Anda di halaman 1dari 19

BAB I

TINJAUAN TEORI ANGINA PECTORIS

A. DEFINISI
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan
terjadi sebagai respon terhadap supalai oksigen yang tidak adequate ke
sel-sel miokardium. Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke
punggung, ke rahang, atau ke daerah abdomen (Corwin, 2015).
Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis di mana pasien
mendapat serangan dada yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat
di dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut
biasanya timbul pada waktu pasien melakukan suatu aktivitas dan segera
hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya (Mansjoer dkk, 2016).
Kadang-kadang keluhannya dapat berupa cepat capai, sesak nafas
pada saat aktivitas, yang disebabkan oleh gangguan fungsi akibat ischemia
miokard. Penyakit angina pektoris ini juga disebut sebagai penyakit
kejang jantung. Penyakit ini timbul karena adanya penyempitan pembuluh
koroner pada jantung yang mengakibatkan jantung kehabisan tenaga pada
saat kegiatan jantung dipacu secara terus-menerus karena aktifitas fisik
atau mental.

B. ANATOMI FISIOLOGI

Lapisan jantung terdiri atas perikardium (lapisan pembungkus


jantung, miokardium (lapisan otot jantung) dan endokarium (permukaan
dalam jantung). Didalam miokardium, lapisan otot jantung menerima

ALTO SOLI, S.Kep


darah dari arteri koronaria. Arteri koroner kiri bercabang menjadi arteri
desending anterior dan arteri sirkumfleks. Arteri koroner kanan
memerikan darah untuk sino atrial node, ventrikel kanan, permukaan
diafragma ventrikel kanan. Vena koronaria mengembalikan darah
kesinus kemudian bersirkulasi langung kedalam paru. Lapisan
jantung terdiri atas perikardium (lapisan pembungkus jantung,
miokardium (lapisan otot jantung) dan endokarium (permukaan dalam
jantung). Didalam miokardium, lapisan otot jantung menerima darah
dari arteri koronaria. Arteri koroner kiri bercabang menjadi arteri
desending anterior dan arteri sirkumfleks. Arteri koroner kanan
memerikan darah untuk sino atrial node, ventrikel kanan, permukaan
diafragma ventrikel kanan. Vena koronaria mengembalikan darah
kesinus kemudian bersirkulasi langung kedalam paru. (Syaifudin,
2016)

C. ETIOLOGI
Angina pektoris dapat terjadi bila otot jantung memerlukan asupan
oksigen yang lebih pada waktu tertentu, misalnya pada saat bekerja,
makan, atau saat sedang mengalami stress. Jika pada jantung mengalami
penambahan beban kerja, tetapi supplai oksigen yang diterima sedikit,
maka akan menyebabkan rasa sakit pada jantung. Oksigen sangatlah
diperlukan oleh sel miokard untuk dapat mempertahankan fungsinya.
Oksigen yang didapat dari proses koroner untuk sel miokard ini, telah
terpakai sebanyak 70 - 80 %, sehingga wajar bila aliran koroner menjadi
meningkat. Aliran darah koroner terutama terjadi sewaktu diastole pada
saat otot ventrikel dalam keadaan istirahat.

D. PATOFISIOLOGI
Sakit dada pada angina pektoris disebabkan karena timbulnya
iskemia miokard atau karena suplai darah dan oksigen ke miokard
berkurang. Aliran darah berkurang karena penyempitan pembuluh darah
koroner (arteri koronaria). Penyempitan terjadi karena proses ateroskleosis
atau spasme pembuluh koroner atau kombinasi proses aterosklerosis dan
spasme.
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di
intima arteri besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan

ALTO SOLI, S.Kep


mengganggu absorbsi nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan
dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena
timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh
darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut,
selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. P
ada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi
pembentukan bekuan darah. Hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya
koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang
merupakan komplikasi tersering aterosklerosis.
Pada mulanya, suplai darah tersebut walaupun berkurang masih
cukup untuk memenuhi kebutuhan miokard pada waktu istirahat, tetapi
tidak cukup bila kebutuhan oksigen miokard meningkat seperti pada
waktu pasien melakukan aktivitaas fisik yang cukup berat. Pada saat
beban kerja suatu jaringan meningkat, kebutuhan oksigennya juga
meningkat. Apabila kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang
sehat, arteri-arteri koroner akan berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak
darah dan oksigen ke otot jantung. Akan tetapi apabila arteri koroner
mengalami kekakuan atau menyempit akibat aterosklerosis dan tidak
dapatberdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen,
dan terjadi iskemia(kekurangan suplai darah) miokardium dan sel-sel
miokardium mulai menggunakan glikolisis anaerob untuk memenuhi
kebutuhan energinya. Proses pembentukan energy ini sangat tidak efisien
dan menyebabkan pembentukan asam laktat. Asam laktat menurunkan pH
miokardium dan menyebabkan nyeri ang berkaitan dengan angina
pectoris. Apabila kebutuhan energy sel-sel jantung berkurang, suplai
oksigen oksigen menjadi adekut dan sel-sel otot kembali keproses
fosforilasi oksidatif untuk membentuk energy. Proses ini tidak
menghasilkan asam laktat. Dengan menghilangnya penimbunan asam
laktat, nyeri angina pectoris mereda.

ALTO SOLI, S.Kep


E. PATHWAY

Aterosklerosis, pajanan terhadap stress latihan fisik


spasme pembuluh dingin
darah adrenalin
meningkat kebutuhan jantung
meningkat

vasokontriksi

aliran O2 arteri aliran O2 ke jantung


koronaria meningkat menurun

Jantung kekurangan O2

Iskemia otot jantung

Kontraksi otot jantung Nyeri

Nyeri Akut Ancaman kematian Perlu menghindari


Penurunan Komplikasi
curah
jantung
Cemas
di perlukan
Pengetahuan
Tinggi
Ansietas

Defisiensi
pengetahuan

ALTO SOLI, S.Kep


F. MANIFESTASI KLINIS
1. Angina pectoris stabil
a. Muncul ketika melakukan aktifitas berat
b. Biasanya dapat diperkirakan dan rasa nyeri yang muncul biasanya
sama dengan rasa nyeri yang datang sebelumnya
c. Hilang dalam waktu yang pendek sekitar 5 menit atau kurang
d. Hilang dengan segera ketika anda beristirahat atau menggunakan
pengobatan terhadap angina
e. Rasa sakitnya dapat menyebar ke lengan, punggung atau area lain
f. Dapat dipicu oleh tekanan mental atau stres
2. Angina pectoris tidak stabil.
a. Angina yang baru pertama kali atau angina stabil dengan
karakteristik frekuensi berat dan lamanya meningkat
b. Timbul waktu istirahat/kerja ringan
c. Tidak dapat diperkirakan
d. Biasanya lebih parah dan hilang dalam waktu yang lebih lama
e. Dapat tidak akan hilang saat beristirahat ataupun pengobatan angina
f. EKG: Deviasi segment ST depresi atau elevasi
3. Angina variant
a. Angina yang terjadi spontan umumnya waktu istirahat dan pada
waktu aktifitas ringan. Biasanya terjadi karena spasme arteri koroner
b. EKG deviasi segment ST depresi atau elevasi yang timbul pada
waktu serangan yang kemudian normal setelah serangan selesai.

G. KOMPLIKASI
1. Stable Angina Pectoris
Kebutuhan metabolik otot jantung dan energi tak dapat dipenuhi
karena terdapat stenosis menetap arteri koroner yang disebabkan oleh
proses aterosklerosis. Keluhan nyeri dada timbul bila melakukan suatu
pekerjaan. sesuai dengan berat ringannya pencetus dibagi atas beberapa
tingkatan :
a. Selalu timbul sesudah latihan berat.
b. Timbul sesudah latihan sedang ( jalan cepat 1/2 km)
c. Timbul waktu latihan ringan (jalan 100 m)
d. Angina timbul jika gerak badan ringan (jalan biasa)

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Setiap penderita dengan gejala yang mengarah pada angina harus
dilakukan EKG 12 lead. Namun hasil EKG akan normal pada 50 % dari

ALTO SOLI, S.Kep


penderita dengan angina pectoris. Depresi atau elevasi segmen ST
menguatkan kemungkinan adanya angina dan menunjukkan suatu
ischemia pada beban kerja yang rendah.
Foto thoraks pada penderita angina pectoris biasanya normal. Foto
thoraks lebih sering menunjukkan kelainan pada penderita dengan riwayat
infark miokard atau penderita dengan nyeri dada yang bukan berasal dari
jantung. Manfaat pemeriksaan foto thorak secara rutin pada penderita
angina masih dipertanyakan.
Uji latih beban dengan monitor EKG merupakan prosedur yang
sudah baku. Dari segi biaya, tes ini merupakan termurah bila dibandingkan
dengan tes echo. Untuk mendapatkan informasi yang optimal, protocol
harus disesuaikan untuk masing-masing penderita agar dapat mencapai
setidaknya 6 menit. Selama EKG, frekwensi, tekanan darah harus
dimonitor dengan baik dan direkam pada tiap tingkatan dan juga pada saat
abnormallitas segmen ST. metode yang dipakai pada uji beban yaitu
dengan menggunakan treadmill dan sepeda statis.
Interpretasi EKG uji latih beban yang paling penting adalah adanya
depresi dan elevasi segmen ST lebih dari 1 mm. Biasanya uji latih beban
dihentikan bila mencapai 85% dari denyut jantung maksimal berdasarkan
umur, namun perlu diperhatikan adanya variabilitas yang besar dari denyut
jantung maksimal pada tiap individu. Indikasi absolute untuk
menghentikan uji beban adalah penurunan tekanan darah sistolik lebih dari
10 mmHg dari tekanan darah awal meskipun beban latihan naik jika
diikuti tanda ischemia yang lain : angina sedang sampai berat , ataxia yang
meningkat, kesadaran menurun, tanda-tanda penurunan perfusi seperti
sianosis.

I. PENATALAKSANAAN
Ada dua tujuan utama penatalaksanaan angina pectoris :
1. Mencegah terjadinya infark miokard dan nekrosis, dengan demikian
meningkatkan kuantitas hidup.
2. Mengurangi symptom dan frekwensi serta beratnya ischemia, dengan
demikian meningkatkan kualitas hidup.
Prinsip penatalaksanaan angina pectoris adalah: meningkatkan
pemberian oksigen (dengan meningkatkan aliran darah koroner) dan
menurunkan kebutuhan oksigen (dengan mengurangi kerja jantung).
1. Terapi Farmakologis untuk anti angina dan anti iskhemia
a. Penyekat Beta
obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat
menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan

ALTO SOLI, S.Kep


frekwensi denyut jantung, kontraktilitas, tekanan di arteri dan
peregangan pada dinding ventrikel kiri. Efek samping biasanya
muncul bradikardi dan timbul blok atrioventrikuler. Obat penyekat
beta antara lain: atenolol, metoprolol, propranolol, nadolol.
b. Nitrat dan Nitrit
Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk
mengurangi symptom angina pectoris, disamping juga mempunyai
efek antitrombotik dan antiplatelet. Nitrat menurunkan kebutuhan
oksigen miokard melalui pengurangan preload sehingga terjadi
pengurangan volume ventrikel dan tekanan arterial. Salah satu
masalah penggunaan nitrat jangka panjang adalah terjadinya
toleransi terhadap nitrat. Untuk mencegah terjadinya toleransi
dianjurkan memakai nitrat dengan periode bebas nitrat yang cukup
yaitu 8 – 12 jam. Obat golongan nitrat dan nitrit adalah : amil nitrit,
ISDN, isosorbid mononitrat, nitrogliserin.
2. Terapi Non Farmakologis
Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan
oksigen jantung antara lain : pasien harus berhenti merokok, karena
merokok mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan darah,
sehingga memaksa jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan
menurunkan berat badan untuk mengurangi kerja jantung. Mengurangi
stress untuk menurunkan kadar adrenalin yang dapat menimbulkan
vasokontriksi pembulu darah. Pengontrolan gula darah. Penggunaan
kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau
ambisius.

J. PENCEGAHAN
1. Berhenti merokok dan batasi konsumsi minuman beralkohol
2. Olaraga secara teratur, dan jaga berat badan ideal
3. Perbaiki pola makan, dengan mengkonsumsi makanan rendah lemak
dan garam
4. Mengelola stres dengan cara yang positif
5. Rutin periksa ke dokter, jika memiliki penyakit darah tinggi
(hipertensi)

ALTO SOLI, S.Kep


K. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. PENGKAJIAN PRIMER
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik (finarga, 2016), antara lain
a. Airway
1. Lidah jatuh kebelakang
2. Benda asing/ darah pada rongga mulut
3. Adanya sekret
b. Breathing
1. pasien sesak nafas dan cepat letih
2. Pernafasan Kusmaul
c. Circulation
1. TD meningkat
2. Nadi kuat
3. Disritmia
4. Adanya peningkatan JVP
5. Capillary refill > 2 detik
6. Akral dingin
d. Disability : pemeriksaan neurologis, GCS menurun
A : Allert : sadar penuh, respon bagus
V : Voice Respon : kesadaran menurun, berespon terhadap suara
P : Pain Respons : kesadaran menurun, tidak berespon terhadap
suara, berespon terhadap rangsangan nyeri
U : Unresponsive : kesadaran menurun, tidak berespon terhadap suara,
tidak bersespon terhadap nyeri

2. PEMERISAAN FISIK
a. Sistem Pernapasan
Inspeksi : Periksa seluruh dada untuk mencari adanya jaringan parut dan
lesi. Melihat bentuk, pola nafas dalam (kecepatan dan kedalaman
pernapasan), gerakan dinding dada sewaktu bernapas dalam istirahat
.Pada klien dengan abses biasanya akan mengalami pernapasan cepat.
Palpasi : Untuk menilai posisi mediastinum, pengembangan dada, dan
peraba vomitus vocal.
Perkusi : Tujuannya adalah mengetuk dada dengan metode aku serta
mendengarkan dan merasakan bunyi yang dihasilkan titik paru normal
bunyinya Sonor.
Auskultasi : Yaitu teknik mendengarkan suara pada dinding thorax
menggunakan stetoscope. Suara napas normal yang dihasilkan
yaitu vesikuler, dan suara napas tambahan berupa mengi (wheezing),

ALTO SOLI, S.Kep


ronki (rales, krepitasi) dan rub. Cara ini juga untuk menilai resonasi
vocal.

b. Sistem Pencernaan
Pada abses submandibular biasanya didapatkan tanda-tanda infeksi
( rubor, kalor, dolor, tumor, fungtiolaesa) disekitar submandibular,
maksila, bibir, dapat juga menyebar ke pipi, tergantung berat infeksi.
Klien akan mengeluh nyeri rahang bagian belakang, sulit membuka
mulut dan mengunyah.
c. Sistem Kardiovaskuler
Pada pemeriksaan TTV dapat ditemukan hipertensi maupun hipotensi,
takikardi, keadaan klien lemah karena anemia mungkin terjadi
Inspeksi : Melihat adanya clubbing finger, keadaan kuku
(diskolorasi biru jika aliran darah perifer terganggu), anemis pada
kojungtiva, dan iktus cordis.
Palpasi : Menghitung kecepatan nadi dinyatakan dalam “denyut
per menit”, meraba iktus cordis pada ICS 5 di linea media
clavicular kiri.
Perkusi : Ditemukan batas jantung
Auskultasi : Bunyi jantung ke-1 (S1) penutupan katup mitral adalah
komponen utama S1 dan volumenya bergantung pada kekuatan
katup tersebut menutup. Bunyi antung ke-2 (S2) penutupan katup
aorta.
d. Sistem Endokrin
Inspeksi : melihat adanya pembesaran kelenjar tiroid.
Palpasi : menilai pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
servikalis
e. Sistem persyarafan
Menilai tingkat kesadaran
Pemeriksaan 12 saraf kranial
f. Sistem musculoskeletal
Pengkajian musculoskeletal terdiri dari inspeksi da pengkajian terhadap
rentang gerak sendi, tonus otot dan kekuatan otot
g. Sistem penglihatan
Dilakukan pengkajian bentuk mata, kenjungtiva, pupil, pergerakan bola
mata, medann penglihatan dan buta warna
h. THT dan wicara
1) Telinga :
inspeksi struktur-struktur eksternal telinga, dan dalam telinga dengan
menggunakan otoscop, palpasi daerah depan tragus, periksa ada
tidaknya cairan yang keluar dari telinga, tes webber dan rinne.

ALTO SOLI, S.Kep


2) Hidung :
Inspeksi permukaan luar dan penampilan hidung, palassi tulang
hidung untuk mengetahui adanya nyeri
3) Tenggorokan
Pada klien abses submandibular mengalami keterbatasan pada
pemeriksaan tenggorokan disebabkan keterbatasan dalam membuka
mulut

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Penurunan curah jantung berhubungan gangguan kontraksi
c. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
d. Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber
pengetahuan

ALTO SOLI, S.Kep


INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Nyeri NOC: 1. Lakukan pengkajian nyeri


secara komprehensif meliputi
Faktor yang berhubungan :  Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif lokasi, karakteristik, awitam
terhadap kemudahan fisik psikologis durasi frekuensi, kualitas,
Agen – agen penyebab
 Pengendalian nyeri : tindakan individu untuk intensitas,atau keparahan
cedera : biologis, kimia,
mengendalikan nyeri nyeri dan factor
fisik dan psikologis
 Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang dapat presipitasinya
Batasan karakteristik diamati atau dilaporkan 2. Observasi isyarat nonverbal
Tujuan dan criteria evaluasi ketidaknyamanan
Subjektif
3. Minta pasien untuk menilai
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
Mengungkapkan secara verbal nyeri dengan skala
atau melaporkan nyeri dengan x 24 jam :Menunjukan tingkat nyeri (1-10)
isyarat 4. Pengaturan posisi yang
Indicator sebagai berikut: nyaman
Objektif 5. Terapi oksigen
Indikator Saat Target
6. Monitor TTV
 Posisi untuk menghindari dikaji
7. Informasikan kepada pasien
nyeri
Nyeri yang dilaporkan tentang prosedur yang dapat
 Perubahan selera makan
menungkatkan nyeri dan
 Perubahan ekspresi misal : Ekspresi nyeri pada wajah
tawarkan strategi koping
gelisah, merinih, meringis,
yang ditawarkan
menangis

ALTO SOLI, S.KEP


 Bukti nyeri dapat diamati Ketegangan otot 8. Berikan informasi tentang
 Gangguan tidur nyeri, seperti penyebabnyeri,
Durasi episode nyeri 9. Ajarkan penggunaan teknik
Merintih dan menangis nonfarmakologis (relaksasi,
distraksi, terapi)
Gelisah 10. Pemberian analgetik
Ket : 1. Sangat Berat; 2. Berat; 3. Sedang 11. Laporkan pada dokter jika
tindakan tidak berhasil
4. Ringan; 5. Tidak ada

ALTO SOLI, S.KEP


INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

2. Penurunan Curah Jantung NOC: 1. Lakukan pengkajian


komprehensif pada sirkulasi
Faktor yang berhubungan :  Keefektifan pompa jantung; kecukupan volume perifer
darah yang dipompakan dari ventrikel kiri untuk 2. Monitor tanda-tanda vital
 Perubahan afterload mendukung tekanan perfusi sistemik 3. Monitor status pernafasan
 Perubahan frekuaensi Tujuan dan criteria evaluasi terkait adanya gejala gagal
jantung
Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama x24 jantung
 Perubahan irama jantung
jam :Menunjukkan keefektifan pompa jantung yang 4. Auskultasi suara jantung
 Perubahan preload
dibuktikan oleh indicator sebagai berikut: 5. Monitor EKG
 Perubahan volume
6. Monitor intake dan output
sekuncup
Indikator Saat dikaji Target 7. Pastikan aktivitas pasien yang
Batasan karakteristik
tidak membahayakan curah
Tekanan darah sistol
 Perubahan afterload : jantung
Dispneu, oliguria, Tekanan darah sistol 8. Intruksikan pada pasien
penurunan nadi perifer, untuk melapor bisa nyeri dada
Denyut nadi perifer 9. Berikan terapi oksigen
sianosi
 Perubahan frekuaensi Keseimbangan intake 10. Posisikan pasien untuk
jantung dan irama jantung : dan output dalam 24 jam memaksimalkan ventilasi
bradikardia, palpitasi 11. Anjurkan teknik batuk efektif

ALTO SOLI, S.KEP


jantung, aritmia Note : deviasi 1.Berat; 2. Cukup berat; 3. Sedang; untuk mengeluarkan sekret
 Perubahan preload 12. Anjurkan pasien untuk
4. Ringan 5. Tidak ada banyak istirahat
Distensi vena jugular,
edema, keletihan, murmur Indikator Saat dikaji Target 13. Lakukan terapi relaksasi
jantung, peningkatan CVP sebagai mana mestinya
Angina 14. Kelola obat-obatan untuk
membebaskan atau mencegah
Kelelahan
nyeri dan iskemia sesuai
Dyspnea dengan kebutuhan
15. Sediakan diet jantung
Sianosis

Intoleransi aktivitas

Note : 1.Berat; 2. Cukup berat; 3. Sedang;

4. Ringan 5. Tidak

ALTO SOLI, S.KEP


INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

3. Ansietas NOC: 1. Kaji faktor yang dapat


meningkatkan kerentenan
Batasan Karakteristik :  Tingkat kecemasan; keparahan dari tanda-tanda terhadap infeksi
ketakutan, ketegangan, atau kegelisahan yang 2. Pantau hasil laboratorium
 Gelisah berasal dari sumber yang tidak dapat 3. Amati penampilan praktek
 Kesedihan diidentifikasi. hygiene personal untuk
 Ketakutan Tujuan dan criteria evaluasi perlindungan terhadap infeksi
 Sangat Khawatir
Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama x24 4. Jelaskan pada pasien dan
 Ragu
jam : ansietas teratasi yang dibuktikan dengan keluarga mengnai infeksi dan
 Perasaan tidak adekuat hal yang dapat meningkatkan
Faktor yang berhubungan : indikator sebagai berikut:
resiko infeksi
 Ancaman Kematian Indikator Saat Target 5. Pengendalian infeksi (NIC) :
dikaji ajarkan pasien teknik mencuci
 Kebutuhan yang tidak
tangan dengan benar
dipenuhi Perasaan gelisah
6. Pengendalian infeksi (NIC) ;
 Krisis situasi
Rasa takut yang berikan terapi antibiotik, bila
 Konflik nilai
disampaikan secara lisan diperlukan
 Perubahan besar (mis, status
7. Bersihkan lingkungan dengan
ekonomi, lingkungan, status

ALTO SOLI, S.KEP


kesehatan, fungsi peran, Rasa cemas yang benar setelah digunakan
status peran) disampaikan secara lisan masing-masing pasien
 Stressor 8. Pertahankan teknik isolasi bila
Peningkatan tekanan darah diperlukan
Pusing 9. Terapkan kewaspadaan
universal
Penurunan produktivitas

Note : 1. Berat , 2. Cukup berat, 3. Sedang,

4. Ringan, 5. Tidak ada

INTERVENSI KEPERAWATAN

ALTO SOLI, S.KEP


No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

4. Defesiensi Pengetahuan NOC: 1. Kaji tingkat pengetahuan


pasien terkait dengan proses
Faktor yang berhubungan :  Pengetahuan; tingkat pemahaman yang penyakit
ditujukan tentang penyakit 2. Jelaskan patofisiologi
 Keterbatasan kognitif Tujuan dan criteria evaluasi penyakit, bagaimana
 Kesalah dalam memahami
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama hubungannya dengan
informasi
anatomi dan fisiologi sesuai
 Kurang sumber
x 24 jam : pasien memperlihatkan pengetahuan; kebutuhan
pengetahuan
tentang penyakitnya dengan indicator sebagai 3. Review pengetahuan pasien
 Kurang Informasi
berikut: mengenai kondisinyaa
 Kurang minat belajar
4. Jelaskan mengenai proses
Batasan karakteristik
penyakit sesuai kebutuhan
 Ketidakuratan melakukan Indikator Saat Target 5. Berikan informasi pada
perintah dikaji pasien mengenai kondisinya
 Kurang pengetahuan sesuai kebutuhan
Faktor-faktor penyebab 6. Berikan informasi kepada
 Perilaku tidak tepat (gelisah,
pasien/keluarga mengenai
cemas, apatis) Perjalanan penyakit
perkembangan pasein sesuai
Tanda dan gejala penyakit kebutuhan
7. Diskusikan pilihan terapi/
Pencegahan penyakit
penanganan
8. Jelaskan komplikasi kronik
yang mungkin ada, sesuai

ALTO SOLI, S.KEP


Pilihan pengobatan yang kebutuhan
tersedia 9. Intruksikan kepada pasien
mengenai tindakan untuk
Strategi mengatasi efek mencegah/ meminimalkan
samping efek samping penanganan
Sumber informasi dari penyakit sesuai
terpercaya terkait penyakit kebutuhan
10. Edukasi pasien mengenai
Note : pengetahuan 1. Tidak ada; 2.Terbatas ; tanda dan gejala yang harus
dilaporkan kepada petugas
3. Sedang; 4. Banyak 5. Sangat banyak
kesehatan sesuai kebutuhan

ALTO SOLI, S.KEP


DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2016. Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Jakarta : EGC

Corwin, EJ. 2017. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Finarga. 2016. Angina. Dimuat dalam http://finarga.blogspot.com/ (diakses pada


11 Maret 2016)

Mansjoer, A dkk. 2017. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Nurarif, A. H., & Hardhi, K. 2017. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis Dan Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Rab, T. 2016. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT


Alumni

ALTO SOLI, S.KEP

Anda mungkin juga menyukai

  • LP Hemoroid
    LP Hemoroid
    Dokumen23 halaman
    LP Hemoroid
    Saver Rayzal Badaruddin
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Angina Pektoris
    Laporan Pendahuluan Angina Pektoris
    Dokumen17 halaman
    Laporan Pendahuluan Angina Pektoris
    Alto Soli Tagora
    Belum ada peringkat
  • Hiv Aids
    Hiv Aids
    Dokumen14 halaman
    Hiv Aids
    Alto Soli Tagora
    Belum ada peringkat
  • LP Waham
    LP Waham
    Dokumen8 halaman
    LP Waham
    utari wulandari
    Belum ada peringkat
  • LP RPK
    LP RPK
    Dokumen13 halaman
    LP RPK
    utari wulandari
    Belum ada peringkat
  • LP RBD
    LP RBD
    Dokumen9 halaman
    LP RBD
    Nindha P. Katili
    100% (1)
  • LP Perilaku Kekerasan (Andre) PDF
    LP Perilaku Kekerasan (Andre) PDF
    Dokumen14 halaman
    LP Perilaku Kekerasan (Andre) PDF
    Moh Fazri
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen20 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Marsuji Utami
    Belum ada peringkat
  • Gastritis Ut
    Gastritis Ut
    Dokumen28 halaman
    Gastritis Ut
    Alto Soli Tagora
    Belum ada peringkat
  • LP HDR
    LP HDR
    Dokumen14 halaman
    LP HDR
    utari wulandari
    Belum ada peringkat
  • Gastritis Ut
    Gastritis Ut
    Dokumen28 halaman
    Gastritis Ut
    Alto Soli Tagora
    Belum ada peringkat
  • Gizi Buruk Sin3
    Gizi Buruk Sin3
    Dokumen18 halaman
    Gizi Buruk Sin3
    Nindha P. Katili
    Belum ada peringkat