang
dan jasa dari luar negeri. Hal ini akan menyebabkan pergeseran kurva AD ke kiri,
yang dapat menghasilkan penurunan tingkat produksi dan harga. Jika impor
meningkat secara signifikan, hal ini dapat menyebabkan kesenjangan output
negatif dan tekanan deflasi.

5. a).Pertambahan dalam pengeluaran pemerintah dan investasi:


Kenaikan dalam pengeluaran pemerintah dan investasi akan meningkatkan
pengeluaran agregat dalam perekonomian. Hal ini akan mendorong pergeseran
kurva AD ke kanan, karena ada peningkatan permintaan agregat. Dengan
demikian, tingkat produksi dan harga akan meningkat. Keseimbangan baru akan
tercapai di titik di mana kurva AD memotong kurva AS. Hal ini menghasilkan
peningkatan output dan harga dalam perekonomian. Selain itu, pertambahan
investasi juga dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing perusahaan, yang
pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

b). Kemajuan teknologi dan peningkatan efisiensi perusahaan :


Kemajuan teknologi dan peningkatan efisiensi perusahaan akan meningkatkan
produktivitas, menggeser kurva AS ke kanan. Hal ini akan menghasilkan
peningkatan output dan penurunan harga. Kenaikan produktivitas yang dihasilkan
oleh kemajuan teknologi memungkinkan perusahaan untuk memproduksi lebih
banyak barang dan jasa dengan biaya yang lebih rendah. Dengan demikian,
keseimbangan baru akan tercapai di titik di mana kurva AD memotong kurva AS
yang bergeser ke kanan, menghasilkan peningkatan output dan penurunan harga
dalam perekonomian.

c). Kenaikan investasi dari luar negeri yang diikuti oleh perkembangan teknologi
dan pertambahan kesempatan kerja :
Kenaikan investasi dari luar negeri akan meningkatkan pengeluaran agregat dan
menggeser kurva AD ke kanan. Kemudian, pertambahan investasi ini dapat
diikuti oleh perkembangan teknologi dan pertambahan kesempatan kerja, yang
akan meningkatkan produktivitas dan output agregat dalam perekonomian. Ini
akan menyebabkan kurva AS bergeser ke kanan. Keseimbangan baru akan
tercapai di titik di mana kurva AD memotong kurva AS yang bergeser ke kanan,
menghasilkan peningkatan output dan harga dalam perekonomian, serta
peningkatan kesempatan kerja.

6. a).Faktor-faktor yang memindahkan kurva penawaran agregat (AS) ke atas dan ke


bawah meliputi:

1. Biaya Produksi : Peningkatan biaya produksi, seperti upah tenaga kerja, harga
bahan baku, atau biaya produksi lainnya, akan mendorong kurva AS ke atas.
Sebaliknya, penurunan biaya produksi akan menyebabkan kurva AS bergeser ke
bawah.

2. Teknologi : Kemajuan teknologi yang meningkatkan efisiensi produksi dan


mengurangi biaya produksi akan mendorong kurva AS ke bawah. Sebaliknya,
kemunduran teknologi atau ketidakmampuan untuk mengadopsi teknologi baru
dapat menyebabkan kurva AS bergeser ke atas.

3. Ketersediaan Sumber Daya : Perubahan dalam ketersediaan sumber daya


produksi, seperti tenaga kerja atau bahan baku, juga dapat memengaruhi posisi
kurva AS. Jika ketersediaan sumber daya meningkat, kurva AS akan bergeser ke
bawah, sementara penurunan ketersediaan sumber daya akan menyebabkan kurva
AS bergeser ke atas.
b). Efek dari perubahan tersebut terhadap pendapatan nasional riil dan tingkat
harga adalah sebagai berikut :
Perubahan ke atas pada kurva AS akan mengurangi output agregat (pendapatan
nasional riil) dan meningkatkan tingkat harga. Hal ini terjadi karena peningkatan
biaya produksi atau penurunan ketersediaan sumber daya membuat produksi
barang dan jasa lebih mahal, sehingga mengurangi output dan meningkatkan
harga Sebaliknya, perubahan ke bawah pada kurva AS akan meningkatkan output

Anda mungkin juga menyukai