Anda di halaman 1dari 24

"MATERI- MATERI AKHLAK"

Disusun oleh :

Nama : Zeli Dwiputri

Nim : 20591220

Prodi : PGMI (2A)

Dosen pengampu : Ana Maryati,M.pd

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP


1. Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu

Izin mengumpulkan tugas umi

Nama: Zeli Dwiputri

Nim: 20591220

1. Pengertian ilmu akhlak

Dalam segi bahasa, akhlak berasal dari kata ‫ ال ُخلق‬al-khulq yang berarti watak. Dalam pendapat
lain arti dari al-khulq itu adalah agama dan menjaga wibawa. Ibnu Fairs mengatakan, kata khulq
itu berasal dari dua arti, yaitu kuasa atas sesuatu dan menyentuh sesuatu.Adapun kata akhlak
dalam segi istilah adalah tingkah laku yang berasal dari dalam jiwa dimana dengannya
muncullah perbuatan-perbuatan yang bersifat mudah dan tidak membutuhkan pada usaha atau
berpikir. Perbuatan-perbuatan ini bisa berupa perbuatan baik atau buruk.Maksud dari
pengertian di atas adalah akhlak itu adalah perbuatan spontan tanpa melalui tindakan berpikir
terlebih dahulu. Dan bisa jadi perbuatan itu baik atau buruk.

2. Manfaat mempelajari ilmu akhlak

(A)Menjadi umat sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw.

(B)Memiliki kedudukan bersama Rasulullah Saw. dan Menjadi hamba yang paling dicintai

(C)Menjadi sosok yang dihormati dan mampu menjadi teladan akan akhlak yang baik

(D)Mempelajari akhlak yang baik adalah salah satu bentuk benteng terhadap diri pribadi

(E)Sebaliknya, mempelajari akhlak akan mengajak manusia untuk melakukan segala hal yang
baik dan mulia.

(F)Orang yang memiliki ilmu akhlak yang mendalam akan menjadi orang yang bijak.
2. Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu

Nama: Zeli Dwiputri

Nim: 20591220

1.Akhlaq

Akhlaq secara etimologi merupakan bentuk jamak dari khulq artinya perangai, tabiat, pekerti.
Sedang secara terminologi akhlak adalah kemampuan /kondisi jiwa yang merupakan sumber
dari segala kegiatanmanusia yang dilakukan secara spontan tanpa pemikiran. Akhlaq terbentuk
dari latihan dan praktek berulang (pembiasaan). Sehingga jika sudahmenjadi akhlaq tidak
mudah dihapus.

Akhlaq memiliki kedudukan utama,bahkan menjadi puncak kesempurnaan manusia.Ibn


Miskawaih mengatakan bahwa akhlaq adalah sifat yangtertanam dalam jiwa yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatantanpa memerluka pemikiran dan
pertimbangan.Imam Al Ghazali mendefinisikan akhlaq sebagai sifat yangtertanam dalam jiwa
yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengangampang dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.Mu’jam al Wasith, Ibrahim Anis mengatakan bahwa akhlaq
adalahsifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang dengannya lahirlah macam-macam
perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.

Dalam kitab Dairatul Ma’arif secara singkat akhlaq diartikan sifat-sifat manusia yang
terdidik.Akhlaq memiliki cakupan yang luas, yaitu mencakup hubungankepada Sang Pencipta
(Allah), sesama manusia, terhadap diri sendiri,maupun dengan lingkungan atau sesama
makhluk Tuhan yang lain.Akhlaq dalam Islam tidak lepas dan terkait erat dengan aqidah dan
syariah,ia merupakan buah dan sekaligus puncak dari keduanya. Akhlaqmenekankan
keutamaan, nilai-nilai, kemulian dan kesucian (hati dan perilaku), Akhlaq Islami harus
diupayakan agar menjadi sistem nilai(etika/moral) yang mendasari budaya masyarakat.Akhlaq
yang baik berpangkal dari ketaqwaan kepada Allah dimanapun berada. Selain itu akhlaq yang
baik merupakan manifestasi darikemampuan menahan hawa nafsu dan adanya rasa malu. Agar
kitasenantiasa berakhlaq baik maka harus selalu menimbang perbuatandengan hati nurani yang
bersih. Salah satu tanda atau ciri akhlaq yang baik yaitu mendatangkan ketenangan jiwa dan
kebahagiaan pelakunya. Tapisebaliknya jika mendatangkan keraguan, kecemasan dan “ingin
tidak diketahui orang lain” merupakan isyarat akhlaq yang buruk. Banyak sekali akhlaq mulia
(akhlaqul karimah) yang harus menjadi hiasan seorangmuslim, demikian juga banyak akhlaq
buruk (akhlaqul madzmumah) yangharus dihindari.

2.Etika

Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yangberarti watak kesusilaan atau
adat. Dalam KBBI etika diartikan ilmupengetahuan tentang asas-asas akhlaq (moral).Secara
terminologi, etika mempunyai banyak ungkapan yangsemuanya itu tergantung pada sudut
pandang masing-masing ahli.Ahmad Amin mengartikan etika sebagai ilmu yang menjelaskanarti
baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan olehmanusia di dalam perbuatan
mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat.Soegarda
Poerbakawatja mengartikan etika sebagai filsafat nilai,kesusilaan tentang baik-buruk, serta
berusaha mempelajari nilai-nilai danmerupakan juga nilai-nilai itu sendiri Ki Hajar Dewantara
menjelaskan etika merupakan ilmu yangmempelajari soal kebaikan (dan keburukan) di dalam
hidup manusiasemuanya, teristimewa yang mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yangdapat
merupakan pertimbangan dan perasaan sdampai mengenai tujuanyang dapat merupakan
perbuatan.Austin Fogothey (seperti yang dikutip Ahmad Charris Zubair)mengatakan bahwa
etika berhubungan dengan seluruh ilmu pengetahuantentang manusia dan masyarakat sebagi
antropologi, psikologi, sosiologi,ekonomi, ilmu politik dan hukum.

Frankena (seperti juga dikutip Ahmad Charris Zubair) menyatakanbahwa etika sebagi cabang
filsafat, yaitu filsafat moral atau pemikiran filsafat tentang moralitas, problem moral, dan
pertimbangan moral.Dalam Encyclopedia Britanica , etika dinyatakan sebagai filsafatmoral,
yaitu studi yang sistematik mengenai sifat dasar dan konsep-konsepnilai baik, buruk, harus,
benar, salah dan sebagainya.Dari beberapa definisi tersebut, etika berhubungan erat dengan
empat hal:

a.Dilihat dari obyek formal (pembahasannya), etika berupaya membahasperbuatan yang


dilakukan manusia. Dan sebagai obyek materialnyaadalah manusia.

b.Dilihat dari sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat.Sebagai hasil
pemikiran maka etika tidak bersifat mutlak, absolut, danuniversa. Akan tetapi terbatas, dapat
berubah, memiliki kekurangan,kelebihan, dan sebagainya.

c.Dilihat dari fungsinya, etika berfungsi sebagi penilai, penentu danpenetap terhadap suatu
perbuatan yang dilakukan manusia, yaituapakah perbuatan itu akan dinilai baik, buruk, mulia,
terhormat, hina dan sebagainya. dengan demikian etika lebih berperan sebagikonseptor
terhadap sejumlah perilaku yang dilakukan manusia.

d.Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan
tuntutan zaman.Dengan ciri-cirinya yang demikian itu, etika lebih merupakan ilmupengetahuan
yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yangdilakukan manusia untuk
dikatakan baik atau buruk.

Berbagai pemikiranyang dilakukan para filsof barat mengenai perbuatan yang baik atau buruk
dapat dikelompokkan kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasilberpikir. Dengan
demikian etika bersifat humanistis dan anthropocentris,yakni berdasarkan pada pemikiran
manusia dan diarahkan pada manusia.Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah
laku yangdihasilkan oleh akal manusia.

3.Moral

Dari segi bahasa moral berasal dari bahasa Latin, mores (jamak dari kata mos) yang berarti adat
kebiasaan. Dalam KBBI dikatakan bahwamoral adalah penentuan baik-buruk terhadap
perbuatan dan kelakuan.Secara istilah moral merupakan istilah yang digunakan uantuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atauperbuatan yang secara
layak dapat dikatakan benar, salah, baik, atauburuk.Di dalam buku The Advanced Leaner's
Dictionary of Current English moral mengandung pengertian:

a.Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik danburuk.

b.Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah.c.Ajaran atau gambaran
tingkah laku yang baik

Berdasarkan kutipan tersebut, dapat dipahami bahwa moral adalahistilah yang digunakan untuk
memberikan batasan terhadap aktivitasmanusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk,
benar atau salah. Jikadalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang tersebut
bermoral,maka yang dimaksudkan adalah bahwa orang tersebut tingkah lakunyabaik.

4.Susila

Secara bahasa kesusilaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu sudan sila yang mendapat
tambahan ke-an. Su berarti baik, bagus dan silaberarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau
norma. Susila juga dapat berartisopan beradab, baik budi bahasanya. Sehingga kesusilaan
berartikesopanan. Dengan demikian kesusilaan lebih mengacu pada upayamembimbing,
memandu, mengarahkan, membiasakan danmemasyarakatkan hidup yang sesuai dengan
norma atau nilai-nilai yangberlaku dalam masyarakat. Kesusilaan menggambarkan keadaan di
mana orang selalu menerapkan nilai-nilai yang dipandang baik.

B.PERSAMAAN-PERSAMAAN

Diantara akhlaq, etika, moral, dan susila memiliki obyek yang sama,yaitu sebagai obyek
materialnya adalah manusia dan sebagai obyek formalnyaadalah perbuatan manusia yang
kemudian ditentukan posisinya apakah baik atau buruk.Dari segi fungsinya sama dalam
menentukan hukum atau nilai darisuatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan
baik-buruknya.Dari segi tujuannya sama-sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat
yang baik, teratur, aman, damai, dan tenteram sehingga sejahterabatiniah dan lahiriah.
C.PERBEDAAN-PERBEDAAN

Dalam etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atauburuk menggunakan tolok
ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalammoral dan susila menggunakan tolok ukur norma-
norma yang tumbuh danberkembang dan berlangsung dalam masyarakat (adat istiadat), dan
dalamakhlaq menggunakan ukuran Al Qur’an dan Al Hadis untuk menentukan baik-buruknya.
Dalam hal ini etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan beradadalam dataran konsep-konsep
(bersifat teoretis), sedangkan moral beradadalam dataran realitas dan muncul dalam tingkah
laku yang berkembang dimasyarakat (bersifat praktis).Etika dipakai untuk pengkajian system
nilai yang ada, sedangkan moral dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai.Etika memandang
tingkah laku manusia secara umum, tapi moral dansusila lebih bersifat local dan individual.

Akhlaq yang berdasarkan pada Al Qur’an dan Al Hadis maka akhlaq bersifat mutlak, absolut,
dan tidak dapat diubah. Sementara etika, moral, dansusila berdasar pada sesuatu yang berasal
dari manusia maka lebih bersifat terbatas dan dapat berubah sesuai tuntutan zaman.

3. Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu,ini laporan saya umi,

Nama: Zeli Dwiputri

Nim: 20591220

Akhlak berasal dari bahasa Arab dari kata khuluk yang berarti tingkah laku, tabiat atau peragai.
Secara istilah, akhlak yaitu sifat yang dimiliki seseorang, telah melakat dan biasanya akan
tercermin dari perilaku orang tersebut.

Macam macam akhlak kepada Allah:

1. Mentauhidkan Allah Yaitu dengan tidak menyekutukan-Nya kepada sesuatu apapun.


Seperti yang digambarkan dalam Qur’an Surat Al-Ikhlas : 1-4.
2. Bertaqwa kepada Allah Maksudya adalah berusaha dengan semaksimal mungkin untuk
dapat melaksanakan apa-apa yang telah Allah perintahkan dan meninggalkan apa-apa yang
dilarang-Nya.

3. Beribadah kepada Allah Allah berfirman dalam Surah Al- An’am : 162 yang
artinya :”Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam.”Dapat juga dilihat dalam Surah Al- Mu’min : 11 & 65 dan Al- Bayyinah : 7-8

4. Taubat Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai dan
lupa.

5. Membaca Al-Qur’an Seseorang yang mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyak dan
sering menyebutnya

6. Ikhlas Secara terminologis yang dimaksud dengan ikhlas adalah beramal semata-mata
mengharapkan ridha Allah SWT.

7. Khauf dan Raja’ Khauf dan Raja’ atau takut dan harap adalah sepasang sikap batin yang
harus dimiliki secara seimbang oleh setiap muslim. Khauf didahulukan dari raja’ karena khauf
dari bab takhalliyyah (mengosongkan hati dari segala sifat jelek), sedangkan raja’ dari bab
tahalliyah (menghias hati dengan sifat-sifat yang baik).

8. Tawakal Adalah membebaskan diri dari segala kebergantungan kepada selain Allah
dan menyerahkan keputusan segala sesuatunya kepadanya.

4. Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu,ini laporan saya umi,

Nama: zeli dwiputri

Nim: 20591220
Akhlak terhadap Rasulullah Berakhlak kepada Rasulullah dapat diartikan suatu sikap yang harus
dilakukan manusia kepada Rasulullah sebagai rasa terima kasih atas perjuangannya membawa
umat manusia kejalan yang benar. Adapun diantara akhlak kita kepada rasulullah yaitu salah
satunya ridho dan beriman kepada rasul , ridho dalam beriman kepada rasul inilah sesuatu yang
harus kita nyatakan sebagaimana hadist nabi saw;Aku ridho kepada allah sebagai tuhan, islam
sebagai agama dan muhammad sebagai nabi dan rasul. Banyak cara yang dilakukan dalam
berkhlak kepada Rasulullah SAW. Diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Mengikuti dan
mentaati Rasulullah SAW Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu yang bersifat
mutlak bagi orang-orang yang beriman.

2. Mencintai dan memuliakan Rasulullah Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak
yang baik kepada Rasul adalah mencintai beliau setelah kecintaan kita kepada Allah Swt.

3. Mengucapkan sholawat dan salam kepada Rasulullah Mengucapkan sholawat dan salam
kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai tanda ucapan terimakasih dan sukses dalam
perjuangannya.

4. Mencontoh akhlak Rasulullah. Jika Rasulullah bersikap kasih saying keras dalam
memperthankan prinsip, dan seterusnya maka manusia juga harus demikian.

5. Melanjutkan Misi Rasulullah. Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-
nilai Islam. Tugas yang mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah wafat
dan Allah tidak akan mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun demikian, menyampaikan nilai-
nilai harus dengan kehati-hatian agar kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak
ada dari Rasulullah Saw.

6. Menghormati Pewaris Rasul Berupaya menjaga nama baiknya dari penghinaan dan
cemoohan yang orang-orang yang tidak suka padanya.

7. Menghidupkan Sunnah Rasul Kepada umatnya, Rasulullah Saw tidak mewariskan harta
yang banyak, tapi yang beliau wariskan adalah Al-Qur’an dan sunnah, karena itu kaum muslimin
yang berakhlak baik kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan sunnah
(hadits) agar tidak sesat, beliau bersabda:“Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak
akan tersesat selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan
sunnahku” (HR. Hakim).

5. Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu,ini laporan saya umi

Nama: zeli dwiputri

Nim: 20591220

Al-Quran adalah kitab suci agama islam untuk seluruh umat muslim di seluruh dunia dari awal
diturunkan hingga waktu penghabisan spesies manusia di dunia baik di bumi maupun di luar
angkasa akibat kiamat besar. Rasulullah SAW diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak.
begitulah hadist Rasul yang disampaikan. Akhlak tidak hanya diberikan kepada sesama makhluk
hidup, tetapi juga kepada Al Quran, Al Kitabul Kariim.

Quran secara bahasa berarti bacaan. oleh karena itu, salah satu bentuk akhlak kita padanya
adalah bagaimana kita bisa membaca Al Quran dengan beberapa adab agar ketika tilawah atau
membaca Al Quran dapat memberi bekas pada kita.

Ustadz Atabik Luthfi menyampaikan dalam ceramahnya bahwa ada 15 adab tersebut yaitu:

1.Memilih waktu dimana Allah bertajalli (berinteraksi dengan hamba-hambaNya), waktu


tersebut adalah 1/3 malam terakhir, malam hari, waktu fajar, dan senggang di siang hari.

2.memilih tempat yang sesuai, contohnya: masjid, ruangan kosong tanpa gangguan.

3.Posisi tilawah memberikan keadaan kepasrahan atau ketundukkan dihadapan Allah Ta'ala
karena yang dibaca dalam kalam Allah seperti kita sedang berkomunikasi dengan Allah.

4.Disunahkan dalam keadaan suci secara fisik.

5.Mensucikan semua indera yang dimiliki, mulai dari mata, telinga, dan seterusnya.

6.Menghadirkan niat yang ikhlas karena Allah dan mengharapkan pahalaNya


7.Berharaplah naungan dan pertolongan Allah (khauf wa raja’) harus dengan seimbang.

8.Membaca isti’adzah (a’udzu billahiminasysyaithan nirrajiim) dan basmalah

9.Konsentrasi, mengosongkan dari hal-hal yang mengganggu

10.Membatasi pikiran atau fokus hanya dengan bacaan Alquran

11.Hadirkan Alquran dalam kekhusyukan

12.Rasakan keagungan Allah dan mengagungkanNya

13.Memperhatikan ayat-ayat untuk ditadabburi

14.Hadirkan perasaan dan emosi sesuai dengan ayat-ayat yang dibaca. Misalnya, ayat yang
membicarakan tentang surga, maka emosi/perasaan kita adalah senang, sebaliknya jika
membicarakan tentang neraka, maka emosi itu akan sedih dan khawatir apakah nantinya akan
masuk surga ataupun neraka

15.Rasakan bahwa kita sedang diajak dialog dengan Allah Ta’ala

6. Assalamualaikum wr.wb umi

Ini laporan tugas dari:

Nama : Zeli Dwiputri

kelas : 2A PGMI

Nim : 20591220

Matkul : Akhlak

*" Akhlak kepada Ulil Amri"*

Ulil Amri adalah seseorang atau sekelompok orang yang mengurus kepentingan-kepentingan
umat. Ketaatan kepada Ulil Amri (Pemimpin) merupakan suatu kewajiban umat, selama tidak
bertentangan dengan nash yang zahir. Adapun masalah ibadah, maka semua persoalan
haruslah didasarkan kepada ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya.

(1) Mentaati pemimpin dalam perkara yang ma’ruf

“Wajib atas seorang muslim untuk mendengar dan taat (terhadap pemimpin) pada apa-apa
yang disukai atau ia benci kecuali jika ia disuruh untuk berbuat kemaksiatan. Jika ia disuruh
untuk berbuat kemaksiatan maka tidak boleh mendengar dan taat”. (Muttafaq ‘alaihi).

(2) Tidak perlu melakukan demontrasi, pemberontakan, kudeta atau keluar dari ketaatan
mereka

Para ulama ahlus sunnah wal jamaah tidak pernah memerintahkan kaum muslimin untuk
berdemontrasi, mengumbar kejelekan pemimpin di muka umum, baik di media massa maupun
media elektronik, apalagi melakukan pemberontakan, mengangkat senjata dan keluar dari
ketaatan kepada pemimpin. Lihatlah bagaimana sikap para sahabat nabi ketika dipimpin oleh
oleh pemimpin yang kejam yaitu Hajjaj bin Yusuf. Tidak ada satupun dari sahabat yang
berdemo, memberontak apalagi menggulingkan Hajjaj bin Yusuf.

(3) Menasehati mereka dengan sembunyi-sembunyi tidak di depan umum

Di antara prinsip ahlus sunnah wal jamaah adalah menasehati para pemimpin tidak secara
frontal dengan membeberkan aib mereka di muka umum. Dari sini terdapat mashlahat yang
sangat besar sehingga terjagalah kehormatan dan kewibawaan pemimpin di mata rakyatnya.

(4) Wajib atas seorang muslim untuk bersabar ketika dipimpin oleh pemimpin yang dzalim

“Barangsiapa yang melihat sesuatu yang dibencinya dari pemimpinnya maka bersabarlah.
Sesungguhnya barangsiapa yang keluar dari jamaah sejengkal saja kemudian ia meninggal maka
ia mati dalam keadaan jahiliyah”.

(5) Mendoakan yang baik kepada para pemimpin

Ketika kaum muslimin diuji oleh Allah ta’ala dengan ditimpakan pemimpin yang zhalim,
pemerintahan yang tidak adil, berbuat semena-mena, maka hendaknya mereka berdoa agar
Allah ‘azza wa jalla memperbaiki urusan mereka. Karena baiknya urusan negeri akan
berdampak baik terhadap penduduknya. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh para ulama
ahlus sunnah wal jamaah ketika mereka dipimpin oleh pemimpin yang zhalim.

Sedangkan secara derajat “ulil amri” merupakan derajat ketiga dalam penyebutan yaitu setelah
Allah SWT dan Rosululloh Saw. Dengan demikian bukan sesuatu yang berlebihan apabila ulil
amri diberi derajat yang tinggi karena memang telah disebut dalam derajat yang demikian.

Ulil amri secara etimologi berarti pemimpin dalam suatu negara. Istilah ini terdapat dalam
pembahasan tafsir dan fiqh siyasah (politik). Para ulama tafsir dan fiqh siyasi mengemukakan
empat definisi ulil amri yaitu :

(1) raja dan kepala pemerintahan yang patuh dan taat kepada Allah SWT dan rasululloh
Saw;

(2) raja dan ulama

(3) amir di zaman Rosululloh Saw setelah Rosululloh wafat, jabatan itu berpindah kepada
kadi (hakim), komandan militer, an mereka yang meminta anggota masyarakat untuk taat atas
dasar kebenaran, dan;

(4) para mujtahid atau yang dikenal dengan sebutan ahl al-hall wa al-‘aqad (yang memiliki
otoritas dalam menetapkan hukum).

Secara umum dalam wacana Islam dikenal beberapa sebutan untuk kepala pemerintahan
yaitu : Kholifah, Imam, Sultan dan amir.

Indonesia secara konstitusional bukan negara Islam tetapi mayoritas penduduknya beragama
Islam, dipimpin oleh seorang muslimat tetapi parlemen tidak dikuasai kekuatan politik Islam.

Disarankan perlu adanya kesiapan kita untuk memulai membuka wacana yang lebih luas
tentang pemaknaan ulil amri sehingga tidak terjebak dalam pengertian yang sempit yang
menyebabkan kita hidup dalam alam cemerlang tetapi dalam kezumudan.Kata Kuncinya adalah:
Pemerintahan, Keadilan, Kemaslahatan.
7. Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu,

Nama: Zeli Dwiputri

Nim: 20591220

Ketaatan Dengan kedua orang tua

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. al-Israa’: 23)

Itulah ayat dalam al-Qur’an yang dibedah dalam kajian tafsir oleh Drs. Anhar Anshary, M.Si.
pada kajian rutin Ahad pagi (6/12/2015), yang bertempat di Islamic Center Universitas Ahmad
Dahlan (UAD), Jalan Ringroad Selatan, Tamanan, Banguntapan, Bantul, DIY.

Kajian rutin ahad pagi merupakan program rutin Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI)
UAD yang pada penyelenggaraannya memberikan tema dan pembicara yang berbeda. Kajian
tersebut diperuntukkan bagi mahasiswa UAD dan masyarakat umum. Sekitar 100 orang
menghadiri acara tersebut pada setiap minggunya.

Dalam tafsir QS. al-Israa’ ayat 23, terdapat tiga poin yang harus dicatat dan diaplikasikan oleh
manusia. Di antaranya, manusia dilarang menyembah kepada selain Allah, setiap orang
hendaknya berbakti kepada kedua orang tua mereka, serta jangan membentak orang tua dan
selalu mengucapkan perkataan yang mulia.
Terdapat dua akhlak yang terkandung dalam ayat itu, yakni akhlak kepada Allah dan akhlak
kepada kedua orang tua. Muhammadiyah, sebagai organisasi yang berlandaskan pada al-Qur’an
dan Sunnah menjadi pemurni ibadah dan akhlak.

“Saat ini, persekutuan terhadap Allah terjadi pada diri manusia sendiri, ia menganggap dirinya
sebagai Tuhan. Hal itu terjadi ketika manusia menuruti hawa nafsu mereka,” terang Anhar.

Manusia memiliki tiga kekuatan dasar, yaitu iman, hati, dan akal. Sementara Allah selalu
melihat manusia dalam isi hati serta ibadahnya yang menggunakan akan dan menentukan iman
seseorang.

Selain itu, berbakti kepada kedua orang tua merupakan kebutuhan seorang anak. Anak harus
senantiasa berkata lemah lembut dan tidak menyinggung perasaan orang tua, tunduk dan
patuh pada perintahnya, selalu mendoakan yang terbaik bagi keduanya baik diminta atau tidak,
serta membantu tidak hanya ketika mereka butuh bantuan.

“Doa anak shalih merupakan amalan yang tidak pernah putus pahalanya, karena hanya doa
anaklah yang paling ikhlas. Allah selalu menuntun setiap orang dalam berdoa, karena Dia Maha
Segalanya yang dapat membalas jasa kedua orang tua, bukan manusianya,” tutup Anhar. (AKN)

8. Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu


Nama: Zeli Dwiputri

Nim: 20591220

Ahklak Kepada diri sendiri

Selain dilakukan pada orang lain, akhlak terpuji juga mesti diterapkan pada diri sendiri dengan
menjalankan perintah agama dan menghindari perilaku-perilaku tercela yang dilarang Islam.
Berikut ini akhlak terpuji yang dapat diterapkan pada diri sendiri sebagaimana dikutip dari buku
Akidah Akhlak (2020) yang ditulis oleh Muta'allimah.

1. Menuntut ilmu Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim. Bahkan, ayat pertama yang
diturunkan pada Rasulullah adalah perintah membaca, sebagai salah satu cara untuk
memperoleh ilmu. Seseorang yang menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh berarti ia sudah
berakhlak mulia pada dirinya sendiri, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: "Barang siapa
menempuh satu jalan [cara] untuk mendapatkan ilmu, maka Allah pasti mudahkan baginya
jalan menuju surga," (H.R. Muslim). Ilmu yang wajib dipelajari seorang muslim adalah ilmu
agama, minimal paham dasar-dasar ajaran Islam. Selanjutnya, ia juga dituntut untuk menimba
ilmu duniawi sesuai dengan bidang yang ia geluti sehari-harinya.

2. Bekerja keras Islam sangat mewanti-wanti umatnya untuk tidak menjadi pemalas. Jika
seseorang memiliki suatu keinginan, ia diimbau untuk bekerja keras merealisasikan
keinginannya tersebut. Dalam Islam, bekerja keras istilahnya adalah berikhtiar sesuai
kemampuan masing-masing. Bekerja keras dan tidak berpangku tangan pada orang lain adalah
teladan dari Rasulullah SAW, sebagaimana sabda beliau: "Barangsiapa yang pada waktu sore
merasa lelah karena pekerjaan kedua tangannya [bekerja keras] maka pada saat itu dosanya
diampuni,” (H.R. Thabrani).

3. Bekerja cerdas: produktif, kreatif, dan inovatif Selain bekerja keras, Islam juga mengajarkan
umatnya untuk bekerja cerdas dengan kinerja yang produktif, kreatif, dan inovatif. Orang yang
bekerja cerdas akan mencari cara agar kinerjanya efisien dan tidak membuang-buang waktu.
Dalil untuk bekerja cerdas ini tertuang dalam Al-Quran surah Ar-Ra'du ayat 11: "Sesungguhnya
Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka
tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia," (QS.
Ar-Ra’du [13]: 11). Perintah untuk inovatif dan kreatif ini bertujuan agar umat Islam selalu
melek perkembangan zaman, serta tidak tertinggal dengan umat-umat lainnya. Sebagai misal,
di tengah perkembangan teknologi yang pesat, seorang muslim dituntut untuk beradaptasi
dengan lingkungannya, mengembangkan diri, serta menyesuaikan dengan kondisi era sekarang.
Metode dakwah juga harus adaptif, seperti memanfaatkan media sosial, surat kabar, saluran
televisi, hingga kanal YouTube agar menjangkau audiens yang lebih luas. Kendati ada perintah
untuk kreatif dan inovatif, namun hal ini hanya berlaku untuk perkara dunia, bukan dalam
perkara ibadah. Mengada-ada hal baru dalam perkara ibadah tergolong bidah yang dilarang
Islam.

4. Bertawakal pada Allah Seorang muslim tidak hanya menyandarkan usahanya atas
kemampuannya sendiri, melainkan juga memasrahkan hasil usahanya kepada Allah SWT.
Berserah diri pada Allah SWT atas usahanya itu dikenal dengan sebutan tawakal, yaitu
mewakilkan dirinya kepada Allah. Apabila seorang muslim bertawakal pada Allah, maka ia tidak
akan kecewa atau berputus asa atas hasil apa pun yang ia peroleh nantinya. Muh. Muinudinillah
Basri dalam buku Indahnya Tawakal (2008) menjelaskan bahwa tawakal mencakup
permohonan total kepada Allah SWT agar memberikan pertolongan dan rida atas tekad yang
sudah ditetapkannya. Tawakal dapat dimulai ketika seorang muslim sudah menetapkan tekad
ingin melakukan suatu hal, tidak harus menunggu hingga ia berikhtiar terlebih dahulu,
sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Ali Imran ayat 159: “Kemudian, apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertwakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakal pada-Nya," (Ali Imran [3]: 159).
9. Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu, izin mengumpulkan laporan umi

Nama : Zeli Dwiputri

Nim : 20591220

Akhlak kepada teman sejawat

Sebaya bisa berarti sama usianya, maka dari itu pergaulan dengan orang sebaya sangat penting.
Hampir setiap hari, dikalangan masyarakat maupun di sekolah, kita sering kali berkumpul
dengan teman sebaya yang memiliki kesamaan dengan kita dalam beberapa hal. Pada saat kita
kesulitan, merekalah orang yang tepat untuk mdimintai tolong baik bersifat pribadi pun kita
lebih terbuka.

Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling membutuhkan satu sama
lain, setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan serta memerlukan bantuan orang lain.
Dalam pergaulan sehari-hari kita selalu bersama mereka, maka kita patut menghormatinya
serta menghargai kedudukan mereka, demikian pula mereka akan menghormati dan
menghargai kita, cara bergaul yang baik dengan mereka (orang sebaya) yaitu hendaknya kita
turut memikirkan dan mempedulikan persoalan dan kesulitan mereka serta turut meringankan
beban permasalahannya.

Di antara akhlaq kepada teman atau kawan, baik teman di sekolah, di lingkungan maupun di
tempat-tempat yang lain adalah :

a. menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, sebagaimana sabda
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam:

‫يرنَا‬ َ ‫ْس ِمنَّا َم ْن لَ ْم يُ َوقِّرْ َكبِي َرنَا َو يَرْ َح ْم‬


َ ‫ص ِغ‬ َ ‫لَي‬

“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan tidak
menyayangi orang yang lebih muda.”(HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)

b. bersikap ramah kepadanya, sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam:


ِ ‫ْت ْال َع‬
‫اطس‬ ُ ‫ع ْال َجنَائِ ِز َو إِ َجابَةُ ال َّد ْع َو ِة َو تَ ْش ِمي‬ ِ ‫ َر ُّد ال َّسالَ ِم َو ِعيَا َدةُ ْال َم ِري‬: ٌ‫ق ْال ُم ْسلِ ِم َعلَى ْال ُم ْسلِ ِم خَ ْمس‬
ُ ‫ْض َو اتِّبَا‬ ُّ ‫َح‬

“Hak seorang muslim atas muslim yang lainnya ada lima, yaitu : “Menjawab salam,
menengoknya orang yang sakit, mengiringi jenazahnya, mendatangi undangannya, dan
mendoakan “yarhamukalloh” untuk yang bersin.”(HR. Ahmad, Al-Bukhori, Muslim dan Ibnu
Majah)

c. saling tolong-menolong dalam kebaikan, sebagaimana firman Alloh ta’ala :

ِ ‫اإل ْث ِم َو ْال ُع ْد َو‬


‫ان‬ ِ ‫َو تَ َعا َونُوْ ا َعلَى ْالبِ ِّر َو التَّ ْق َوى َو الَ تَ َعا َونُوْ ا َعلَى‬

“Saling tolong-menolonglah di dalam kebajikan dan taqwa, dan janganlah saling tolong-
menolong dalam dosa dan permusuhan.” (Qs. Al-Maidah : 2)

d. tidak mencela atau mengolok-olok, dan tidak memanggilnya dengan panggilan yang
buruk, karena Alloh ta’ala berfirman :

‫ ُزوْ ا‬B‫رًا ِم ْنه َُّن َو ال ت َْل ِم‬Bْ‫ى أَ ْن يَ ُك َّن خَ ي‬B‫َس‬


َ ‫ا ٍء ع‬B‫ا ٌء ِم ْن نِ َس‬B‫رًا ِم ْنهُ ْم َو الَ نِ َس‬Bْ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوا الَ يَ ْس َخرْ قَوْ ٌم ِم ْن قَوْ ٍم َع َسى أَ ْن يَ ُكوْ نُوْ ا خَ ي‬
َ‫اإلي َما ِن َو َم ْن لَ ْم يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُ ُم الظَّالِ ُموْ ن‬
ِ ‫ق بَ ْع َد‬ُ ‫س اال ْس ُم ْالفُسُو‬ َ ‫ب بِ ْئ‬ ِ ‫أَ ْنفُ َس ُك ْم َو الَ تَنَابَ ُزوا بِاألَ ْلقَا‬

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lainnya,
boleh jadi yang diolok-olok lebih baik daripada yang mengolok-olok, dan janganlah kaum
wanita mengolok-olok wanita yang lainnya, boleh jadi wanita yang diolok-olok lebih baik
daripada wanita yang mengolok-olok, jangan pula mencela diri sendiri, dan janganlah
memanggil dengan julukan-julukan (yang jelek), sejelek-jelek nama adalah kefasiqan setelah
iman, barangsiapa yang tidak bertaubat mala mereka itulah orang-orang yang zhalim.”(Qs. Al-
Hujurot: 11)

e. tidak menggunjing yaitu tidak menyebarkan aib dan kekurangannya. Alloh berfirman :

َ B‫ ُد ُك ْم أَ ْن يَأْ ُك‬B‫ا أَي ُِحبُّ أَ َح‬B‫ْض‬


‫ل لَحْ َم‬B ً ‫ ُك ْم بَع‬B‫ْض‬ ُ ‫ْض الظَّنِّ إِ ْث ٌم َو الَ تَ َج َّسسُوْ ا َو الَ يَ ْغتَبْ بَع‬
َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوا اجْ تَنِبُوْ ا َكثِ ْيرًا ِمنَ الظَّنِّ إِ َّن بَع‬
‫أَ ِخ ْي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموْ هُ َو اتَّقُوا هَّللا َ ِإ َّن هَّللا َ تَوَّابٌ َر ِحي ٌم‬

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sebagian
prasangka itu adalah dosa. Janganlah kalian saling mencari-cari kesalahan orang lain, dan
janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lainnya, apakah salah seorang di antara
kalian suka memakan bangkai saudaranya yang sudah mati ? Tentu kalian tidak menyukainya.
Bertaqwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
(Qs. Al-Hujurot : 12)

f. tidak saling mendengki, tidak saling menipu, tidak saling membenci dan tidak saling
membelakangi, sebagaimana sabda Rosululloh saw :

‫الَ تَ َحا َس ُدوْ ا َو الَ تَنَا َج ُشوْ ا َو الَ تَبَا َغضُوْ ا َو الَ تَدَابَرُوْ ا‬

“Janganlah kalian saling mendengki, jangan saling menipu, jangan saling membenci dan jangan
saling membelakangi !” (HR. Ahmad dan Muslim)

g. tidak saling menzhalimi, sebagaimana firman Alloh dalam hadits qudsi :

‫الظ ْل َم َعلَى نَ ْف ِس ْي َو َج َع ْلتُهُ بَ ْينَ ُك ْم ُم َح َّر ًما فَالَ تَظَالَ ُموْ ا‬


ُّ ‫ت‬ُ ‫يَا ِعبَا ِديْ ِإنِّ ْي َح َّر ْم‬

“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan zhalim atas diri-Ku, dan Aku
pun telah menjadikannya haram di antara kalian maka janganlah kalian saling menzhalimi !”
( HR. Muslim )

h. tidak menyuruh berdiri seseorang untuk kemudian dia menduduki tempat duduknya,
sebagaimana sabda Rosululloh saw :

‫س فِي ِه َو لَ ِك ْن تَفَ َّسحُوْ ا َو تَ َو َّسعُوْ ا‬


َ ِ‫الَ يُقِ ْي ُم ال َّر ُج ُل ال َّر ُج َل ِم ْن َمجْ لِ ِس ِه فَيَجْ ل‬

“Tidak layak menyuruh orang lain berdiri dari tempat duduknya kemudian dia duduk padanya,
tetapi berlapang-lapanglah dan luaskanlah !” (HR. Ahmad dan Muslim)

i. tidak boleh mendiamkan lebih dari tiga hari, sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu
‘alaihi wa sallam :

‫ق ثَالَثَ ِة أَي ٍَّام‬


َ ْ‫َو الَ يَ ِحلُّ لِ ُم ْسلِ ٍم أَ ْن يَ ْه ُج َر أَ َخاهُ فَو‬

“Tidak halal bagi seorang muslim untuk memboikot saudaranya lebih dari tiga hari.” (HR
Ahmad, Al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi)
j. saling mengoreksi dengan semangat persaudaraan, sebagaimana sabda Rosululloh saw :

‫ض ْي َعتَهُ َو يَحُوْ طُهُ ِم ْن َو َرائِه‬ ُّ ‫ْال ُم ْؤ ِمنُ ِمرْ آةُ ْال ُم ْؤ ِم ِن َو ْال ُم ْؤ ِمنُ أَ ُخو ْال ُم ْؤ ِم ِن يَ ُك‬
َ ‫ف َعلَ ْي ِه‬

“Seorang mu’min adalah cermin bagi mu’min lainnya, dan seorang mu’min adalah saudara bagi
mu’min yang lainnya, dia mencegahnya dari kerugian dan menjaga (membela)nya di
belakangnya.” ( HR. Abu Dawud )

k. tidak suka mencela dan berkata kotor atau pun kasar, sebagaimana sabda Rosululloh saw :

‫ش َو الَ ْالبَ ِذيْ ِء‬ ِ َ‫َّان َو الَ ْالف‬


ِ ‫اح‬ ِ ‫ْس ْال ُم ْؤ ِمنُ بِالطَّع‬
ِ ‫َّان َو الَ اللَّع‬ َ ‫لَي‬

“Seorang mu’min bukanlah orang yang suka mencela, tidak suka melaknat, tidak berbuat keji
dan tidak berkata kotor.” ( HR Ahmad dan At-Tirmidzi )

l. tidak boleh pula memutuskan hubungan silaturrahim, karena Nabi saw bersabda :

ِ َ‫“الَ يَ ْد ُخ ُل ْال َجنَّةَ ق‬Tidak akan masuk syurga orang yang memutuskan hubungan silaturrhim.”(HR.
‫اط ٌع‬
Ahmad, Al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi )

m. tidak boleh mencuri dengar pembicaraan yang mereka. Rosululloh saw bersabda :

ُ ُ‫ارهُوْ نَ أَوْ يَفِرُّ ونَ ِم ْنهُ صُبَّ فِي أُ ُذنِ ِه اآلن‬


‫ك يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة‬ ِ ‫ث قَوْ ٍم َو هُ ْم لَهُ َك‬
ِ ‫َم ْن ا ْستَ َم َع إِلَى َح ِد ْي‬

“Barangsiapa yang berusaha mendengarkan pembicaraan orang-orang yang mereka tidak suka
(untuk didengar pihak lain) atau mereka menghindarinya niscaya akan dituangkan timah ke
dalam telinga mereka pada hari qiyamat.”(HR. Ahmad dan Al-Bukhori)

n. mema’afkan kesalahan teman-teman, sebagaimana firman Alloh ta’ala :

َ‫َو َج َزا ُء َسيِّئَ ٍة َسيِّئَةٌ ِم ْثلُهَا فَ َم ْن َعفَا َو أَصْ لَ َح فَأَجْ ُرهُ َعلَى هَّللا ِ إِنَّهُ الَ ي ُِحبُّ الظَّالِ ِم ْين‬

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa mema’afkan
dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Alloh. Sesungguhnya Dia tidak menyukai
orang-orang yang zhalim.”(Qs. Asy-Syuro’:40)
o. memilih teman karib yang baik karena teman karib atau sahabat dekat akan banyak
mempengaruhi agama dan akhlak seseorang, sebagaimana sabda Rosululloh saw :

ُ‫ْال َمرْ ُء َعلَى ِدي ِن َخلِيلِ ِه فَ ْليَ ْنظُرْ أَ َح ُد ُك ْم َم ْن يُخَالِط‬

“Seseorang berdasarkan agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang di antara
kalian meneliti dengan siapa dia bergaul.” ( HR. Ahmad )

10. Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatu

Nama : Zeli Dwiputri

Nim : 20591220

Adap murid kepada guru

Beberapa waktu belakangan ini mungkin kita sudah sering mendengar beberapa kasus
perseteruan yang terjadi antara guru dengan muridnya, atau orangtua murid dengan guru
anaknya yang berakhir ricuh bahkan sampai harus dibawa ke meja hijau.

Di dalam Islam, guru merupakan orang berilmu yang harus benar-benar dihormati selagi apa
yang disampaikannya merupakan kebenaran dan sesuai dengan yang Rasulullah ajarkan. Karena
darinya, kita dapat memperoleh ilmu yang tak terbatas. Dulu bahkan, demi memperoleh
sepotong hadits atau mencari ilmu lain, orang-orang rela melakukan perjalanan jauh demi
dapat duduk di majlis ilmu dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh gurunya. Berbeda
dengan sekarang yang dapat dengan dalam menuntut ilmu.

Inilah adab-adab terhadap guru yang perlu kita terapkan ketika menuntut ilmu:
1. Mendoakan kebaikan untuk guru

Balaslah kebaikan dengan kebaikan pula. Salah satu hal yang dapat kita lakukan untuk
membalas kebaikan guru adalah dengan mendoakannya.

Ketika mereka sedang menyampaikan sesuatu, maka dengarkanlah dengan seksama. “Saat
kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
kemudian duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak
satu pun dari kami yang berbicara” (HR. Bukhari).

3. Menghormati hak guru

Guru juga memiliki hak-hak dalam mengajar, maka hargailah hak guru tersebut. “Bukanlah
termasuk golongan kami, orang yang tidak menghormati orang yang tua, tidak menyayangi
yang muda, dan tidak mengerti hak ulama kami.” (HR. Al-Bazzar 2718, Ahmad 5/323, lafadz
milik Al-Bazzar. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shohih Targhib 1/117)

4.Merendahkan diri di hadapan guru

Rendah dirilah di hadapan guru, sebab orang yang sombong biasanya akan sulit menerima apa
yang disampaikan oleh orang lain.

5. Duduk, bertanya, dan mendengarkan dengan baik

Di dalam majlis ilmu, lakukan segala sesuatunya dengan baik. Misalkan ingin bertanya, maka
memohonlah ijin dengan sopan dan tidak menyelanya ketika berbicara. Syaikh Bakr Abu Zaid
Rahimahullah di dalam kitabnya Hilyah Tolibil Ilm mengatakan, “Pakailah adab yang terbaik
pada saat kau duduk bersama syaikhmu, pakailah cara yang baik dalam bertanya dan
mendengarkannya.”

6. Bersabar terhadap kesalahan guru


Guru juga memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada yang dengan lemah lembut, juga ada guru
yang memiliki cara mengajar yang keras. Ketika sudah berniat untuk menuntut ilmu, maka
sudah seharusnya kita bersabar dalam berjuang di dalamnya, termasuk bersabar terhadap guru
kita.

Anda mungkin juga menyukai