EKONOMI MAKRO
Keseimbangan Ekonomi Tiga
Sektor (Bagian 1)
Fakultas : FBIS
Program studi : Manajemen S1
Tatap Muka
04
Kode Matakuliah : W1119008
Disusun oleh : Hamdan, SE, MM
1
PEMBAHASAN
Dalam perekonomian yang sebenarnya corak kegiatan ekonomi adalah jauh lebih rumit dari
yang kita bayangkan. Unruk memberikan gambaran yang lebih mendekati dari keadaan yang
sebenarnya dalam makalah ini akan di bahas tentang perekonomian tiga sector. Yang di artikan
perekonomian tiga sector adalah perekonomian yang terdiri dari sector-sektor meliputi : rumah
tangga, perusahaan, dan pemerintah. Dengan demikian dalam menganalisis perekonomian tiga
sector pada hakikatnya akan di perhatikan peranan dan pengaruh pemerintah ke atas kegiatan
dalam suatu perekonomian.
Campur tangan pemerintah dalam perekonomian menimbulkan dua peranan penting dalam
proses penentuan pendapatan nasional yaitu :
1. Pungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah akan mengurangi pengeluaran agregat
melaui pengurangan ke atas konsumsi rumah tangga.
2. Pajak memungkinkan pemerintah melakukan pembelanjaan dan ini akn menaikan
pembelanjaan agregat.
Dalam perekonomian tiga ektor kegiatan perdagangan luar negeri masih di abaikan. Dalam
menganalisis perekonomian tiga sektor masih tetap dimisalkan kegiatan ekspor dan impor tidak
2
dilakukan. Ini berarti analisis yang di buat masih dimisalkan bahwa barang-barang dan jasa-
jasa yang di produksikan tidak di jual ke luar negeri dan masyarakat atau perusahaan tidak
membeli dan menggunakan barang-barang dan jasa yang di impor. Di sebabkan oleh ketiadaan
perdagangan luar negeri maka perekonomian tiga sector juga di namakan perekonomian
tertutup.
Analisis keseimbangan pendapatan nasional alam perekonomian tiga sector bertujuan untuk
menunjukan penentuan pendapatan nasional dalam perekonomian di mana terdapat
pemerintah. Untuk memahami analisis tersebut dengan baik perlulah terlebih dahulu disadari
pola aliran pendapatan dan pengeluaran yang berlaku dalam perekonomian tersebut dan
selanjutnaya dari gambaran tersebut ditunjukan syarat keseimbangan pendapatan nasional
dalam perekonomian tiga sector.
Dalam suatu perekonomian tiga sector ciri-ciri pokok dari aliran-aliran pendapatan dan
pengeluarannya adalah sbb :
a. Pembayaran oleh sector perusahaan sekarang dapat di bedakan menjadi dua jenis yaitu :
pembayaran klepada sector rumah tangga sebagai pendapatan kepada factor-faktor
produksi, dan pembayaran pajak pendapatan perusahaan kepada pemerintah.
b. Pendapatan yang diterima rumah tangga sekarang berasal dari dua sumber : dari
pembayaran gaji dan upah, sewa, bunga dan untung oleh perusahaan, dan dari pembayaran
gaji dan upah oleh pemerintah.
c. Pemerintah menerima pendapatan berupa pajak dari perusahaan dan rumah tangga.
Pendapatan tersebut akan digunakan untuk membayar gaji dan upah pegawai-pegawai dan
untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa.
d. Pendapatan yang diterima oleh rumah tangga (Y) akan digunakan untuk memenuhi tiga
kebutuhan : membayar dan membiayai pengeluaran konsumsi (C), disimpan sebagai
3
tabungan (S) dan membayar pajak pendapatan rumah tangga (T). Dalam persamaan : Y =
C+S+T
e. Dalam gambaran tersebut tetap dimisalkan bahwa tabungan rumah tangga dipinjamkan
oleh lembaga-lembaga keuangan kepada para pengusaha yang menanam modal.
f. Pengeluaran agregat (AE) telah menjadi bertambah jenisnya, yaitu disamping pengeluaran
konsumsi (C) dan investasi (I), sekarang termasuk pula pengeluaran pemerintah (G).
dalam persamaan AE = C + I + G
Syarat Keseimbangan
Sesuatu perekonomian keseimbangan pendapatan nasional akan tercapai apabila : penawaran
agregat adalah sama dengan pengeluaran agregat.dalam perekonomian yang tidak melakukan
perdagangan luar negeri, penwaran agregat adalah sama dengan pendapatan nasionalnya (Y),
yaitu sama dengan nilai barang dan jasa yang diproduksikan dalam perekonomian dalam suatu
periode tertentu. Pengeluaran agregat meliputi tiga jenis pembelanjaan : konsumsi rumah
tangga (C), investasi perusahaan (I) dan pengeluaran pemerintah membeli barang dan jasa (G).
dengan demikian yang menciptakan keseimbangan dalam perekonomian tiga sector adalah :
Penawaran agregat = Pengeluaran agregat (Y=AE) atau
Y=C+I+G
Sedangkan berdasarkan kepada aliran pendapatan yang wujud dalam perekonomian tiga sector,
berlaku kesamaan berikut :
Y=C+S+T
Dalam perekonomian tiga sektor I dan G adalah suntikan ke dalam sirkulasi aliran pendapatan,
sedangkan S dan T adalah kebocoran. Dengan demikian, dalam keseimbangan ekonomi tiga
sector juga berlaku keadaan : suntikan = bocoran. Sebagai kesimpulan dapat di rumuskan
bahwa dalam perekonomian tiga sector yang mencapai keseimbangan akan berlaku keadaan
berikut :
Y = C + I + G, dan
I+G=S+T
4
Jenis-Jenis Pajak
a. Pajak langsung, berarti jenis pungutan pemerintah yang secara langsung dikumpulkan
dari pihak yang wajib membayar pajak.
b. Pajak tak langsung, adalah pajak yang bebannya dapat di pindah-pindahkan pihak lain.
Salah satu bentuk pajak tak langsung adalah pajak impor.
Analisis yang di buat untuk menerangkan pengaruh dua bentuk pajak ke atas konsumsi dan
tabungan rumah tangga. Analisis tersebut adalah :
5
a. Pengaruh pajak tetap yaitu jumlahnya sama pada berbagai tingkat pendapatan nasional ke
jumlah (perubahan) pengeluaran konsumsi dan tabungan.
b. Pengaruh pajak proporsional ke atas pengeluaran konsumsi dan tabungan.
Dalam perekonomian tiga sector dengan system pajak proporsional MPS adalah lebih
besar dari MPSy, dalam system pajak proporsional nilai MPSy, adalah :
MPSy = (1-b)(1-t)
Pengeluaran Pemerintah
Pajak yang diterima pemerintah akan digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah. Di
Negara-negara yang sudah sangat maju pajak adalah sumber utama dari pembelanjaan
6
Salah satu factor penting yang menentukan besarnya pengeluaran pemerintah adalah
jumlah pajak yag diramalkan. Dalam menyusun anggaran pemerintah harus terlebih
dahulu membuat proyeksi mengenai jumlah pajak yang akan diterimanya.
2. Tujuan-tujuan ekonomi yang ingin di capai
Faktor yang lebih pentig dalam penentuan pengeluaran pemerintah adalah tujuan-tujuan
ekonomi yang ingin dicapai pemerintah. Beberapa tujuan penting dari kegiatan pemerintah
adalah mengatasi masalah pengangguran, menghindari inflasi dan mempercepat
pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.
Contoh angka dalam bagian 1 menunjukkan tambahan investasi sebanyak ∆i=20 pada
mulanya aka menambah pedapatan asional sebanyak ∆Y, = 20. kenaikan ini tidak
menambah pajak (∆T = 0). Maka pendapatan disposebel bertambah sebanyak ∆Y, = ∆I
juga. Tambahan pendapatan ini menyebabkan konsumsi rumah tangga bertambah
sebanyak ∆C = 0,75(20) = 15 dan tabungan sebanyak ∆S = 0,25(20) = 5. Pertambahan
konsumsi rumah tangga sebanyak ∆C = 15 akan menambah pendapatan nasional sebanyak
∆Y, = ∆C = 15. pertambahan ini akan menimbulkan tahap kedua proses multiplier. Pada
akhir proses multiplier tersebut pendapatan nasional bertambah sebanyak Rp.80 triliun,
konsumsi sebanyak Rp.60 triliun dan tabungan sebanyak Rp.20 triliun. Contoh ini
menunjukan pendapatan nasional bertambah 4 kali lipat dalam pertambahan investasi.
3. Multiplier Investasi
Untuk menghitung nilai multiplier investasi, dimisalkan nilai investasi bertambah dari I
menjadi I, dan besar pertambahannya adalah ∆I.
8
Y=C+I+G
Y = a + bYd + I + G
Y = a + b(Y – Tx) + I + G
Y = a + bY – bTx + I + G
Y – bY = a – bTx + I + G
Y = 1/1-b (a – bTx + I + G)
Y=C+I+G
Y = a + bYd + I + G
Y = a + b(1-t)Y + I + G
Y = a + bY – btY + I + G
Y – bY + btY = a + I + G
Y (1 – b + bt) = a + I + G
Y = 1/1-b+bt (a + I + G)
besarnya. Sebagai akibat dari keadaan ini maka nilai multiplier dari perubahan
pengeluaran pemerintah.
System pajak tetap dalam perekonomian yang menggunakan system pajak tetap, nilai
multiplier pengeluaran pemerintah adalah 1/1-b dan kenaikan pendapatan nasional (∆Y)
dapat :
∆Y = 1/1-b(∆G)
Sistem pajak proporsional dalam perekonomian yang menggunakan system pajak
proporsional, nilai multiplier pengeluaran pemerintah adalah 1/1-b+bt dan kenaikan
pendapatan nasional ∆Y dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
∆Y = 1/1-b+bt(∆G)
Dalam usaha untuk menunjukan konsumsi kebijakan fiscal dalam menagatasi masalah
ekonomi yang dihadapi, bagian ini akan menerangkan dua hal berikut :
a. menunjukan bentuk masalah yang mungkin dihadapi dalam perekonomnian.
b. menerangkan bentuk langkah kebijakan fiscal dalam mengatasi masalah ekonomi yang
dihadapi.
adalah sama dengan pengeluaran agregat yang diperlukanb untuk mencapai tingkat konsumsi
tenaga penuh.
Langkah yang paling mudah yang dapat dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan itu
adalah dengan menambah pengeluarannya. Bersama dengan langkah ini, untuk menjamin agar
jurang deflasi dapat diperkecil sejauh mungkin, pemerintah dapat pula mengurangi pajak yang
dipungutnya dari para penerima pendapatan dan perusahaan-perusahaan. Denagn demikian
dapat dikatakan bahwa kebijakan anggaran belanja deficit adalah satu langkah pemerintah yang
dapat dilakukan untuk mengatasi depresi dan pengangguran.
Di dalam masa dimana jurang inflasi wujud, yaitu pegeluaran agregat melebihi kemampuan
perekonomian untuk memproduksikan barang-barang dan jasa-jasa, kebijakan anggaran
belanja surplus perlu dilakukan.
b. Menciptakan suatu tingkat kegiatan ekonomi yang mencapai tingkat konsumsi tenaga
kerja yang tinggi, tidak menghadapi masalah inflasi, dan selalu mengalami partumbuhan
yang memuaskan.
Dari penjelasan mengenai kebijaka fiscal diskresioner ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
dua macam alat yang digunakan oleh pemerintah untuk menjalankan kebijakan tersebut :
a. Membuat perubahan-perubahan ke atas pengeluarannya, dan
b. Membuat perubahan-perubahan ke atas pajak yang dipungutnya.
Dalam pelaksanaannya, kedua alat kebijakan fiscal diskresioner tersebut dapat digunakan
secara tersendiri atau merupakan gabungan daripada kedua-keduanya. Maka pada hakikatnya
kebijakan fiscal diskresioner dapat dibedakan di dalam tiga bentuk, yaitu:
a. Membuat perubahan ke atas pengeluaan pemerintah.
b. Membuat perubahan ke atas system poemungutan pajak.
c. Secara serentak membuat perubahan dalam pengeluaran pemerintahan dan system
pemungutan pajak.
Untuk mencapai tujuan tujuan ini pemerintah dapat memilih salah satu dari beberapa
perubahan berikut :
a. Menaikkan pengeluarannya tetapi tidak membuat perubahan apa-apa ke atas pajak yang
di pungutnya.
b. Mempertahankan tingkat pengeluarannya tetapi mengeluarkan pajak yang
dipungutnya.
c. Di satu pihak menaikkan pengeluarannya dan di lain pihak menurunkan pajak yang di
pungutnya.
d. Pengeluaran dan pemungutan pajaknya dinaikkan, dan kenaikkan tersebut sama
besarnya.
Tujuan dari kebijakan seperti ini adalah untuk menjaga agar pendapatan dan pengeluaran
pemerintah tetap seimbang.
Contoh yang berikut akan menunjukan magnitude kebijakan fiscal diskresioner untuk
mengatasi masalah pengangguran yang di hadapi dalam perekonomian. Misalkan pendapatan
nasional potensial, yaitu pandapatan nasional yang akan dicapai pada tingkat konsumsi tenaga
kerja penuh adalah Rp.800 triliun. Pada tahun tersebut pendapatan nasional yang sebenarnya
dicapai adalah Rp.750 triliun. Seterusnya di misalkan MPC pendapatan disposebel adalah 0,75
dan system pajak adalah pajak proporsional dan besarnya adalah 20 persen dari pendapatan
nasional. Alternative kebijakan fiscal diskresioner yang akan dilakukan pemerintah adalah
seperti yang dinyatakan dibawah ini:
a. pemerintah menaikkan pengeluarannya saja.
b. Pemerintah menurunkan pajak saja.
c. Pemerintah menaikkan pengeluarannyasebanyak Rp.10 triliun, dan usaha mengatasi
pengangguran dilakukan juga dengan mengurangi pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Heripson, (2009). Ekonomi Makro. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau, Pekanbaru.
Mankiw, N.G. (2012). Principles of Macroeconomic. 6th Ed. Outh-Western Cencage Learning,
ISBN 13: 978-0-538-45306-6. Mason, USA.