Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN

DIABETES MELITUS

Disusun Oleh :

Fatkhul Masyhuri, S.Kep


202014049

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS‘AISYIYAH SURAKARTA

2020
BAB I

KONSEP DIABETES MILITUS PADA LANSIA

A. Latar Belakang
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemamuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dengan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 2014).Pada lansia
menua tidak dapat dihindari selain menua secara umur lansia juga menua secara
hormone secara fisik dan secara emosional. Pada lansia akan terjadi penuuuan
hormone dan organ hal ini berakibat pada mudahnya lansia terkan berbagai macam
penyakit. Salah satu penyakit yang di derita lansia adalah diabetes militus.
B. Definisi
Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetik dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi terhadap
karbohidrat. Tubuh tidak dapat mengubah karbohidrat atau glukosa menjadi energi
disebabkan tubuh tidak mampu memproduksi atau produksi insulin kurang bahkan
tidak mampu menggunakan insulin yang dihasilkan, sehingga glukosa tidak dapat
masuk ke dalam sel untuk diubah menjadi energi dan menyebabkan kadar glukosa
di dalam darah meningkat. Kondisi tersebut dapat menyebabkan kerusakan di
berbagai jaringan dalam tubuh mulai dari pembuluh darah, mata , ginjal, jantung
dan syaraf yang disebut dengan komplikasi dari Diabetes melitus (Sugianto, 2016).
C. Etiologi
Beberapa faktor yang menjadi penyebab DM meliputi:
1) Genetika
Diabetes melitus dapat diturunkan dari keluarga atau orang tua yang
mempunyai riwayat DM. Faktor genetik memegang peranan penting dalam
terjadinya DM (Bustan, 2007).
2) Obesitas
Peningkatan berat badan dapat menyebabkan resiko terjadinya DM. Timbunan
lemak yang ada di dalam tubuh menghalangi kerja insulin, sehingga glukosa
tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk di pembuluh darah yang
menyebabkan peningkatan kadar gula darah dalam pembuluh darah (ADA,
2018).
3) Kurangnya aktifitas
Berkurangnya aktifitas tubuh dapat meningkatkan berat badan, sehingga dapat
menyebabkan obesitas (Bustan, 2007).
4) Usia
Menurut penelitian usia rentan terhadap DM adalah >45 tahun. Adanya proses
penuaan menyebabkan berkurangnya produksi insulin di dalam pankreas
(Trisnawati dan Setyorogo, 2013).
5) Dislipidemia
Kadar kolestrol yang tinggi dapat menyebabkan meningkatnya asam lemak
bebas sehingga terjadi lipotoksisiti yang dapat menyebabkan resistensi insulin
(Trisnawati dan Setyorogo, 2013).
6) Hipertensi
Pengaruh hipertensi terhadap diabetes melitus disebabkan karena penebalan
pembuluh darah arteri, sehingga proses pengangkutan glukosa dalam darah
terganggu (ADA, 2018).
7) Riwayat diabetes gestasional sewaktu hamil
Kadar gula darah yang tidak terkontrol pada kehamilan dapat menimbulkan
banyak resiko dikemudian hari, diantaranya bayi lahir 15 berukuran besar, bayi
lahir prematur, keguguran janin, bayi lahir mati, tekanan darah tinggi dan
kematian ibu (ADA, 2018).
D. Klasifikasi
Klasifikasi DM antara lain :
1) Diabetes melitus tipe 1 (Diabetes Insulin Dependent)
Diabetes melitus tipe 1 terjadi karena destruktif sel beta yang mengakibatkan
defisiensi insulin absolut yang disebabkan autoimun dan idiopatik (Perkeni,
2015).
DM tipe 1 terjadi karena sel beta di pankreas mengalami kerusakan, sehingga
memerlukan insulin eksogen seumur hidup. Umumnya muncul pada usia
muda. Penyebab penyakit tersebut bukan karena faktor keturunan melainkan
faktor autoimun (Bustan, 2007).
2) Diabetes melitus tipe 2 (Diabetes Non Insulin Dependent)
Diabetes melitus tipe 2 terjadi karena bermacam- macam penyebab, dari mulai
dominasi resitensi yang disertai defiensi insulin relatif sampai yang dominan
defek sekresi insulin yang disertai resistensi insulin (Perkeni, 2015).
DM tipe 2 merupakan tipe DM yang umum, lebih banyak penderitanya
dibandingkan DM tipe 1.Munculnya penyakit ini pada saat usia dewasa yang
disebabkan beberapa faktor diantaranya obesitas dan keturunan. DM tipe 2
dapat menyebabkan terjadinya komplikasi apabila tidak dikendalikan (Bustan,
2007).
3) Diabetes melitus gestasional
Diabetes Melitus yang timbul pada saat kehamilan. Faktor-faktor penyebab
terjadinya DM gestasional diantaranya adalah adanya riwayat DM dari
keluarga, obesitas atau kenaikan berat badan pada saat kehamilan, faktor usia
ibu pada saat hamil, riwayat melahirkan bayi besar (>4000 gram) dan riwayat
penyakit lain (hipertensi, abortus). Gejala dan tanda DM Gestasional sama
dengan DM secara klinis yaitu poliuria (sering kencing), polifagia (cepat lelah)
dan polidipsi (sering haus). Akibat dari DM gestasional apabila tidak ditangani
secara dini pada ibu adalah akan terjadi preklamsia, komplikasi proses
persalinan, resiko DM tipe 2 setelah melahirkan. Sedangkan resiko pada bayi
adalah lahir dengan berat badan >4000 7 gram, pertumbuhan janin terhambat,
hipokalsemia dan kematian bayi dalam kandungan (Sugianto, 2012).
4) Diabetes melitus tipe lain
Diabetes melitus tipe lain, banyak faktor yang mungkin dapat menimbulkan
DM diantaranya:
a) Defek genetik fungsi sel beta Dapat disebabkan karena kelainan dari
kromoson dan Mitokondria DNA.
b) Defek genetik kerja insulin Dapat disebabkan karena resistensi insulin,
leprechaunisme, sindrom rabson-mendenhall dan diabetes lipoatropik.
c) Penyakit eksokrin pankreas Dapat disebabkan karena pankreatitis,
neoplasia, fibrosis kistik dan hemokromatosis.
d) Endokrinopati Dapat disebabkan karena akromegali, sindrom cushing,
glukagonoma, hipertiroid dan somatostatinoma.
e) Karena obat dan zat kimia Dapat disebabkankarena pentamidin, asam
nikotinat, glukokortikoid, agonis β-adrenergik dan thiazide.
f) Infeksi Dapat disebabkan karena rubella congenital dan cytomegalovirus.
g) Sebab imunologi yang jarang Dapat disebabkan karena sindromstiff-man
dan antibodi antiinsulin reseptor. viii. Sindrom genetik lain yang berkaitan
dengan DM Dapat disebabkan karena sindrom down, sindrom turner dan
lainnya ( Perkeni, 2015).
E. Tanda dan Gejala
Beberapa tanda-tanda dan gejala-gejala klinis Diabetes Melitus (DM) antara lain
(Bustan, 2007):
1) Poliuria (sering kencing)
kondisi dimana terjadi kelainan pada produksi urin di dalam tubuh yang
abnormal yang menyebabkan sering berkemih.Biasanya berkemih normalnya 4-
8 kali sehari, karena kelebihan produksi urin dalam tubuh maka berkemih lebih
dari normal sehari.
2) Polifagia (cepat lapar)
kondisi dimana sering merasa lapar.Hal ini disebabkan karena glukosa darah
pada penderita DM tidak semuanya dapat diserap oleh tubuh yang berakibat
tubuh kekurangan energi.
3) Polidipsia (sering haus)
kondisi akibat dari poliuria (sering kencing) menyebabkan rasa haus yang
berlebihan.
4) Mudah lelah
kondisi yang terjadi akibat poliuria dan polidipsi (Sugianto, 2016).
5) Berat badan menurun
kondisi dimana kemampuan metabolisme glukosa terganggu sehingga tubuh
tidak dapat menyimpan glukosa dan membuangnya melalui urin, sehingga
tubuh mengambil glukosa cadangan di jaringan tubuh sebagai energi (Sugianto,
2016).
6) Luka infeksi yang sukar sembuh
kondisi yang disebabkan efek dari hiperglikemia, sehingga terjadi komplikasi
akut dan komplikasi kronik yang merusak jaringan tubuh (Sugianto, 2016).
F. PATWAYS
DM Tipe 1 DMTipe 2
Reaksi Autoimun Idiopatik, usia,
genetik, dll

Sel β pancreas Jumlah sel pancreas


hancur menurun

Defisiensi insulin

Hiperglikemia Katabolisme protein Liposis meningkat


meningkat

Penurunan BB
Pembatasan Diit

Fleksibilitas
darah merah
Intake tidak Resiko nutrisi kurang
adekuat dari kebutuhan

Pelepasan O2

Poliuria Kekurangan volume


cairan
Hipoksia
perifer Perfusi jaringan perifer
tidak efektif

Nyeri Akut
G. Pemeriksaan Penunjang
Pedoman dalam mendiagnosa penyakit Diabetes Melitus (DM) yaitu (MenKes,
2018):
1) Pemeriksaan glukosa darah puasa ≥126 mg/dl.
Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam. Dilakukan
pengambilan sampel darah untuk Tes gula darah puasa setelah pasien
melakukan puasa minimal 8 jam.
2) Pemeriksaan glukosa darah ≥200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTOG) dengan beban glukosa 75 gram. Pada tes TTOG pasien
melakukan puasa terlebih dahulu minimal 8 jam, setelah itu diminta makan dan
minum seperti biasanya. Selang waktu 2 jam setelah itu dilakukan pengecekan
kadar gula darah.
3) Pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan- keluhan
(poliuria, polidipsi, polifagia dan penurunan berat badan). Tes gula darah
sewaktu dilakukan kapan saja tanpa mempertimbangkan puasa dan waktu
terakhir pasien makan. Tes ini dilakukan apabila terjadi gejala-gejala DM
secara umum, diantaranya poliurea (sering kencing), polifagia (cepat lapar),
polidipsi (sering haus), berat badan turun dan infeksi yang sukar sembuh.
4) Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode terstandarisasi oleh
National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP). Tes hemoglobin
terglikasi (HbA1c) adalah pengukuran persentase gula darah yang terikat
dengan hemoglobin. Hemoglobin adalah protein yang ada dalam sel darah
merah. Semakin tinggi hemoglogin A1c, semakin tinggi pula tingkat gula
darah.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan diabetes mellitus dilakukan dengan pedoman
secara non farmakologi dan farmakologi meliputi (Perkeni, 2015):
1) Non farmakologi.
Penatalaksanaan DM secara non farmakologi meliputi:
a. Edukasi
Pemberian edukasi meliputi antara lain pemahaman tentang penyakit,
pengendalian penyakit, komplikasi yang ditimbulkan penyakit, pemantauan
gula darah dan kemampuan merawat diri sendiri bagi penderita DM. Edukasi
dapat dilakukan melalui penyuluhan kesehatan di berbagai pelayanan
kesehatan. Pemberian edukasi tentang pencegahan DM terdiri dari:
pencegahan secara primer yang diberikan kepada kelompok masyarakat
yang beresiko DM dimana belum menderita DM, pencegahan sekunder yang
diberikan kepada kelompok masyarakat untuk mencegah dan mengobati DM
secara dini dan pencegahan tersier diberikan kepada kelompok masyarakat
yang sudah mengidap DM menahun. ii.Terapi nutrisi Pengaturan pola makan
yang baik, sehat dan seimbang akan menurunkan berat badan, sehingga
asupan glukosa ke dalam tubuh terkontrol dan mengurangi beban kerja
insulin. Pengaturan pola makan meliputi 3J (jadwal, jenis dan
jumlah).Standart yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat 60-70% total asupan energi, lemak 20-25%
total asupan energi, protein 10-15% total asupan energi, natrium <2300
mg/haridan serat 20-35 gram / hari. Untuk menentukan status gizi
menggunakan rumus perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus yang
dipergunakan adalah:

IMT = BB (kg) / TB(m²)

Klasifikasi IMT adalah:


- BB kurang : < 18,5
- BB normal : 18-22,9
- BB lebih : > 23,0 (WHO dalam Perkeni, 2015)
Tabel 1.1 Pola Jadwal Makan pada Pengidap DM.
Waktu Jadwal Makan
Pukul 07.00 Makan pagi
Pukul 10.00 Makan selingan I
Pukul 13.00 Makan siang
Pukul 16.00 Makan selingan II
Pukul 19.00 Makan malam
Pukul 22.00 Makan selingan III
Sumber :Sugianto, 2016.
Tabel 1.2 Proporsi Kalori Makan Pengidap DM Perhari.
Bagian Total Kalori Jadwal Makan
20% bagian total kalori perhari Makan pagi
10% bagian total kalori perhari Makan selingan I
30% perhari Makan siang
10% bagian total kalori perhari Makan selingan II
20% bagian total kalori perhari Makan malam
10% bagian total kalori perhari Makan selingan III
Sumber : Sugianto, 2016.

b. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik meliputi kegiatan jasmani dan latihan jasmani.Pada
kegiatan jasmani sehari-hari, misalnya mengerjakan pekerjaan rumah tangga
dan melakukan aktifitas saat bekerja, yang intinya adalah menghindari
kebiasaan hidup yang kurang gerak.Sedangkan latihan jasmani, misalnya
jalan kaki cepat, bersepeda santai dan berenang. Kegiatan berolah raga
dilakukan 3-5 kali selama 30 menit dalam seminggu atau sesuai dengan
umur dan kemampuan pasien DM. Pada latihan jasmasi dianjurkan terlebih
dahulu pemeriksaan cek kadar gula darah. Latihan jasmani selain untuk
menjaga kebugaran tubuh juga untuk menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitifitas insulin, sehingga dapat mengendalikan glukosa
dalam darah.
2) Farmakologi
Penatalaksanaan DM secara farmakologi dilakukan dengan terapi penggunaan
obat antidiabetes oral, meliputi (ADA, 2018):
a. Golongan sulfonilurea
Mekanisme kerja golongan ini adalah merangsang sekresi insulin di
sel beta di pankreas dengan menutup kanal K ATP yang ada di membran sel-
sel beta, sehingga memberikan efek merangsang untuk meningkatkan sekresi
insulin.Generasi pertama dari sulfonilurea adalah tolbutamide dan
klorpropamide.Generasi kedua dari sulfonilurea yang umummya digunakan
adalah gliburid atau glibenklamid, glimepirid, glipizid, glikazid dan
glikuidon.Efek samping yang umumnya terjadi dari golongan ini adalah
hipoglikemia, penambahan berat badan, sedangkan efek samping lainnya
adalah ruam kulit, pusing, gastrointestinal dan fotosensifitas. Perlu
diperhatikan pada penggunaan obat ini pada penderita ginjal, gangguan faal
hati dan usia lansia.
Tabel 1.3 Obat Golongan Sulfonylurea.
Nama Obat Dosis/Tablet Frekuensi/Hari
Gliburid 2,5-5 mg 1-2x sehari
(Glibenklamid)
Glipizid 5-10 mg 1x sehari
Glikazid 80 mg 1-2x sehari
Gliquidon 30 mg 1-3x sehari
Glimepirid 1-4 mg 1x sehari
Sumber : ADA, 2018.
b. Golongan meglitinid
Mekanisme kerja golongan ini sama dengan sulfonilurea yaitu
dengan merangsang insulin di sel beta di pankreas dengan menuutup kanal K
ATP yang berada di sel beta di pankreas, sehingga sekresi insulin meningkat.
Obat ini diabsorpsi sangat cepat setelah pemberian dan diekskresi secara
cepat di hati Efek samping umummya adalah hipoglikemia, gastrointestinal
dan reaksi alergi.

Tabel 1.4 Obat Golongan Meglitinid.


Nama Obat Dosis/Tablet Frekuensi/Hari
Repaglinid 0,5-2 mg 2-4 x sehari
Nateglinid 60-120 mg 3 x sehari
Sumber : ADA, 2018.
c. Golongan Biguanid
Mekanisme kerja dari golongan ini adalah menurunkan produksi
glukosa di hepar dan meningkatkan sensitifitas jaringan otot dan adipose
terhadap insulin karena adanya aktivasi kinse di sel (AMP- activated protein
kinase).metformin adalah obat pilihan pertama pada pasien dengan diagnosis
DM tipe 2. Efek samping dari penggunaan obat tersebut adalah
hipoglikemia, gastrointestinal, defisiensi vitamin B12 dan asidosis
laktat.Obat golongan ini adalah metformin dengan dosis 500 mg / tablet,
frekuensi pemakaian 1-3x sehari.
d. Golongan Tiazolidinedion
Mekanisme kerja dari dari golongan ini adalah meningkatkan
PPARy (Peroxisome Proliferator-activated Receptor Gamma),sehingga
meningkatkan sensitifitas insulin melalui peningkatan AMP kinase yang
merangsang transportasi glukosa ke sel dan jaringan tubuh. Efek samping
yang terjadi edema, gastrointestinal dan hipoglikemia.Hati-hati pada
penderita gangguan faal hati dan perlu adanya pemantauan penggunaan obat
dan faal hati secara berkala.
Tabel 1.5 Obat Golongan Tiazolidinedion.
Nama Obat Dosis/Tablet Frekuensi/Hari
Pioglitazone 45 mg 1x sehari
Rosiglitazone 4 mg 1-2x sehari
Sumber : ADA, 2018.

e. Golongan penghambat α-glikosidase


Mekanisme kerja dari golongan ini adalah menghambat enzim α-
glikosidase sehingga memperlambat absopsi karbohidrat dan mencegah
peningkatan glukosa di jaringan tubuh.Efek samping yang sering terjadi
flatulen, malabsopsi dan diare (ADA, 2018).Obat golongan ini adalah
acarbose dengan dosis 50-100 mg / tablet, frekuensi pemakaian 3x
sehari.Obat ini tidak diberikan untuk pasien dengan gangguan faal hati yang
berat.
f. Golongan penghambat DPP-4 (Dipeptidil Pepsidase-4)
Mekanisme kerjanya dengan meningkatkan sekresi insulin dengan cara
menghambat sekresi glukagon dan meningkatkan sekresi insulin di sel beta
di pankreas. Efek samping yang terjadi gastrointestinal dan hipoglikemia.
Tabel 1.6 Obat Golongan Penghambat DPP-4.
Nama Obat Dosis/Tablet Frekuensi/Hari
Vildagliptin 50 mg 1-2 x sehari
Sitagliptin 25-50-100 mg 1x sehari
Saxagliptin 5 mg 1x sehari
Linagliptin 5 mg 1x sehari
Sumber : ADA, 2018.

g. Golongan penghambat SGLT-2 Sodium Glucose Co-Transporter- 2


Mekanisme kerjanya adalah menghambat penyerapan kembali glukosa di
tubuli distal di ginjal.Efek samping dari obat tersebut terjadi dehidrasi,
pusing, poliurea, dan infeksi saluran kencing.Obat golongan ini merupakan
obat antidiabetes golongan terbaru.
Tabel 1.7 Obat Golongan Penghambat SLGT-2.
Nama Obat Dosis/Tablet Frekuensi/Hari
Canagliflozin 300 mg 1x sehari
Dapagliflozin 10 mg 1x sehari
Empagliflozin 25 mg 1x sehari
Sumber : ADA, 2018
I. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis.Yang
termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis
(DKA), dan hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma (HHNC).Yang
termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati diabetic, nefropati diabetic,
neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.
a. Komplikasi akut
Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang
berat pada jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar.Jaringan tersebut
termasuk sangat sensitive terhadap kekurangan insulin. DKA dapat
dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)
b. Komplikasi kronis:
1) Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada
pembuluh retina.Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat
berkurangnya aliran darah retina.Respon terhadap iskemik retina ini
adalah pembentukan pembuluh darah baru, tetapi pembuluh darah
tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat mengakibatkan
perdarahan vitreous.Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio retina
atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.
2) Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah
glomerulosklerosis yang nodular yang tersebar dikedua ginjal yang
disebut sindrom Kommelstiel-Wilson.Glomeruloskleriosis nodular
dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi.Lesi sindrom
Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM.
3) Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM.
neuropati diabetic yang paling sering ditemukan adalah neuropati
perifer dan autonomic.
4) Displidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.
5) Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit
ginjal, mikroalbuminuria, atau proteinuria.Pada pasien dengan DM
tipe 2, hipertensi bisa menjadi hipertensi esensial.Hipertensi harus
secepat mungkin diketahuin dan ditangani karena bisa memperberat
retinopati, nepropati, dan penyakit makrovaskular.
6) Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu
neuropati, iskemia, dan sepsis.Biasanya amputasi harus
dilakukan.Hilanggnya sensori pada kaki mengakibatkan trauma dan
potensial untuk ulkus.Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler
dapat mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis.Neuropati, iskemia,
dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan amputasi.
7) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di
bawah 60 mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin
atau obat hipoglikemik oral. Penyebab hipoglikemia pada pasien
sedang menerima pengobatan insulin eksogen atau hipoglikemik oral.

J. Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Identitas
Terdiri dari nama pasien alamat agama, pendidikan dll.
b. Keluhan utama
DM pada usia lanjut mungkin cukup sukar karena sering tidak khas dan
asimtomatik ( contohnya ; kelemahan, kelelahan, BB menurun, terjadi infeksi
minor, kebingungan akut, atau depresi adanya kesemutan pada area kaki).
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien datang ke RS dengan keluhan gangguan penglihatan
karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot
(neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan
pengobatan lazim.
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
d. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa
saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
e. Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari
1. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
mudah lelah
2. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
3. Integritas Ego
Stress, ansietas
4. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
5. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,
haus, penggunaan diuretik.
6. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,
gangguan penglihatan.
7. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
8. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
9. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
2. Data obyektif
Pemeriksaan fisik pada Lansia
a. Sel ( perubahan sel )
Sel menjadi lebih sedikit, jumlah dan ukurannya menjadi lebih besar,
berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intrasel.
b. Sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan pucat dan
terdapat bintik – bintik hitam akibat menurunnya aliran darah kekulit dan
menurunnya sel – sel yang memproduksi pigmen, kuku pada jari tengah dan
kaki menjadi tebal dan rapuh. Pada orang berusia 60 tahun rambut wajah
meningkat, rambut menipis / botak dan warna rambut kelabu, kelenjar
keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
c. Sistem Muskuler
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang pengecilan otot
karena menurunnya serabut otot.Pada otot polos tidak begitu berpengaruh.
d. Sistem pendengaran
Presbiakusis ( menurunnya pendengaran pada lansia ) membran timpani
menjadi altrofi menyebabkan austosklerosis, penumpukan serumen sehingga
mengeras karena meningkatnya keratin.
e. Sistem Penglihatan
Karena berbentuk speris, sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon
terhadap sinar, lensa menjadi keruh, meningkatnya ambang penglihatan ( daya
adaptasi terhadap kegegelapan lebih lambat, susah melihat gelap ). Hilangnya
daya akomodasi, menurunnya lapang pandang karena berkurangnya luas
pandangan.Menurunnya daya membedakan warna hijau atau biru pada skala.
f. Sistem Pernafasan
Otot – otot penafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya
aktivitas sillia, paru kurang elastis, alveoli kurang melebar biasanya dan
jumlah berkurang.Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.Karbon
oksida pada arteri tidak berganti – kemampuan batuk berkurang.
g. Sistem Kardiovaskuler
Katub jantung menebal dan menjadi kaku.Kemampuan jantung memompa
darah menurun 1 % pertahun.Kehilangan obstisitas pembuluh darah, tekanan
darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
h. Sistem Gastointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, esofagus melebar, rasa lapar
menurun, asam lambung menurun waktu pengosongan lambung, peristaltik
lemah sehingga sering terjadi konstipasi, hati makin mengecil.
i. Sistem Perkemihan
Ginjal mengecil, nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai
50 %, laju filtrasi glumesulus menurun sampai 50 %, fungsi tubulus
berkurang sehingga kurang mampu memekatkan urine, Dj urin menurun,
proteinuria bertambah, ambang ginjal terhadap glukosa meningkat, kapasitas
kandung kemih menurun ( zoome ) karena otot – otot yang lemah, frekwensi
berkemih meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan, pada orang terjadi
peningkatan retensi urin dan pembesaran prostat (75 % usia diatas 60 tahun).
j. Sistem Reproduksi
Selaput lendir vagina menurun / kering, menciutnya ovarium dan uterus, atrofi
payu darah testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan
secara berangsur – angsur, dorongan sek menetap sampai usia diatas 70 tahun
asal kondisi kesehatan baik.
k. Sistem Endokrin
Produksi semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya tidak
berubah, berkurangnya ACTH, TSH, FSH, dan LH, menurunnya aktivitas
tiroid sehingga laju metabolisme tubuh ( BMR ) menurun, menurunnya
produk aldusteran, menurunnya sekresi, hormon godad, progesteron, estrogen,
testosteron.
l. Sistem Sensori
Reaksi menjadi lambat kurang sensitif terhadap sentuhan (berat otak
menurun sekitar 10 – 20 % )
3. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme protein, lemak.
2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik diuresis ditandai
dengan tugor kulit menurun dan membran mukasa kering.
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik
(neuropati perifer) ditandai dengan gangren pada extremitas.
4) Keletihan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang.
5) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.
4. Intervensi Keperawatan
1) Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
metabolisme protein, lemak.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi
pasien dapat terpenuhi.
Kriteria Hasil:
1. Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
2. Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi:
1. Timbang berat badan sesuai indikasi.
R/ Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.
2. Tentukan program diet, pola makan, dan bandingkan dengan makanan yang
dapat dihabiskan klien.
R/ Mengidentifikasikan kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan
terapeutik.
3. Auskultrasi bising usus, catat nyeri abdomen atau perut kembung, mual,
muntah dan pertahankan keadaan puasa sesuai inndikasi.
R/Hiperglikemi, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit menurunkan
motilitas atau fungsi lambung (distensi atau ileus paralitik).
4. Berikan makanan cair yang mengandung nutrisi dan elektrolit. Selanjutnya
memberikan makanan yang lebih padat.
R/ Pemberian makanan melalui oral lebih baik diberikan pada klien sadar dan
fungsi gastrointestinal baik.
5. Identifikasi makanan yang disukai.
R/ Kerja sama dalam perencanaan makanan.
6. Libatkan keluarga dalam perencanaan makan.
R/ Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberi informasi pada keluarga
untuk memahami kebutuhan nutrisi klien.
7. Observasi tanda hipoglikemia (perubahan tingkat kesadaran, kulit lembap atau
dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing).
R/ Pada metabolism kaborhidrat (gula darah akan berkurang dan sementara
tetap diberikan tetap diberikan insulin, maka terjadi hipoglikemia terjadi tanpa
memperlihatkan perubahan tingkat kesadaran.
8. Kolaborasi :
a. Lakukan pemeriksaan gula darah dengan finger stick
R/ Analisa di tempat tidur terhadap gula darah lebih akurat daripada
memantau gula dalam urine.
b. Pantau pemeriksaan laboratorium (glukosa darah, aseton, pH, HCO3)
R/ Gula darah menurun perlahan dengan penggunaan cairan dan terapi insulin
terkontrol sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel dan digunakan untuk
sumber kalori.Saat ini, kadaar aseton menurun dan asidosis dapat dikoreksi.
c. Berikan pengobatan insulin secara teratur melalui iv
R/ Insulin regular memiliki awitan cepat dan dengan cepat pula membantu
memindahkan glukosa ke dalam sel. Pemberian melalui IV karena absorpsi
dari jaringan subkutan sangat lambat.
d. Berikan larutan glukosa ( destroksa, setengah salin normal).
R/ Larutan glukosa ditambahkan setelah insulin dan cairan membawa gula
darah sekitar 250 mg /dl.Dengan metabolism karbohidrat mendekati normal,
perawatan diberikan untuk menghindari hipoglikemia.
e. Konsultasi dengan ahli gizi
R/ Bermanfaat dalam penghitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi.
2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik diuresis ditandai dengan
tugor kulit menurun dan membran mukosa kering.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan atau
hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil: Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda
vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi:
a. Kaji riwayat klien sehubungan dengan lamanya atau intensitas dari gejala
seperti muntah dan pengeluaran urine yang berlebihan.
R/ Membantu memperkirakan kekurangan volume total. Adanya proses
infeksi mengakibatkan demam dan keadaan hipermetabolik yang
meningkatkan kehilangan air.
b. Pantau tanda – tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah ortostatik.
R/ Hipovolemi dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.Perkiraan berat
ringannya hipovolemi saat tekanan darah sistolik turun ≥ 10 mmHg dari posisi
berbaring ke duduk atau berdiri.
c. Pantau pola napas seperti adanya pernapasan Kussmaul atau pernapasan yang
berbau keton.
R/ Perlu mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang menghasilkan
kompensasi alkalosis respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis.Napas bau
aseton disebabkan pemecahan asam asetoasetat dan harus berkurang bila
ketosis terkoreksi.
d. Pantau frekuensi dan kualitas pernapasan, penggunaan otot bantu napas,
adanya periode apnea dan sianosi.
R/ Hiperglikemia dan asidosis menyebabkan pola dan frekuensi pernapasan
normal. Akan tetapi peningkatan kerja pernapasan, pernapasan dangkal dan
cepat serta sianosis merupakan indikasi dari kelelahan pernapasan atau
kehilangan kemampuan melalui kompensasi pada asidosis

e. Pantau suhu, warna kulit, atau kelembapannya.


R/ Demam, menggigil, dan diaphoresis adalah hal umum terjadi pada proses
infeksi, demam dengan kulit kemerahan, kering merupakan tanda dehidrasi.
f. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membrane mukosa.
R/ Merupakan indicator tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.
g. Pantau masukan dan pengeluaran
R/ Memperkirakan kebutuhan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan
terapi yang diberikan.
h. Ukur berat badan setiap hari.
R/ Memberikan hasil pengkajian terbaik dari status cairan yang sedang
berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
i. Pertahankan pemberian cairan minimal 2500 ml/hari
R/ Mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi.
j. Tingkatkan lingkungan yang menimbulkan rasa nyaman. Selimuti klien
dengan kain yang tipis.
R/ Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap klien lebih lanjut dapat
menimbulkan kehilangan cairan.
k. Kaji adanya perubahan mental atau sensori.
R/ Perubahan mental berhubungan dengan hiperglikemi atau hipoglikemi,
elektrolit abnormal, asidosis, penurunan perfusi serebral, dan
hipoksia.Penyebab yang tidak tertangani, gangguan kesadaran menjadi
predisposisi aspirasi pada klien.
l. Observasi mual, nyeri abdomen, muntah, dan distensi lambung.
R/ Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung sehinnga
sering menimbulkan muntah dan secara potensial menimbulkan kekurangan
cairan dan elektrolit.
m. Observasi adanya perasaan kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan
berat badan, nadi tidak teratur, dan distensi vaskuler.
R/ Pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat berpotensi menimbulkan
kelebihan cairan dan gagal jantung kronis.
n. Kolaborasi :
a. Berikan terapi cairan sesuai indikasi :
Normal salin atau setengah normal salin dengan atau tanpa dekstrosa.R/
Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan
respon klien secara individual.
b. Albumin, plasma, atau dekstran.
R/ Plasma ekspander (pengganti) dibutuhkan jika mengancam jiwa atau
tekanan darah sudah tidak dapat kembali normal dengan usaha rehidrasi
yang telah dilakukan.
c. Pasang kateter urine.
R/ Memberikan pengukuran yang tepat terhadap pengeluaran urine
terutama jika neuropati otonom menimbulkan retensi atau inkontinensia.
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik
(neuropati perifer) ditandai dengan gangren pada extremitas.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidakterjadi
komplikasi.
Kriteria Hasil:
1. Menunjukan peningkatan integritas kulit
2. Menghindari cidera kulit
Intervensi:
1. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna,turgor,vaskuler,perhatikan
kemerahan.
R/ Menandakan aliran sirkulasi buruk yang dapat menimbulkan infeksi
2. Ubah posisi setiap 2 jam beri bantalan pada tonjolan tulang
R/ Menurunkan tekanan pada edema dan menurunkan iskemia
3. Pertahankan alas kering dan bebas lipatan
R/ Menurunkan iritasi dermal
4. Beri perawatan kulit seperti penggunaan lotion
R/ Menghilangkan kekeringan pada kulit dan robekan pada kulit
5. Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
R/ Mencegah terjadinya infeksi
6. Anjurkan pasien untuk menjaga agar kuku tetap pendek
R/ Menurunkan resiko cedera pada kulit oleh karena garukan
7. Motivasi klien untuk makan makanan TKTP
R/ Makanan TKTP dapat membantu penyembuhan jaringan kulit yang
rusak
4) Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kelelahan dapat
teratasi.
Kriteria hasil:
1. klien dapat mengidentifikasikan pola keletihan setiap hari.
2. klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala peningkatan aktivitas penyakit
yang mempengaruhi toleransi aktivitas.
3. klien dapat mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
4. klien dapat menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan.
Intervensi:
1. Diskusikan kebutuhan akan aktivitas. Buat jadwal perencanaan dan
identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
R/ Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat
aktivitas meskipun klien sangat lemah.
2. Diskusikan penyebab keletihan seperti nyeri sendi, penurunan efisiensi
tidur, peningkatan upaya yang diperlukan untuk ADL.
R/ Dengan mengetahui penyebab keletihan, dapat menyusun jadwal
aktivitas.
3. Bantu mengidentivikasi pola energi dan buat rentang keletihan. Skala 0-10
(0 = tidak lelah, 10 = sangat kelelahan)
R/ Mengidentifikasi waktu puncak energi dan kelelahan membantu dalam
merencanakan akivitas untuk memaksimalkan konserfasi energi dan
produktivitas.
4. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup/ tanpa
diganggu.
R/ Mencegah kelelahan yang berlebih.
5. Pantau nadi , frekuensi nafas, serta tekanan darah sebelum dan seudah
melakukan aktivitas.
R/ Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara
fisiologis.
6. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
kebutuhan.
R/ Memungkinkan kepercayaan diri/ harga diri yang positif sesuai tingkat
aktivitas yang dapat ditoleransi.
7. Ajarkan untuk mengidentifikasi tanda dan gejala yang menunjukkan
peningkatan aktivitas penyakit dan mengurangi aktivitas, seperti demam,
penurunan berat badan, keletihan makin memburuk.
R/ Membantu dalam mengantisipasi terjadinya keletihan yang berlebihan.
5) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi tanda-
tanda infeksi
Kriteria hasil:
1. Tidak ada rubor, kalor, dolor, tumor, fungsiolesia.
2. Terjadi perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan sperti demam, kemerahan,
adanya pus pada luka, sputum purulen, urine warna keruh atau berkabut.
R/ Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan
keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik
pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya
sendiri.
R/ Mencegah timbulnya infeksi nosokomial.
3. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.
R/ Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi meddia terbaik
dalam pertumbuhan kuman.
4. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh, masase
daerah tulang yang tertekan, jaga kulit tetap kering, linen kering dan tetap
kencang.
R/ Sirkulasi perifer bisa terganggu dan menempatkan pasien pada
peningkatan risiko terjadinya kerusakan pada kulit.
5. Berikan tisue dan tempat sputum pada tempat yang mudah dijangkau untuk
penampungan sputum atau secret yang lainnya.
R/ Mengurangi penyebaran infeksi.
6. Kolaborasi
a. Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitifitas sesuai dengan indikasi.
R/ Untuk mengidentifikasi adanya organisme sehingga dapat memilih
atau memberikan terapi antibiotik yang terbaik.
b. Berikan obat antibiotik yang sesuai
R/ Penanganan awal dapat mambantu mencegah timbulnya sepsis.

DAFTAR PUSTAKA

ADA. 2018. Standarts of Medical Care in Diabetes. www.diabetes.org/diabetescare.


diakses pada tanggal 13 Maret 2020.
Anief, M. 2010. Ilmu Meracik Obat. Cetakan 15. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Bustan, M.N. 2007.Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.
Decroli, E. 2019.Diabetes Melitus Tipe 2.Edisi I. Padang.Pusat Penerbitan Bagian
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.diakses pada
tanggal 11 Juni 2019.
Isnaini, N. dan Ratnasari.2018. Faktor Risiko Mempengaruhi Kejadian Diabetes
Melitus Tipe 2.Jurnal Keperawatan dan Kebidanan Aisyiyah: Vol 14, No 1. 59-
68.
Kushariyadi. (2010) .Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia . Salemba
Medika, Jakarta.
MenKes RI. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. www.depkes.go.id.diakses pada
tanggal 13 Maret 2020.
Perkeni. 2015. Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia 2015.https://pbperkeni.or.id.diakses pada tanggal 13 Maret 2020.
Putra, I.W.A. dan Berawi, K.N.. 2015. Empat Pilar Penatalaksanaan Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2. Majorit: Vol 4, No 9, 8-12.
Ramadani. 2010. Efektifitas Program Sosialisasi Bahaya Penyalahgunaan Narkoba
Badan Narkotika Provinsi Riau Terhadap Pengetahuan Siswa MAN 1
Pekanbaru.Skripsi.Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Pekanbaru:
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Pekanbaru.
Ramadhan, A.M., Rijai, L., Liu, J.M.. 2015. Kajian Penggunaan Obat Hipoglikemik
Oral Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Temindung Samarinda.
Jurnal Sains dan Kesehatan: Vol 1, No 3, 05-110.
Siregar, J.P.C. dan Wikarsa, S..2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar
Praktis.Jakarta: EGC.
Sugianto. 2016. Diabetes Melitus Dalam Kehamilan.Jakarta: Erlangga. 42
Trisnawati, S.K. dan Setyorogo, S.. 2013. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus
Tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal
Ilmiah Kesehatan: Vol 5, No 1, 6-11.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.Y
DENGAN DIABETES MELITUS
Disusun Oleh :

Fatkhul Masyhuri

202014049

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS‘AISYIYAH SURAKARTA

2020

A. PENGKAJIAN
Nama :Fatkhul Masyhuri
Tanggal :28 Desember 2020
Waktu :08.30 WIB
Tempat :-
1. IDENTITAS
Identitas pasien
Nama :Ny.Y
Umur :70 Tahun
Jenis kelamin :Perempuan
Agama :Islam
Suku/bangsa :Jawa/Indonesia
Pendidikan :-
Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga
2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Identitas pasien

Nama :Tn.S

Umur :45 Tahun

Jenis kelamin :Laki-laki

Agama :Islam

Suku/bangsa :Jawa/Indonesia

Pendidikan :-

Pekerjaan :Buruh

Alamat :Potronayan Nogosari Boyolali

Hubungan dengan pasien: Anak

3. Alasan Masuk RS:-


4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang: Ny. Y mengatakan sering merasakan
jimpe dan kaki sulit untuk digerakkan
b. Riwayat kesehatan dahulu: Pasien mengatakan mempunyai riwayat
hipertensi dan diabetes melitus
c. Riwayat kesehatan keluarga: Ny.Y mengatakan di dalam keluarganya
tidak memiliki penyakit menurun /menular
5. Pola Persepsi Sehari-hari
a. Pola Persepsi Kesehatan
Sebelum sakit: Pasien mengatakan sebelum sakit bisa melakukan
aktivitas sehari-hari sendiri
Saat sakit: Pasien mengatakan saat sakit sulit beraktivitas dan merasa
tidak nyaman dalam melakukan aktivitas dibantu keluarga, hanya
berbaring ditempat tidur
b. Pola Nutrisi
Sebelum sakit: Pasien mengatakan sebelum sakit makan sehari 3x dan
sakit minum air putih 8 gelas /sehari
Saat sakit: Pasien mengatakan saat sakit nafsu makan
berkurang dan minum air putih 5-6 gelas / sehari
c. Pola eliminasi
BAK
Frekuensi dan waktu : Ny. Y mengatakan BAK 4-5x
Kebiasaan BAK pada malam hari : Ny. Y mengatakan jarang BAK
pada malam hari
Keluhan yang berhubungan dengan BAK : Ny. Y mengatakan tidak
ada keluhan
BAB:
Frekuensi dan waktu : Ny. Y mengatakan BAB 1x sehari pada pagi
hari
Konsistensi : Ny. Y mengatakan BAB dengan konsentrasi lunak
Keluhan yang berhubungan dengan BAB : Ny. Y mengatakan tidak
ada keluhan yang berhubungan dengan BAB
Pengalaman memakai Laxanti/pencahar : Ny. Y mengatakan tidak
pernah memakai obat pencahar
d. Pola istirahat
Sebelum sakit: pasien mengatakan tidur normal rata-rata 8 jam
perhari, tidur siang 3 jam / hari tidur nyenyak,tidak ada gangguan
Saat sakit: Ny.Y mengatakan pada malam hari sering tidak bisa tidur
karena meraskan kakinya yang sering kram dan sakit sedangkan pada
siang hari Ny.Y tidak bisa tidur karena berisik.
e. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit: Ny.Y mengatakan mampu melakukan aktivitas sehari-
hari sendiri
Saat sakit: Ny.Y mengatakan aktivitas di bantu oleh anak dan
suaminya seperti makan serta mandi
f. Pola kognitif perceptual
Pasien mengatakan sebelumnya tidak mengetahui tentang penyakitnya,
dan Ny. Y mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan atau
melular seperti diabetes melitus
g. Pola konsep diri
a) Peran diri: pasien mengatakan sebagai istri dan ibu dari
keluarganya
b) Gambaran diri: Ny. Y mengatakan merasa cemas karena kakinya
sering jimpe-jimpe dan sulit untuk digerakkan
c) Harga diri: pasien mengatakan tidak mengalami gangguan diri
d) Ideal diri: Ny.Y mengatakan ingin segera sembuh dan segera
beraktivitas seperti biasanya lagi
h. Pola hubungan pasien: Ny.Y mengatakan menjalani hubungan baik
dengan keluarga dan tetangganya
i. Pola seksual dan reproduksi: Pasien mengatakan seorang istri dan
ibu di keluarganya, pasien mengatakan tidak ada masalah dalam
organ reproduksinya
j. Pola koping dan teloransi stress: Pasien mengatakan selalu bilang
tentang keadaannya kepada keluarga
k. Pola nilai dan kepercayaan: Ny. Y mengatakan seorang muslim dan
menjalankan ibadah sholat 5 waktu serta berdoa
6. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum: Ny.Y tampak memeganggi kakinya dan meringis
kesakitan
b. Pemeriksaan TTV
TD: 150/90 mmhg
N: 92x/menit
RR: 22x/menit
c. Pemeriksaan kepala: rambut berwarna putih, rambut kusam dan
kurang bersih
d. Pemeriksaan leher: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak
mengalami kaku kuduk
e. Pemeriksaan paru:
Inspeksi: simetrsi antara permukaan dada kanan dan kiri
Palpasi: vocal fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi: sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi: bunyi vesikuler
f. Pemeriksaan jantung
Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
Perkusi: suara jantung redup
Palpasi: ictus cordis teraba pada ics 5 sinistra
Auskultasi: terdengar bunyi jantung 1 dan 2 (lup,dup) tidak ada bunyi
tambahan
g. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi: tidak ada lesi
Auskultasi: bising usus 15x/menit
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
Perkusi: sonor
h. Pemeriksaan ektermitas
Atas: tidak ada oedem, akral teraba hangat kekuatan otot 5 5
Bahwah: tidak ada oedema.tidak ada nyeri tekan kekuatan otot 33
7. Pemeriksaan penunjang
-

B. ANALISA DATA

No. Data Etiologi problem


1. DS : kesulitan memulai
- Ny. Y mengatakan tidur malam tidur Gangguan pola tidur
sekitar 4-5 jam/hari
- Ny. Y menngeluh siang tidak
bisa tidur karena berisik
- Ny. Y mengeluh sering terjaga
dan istirahat tidak cukup

DO:
- Ny. Y tampak lelah, terdapat
kantung mata yang menghitam,
mata tampak sayu

DS : Ny. Y mengatakan kedua


tangan dan kaki jimpe-jimpe dan Resiko
Gangguan
sering kesemutan dan sulit untuk ketidakefektifan
aliran arteri atau
digerrakan perfusi jaringan
vena
perifer
DO :
- Ny. Y tampak kesulitan
berdiri dan dan bejalan, CRT
2. >2detik, turgor kulit kering
Tanda-Tanda Vital :
TD: 150/90 mmHg,
RR: 22x/menit,
N: 92 x/menit
GDS : 280mg/Dl

DS : Kurangnya
Kurangnya sumber
- Ny. Y mengatakan memiliki informasi pengetahuan
riwayat diabetes mellitus sudah
± 2 tahun.
- Ny. Y mengatakan mengurangi
konsumsi gula tetapi suka
makan gorengan dan makanan
bersantan
DO :
- Ny. Y tampak masih sering
makan gorengan dan santan
- Ny. Y tampak mengurangi
konsumsi gula
- GDS : 280 mg/dL

3.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d gangguan aliran
arteri/vena
2) Kurang pengetahuan b.d kurangnya sumber informasi
3) Gangguan pola tidur b.d kesulitan memulai tidur

D. INTERVENSI

No. Waktu Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional TTD


(Hari/Tgl keperawatan
/Jam)
1. Selasa,29 Resiko setelah dilakukan 1. untuk mengetahui
Des 2020 ketidak kunjungan rumah bagaimana sirkulasi
Intervensi :
efektifan sebanyak 7 x 24 perifer klien
Manajemen
perfusi jam diharapkan 2. memantau tanda-
sensasi perifer
jaringan masalah berkurang tanda vital
perifer b.d dengan criteria 1. Lakukan 3. melancarkan
gangguan hasil : pengkajian sirkulasi darah
Fatkhul
aliran 1. jari kaki isi ulang komperhensif 4. untuk mengontrol
arteri/vena kapiler terhadap kadar gula dalam
Ditingkatkan pada sirkulasi tubuh
skala 3 (devisiasi perifer 5. agar tidak menjadi
moderat dari jarak 2. Monitor tanda- ulkus
normal) tanda vital
2. Kesemutan 3. Ajarkan pasien
Di tingkatkan pada senam kaki
skala 3 (devisiasi DM
moderat dari jarak 4. Anjurkan
normal) pasien untuk
3. Pemecahan kulit mematuhi
Ditingkatkan pada program diet
skala 2 (defisiasi dan program
ringan dari jarak pengobatan
normal 5. Hindari
ektermitas
terkena trauma
1. Kaji tingkat
pengetahuan
2. Selasa,29 Kurang setelah dilakukan pasien dan 1. untuk megetahui
Des 2020 pengetahuan kunjungan rumah keluarga sejauh mana
b.d sebanyak 7 x 24 2. Jelaskan pengetahuan klien
kurangnya jam diharapkan patofisiologi dari 2. agar pasien
informasi informasi penyakit dan mengetahui
tentang bertambah dengan bagaimana hal ini patofisiologi pnyakit
Fatkhul
penyakit criteria hasil : berhubungan secara tepat
1. Karakteristik dengan anatomi 3. agar pasien
penyakit tertentu dan fisiologi, mengetahui tanda dan
Ditingkatkan pada dengan cara yang grjala DM
skala 3 tepat. 4. agar pasien
(pengetahuan 3. Gambarkan mengetahui proses
moderat ) tanda dan gejala penyakitnya
2. Penyebab dan yang biasa 5. agar pasien
faktor penyebab muncul pada mngetahui apa
Ditingkatkan pada penyakit, dengan penyebab sakitnya
skala 2 cara yang tepat 6. agar pasien tidak
(pengetahuan 4. Gambarkan merasa tersinggung
terbatas ) proses penyakit,
3. Faktor risiko dengan cara yang
Ditingkatkan pada tepat
skala2 5. Identifikasi
(pengetahuan kemungkinan
terbatas ) penyebab, dengan
4. Efek fisiologis cara yang tepat
penyakit 6.     Sediakan
Ditingkatkan pada informasi pada
skala 2 pasien tentang
(pengetahuan kondisi, dengan
terbatas ) cara yang tepat
5. Tanda dan gejala
penyakit
Ditingkatkan pada
skala 2
(pengetahuan
terbatas )
6. Tentu saja proses
penyakit
Ditingkatkan pada
skala

Selasa,29 Gangguan setelah dilakukan 1.untuk mengetahuai


Des 2020 pola tidur b.d kunjungan rumah pola tidur klien
1. kaji pola tidur
kesulitan sebanyak 3x 2. agar klien
2. jelaskan
memulai tidur kunjungan pentingnya tidur mngetahui pentingnya
diharapkan masalah yang cukup tidur yang cukup
berkurang dengan 3. fasilita 3. untuk
criteria hasil : pemeliharaan mempermudah klien
1. Jam tidur rutinitas tidur tertidur
Di tingkatkan pada yang biasa 4. agar dapat tidur Fatkhul
skala 3 (sedang) dilakukan pasien, dengan cukup
Tidur siang kurang isyarat / alat bantu 5.untuk memudahkan
Di tingkatkan pada tidur, dan benda- klien memahami
skala 4 benda yang informasi
(substansial) familier (mis.,
Pola tidur untuk orang
Ditingkatkan pada dewasa,
skala 3 (sedikit mendengarkan
dapat music,
dikompomikan) buku untuk
1. Kesulitan tidur dibaca, dll.), jika
Ditingkatkan perlu
pada skala 4 Membantu
(substansial) menghilangkan
situasi stres
4. Sebelum tidur
Diskusikan
dengan teknik
peningkatan tidur
pasien dan
keluarga
5 .Beri pamflet
dengan informasi
tentang
peningkatan tidur
teknik

E. IMPLEMENTASI
No. Waktu No.Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD
(Hari/Tgl/ keperawatan
Jam)
1. Selasa,29 melakukan pengkajian S : Ny. Y mengatakan
Des 2020 konferehensif terhadap sering jimpe-jimpe dan
09.00 sirkulasi perifer kesemutan
O : Ny. Y tampak sedikit
kesulitan berjalan
Fatkhul
10.00 mengecek tanda-tanda vital S : Ny. Y mengatakan mau
di cek TTV
O:
-TD: 150/60 mmHg,
-Suhu : 36,9oC
-RR:22x/menit
-N: 92 x/menit

10.15 mengecek GDS S: Ny. Y mengatakan mau Fatkhul


di cek GDS nya
O : GDS : 280 mg/dL

mengkaji tingkat pengetahuan S : Ny. Y & kluarga


10.30 keluarga dan klien mengatakan mengetahui
penyakit DM hanya secara
umum
O: Ny. Y & keluarga
tampak kebingungan saat di
Tanya tentang DM
mengkaji pola tidur S: Ny. Y mengatakan sulit
Rabu, 30 untuk memulai tidur
Des 2020 O : Ny. Y tampak lelah,
09.00 kantung mata menghitam
dan mata sayu Fatkhul

10.00 menjelaskan pentingnya tidur S: Ny. Y mengatakan mau


yang cukup diberikan penjelasan tentang
pentingnya tidur yang cukup
O: Ny. Y tampak mengerti
tentang apa yang di jelaskan
& dapat memberikan Fatkhul
feedback

10.30 Menganjurkan klien untuk S : Ny. Y mengatakan


mendengarkan musik atau menyukai music” jawa dan
membaca buku sebelum tidur akan mencoba
mendengarkan musik
sebelum tidur
O: Ny. Y tampak tidak sabar
untuk mencobanya
Fatkhul

Memonitor TTV S : Ny. Y mengatakan


bersedia di cek TTV
O:
- TD : 140/80 mmHg
-N : 76x/ menit
Kamis, 31 - Suhu : 36,7ºC
Des 2020 - RR : 20x / menit
09.00
Mengajarkan senam DM S : Ny. Y mengatakan
bersedia di ajarkan senan Fatkhul
DM
O : Ny. Y tampak mengikuti
09.45 gerakan yang di ajarkan

Menganjurkan untuk S : Ny. Y mengatakan mulai


mematuhi dietnya sekarang akan mematuhi
dietnya
O : Ny. Y tampak
bersemangat untuk memulai
09.45 hidup sehat

Menghindari ekstremitas S : Ny. Y mengatakan akan


Fatkhul
terkena trauma lebih berhati-hati agar tidak
sampai terluka
O : belum tampak luka pada
ekstremitas Ny. Y

10.00 Mengkaji pola tidur S : Ny. Y mengatakan tadi


malam tidur sedikit lebih
awal
Juma’at, 1 O : Ny. Y tampak lebih
Januari sedikit fresh dari
2021 sebelumnya, masih tampak
kantung mata yang Fatkhul
menghitam dan sayu

10.00 Menganjurkan mendengarkan S : Ny. Y mengatakan akan


music sebelum tidur mendengarkan musik lagi
sebelum tidur
O : Ny. Y tampak tampak
sedikit lebih fresh

10.15

Memonitor TTV S : Ny. Y mengatakan


bersedia di cek TTV
Fatkhul
O:
- TD : 130/90 mmHg
-N : 79x/ menit
Sabtu, 2 - Suhu : 36,8ºC
Januari - RR : 20x / menit
2021
09.00 Melakukan pendidikan S : Ny. Y mengatakan mau
kesehatan DM di berikan pendidikan
Fatkhul
kesehatan tentang DM
O : Ny. Y tampak
bersemangat &
09.15 mendengarkan

menjelaskan patofisiologi S : Ny. Y mengatakan mau


dari penyakit dan bagaimana di jelaskan tentang
hal ini berhubungan dengan patofisologi penyakitnya
anatomi dan fisiologi, dengan O : Ny. Y tampak
09.15 cara yang tepat. mendengarkan dan dapat
menjawab pertanyaan yang
di berikan Fatkhul

Gambarkan tanda dan gejala S : Ny. Y mengatakan ingin


09.30 yang biasa muncul pada mengetahui tentang tanda
penyakit, dengan cara yang gejala pada penyakitnya
tepat O : Ny. Y tampak
memperhatikan dan dapat
menjawab pertanyaan yang
diberikan

menggambarkan proses S : Ny. Y mengatakan ingin


Fatkhul
09.35 penyakit, dengan cara yang mengetahui proses
tepat penyakitnya
O : Ny. Y tampak
memperhatikan dan dapat
menjelaskan kembali apa
yang sudah di jelaskan

mengidentifikasi S : Ny. Y mengatakan ingin


kemungkinan penyebab, mengetahui penyebab DM Fatkhul
09.45 dengan cara yang tepat O : Ny. Y tampak
memperhatikan dan dapat
menjelaskan kemabali apa
yang sudah dijelaskan

10.00
memberikan informasi pada S : Ny. Y mengatakan mau
pasien tentang kondisi, di berikan informasi tentang
Fatkhul
dengan cara yang tepat komdisi yang di alaminya
O : Ny. Y tampak menerima
keadaanya dan ingin
menjalani hidup sehat mulai
sekarang
F. EVALUASI FORMATF

No. Waktu Diagnosa keperawatan Evaluasi TTD


(Hari/Tgl/
Jam)
1 Selasa, 29 Resiko ketidak efektifan S : Ny. Y mengatakan sering mengalami
Desember perfusi jaringan perifer b.d jimpe-jimpe dan kesemutan
2020 gangguan aliran O :
11.30 arteri/vena - Ny. Y tampak sedikit kesulitan berjalan
-turgor kulit kering
-CRT >2detik Fatkhul
A :masalah belum teratasi
P :lanjutkan intervensi :
1. Lakukan pengkajian komperhensif
terhadap sirkulasi perifer
2. Monitor tanda-tanda vital
3. Ajarkan pasien senam kaki DM
4. Anjurkan pasien untuk mematuhi
program diet dan program pengobatan
5. Hindari ektermitas terkena trauma

S : Ny. Y mengatakan hanya mengetahui


2 Rabu, 30 Kurang pengetahuan b.d
DM secara umum
Des 2021 kurangnya informasi O : Ny. Y tampak kebingungan saat di
10.00 tentang penyakit Tanya tentang penyakitnya
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan Fatkhul
keluarga
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
tepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
muncul pada penyakit, dengan cara yang
tepat
4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara
yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan penyebab,
dengan cara yang tepat
6.     Sediakan informasi pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang tepat

11.45 Gangguan pola tidur b.d S : Ny. Y mengatakan kesulitan untuk


kesulitan memulai tidur memulai tidur, Tn.S hanya tidur 4-5 jam
O : Ny. Y tampak lelah, kantung mata
menghitam dan tampak sayu
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi :
1. kaji pola tidur
2. jelaskan pentingnya tidur yang cukup Fatkhul
3. fasilitasi
pemeliharaan rutinitas tidur yang
biasa dilakukan pasien,
isyarat / alat bantu tidur, dan
benda-benda yang familier (mis.,
untuk orang dewasa,
mendengarkan music,
buku untuk dibaca, dll.), jika perlu
Membantu menghilangkan situasi
stres
4. Sebelum tidur Diskusikan dengan
teknik peningkatan tidur pasien
dan keluarga
5 .Beri pamflet dengan informasi
tentang peningkatan tidur
teknik

Kamis, 31 Resiko ketidak efektifan S : Ny. Y mengatakan mau di ajarkan senam


3 Des 2020 perfusi jaringan perifer b.d DM dan mematuhi diet DM
10.00 gangguan aliran O : Ny. Y tampak menirukan gerakan yang
arteri/vena diajarkan dan akan memulai hidup sehat
- CRT >2detik, turgor kulit kering
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi :
1. Lakukan pengkajian komperhensif
terhadap sirkulasi perifer
2. Monitor tanda-tanda vital
3. Ajarkan pasien senam kaki DM
4. Anjurkan pasien untuk mematuhi
program diet dan program pengobatan
5. Hindari ektermitas terkena trauma Fatkhul

Jum’at, 1 Kurang pengetahuan b.d


S : Ny. Y mengatakan hanya mengetahui
4 Januari kurangnya informasi
DM secara umum
2021 tentang penyakit
O : Ny. Y tampak kebingungan saat di
10.00
Tanya tentang penyakitnya
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
keluarga
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
tepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
muncul pada penyakit, dengan cara yang
tepat
4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara
yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan penyebab,
dengan cara yang tepat
6.     Sediakan informasi pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang tepat
Fatkhul

10.00 Gangguan pola tidur b.d S : Ny. Y mengatakan dapat tidur sedikit
kesulitan memulai tidur lebih awal
O : Ny. Y tampak lebih sedikit fresh dari
sebelumnya, masih terdapat kantung
mata yang menghitam dan mata tampak
sayu
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi :
1. kaji pola tidur
2. jelaskan pentingnya tidur yang cukup
3. fasilitasi
pemeliharaan rutinitas tidur yang
biasa dilakukan pasien,
isyarat / alat bantu tidur, dan
benda-benda yang familier (mis.,
untuk orang dewasa,
mendengarkan music,
buku untuk dibaca, dll.), jika perlu
Membantu menghilangkan situasi
stres
4. Sebelum tidur Diskusikan dengan
teknik peningkatan tidur pasien
dan keluarga
5 .Beri pamflet dengan informasi
tentang peningkatan tidur
teknik Fatkhul
G. EVALUASI SUMATIF

No. Waktu Diagnosa keperawatan Evaluasi TTD


(Hari/Tgl/
Jam)
1 Sabtu, 2 Resiko ketidak efektifan S : Ny. Y mengatakan selama melakukan
Januari perfusi jaringan perifer b.d senam kaki jimpe-jimpe dan kesemutan
2021 gangguan aliran berkurang
09.30 arteri/vena O : Ny. Y tampak melakukan senam DM
mandiri
- Ny. S mengatakan berjalannya sedit lebih Fatkhul
membaik
TTV
- TD : 125/103 mmHg
-N : 79x/ menit
- Suhu : 36,8ºC
- RR : 20x / menit
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi mandiri :
1. Lakukan pengkajian komperhensif
terhadap sirkulasi perifer
2. Monitor tanda-tanda vital
3. Ajarkan pasien senam kaki DM
4. Anjurkan pasien untuk mematuhi
program diet dan program pengobatan
5. Hindari ektermitas terkena trauma

S : Ny. Y mengatakan sudah jauh mengerti


Kurang pengetahuan b.d
tentang DM daripada sebelumnya dan ingin
10.00 kurangnya informasi
memulai hidup sehat mulai sekarang
tentang penyakit
O : Ny. Y tampak menjawab pertanyaan
dengan benar dan mampu menjelaskan
kembali apa yang telah di ajarkan
A : masalah teratasi Fatkhul

P : Intervensi di hentikan

S : Ny. Y mengatakan lebih cepat tidur


Gangguan pola tidur b.d
setelah mendengarkan music sebelum tidur
10.00 kesulitan memulai tidur
dan tidur 5-6 jam
O : Ny. T tampak lebih fresh dan kantung
mata sedikit menghilang
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi mandiri :
1. kaji pola tidur
2. jelaskan pentingnya tidur yang cukup
3. fasilitasi
pemeliharaan rutinitas tidur yang Fatkhul
biasa dilakukan pasien,
isyarat / alat bantu tidur, dan
benda-benda yang familier (mis.,
untuk orang dewasa,
mendengarkan music,
buku untuk dibaca, dll.), jika perlu
Membantu menghilangkan situasi
stres
4. Sebelum tidur Diskusikan dengan
teknik peningkatan tidur pasien
dan keluarga
5 .Beri pamflet dengan informasi
tentang peningkatan tidur
teknik
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai