Anda di halaman 1dari 13

PENGANTAR

EKONOMI MAKRO
Keseimbangan Ekonomi Tiga
Sektor (Bagian 1)

Fakultas : FBIS
Program studi : Manajemen S1

Tatap Muka

04
Kode Matakuliah : W1119008
Disusun oleh : Hamdan, SE, MM
1

PEMBAHASAN
Dalam perekonomian yang sebenarnya corak kegiatan ekonomi adalah jauh lebih rumit dari
yang kita bayangkan. Unruk memberikan gambaran yang lebih mendekati dari keadaan yang
sebenarnya dalam makalah ini akan di bahas tentang perekonomian tiga sector. Yang di artikan
perekonomian tiga sector adalah perekonomian yang terdiri dari sector-sektor meliputi : rumah
tangga, perusahaan, dan pemerintah. Dengan demikian dalam menganalisis perekonomian tiga
sector pada hakikatnya akan di perhatikan peranan dan pengaruh pemerintah ke atas kegiatan
dalam suatu perekonomian.

Campur tangan pemerintah dalam perekonomian menimbulkan dua peranan penting dalam
proses penentuan pendapatan nasional yaitu :
1. Pungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah akan mengurangi pengeluaran agregat
melaui pengurangan ke atas konsumsi rumah tangga.
2. Pajak memungkinkan pemerintah melakukan pembelanjaan dan ini akn menaikan
pembelanjaan agregat.

Dalam perekonomian tiga ektor kegiatan perdagangan luar negeri masih di abaikan. Dalam
menganalisis perekonomian tiga sektor masih tetap dimisalkan kegiatan ekspor dan impor tidak
2

dilakukan. Ini berarti analisis yang di buat masih dimisalkan bahwa barang-barang dan jasa-
jasa yang di produksikan tidak di jual ke luar negeri dan masyarakat atau perusahaan tidak
membeli dan menggunakan barang-barang dan jasa yang di impor. Di sebabkan oleh ketiadaan
perdagangan luar negeri maka perekonomian tiga sector juga di namakan perekonomian
tertutup.

Aliran Pendapatan dan Syarat Keseimbangan

Analisis keseimbangan pendapatan nasional alam perekonomian tiga sector bertujuan untuk
menunjukan penentuan pendapatan nasional dalam perekonomian di mana terdapat
pemerintah. Untuk memahami analisis tersebut dengan baik perlulah terlebih dahulu disadari
pola aliran pendapatan dan pengeluaran yang berlaku dalam perekonomian tersebut dan
selanjutnaya dari gambaran tersebut ditunjukan syarat keseimbangan pendapatan nasional
dalam perekonomian tiga sector.

Aliran Pendapatan dan Pengeluaran


Campur tangan pemerintah alam perekonomian akan menimbulkan tiga jenis aliran baru dalam
sirkulasi aliran pendapatan. Ke tiga jenis aliran baru tersebut adalah :
a. Pembayaran pajak oleh rumah tangga dan perusahaan kepada penerintah.
b. Aliran baru yang ke dua adalah pengeluaran dari sector pemerintah kie sector perusahaan.
c. Aliran yang ke tiga adalah aliran pendapatan dari sector pemerintah ke sector rumah
tangga.

Dalam suatu perekonomian tiga sector ciri-ciri pokok dari aliran-aliran pendapatan dan
pengeluarannya adalah sbb :
a. Pembayaran oleh sector perusahaan sekarang dapat di bedakan menjadi dua jenis yaitu :
pembayaran klepada sector rumah tangga sebagai pendapatan kepada factor-faktor
produksi, dan pembayaran pajak pendapatan perusahaan kepada pemerintah.
b. Pendapatan yang diterima rumah tangga sekarang berasal dari dua sumber : dari
pembayaran gaji dan upah, sewa, bunga dan untung oleh perusahaan, dan dari pembayaran
gaji dan upah oleh pemerintah.
c. Pemerintah menerima pendapatan berupa pajak dari perusahaan dan rumah tangga.
Pendapatan tersebut akan digunakan untuk membayar gaji dan upah pegawai-pegawai dan
untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa.
d. Pendapatan yang diterima oleh rumah tangga (Y) akan digunakan untuk memenuhi tiga
kebutuhan : membayar dan membiayai pengeluaran konsumsi (C), disimpan sebagai
3

tabungan (S) dan membayar pajak pendapatan rumah tangga (T). Dalam persamaan : Y =
C+S+T
e. Dalam gambaran tersebut tetap dimisalkan bahwa tabungan rumah tangga dipinjamkan
oleh lembaga-lembaga keuangan kepada para pengusaha yang menanam modal.
f. Pengeluaran agregat (AE) telah menjadi bertambah jenisnya, yaitu disamping pengeluaran
konsumsi (C) dan investasi (I), sekarang termasuk pula pengeluaran pemerintah (G).
dalam persamaan AE = C + I + G

Syarat Keseimbangan
Sesuatu perekonomian keseimbangan pendapatan nasional akan tercapai apabila : penawaran
agregat adalah sama dengan pengeluaran agregat.dalam perekonomian yang tidak melakukan
perdagangan luar negeri, penwaran agregat adalah sama dengan pendapatan nasionalnya (Y),
yaitu sama dengan nilai barang dan jasa yang diproduksikan dalam perekonomian dalam suatu
periode tertentu. Pengeluaran agregat meliputi tiga jenis pembelanjaan : konsumsi rumah
tangga (C), investasi perusahaan (I) dan pengeluaran pemerintah membeli barang dan jasa (G).
dengan demikian yang menciptakan keseimbangan dalam perekonomian tiga sector adalah :
Penawaran agregat = Pengeluaran agregat (Y=AE) atau

Y=C+I+G
Sedangkan berdasarkan kepada aliran pendapatan yang wujud dalam perekonomian tiga sector,
berlaku kesamaan berikut :
Y=C+S+T

Dalam keseimbangan pendapatan nasional berlaku kesamaan berikut :


C+I+G =C+S+T

Apabila C di kurangi dari setiap rumus maka :


I+G=S+T

Dalam perekonomian tiga sektor I dan G adalah suntikan ke dalam sirkulasi aliran pendapatan,
sedangkan S dan T adalah kebocoran. Dengan demikian, dalam keseimbangan ekonomi tiga
sector juga berlaku keadaan : suntikan = bocoran. Sebagai kesimpulan dapat di rumuskan
bahwa dalam perekonomian tiga sector yang mencapai keseimbangan akan berlaku keadaan
berikut :
Y = C + I + G, dan
I+G=S+T
4

Jenis-Jenis Pajak
a. Pajak langsung, berarti jenis pungutan pemerintah yang secara langsung dikumpulkan
dari pihak yang wajib membayar pajak.

b. Pajak tak langsung, adalah pajak yang bebannya dapat di pindah-pindahkan pihak lain.
Salah satu bentuk pajak tak langsung adalah pajak impor.

Bentuk-Bentuk Pajak Pendapatan


a. Pajak regresif adalah system pajak yang persentasi pungutan pajaknya menurun apabila
pendapatan yang dikenakan pajak bertambah tinggi. Semakin tinggi pendapatan semakin
kecil presentasi pajak itu dibandingkan dengan keseluruhan pendapatan.
b. Pajak proporsional adalah system pajak yang presentasi pungutan pajak yang tetap
besarnya pada berbagai tingkat pendapatan, yaitu dari pendapatan yang sangat rendah
kepada yang sangat tinggi. Dalam system pajak ini tidak dibedakan di antara penduduk
yang kaya atau miskin dan di antara perusahaan besar dan perusahaan kecil.
c. Pajak progesif adalah system pajak yang presentasinya bertambah apabila pendapatan
semakin meningkat.

Efek Pajak ke Atas Konsumsi dan Tabungan


Dalam perekonomian yang telah mengenakan pajak perhubungan di antara pendapatan
nasional dapat dinyatakan secara persamaan berikut :
Yd = Y – T
Ket :
Yd = pendapatan disposebel
Y = pendapatan nasional
T = pajak

Berdasarkan kepada sifat pengaruh pajak kepada pendapatan disposebel, pengeluaran


konsumsi dan tabungan, secara umum dapat di rumuskan :
a. Pajak yang di pungut akan mengurangi pendapatan disposebel sebanyak pajak yang di
pungut tersebut dalam pesamaan : Yd = Y – T
b. Penurunan pendapatan disposebel menyebabkan pengeluaran konsumsi dan tabungan
rumah tangga akan berkurang pada berbagai tingkat pendapatan.

Analisis yang di buat untuk menerangkan pengaruh dua bentuk pajak ke atas konsumsi dan
tabungan rumah tangga. Analisis tersebut adalah :
5

a. Pengaruh pajak tetap yaitu jumlahnya sama pada berbagai tingkat pendapatan nasional ke
jumlah (perubahan) pengeluaran konsumsi dan tabungan.
b. Pengaruh pajak proporsional ke atas pengeluaran konsumsi dan tabungan.

Kecondongan Mengkonsumsi dan Menabung


1. Kecondongan Mengkonsumsi Marjinal
Dalam perekonomian tiga sector dapat ditentukan dua nilai MPC, yaitu ∆C/∆Yd dan
∆C/∆Y. maka untuk menghindari kekeliruan perlulah dibedakan diantara kecopndongan
mengkonsumsi marjinal pendapatan disposebel (MPC), dan kecondongan mengkonsumsi
marjinal pendapatan nasional (MPCy). Definisi dari masing-masing konsep itu adalah :
a. MPC adalah rasio diantara pertambahan konsumsi dengan pertambahan
pendapatan disposebel. Dalam persamaan :
MPC = ∆C/∆Yd
b. MPCy adalah rasio diantara pertambahan konsumsi dengan pertambahan
pendapatan nasional. Dalam persamaan :
MPCy = ∆C/∆Y
2. Kecondongan menabung marjinal
Dalam konsep ini juga perlu dibedakan diantara kecondongan menabung marjinal
pandapatan disposebel (MPS) dan kecondongan menabung marjinal pendapatan
nasionalnya (MPSy). Definisi dari masing-masing konsep ini adalah :
a. MPS adalah rasio diantara pertambahan tabungan dengan pertambahan pendapatan
disposebel. Dalam persamaan :
MPS = ∆S/∆Yd

b. MPSy adalah rasio diantara pertambahan tabungan dengan pertambahan pendapatan


nasional. Dalam persamaan :
MPSy = ∆S/∆Yd

Dalam perekonomian tiga sector dengan system pajak proporsional MPS adalah lebih
besar dari MPSy, dalam system pajak proporsional nilai MPSy, adalah :

MPSy = (1-b)(1-t)

Pengeluaran Pemerintah
Pajak yang diterima pemerintah akan digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah. Di
Negara-negara yang sudah sangat maju pajak adalah sumber utama dari pembelanjaan
6

pemerintah. Sebagian dari pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai administrasi


pemerintah dan sebagian lainnya adalah untuk membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan.
Membayar gaji pegawai-pegawai pemerintah, membiayai system pendidikan dan kesehatan
rakyat, membiayai perbelanjaan untuk angkatan bersenjata, dan membiayai berbagai
infrastruktur yang penting artinya dalam pembangunan adalah beberapa bidang penting yang
akan di biayai pemerintah. Perbelanjaan tersebut akan meningkatkan pengeluaran agregat dan
mempertinggi tingkat kegiatan ekonomi Negara.

Penentu-Penentu Pengeluaran Pemerintah


1. Proyeksi jumlah pajak yang diterima

Salah satu factor penting yang menentukan besarnya pengeluaran pemerintah adalah
jumlah pajak yag diramalkan. Dalam menyusun anggaran pemerintah harus terlebih
dahulu membuat proyeksi mengenai jumlah pajak yang akan diterimanya.
2. Tujuan-tujuan ekonomi yang ingin di capai
Faktor yang lebih pentig dalam penentuan pengeluaran pemerintah adalah tujuan-tujuan
ekonomi yang ingin dicapai pemerintah. Beberapa tujuan penting dari kegiatan pemerintah
adalah mengatasi masalah pengangguran, menghindari inflasi dan mempercepat
pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.

3. Pertimbangan politik dan keamanan


Pertimbangan-pertimbangan politik dan kestabilan Negara selalu menjadi salah satu tujuan
penting dalam menyusun anggaran belanja pemerintah. Kekacauan politik, perselisihan di
antara berbagai golongan masyarakat dan daerah sering berlaku di wilayah suatu Negara
di dunia. Keadaan seperti itu akan menyebabkan perbelanjaan pemerintah menjadi sangat
besar.

Keseimbangan Dalam Perekonomian Tiga Sektor


Uraian mengenai keseimbangan pendapatan nasional dalam pereonomian tiga sector akan
dibedakan dalam dua keadaan, yaitu :
a. Dalam perekonomian dimana system pajaknya adalah system pajak tetap.
b. Dalam perekonomian dimana system pajaknya adalah system pajak proporsional.
7

Multiplier dalam Perekonomian Tiga Sektor


1. Multiplier dalam Angka
Dalam contoh angka ini digambarkan dua keadaan, yaitu dalam perekonomian yang
system pajaknya adalah pajak tetap dan dalam perekonomian di mana system pajaknya
adalah pajak proporsional.dalam kedua keadaan tersebut dimisalkan sector perusahaan
memutuskan untuk menambah investasi sebanyak Rp.20 triliun. Dalam perekonomian
tersebut kecondongan konsumsi marginal pendapatan disposebel (MPC) adalah 0,75 dan
pajak proporsionalnya adalah T = 0,20Y. proses multiplier sebagai akibat pertambahan
investasi tersebut di tunjukan dalam table 5.5. d bagian 1 digambarkan proses multiplier
dalam perekonomian dengan system pajak tetap, dan di bagian 2 di gambarkan proses
multiplier yang akan berlaku dal;am perekonomian dengan system pajak proporsional.

Contoh angka dalam bagian 1 menunjukkan tambahan investasi sebanyak ∆i=20 pada
mulanya aka menambah pedapatan asional sebanyak ∆Y, = 20. kenaikan ini tidak
menambah pajak (∆T = 0). Maka pendapatan disposebel bertambah sebanyak ∆Y, = ∆I
juga. Tambahan pendapatan ini menyebabkan konsumsi rumah tangga bertambah
sebanyak ∆C = 0,75(20) = 15 dan tabungan sebanyak ∆S = 0,25(20) = 5. Pertambahan
konsumsi rumah tangga sebanyak ∆C = 15 akan menambah pendapatan nasional sebanyak
∆Y, = ∆C = 15. pertambahan ini akan menimbulkan tahap kedua proses multiplier. Pada
akhir proses multiplier tersebut pendapatan nasional bertambah sebanyak Rp.80 triliun,
konsumsi sebanyak Rp.60 triliun dan tabungan sebanyak Rp.20 triliun. Contoh ini
menunjukan pendapatan nasional bertambah 4 kali lipat dalam pertambahan investasi.

2. Menghitung Nilai Multiplier


Perhitungan nilai multiplier yang akan diterangkan mengunakan-menggunakan pemisahan
dibawah ini :
a. Fungsi konsumsi adalah C = a + bYd
b. Dua bentuk system pajak akan digunakan. Dalam contoh yang pertama pajaknya adalah
pajak tetap, yaitu T = Tx
c. Fungsi investasi yang asal adalh I dan fungsi engeluaran pemerintah yang asal adalah
G.

3. Multiplier Investasi
Untuk menghitung nilai multiplier investasi, dimisalkan nilai investasi bertambah dari I
menjadi I, dan besar pertambahannya adalah ∆I.
8

a. Sistem pajak tetap


Dalam perekonomian bersistem pajak tetap, keseimbangan pendapatan nasional yang
asal adalah :

Y=C+I+G

Y = a + bYd + I + G

Y = a + b(Y – Tx) + I + G

Y = a + bY – bTx + I + G

Y – bY = a – bTx + I + G

Y = 1/1-b (a – bTx + I + G)

Multiplier investasi = 1/1-b (pajak tetap)

b. Sistem pajak proporsional


Sebelum ada kenaikan investasi tingkat pendapatan nasional dalam perekonomian
adalah:

Y=C+I+G

Y = a + bYd + I + G

Y = a + b(1-t)Y + I + G

Y = a + bY – btY + I + G

Y – bY + btY = a + I + G

Y (1 – b + bt) = a + I + G

Y = 1/1-b+bt (a + I + G)

Multiplier Investasi = 1/1-b+bt = 1/1-b(1-t) (pajak proporsional)

4. Multiplier Pengeluaran Pemerintah


Investasi perusahaan dan pengeluaran pemerintah adalah komponen dari pengeluaran
agregat. Kenaikan investasi secara langsung akan mengakibatkan kenaikan pengeluaran
agregat. Maka pada tahap pertama dari proses multiplier, peertambahan investasi akan
menaikkan pendapatan nasional yang sama besarnya. Pengeluaran pemerintah juga akan
mengakibatkan pertambahan seperti itu, yaitu pada tahap pertama dari proses multiplier
pertambahan pengeluaran pemerintah akan menaikkan pendapatan nasional yang sama
9

besarnya. Sebagai akibat dari keadaan ini maka nilai multiplier dari perubahan
pengeluaran pemerintah.

System pajak tetap dalam perekonomian yang menggunakan system pajak tetap, nilai
multiplier pengeluaran pemerintah adalah 1/1-b dan kenaikan pendapatan nasional (∆Y)
dapat :
∆Y = 1/1-b(∆G)
Sistem pajak proporsional dalam perekonomian yang menggunakan system pajak
proporsional, nilai multiplier pengeluaran pemerintah adalah 1/1-b+bt dan kenaikan
pendapatan nasional ∆Y dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
∆Y = 1/1-b+bt(∆G)

Masalah Makroekonomi Dan Kebijakan Fiskal


Langkah-langkah pemerintah untuk membuat perubahan-perubahan dalam system pajak atau
dalam perbelanjaannya dengan maksud untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang
dihadapi dinamakan kebijakan fiscal. Dalam suatu perekonomian tertutup, yaitu perekonomian
yang tidak menjalankan kegiatan perdagangan luar negeri, dua masalah makroekonomi yang
utama adalah pengangguran dan inflasi.

Dalam usaha untuk menunjukan konsumsi kebijakan fiscal dalam menagatasi masalah
ekonomi yang dihadapi, bagian ini akan menerangkan dua hal berikut :
a. menunjukan bentuk masalah yang mungkin dihadapi dalam perekonomnian.
b. menerangkan bentuk langkah kebijakan fiscal dalam mengatasi masalah ekonomi yang
dihadapi.

Masalah Pengangguran dan Inflasi


Tingkat kegiatan ekonomi Negara yang wujud pada suatu waktu tertentu adalah berbentuk
salah satu dari tiga keadaan berikut :
a. Mencapai tingkat konsumsi tenaga kerja penuh.
b. Menghadapi masalah pengangguran.
c. Menghadapi masalah inflasi.

Mencapai Tingkat Konsumsi Tenaga Kerja Penuh


Keadaan ini adalah keadaan yang ideal untuk setiap perekonomian, dan merupakan salah satu
tujuan penting dari menjalankan kebijakan-kebijakan ekonomi. Dalam perekonomian yang
mencapai tingkat konsumsi tenaga kerja penuh, pengeluaran agregat yang sebenarnya wujud
10

adalah sama dengan pengeluaran agregat yang diperlukanb untuk mencapai tingkat konsumsi
tenaga penuh.

Menghadapi Masalah Pengangguran


Masalah ini adalah masalah yang selalu dihadapi oleh setiaap perekonomian. Akan tetapi
sampai dimana seriusnya masalah itu berbeda dari satu Negara ke Negara lain. Terdapat
Negara-negara yang masalah penganggurannya sangat serius. Tetapi ada pula Negara yang
tingkat penganggurannya sangat rendah dan hampir mendekati tingkat konsumsi tenaga kerja
penuh. Jurang deflasi adalah jumlah kekuragan pembelanjaan agregat yang diperlukan untuk
mencapai konsumsi tenaga kerja penuh.

Jurang Deflasi, Jurang Inflasi dan Kebijakan Fiskal

Dengan menggunakan kebijakan fiscal pemerintah dapat mempengaruhi besarnya jurang


deflasi atau jurang inflasi yang wujud dalam perekonomian. Apabila terdapat jurang deflasi
tingkat kegiatan ekonomi belum mencapai potensinya yang maksimal dan pengangguran
wujud. Dalam keadaan seperti ini pengeluaran agregat perlu dinaikkan. Kebijakan pemerintah
itu akan menaikkan tingkat kegiatan ekonomi da mengurangi pengangguran.

Langkah yang paling mudah yang dapat dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan itu
adalah dengan menambah pengeluarannya. Bersama dengan langkah ini, untuk menjamin agar
jurang deflasi dapat diperkecil sejauh mungkin, pemerintah dapat pula mengurangi pajak yang
dipungutnya dari para penerima pendapatan dan perusahaan-perusahaan. Denagn demikian
dapat dikatakan bahwa kebijakan anggaran belanja deficit adalah satu langkah pemerintah yang
dapat dilakukan untuk mengatasi depresi dan pengangguran.

Di dalam masa dimana jurang inflasi wujud, yaitu pegeluaran agregat melebihi kemampuan
perekonomian untuk memproduksikan barang-barang dan jasa-jasa, kebijakan anggaran
belanja surplus perlu dilakukan.

Bentuk Kebijakan Fiskal Dikresioner


Kebijakan fiscal yang terutama akan digunakan pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah
ekonomi yang sedang dihadapi dinamakan kebijakan fiscal dikresioner atau discretionary fiscal
policy. Ini dapat diartikan sebagai langkh-langkah pemerintah untuk mengubah
pengeluarannya atau pemungutan pajaknya dengan tujuan untuk :
a. Mengurangi gerak naik turun tingkat kegiatan ekonomi ari waktu ke waktu, dan
11

b. Menciptakan suatu tingkat kegiatan ekonomi yang mencapai tingkat konsumsi tenaga
kerja yang tinggi, tidak menghadapi masalah inflasi, dan selalu mengalami partumbuhan
yang memuaskan.

Dari penjelasan mengenai kebijaka fiscal diskresioner ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
dua macam alat yang digunakan oleh pemerintah untuk menjalankan kebijakan tersebut :
a. Membuat perubahan-perubahan ke atas pengeluarannya, dan
b. Membuat perubahan-perubahan ke atas pajak yang dipungutnya.

Dalam pelaksanaannya, kedua alat kebijakan fiscal diskresioner tersebut dapat digunakan
secara tersendiri atau merupakan gabungan daripada kedua-keduanya. Maka pada hakikatnya
kebijakan fiscal diskresioner dapat dibedakan di dalam tiga bentuk, yaitu:
a. Membuat perubahan ke atas pengeluaan pemerintah.
b. Membuat perubahan ke atas system poemungutan pajak.
c. Secara serentak membuat perubahan dalam pengeluaran pemerintahan dan system
pemungutan pajak.

Untuk mencapai tujuan tujuan ini pemerintah dapat memilih salah satu dari beberapa
perubahan berikut :
a. Menaikkan pengeluarannya tetapi tidak membuat perubahan apa-apa ke atas pajak yang
di pungutnya.
b. Mempertahankan tingkat pengeluarannya tetapi mengeluarkan pajak yang
dipungutnya.
c. Di satu pihak menaikkan pengeluarannya dan di lain pihak menurunkan pajak yang di
pungutnya.
d. Pengeluaran dan pemungutan pajaknya dinaikkan, dan kenaikkan tersebut sama
besarnya.

Tujuan dari kebijakan seperti ini adalah untuk menjaga agar pendapatan dan pengeluaran
pemerintah tetap seimbang.

Perubahan-perubahan yang sebaliknya akan digunakan untuk mengatasi inflasi. Kebijakan


yang dilakukan adalah :
a. Mengurangi pengeluarannya; atau
b. Menaikkan pajak yang dipungut; atau
c. Mengurangi pengeluarannya dan menaikkan pajak yang dipungut; atau
12

d. Mengurangi pengeluarannya dan mengurangi pajak yang dipungutnya dengan jumlah


yang sama besarnya.

Pengangguran Dan Kebijakan Fiskal : Contoh Angka


Setelah menunjukan bentuk-bentuk kebijakan fiscal diskresioner yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah pengangguran atau inflasi, persoalan selanjutnya yang perlu diteliti dan
dibicarakan adalah mengenai jumlah perubahan dalam pengeluaran pemerintah dan pajak yang
perlu dilakukan untuk mengatasi masalah itu. Pada hakikatnya terdapat tiga factor yang akan
menentukan besarnya perubahan dalam anggaran belanja untuk mengatasi masalah
pengangguran atau inflasi yang dihadapi. Ketiga factor tersebut adalah :
a. besarnya perbedaan di antara pendapatan nasional yang sebenarnya di capai dengan
pendapatan nasional yang akan tercapai pada konsumsi tenaga kerja penuh.
b. bentuk kebijakan fiscal diskresioner yang akan dilaksanakan.
c. besarnya kecondongan konsumsi marginal pendapatan nasional (MPC)

Pemisalan Yang Digunakan

Contoh yang berikut akan menunjukan magnitude kebijakan fiscal diskresioner untuk
mengatasi masalah pengangguran yang di hadapi dalam perekonomian. Misalkan pendapatan
nasional potensial, yaitu pandapatan nasional yang akan dicapai pada tingkat konsumsi tenaga
kerja penuh adalah Rp.800 triliun. Pada tahun tersebut pendapatan nasional yang sebenarnya
dicapai adalah Rp.750 triliun. Seterusnya di misalkan MPC pendapatan disposebel adalah 0,75
dan system pajak adalah pajak proporsional dan besarnya adalah 20 persen dari pendapatan
nasional. Alternative kebijakan fiscal diskresioner yang akan dilakukan pemerintah adalah
seperti yang dinyatakan dibawah ini:
a. pemerintah menaikkan pengeluarannya saja.
b. Pemerintah menurunkan pajak saja.
c. Pemerintah menaikkan pengeluarannyasebanyak Rp.10 triliun, dan usaha mengatasi
pengangguran dilakukan juga dengan mengurangi pajak.

DAFTAR PUSTAKA
Heripson, (2009). Ekonomi Makro. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau, Pekanbaru.
Mankiw, N.G. (2012). Principles of Macroeconomic. 6th Ed. Outh-Western Cencage Learning,
ISBN 13: 978-0-538-45306-6. Mason, USA.

Anda mungkin juga menyukai