Pengendalian teknis;
Pengendalian atas proses koordinasi terkait;
Pengendalian administrasi kegiatan;
Evaluasi rencana kegiatan;
Value engineering; dan
Pelaporan.
B.1.3.1.Pengendalian Teknis
Bertindak untuk dan atas nama Pengguna Jasa mengendalikan pelaksanaan fisik
pembangunan yang dilakukan oleh Penyedia Jasa Pemborongan pada saat pre-
audit, monitoring dan post-audit, meliputi :
Aspek mutu hasil pekerjaan;
Aspek volume pekerjaan;
Aspek waktu penyelesaian pekerjaan;
Aspek biaya keseluruhan pekerjaan.
Segala sesuatunya harus merujuk kepada ketentuan dan syarat-syarat yang tercantum dalam
kontrak pemborongan.
Kegiatan pengumpulan dan analisa data, informasi dan hasil perencanaan akan
menghasilkan catatan mengenai seluruh pekerjaan antara lain :
- Jenis pekerjaan;
- Kuantitas pekerjaan;
- Kualitas yang dipersyaratkan;
- Schedule pelaksanaan;
- Schedule pembayaran.
Material dan peralatan yang didatangkan Penyedia Jasa Pemborongan akan diperiksa
terlebih dahulu oleh konsultan, sehingga benar-benar memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan.
Jadwal waktu yang dibuat oleh Penyedia Jasa Pemborongan akan diteliti lebih dahulu
apakah sudah memadai terhadap volume pekerjaan yang akan dilaksanakan dengan perkiraan
tenaga kerja/tukang yang akan mengerjakannya serta alat yang akan digunakan. Apabila menurut
analisa tidak seimbang antara volume dengan tenaga kerja dan peralatan terhadap waktu yang
tersedia maka konsultan akan menyarankan kepada Penyedia Jasa Pemborongan untuk
menyiapkan tenaga kerja dan peralatan yang memadai agar bisa selesai tepat pada waktunya.
Faktor keselamatan kerja juga akan dimonitor secara rutin dengan memperhatikan
peraturan-peraturan yang berlaku.
Setiap kemajuan penyelesaian pekerjaan akan merupakan prestasi kerja bagi Penyedia Jasa
Pemborongan. Kemajuan fisik ini akan dipakai untuk kemajuan pembayaran senilai hasil
kerjanya. Namun Penyedia Jasa Pemborongan tidak bisa menyajikan permintaan pembayaran
sebelum mendapat rekomendasi dari konsultan pengawas bahwa hasil pekerjaannya sudah
memenuhi persyaratan teknis atau tidak.
- Mempelajari, menanggapi, memecahkan dan menyelesaikan sampai tuntas maksud dari surat
masuk maupun keluar;
- Memperhatikan memorandum dan risalah untuk pedoman dalam pelaksanaan tugas
konsultan;
- Mempersiapkan dan mengecek contoh barang agar memenuhi persyaratan yang ditetapkan
baik kualitas dan kuantitas;
- Membuat foto-foto dokumentasi pada setiap paket pekerjaan;
- Mempelajari dan mengecek gambar-gambar/sketsa pelaksanaan agar sebelum maupun
sesudah pekerjaan selesai tidak terjadi penyimpangan;
- Membantu/menyiapkan addendum serta hal-hal lain yang dianggap perlu dalam
penyelesaian pekerjaan.
Kontrol yang sistimatik terhadap kegiatan di lapangan memiliki tiga tujuan, yaitu :
Meninjau secara periodik hasil dan kemajuan pekerjaan pada beberapa bidang kegiatan
pokok. Bilamana terdapat kekurangan, maka harus dikembangkan sasaran jangka pendek
dan program kerja untuk
Memastikan bahwa pekerjaaan pengawasan berjalan secara benar sehingga peringatan
secara dini dapat diberikan apabila terjadi sesuatu kesalahan.
Mengamankan bahwa biaya yang sudah dianggarkan oleh kegiatan tidak di-lampaui bila
tidak terjadi perubahan kontrak.
Kegiatan pokok yang perlu dikontrol pada waktu peninjauan di lapangan, yaitu :
Bila perlu dapat diadakan perubahan baru untuk mengendalikan jalannya kegiatan seperti
yang dikehendaki.
Jarak waktu kontrol dapat dibedakan menjadi dua macam rentang waktu yaitu :
- 1-2 minggu untuk aktivitas yang kritis atau bisa kurang dari 1 minggu;
- 2-4 minggu untuk aktivitas-aktivitas yang tidak kritis.
2) Cara mengontrol
Di project-site setiap saat hasil pekerjaan fisik berkembang bertambah banyak dan supaya
perkembangannya terjadi menurut rencana, dimana rencana tersebut dijabarkan dalam besaran
uang dan besaran waktu.
Khusus untuk mengontrol mutu pekerjaan fisik, peranan sistim informasi manajemen
kegiatan hanya sebagai penerus informasi saja. Pengontrolan mutu pekerjaan dilakukan oleh
petugas khusus dan harus dilaksanakan dilapangan, tidak dapat dilaksanakan di kantor. Tolok
ukur pengukuran mutu pekerjaan adalah dokumen tender (Spesifikasi Pekerjaan).
Perkembangan pekerjaan yang terjadi selalu diikuti oleh perkembangan datanya atau
dimonitor dimana perkembangan suatu kegiatan selalu diikuti oleh perkembangan data
kegiatannya. Volume data kian hari kian membengkak sesuai dengan perkembangan pekerjaan
secara fisik.
Data kegiatan sesungguhnya belum dapat memberikan informasi kepada Pengguna Jasa,
karena masih belum diolah, jadi masih mentah. Data kegiatan yang telah dikumpulkan secara
periodik kemudian diolah/diproses untuk dijadikan informasi kegiatan (laporan kegiatan).
Artinya, dari laporan kegiatan dapat diketahui perkembangan pekerjaan yang nyata terjadi
(prestasi aktual). Dari laporan kegiatan ini Pemimpin Kegiatan baru dapat mengevaluasi
perkembangan kegiatannya dengan cara memperbandingkannya terhadap rencana.
Peralatan laboratorium
Penyimpanan bahan/material
Cara pengangkutan material yang akan digunakan.
Pengujian material yang akan digunakan
Pengujian rutin laboratorium selama pelaksanaan
Test lapangan
Administrasi dan formulir-formulir
Bahan-bahan harus disimpan dengan suatu cara yang sedemikian rupa untuk menjamin
perlindungan kualitas.
Bahan-bahan yang disimpan harus ditempatkan sedemikian rupa yang mudah dapat
diperiksa oleh konsultan.
Tempat penyimpanan harus bebas dari tumbuhan, puing, dan mempunyai drainase yang
lancar.
Bahan-bahan yang diletakkan langsung di atas tanah tidak boleh digunakan dalam
pekerjaan, kecuali tempat kerja tersebut telah dipersiapkan dan diberi lapisan atas
dengan suatu lapisan pasir atau kerikil setebal 10 cm.
Bahan-bahan harus disimpan dengan cara yang sedemikian rupa untuk mencegah
segregasi dan untuk menjamin gradasi yang sesuai serta mengontrol kadar air. Tinggi
maksimum tumpukan 5 m.
Buku direksi
Time schedule
Mco (Mutual Check Awal)
Request dan shop drawing
Laporan mingguan
Record cuaca
Photo dokumentasi
Change order
Addendum
Monthly certificate (MC)
PHO (Provisional Hand Over)
Dan lain-lain disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan.
Bila time schedule yang dibuat dan disetujui tersebut dilaksanakan sebagaimana mestinya
dan dikendalikan dengan baik, maka diharapkan pekerjaan bisa diselesaikan “on schedule”.
Pertama harus diketahui/dihitung kapasitas alat, kalau alat tersebut adalah suatu kombinasi,
maka kapasitas yang diperhitungkan adalah yang terkecil. Dari alat tersebut dihitung produksi
nyata per jam, kemudian produksi terkecil yang digunakan untuk evaluasi pengendalian waktu.
Untuk rencana sekian jam kerja per hari, apakah mampu alat tersebut menghasilkan produk
sesuai volume yang ditargetkan ? Bila tidak tercapai, perlu diambil tindakan-tindakan, antara lain
: menambah jumlah alat atau menambah jam kerja/over time, sedemikian rupa sehingga volume
pekerjaan yang direncanakan bisa diselesaikan dalam waktu yang ditentukan.
Jam kerja perlu disesuaikan dengan kapasitas alat, tenaga kerja, sedemikian rupa sehingga
volume pekerjaan yang ditargetkan bisa diselesaikan. Kalau suatu pekerjaan tidak bisa
diselesaikan dalam satu hari siang, maka perlu untuk kerja malam/ over time.
Dalam administrasi pengendalian waktu, agar pengendalian dapat dicapai secara optimal,
maka konsultan harus memahami secara sungguh-sungguh Network Planning yang umumnya
telah dibuat oleh Penyedia Jasa Pemborongan dengan metode lintas kritis (Critical Path
Methode/CPM).
Mengingat sangat pentingnya “Network Planning” ini dalam suatu pekerjaan pengawasan, maka
konsultan akan menganalisa secara rutin “Network Planning” tersebut bila memang diperlukan.
Pengendalian schedule pelaksanaan lainnya dapat menggunakan “Barchart/S-curve” yang biasa
dan juga dapat digunakan “Vector Diagram” yang baik/cocok untuk pekerjaan jalan karena dapat
mengetahui/menunjukkan lokasi dan waktu. Schedule ini, pada arah “basis” menunjukkan lokasi
atau STA, sedangkan arah “ordinat” menggambarkan waktu.
Biaya pekerjaan
Estimated Quantity/Volume Pekerjaan
Harga satuan pekerjaan
Guna pengendalian biaya pelaksanaan pekerjaan, hal-hal pokok yang perlu diperhatikan
antara sebagai berikut :
Pengukuran hasil pekerjaan, perlu dilakukan dengan akurat dan benar-benar sehingga
kwantitas yang dibayar sesuai dengan gambar rencana. Dengan demikian volume
dalam kontrak tidak dilampaui yang pada akhirnya biaya yang dikeluarkan sudah
sesuai dengan yang dianggarkan.
Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan yang sudah diterima dari
pengukuran/kwantitas, sehingga biaya yang dikeluarkan adalah benar-benar untuk
pekerjaan yang sudah memenuhi spesifikasi.
Pekerjaan yang bisa dibayar adalah pekerjaan dengan harga satuan pekerjaan yang
tercantum dalam kontrak pelaksanaan, sehingga biaya pekerjaan dibayarkan sesuai
dengan item pekerjaan yang ada di kontrak.
Dalam tahap pembayaran akhir, perlu diperiksa dan dievaluasi kuantitas yang telah dibayar
sebelumnya, sehingga kuantitas/volume yang dibayar dalam pembayaran akhir merupakan final
quantity yang benar.
Demikian pula dengan penanganan pembuangan tanah hasil galian haruslah dengan
penanganan yang baik, misalnya dimana Dump Truck harus masuk dan keluar dari lokasi
pekerjaan. Tidak kalah pentingnya dari penanganan tersebut di atas adalah cara pemuatan dan
transportasi pembuangan tanah hasil galian haruslah memperhatikan lingkungan. Tanah yang
dimuat di atas Dump Truck harus diberi penutup agar tidak tercecer di atas permukaan jalan yang
ada, sebab bila turun hujan akan menjadi licin dan dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas
yang pada gilirannya menghambat arus lalu lintas yang ada. Dalam pelaksanaan “Traffic
Management” untuk pekerjaan ini kriteria penanganan dibagi menjadi 2 (dua) bagian :
Pelayanan umum; dan
Keselamatan kerja.
b. Mengurangi kemacetan
Dalam mengatasi adanya kemacetan lalu lintas, dapat dilakukan dengan perambuan
sementara selama pelaksanaan pekerjaan dan dengan menyiagakan satuan penanggulangan
gangguan.
a. Disiplin kerja :
Pengendalian pelaksanaan di lapangan secara ketat dan terus menerus dimonitor
dengan perlengkapan komunikasi untuk dapat saling berhubungan setiap saat dengan
cepat.
Pengendalian waktu dimaksudkan agar penyelesaian pekerjaan sesuai jadwal yang
telah ditetapkan. Pengendalian waktu ini disesuaikan dengan tuntutan lapangan yang
mencakup seluruh aspek terkait.
Dalam pelaksanaan pekerjaan, ada beberapa faktor keselamatan kerja yang terkait, antara
lain :
a. Perambuan darurat
Seperti pada tahap perencanaan, maka perambunan pada tahap pelaksanaanpun
mempunyai andil besar dalam keselamatan kerja yang memberikan rasa aman dalam
melaksanakan pekerjaan bagi para pekerja yang berada pada daerah perambunan. Rambu-
rambu darurat yang diperlukan pada tahap pelaksanaan misalnya rambu peringatan, rambu
perintah dan larangan serta rambu petunjuk, juga rubber cone serta lighting yang
pengaturan letak penempatan serta jaraknya, seperti ditunjukan pada keperluan “rambu
darurat”.
Di samping itu, diperlukan pagar pembatas antara daerah kerja dan lajur yang
beroperasi yang diletakkan sepanjang daerah kerja. Pagar pembatas dicat dengan warna
crossing “kuning-biru” dan pada setiap jarak tertentu diberi tanda “spot light” atau cat
berpendar yang bisa terlihat bila kena sorot lampu pada malam hari. Bisa juga dengan
lampu-lampu sebagai pengganti spot light.
Pintu keluar/masuk kendaraan pekerjaan pada daerah kerja ditentukan, rute perjalanan
pembuangan dibuat searah dengan arus lalu lintas, pada prinsipnya tidak boleh ada
arah “crossing” sehingga tidak ada konflik. Dump Truck yang menunggu giliran
pengangkutan, antri dan berderet ke belakang namun harus masih tetap dalam area
perambuan.
Untuk pengangkutan tanah, tiap dump truck harus dilengkapi dengan penutup bak
belakang. Ini dimaksudkan agar tanah yang diangkut tidak tercecer di muka jalan,
sebab tanah yang tercecer tersebut sangat licin bila sedikit saja kena air hujan dan ini
dapat mengakibatkan kecelakaan fatal.
Mobilisasi peralatan berat ke lapangan juga harus memperhatikan keselamatan dari
peralatan maupun operatornya, dan bila perlu minta bantuan pengawal dari pihak
kepolisian.
c. Atribut pada tenaga kerja
Semua tenaga kerja disarankan mengenakan atribut yang mudah dikenal dan terlihat
dari jarak yang cukup jauh dan ini bisa terpenuhi dengan pemakaian baju rompi
refleksionis warna orange yang harus dikenakan pada saat melaksanakan tugas.
Penggunaan topi di lapangan juga dianjurkan, sebab sangat membantu mengurangi
keletihan akibat terik matahari. Bekerja pada kondisi badan letih yang dipaksakan apalagi
di jalan yang padat lalu lintas yang beroperasi sangat membahayakan dan mengurangi
akurasi.
Karena sebagian besar kontrak berdasarkan kuantitas, maka fokus pengawasan juga
berdasarkan kuantitas. Hal ini dikuatkan pula dengan banyaknya perbaikan yang diperlukan
sebagai akibat tidak akuratnya rancangan. Perbaikan administratif ini juga memakan banyak
waktu dan usaha Penyedia Jasa Pemborongan dan supervisor sehingga mereka hampir tidak
mempunyai waktu untuk pemeriksaan mutu.
Pada format kontrak saat ini, supervisor harus membuktikan bahwa pekerjaan Penyedia
Jasa Pemborongan mengikuti standard. Ini berarti bahwa semua pengetesan harus dibayarkan
oleh Pengguna Jasa (kecuali kontrak tersebut secara spesifik menetapkan yang sebaiknya),
dengan kata lain : cadangan anggaran untuk pengetesan merupakan persyaratan untuk lebih
memperkuat mutu.
Jaminan mutu mengarah pada kontrak lump sum (dengan harga borongan) dan bentuk-
bentuk kontrak lainnya yang tidak berdasarkan unit price, pada paket yang lebih besar yang lebih
mudah dilaksanakan dan pada pencantuman per-syaratan testing serta kekerapan testing (yang
harus dikeluarkan dari kontrak) di dalam surat kontrak. Persyaratan testing dan kekerapannya
pada dasarnya berarti pergeseran tanggung jawab, yaitu Penyedia Jasa Pemborongan harus
membuktikan bahwa pekerjaan itu dilakukan menurut spesifikasinya, bukannya supervisor harus
membuktikan bahwa pekerjaan ada di bawah standard. Memulai dan membentuk perubahan
tanggung jawab ini bukanlah praktek yang mudah dan cepat. Pola kerja dan prosedur yang sudah
terbentuk harus dibuang; praktek dan prosedur baru harus diambil tetapi input-input seperti
pengauditan teknis, evaluasi yang dilakukan Penyedia Jasa Pemborongan dan lain-lain cenderung
mempunyai dampak pada pendekatan masalah ini. Pertama-tama perlu untuk memberi jalan pada
publik luas dalam pemerintah untuk melihat hasil perhitungan teknis. Yang kedua, alternatif
untuk format kontrak dan prosedur supervisi saat ini perlu ditentukan, ditest dan dibentuk.
Program value engineering secara teoritis dapat digunakan kapan saja selama siklus
pelaksanaan pekerjaan. Yang paling baik adalah begitu disain akan dimulai untuk dikerjakan,
langsung dilakukan studi value engineering.
Selain tugas pokok konsultan sebagai pengawas, juga melakukan value engineering untuk
membantu Pengguna Jasa dalam hal mencarikan alternatif yang lebih baik dan lebih murah atas
pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Pada pekerjaan ini, kegiatan value engineering antara lain
dapat berupa :
1. Revisi desain, sedemikian hingga didapat desain yang lebih murah, lebih mudah dan
lebih cepat pelaksanaannya, namun tetap aman dari segi konstruksi. Dalam perioda
pelaksanaan, tidak tertutup kemungkinan dapat dilakukan review design untuk
penyesuaian-penyesuaian lapangan atas dasar pertimbangan teknis dan biaya serta kondisi
lapangan.
2. Menerapkan metode konstruksi, termasuk manajemen operasi alat berat, sehingga didapat
penggunaan alat yang tepat guna, ideal, optimal, efisien. Dengan cara ini diharapkan
diperoleh biaya yang lebih murah dan waktu pelaksanaan bisa dipercepat.
- Hari minggu dan hari libur resmi nasional tidak ada jam kerja, kecuali mengejar target
penyelesaian atau memindahkan alat ke lokasi lain atau kondisi khusus.
- Setiap bulan tidak ada hari kerja selama 2 hari untuk maintenance peralatan.
- Jam kerja normal per hari = 7 jam, dan dapat lebih bila diperlukan over time.
- Analisis sisem pengoperasian alat berat sangat penting pengaruhnya dalam rangka efisiensi
pelaksanaan pekerjaan.
- Jarak kerja akan mempengaruhi produksi alat, jumlah dump truck yang digunakan, dan
biaya alat.
- Analisis tersebut menghasilkan : jangka waktu pelaksanaan pembangunan, jenis alat,
kapasitas alat, jumlah alat, pengaturan dan penempatan alat berat, bahkan dapat
menghasilkan penghematan biaya operasi alat.
- Penghematan biaya operasi alat (operating cost) inilah dapat merupakan salah satu
komponen untuk value engineering, selain komponen pekerjaan lainnya.
a. Tahapan Studi;
b. Tahapan Perencanaan;
c. Tahapan Pelaksanaan;
d. Tahapan Operasi dan Pemeliharaan.
Di dalam keempat tahapan tersebut ada berbagai macam aktivitas yang dilaksanakan untuk
mendukung kegiatan masing-masing tahapan. Secara makro rekayasa, penjabaran dari kegiatan-
kegiatan tersebut dapat berdasarkan tahapan umum kegiatan.
Berdasarkan tahapan rekayasa pembangunan secara makro seperti yang telah dijelaskan di
atas, pekerjaan ini termasuk dalam Tahapan Pelaksanaan Konstruksi.
Berdasarkan acuan yang telah digariskan dalam Kerangka Acuan/TOR, maka dalam
menyiapkan rencana kegiatan akan dilakukan pendekatan teknis dan metodologi pengawasan
yang optimal, ekonomis, tepat guna dan solusinya dapat diandalkan. Oleh karena itu dalam
melaksanakan pekerjaan ini, pihak konsultan akan menyajikan pendekatan teknis dan metodologi
pengawasan dari masing-masing kegiatan yang dimulai dari tahap awal hingga penyelesaian
akhir pekerjaan.
Lingkup pelaksanaan serta metode yang digunakan di setiap tahapan digambarkan dalam.
Lingkup kegiatan tersebut akan dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Tahapan Persiapan.
b. Tahapan Koordinasi.
c. Tahapan Pengawasan Lapangan.
d. Tahapan Penyerahan Hasil.
B.2.2.1. Tujuan
Merupakan tahapan yang mempertemukan berbagai pihak yang terkait dengan pelaksanaan
pembangunan/konstruksi, yaitu Pengguna Jasa, Penyedia Jasa Pemborongan, Konsultan
Perencana, Konsultan Pengawas serta pihak-pihak lain yang dianggap berkaitan untuk bersama-
sama melakukan koordinasi sehubungan dengan pelaksanaan konstruksi di lapangan.
B.2.2.3. Output
1. Tujuan
Pengawasan pelaksanaan pekerjaan harus disesuaikan dengan spesifikasi teknis, gambar
kerja dan kesepakatan yang telah disetujui oleh semua pihak.
2. Ruang Lingkup
- Pengendalian Mutu Bahan;
- Pengendalian Metode Kerja;
- Pengendalian Volume dan Gambar.
3. Metodologi
Dalam pengendalian mutu pekerjaan konstruksi, beberapa hal yang harus dilakukan adalah
sebagai berikut :
Dari ketiga jenis pengendalian mutu di atas, Konsultan Pengawas akan memberikan
laporan kepada Pengguna Jasa secara berkala sesuai dengan perkembangan di lapangan.
Pada pengendalian mutu ini, tidak menutup kemungkinan adanya permasalahan yang akan
timbul di lapangan yang disebabkan kondisi lokasi setempat baik mengenai metode kerja dan
gambar rencana. Untuk itu perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian (revisi) terhadap sistem
pengendalian di atas selama tidak menyimpang dan kesepakatan awal dan spesifikasi yang ada.
Hasil revisi ini akan dicatat oleh Konsultan Pengawas dan terhadap perubahan-perubahan yang
ada oleh Penyedia Jasa Pemborongan akan dibuatkan gambar hasil pelaksanaan dari perubahan
tersebut.
Mengenai perubahan gambar rencana dan metode pembuatan gambar perubahannya (as
built drawing) dapat dilihat pada Data Teknis E.
1. Output
2. Laporan harian, mingguan dan bulanan hasil uji mutu bahan.
3. Laporan harian, mingguan dan bulanan prestasi volume pekerjaan.
4. Laporan harian, mingguan dan bulanan prestasi metode pekerjaan.
5. Gambar pelaksanaan lapangan (as built drawing).
6. Perjanjian perubahan kontrak (adendum).
1. Tujuan
Tujuannya adalah agar waktu pelaksanaan konstruksi dapat berlangsung seperti yang telah
direncanakan atau tidak melebihi waktu batas akhir kegiatan.
2. Ruang Lingkup
Pembuatan diagram jaringan (network diagram) dan jadwal kerja pelaksanaan.
3. Metodologi
Diagram jaringan (network diagram) adalah diagram yang memberikan permulaan tanggal
dini atau lambat dari masing-masing aktivitas agar dimungkinkan diperoleh jadwal jalur kritis
(critical path). Juga dibuat sub jadwal untuk menunjukkan jadwal pekerjaan kritis dari
keseluruhan jadwal konstruksi.
Di samping pembuatan diagram jaringan, untuk kontrol terhadap waktu perlu dibuat juga jadwal
kerja dalam pengawasan pelaksanaan konstruksi yang terdiri dari :
1). Output
2). Diagram jaringan (network diagram).
3). Laporan harian, mingguan dan bulanan pelaksanaan konstruksi aktual.
4). Laporan harian, mingguan dan bulanan kedatangan bahan bangunan.
5). Laporan harian, mingguan dan bulanan penggunaan tenaga kerja.
6). Laporan harian, mingguan dan bulanan penggunaan peralatan.
1. Tujuan
Pengawasan terhadap keadaan arus uang (cash flow) kegiatan agar dapat memaksimalkan
keuangan kegiatan yang ada untuk mencapai hasil seperti yang diharapkan.
2. Ruang Lingkup
Pengontrolan biaya melalui kurva S yang dikembangkan dari Bar Chat/Giant Chart.
3. Metodologi
Seperti diketahui, kurva S bertujuan memberikan gambaran kemajuan pekerjaan dengan
waktu yang direfleksikan terhadap bobot penyerapan biaya.
1). Output
2). Kurva S Aktual yang dibandingkan dengan Kurva S Rencana.
3). Berita Acara Kemajuan Pekerjaan untuk pembayaran Penyedia Jasa Pemborongan.
4). Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan Tambah/Kurang bila ada perubahan pekerjaan.
1. Tujuan
Tujuan adalah menyerahkan hasil-hasil pekerjaan pengawasan Konsultan terhadap
pelaksanaan konstruksi oleh Penyedia Jasa Pemborongan.
2. Ruang Lingkup
- Mengasistensi kepada Pemimpin Kegiatan atas kebenaran dan kelengkapan hasil
pengawasan.
- Evaluasi hasil pelaksanaan serta bukti-bukti pemenuhan kontrak oleh Penyedia Jasa
Pemborongan.
- Menyusun dokumen penyerahan pekerjaan.
3. Output
- Surat Pernyataan selesainya pekerjaan.
- Berita Acara Penyerahan Pekerjaan.
Dalam evaluasi gambar kerja, beberapa hal yang dijadikan perhatian adalah :
1). Apabila ada keragu-raguan mengenal dimensi satuan, Penyedia Jasa Pemborongan
wajib menanyakan terlebih dulu kepada Konsultan Pengawas.
2). Dasarnya bila ada perbedaan/konflik antara gambar dan uraian pekerjaan dan
persyaratan pelaksanaan, maka yang berlaku adalah yang tertulis. Ketentuan tersebut
berlaku bila tidak ada ketentuan lain dari Konsultan Pengawas dan atau Konsultan
Perencana.
3). Meskipun demikian, setiap kali ada perbedaan, ketidaksesuaian atau keraguraguan di
antara gambar kerja, maka sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut, Kontraktor
harus melaporkan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas, dan Konsultan
Pengawas memberikan keputusan gambar mana yang akan dijadikan pegangan,
sesudah berunding dengan Konsultan Perencana.
4). Perbedaan-perbedaan tersebut tidak boleh dijadikan alasan bagi Kontraktor untuk
mengadakan claim pada waktu pelaksanaan.
1). Kontraktor harus membuat foto-foto berwarna dari bagian-bagian pekerjaan yang
sedang dilaksanakan atau yang telah selesai dilaksanakan seperti yang diminta oleh
Direksi/Pengawas Lapangan. Contoh-contoh foto harus diserahkan kepada
Direksi/Pengawas Lapangan pada akhir setiap bulan. Ukuran foto sekurang-kurangnya
ukuran postcard dan dipasang pada album. Keterangan yang menyebutkan
kegiatan/macam pekerjaan dan tanggal pengambilan harus disertakan ukuran masing-
masing foto.
2). Dari contoh yang dipilih Direksi/Pengawas Lapangan, Kontraktor harus membuat foto
dokumentasi 3 (tiga) set dalam waktu 2 (dua) hari sesudahnya.
3). Negatif foto dokumentasi tersebut menjadi milik Pemberi Tugas atau Konsultan
Pengawas/Pengawas Lapangan dan tidak diijinkan untuk membuat cetakan dan negatif
tanpa persetujuan tertulis dari Pemberi Tugas atau Konsultan Pengawas/Pengawas
Lapangan untuk diserahkan kepada siapa pun.
1). Kontraktor harus mengajukan contoh material dan daftar tertulis kepada Pengawas untuk
mendapat persetujuan tentang tempat asal/sumber dan macam bahan bangunan yang
dipesan untuk digunakan dalam pekerjaan, yaitu : koral, split, pasir, besi beton, PC untuk
mendapatkan persetujuan Pengawas.
2). Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Pengawas akan dipakai sebagai standar/pedoman
untuk memeriksa/menerima material yang dikirim oleh Kontraktor ke lapangan.
3). Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh yang telah
disetujui Pengawas.
4). Sebelum dilaksanakan pemasangan, Kontraktor diwajibkan memberikan kepada
Pengawas “certificate test” dari bahan-bahan besi dan portland cement dari
produsen/pabrik.
5). Persyaratan bahan bangunan yang digunakan antara lain adalah :
a. Portland cement :
- Semen yang digunakan harus semen Portland jenis I atau II atau V yang memenuhi
Standard Semen Indonesia (NI-8-1964) dan ASTM C-150.
- Umur semen yang akan digunakan tidak boleh lebih dan 2 bulan.
- Semen yang telah menggumpal tidak boleh digunakan.
- Kadar alkali maksimum 0,40%.
b. Agregat :
- Agregat beton dapat berupa agregat hasil desintegrasi alami atau buatan yang
dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu, tetapi agregat tersebut harus memenuhi test,
standard laboratorium dan mempunyai gradasi yang memenuhi persyaratan ASTM 0-
33. Agregat kasar harus mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup syarat
kekerasannya dan padat (tidak porous). Selain itu, agregat beton yang digunakan
haruslah bersih, uncoated, keras dan terbebas dan lumpur, garam, partikel pipih dan
material-material merusak lainnya seperti alkali, organik dan bahan-bahan lunak &
ekspansif.
- Sumber-sumber pengambilan agregat terlebih dahulu harus mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas. Kontraktor harus menyediakan sample agregat seberat 25 kg
untuk setiap ukuran dari sumber pengambilan agregat yang akan digunakan untuk
disetujui pengawas. Jika pengawas memandang perlu untuk mengadakan pemeriksaan
di laboratorium, maka pemeriksaan tersebut sudah harus diperhitungkan di dalam
penawaran.
- Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 20 mm dan sesuai dengan
ASTM Grade Size #67 (19,0 sampai 4,75 mm).
- Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dari bebas dan bahan-bahan
organik, tanah lempung dan sebagainya.
c. Air :
- Air yang digunakan harus air tawar yang bersih, segar dan tidak mengandung minyak,
asam, alkali, garam, dan bahan organik atau bahan lain yang dapat menurunkan mutu
pekerjaan dan sesuai dengan pasal 3.6 P81 1971 dan pasal 9 PUBI – 1982.
- Apabila dipandang perlu, Pengawas dapat minta kepada Kontraktor supaya air yang
dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya
Kontraktor.
d. Baja tulangan :
- Besi beton harus bebas dari karat, sisik, oli, gemuk dan kotoran-kotoran lain yang
dapat mengurangi lekatannya pada beton dan harus memenuhi persyaratan dalam PBI
1971.
- Baja tulangan harus mempunyai tanda standard SII dengan ukuran sesuai dengan
dokumen lelang.
- Kontraktor harus memberikan copy sertifikat dari pabrik mengenai kekuatan dan
ukuran baja tulangan.
- Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka disamping adanya
sertifikat dari pabrik, juga harus ada/dimintakan sertifikat dari laboratorium baik pada
saat pemesanan maupun secara periodik minimum masing-masing 2 (dua) contoh
percobaan (stress strain) dan pelengkung untuk setiap 20 ton besi. Pengetesan
dilakukan pada laboratorium-laboratorium yang disetujui oleh Pengawas.
e. Admixture :
- Untuk setiap penggunaan admixture yang dianggap perlu, Kontraktor diminta terlebih
dahulu mendapatkan persetujuan dari Pengawas mengenai hal tersebut.
- Untuk itu Kontraktor diharapkan memberitahukan nama perdagangan admixture
tersebut dengan keterangan mengenai tujuan, data-data bahan, nama pabrik produksi,
jenis bahan mentah utamanya, cara-cara pemakaiannya, resiko-resiko dan keterangan-
keterangan lain yang dianggap perlu.
- Admixture yang mengandung unsur clorida, flourida, ion sulfide, ion nitrat dan unsur-
unsur lainnya yang dapat merusak bahanbahan beton dan tulangan baja tidak boleh
digunakan pada pekerjaan ini.
- High-range water-reducing, jika diijinkan untuk digunakan, harus sesuai dengan
persyaratan ASTM C494 type F atau G.
Pekerjaan persiapan ini juga menyediakan kantor lapangan untuk Kontraktor dan Direksi,
barak untuk tempat tinggal karyawan Kontraktor, lapangan untuk persiapan (work-yards),
pengadukan beton (batch plant), bengkel, depot dan gudang. Kegiatan ini juga termasuk
pekerjaan asembling dan pemuatan untuk transportasi peralatan di gudang pusat Kontraktor atau
tempat dimana peralatan tersebut berada, pengangkutan dan pengiriman peralatan maupun
material dan suku cadang ke lokasi pekerjaan, pembongkaran, pemasanga sehingga siap pakai
semua peralatan, material dan suku cadang ke lokasi pekerjaan, pembongkaran, pemasangan
sehingga siap pakai semua peralatan, material dan suku cadang termasuk segala sesuatu yang
diperlukan untuk melakasanakan pekerjaan.
Kontraktor berkewajiban memasang papan nama proyek di lokasi yang mudah terlihat, di
sekitar jalan masuk lokasi pekerjaan. Papan nama proyek dipasang pada balok kayu dengan mutu
yang baik, yang tertancap dalam tanah sehingga tidak bisa digerak-gerakkan atau diubah-ubah.
Papan nama proyek berisi informasi pekerjaan yang sedang dilaksanakan, meliputi :
Papan nama proyek dibuat dari kayu dengan mutu yang baik, terbuat dari papan dengan
ukuran tebal 3 cm, lurus dan diserut rata. Papan nama proyek dipasang tegak (tidak miring),
tinggi sisi atas papan nama proyek harus sama satu dengan lainnya.
Pengukuran kembali dimaksudkan untuk memastikan lokasi tapak pekerjaan serta situasi
lokasi pekerjaan, agar didapat gambaran yang jelas (dalam bentuk peta situasi) untuk pelaksanan
pekerjaan.
1). Persyaratan
Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diharuskan untuk mengadakan pengukuran
dan penggambaran kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan
mengenai peil ketinggian tanah, letak pohon, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah
ditera kepresisiannya.
Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang
sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Direksi Pengawas untuk dimintakan keputusannya.
Pengukuran sudut prisma atau benang secara azas segi tiga phytagoras hanya
diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Direksi Pengawas.
Kontraktor harus memasang tugu patokan dasar (bench mark) sebagai titik acuan. Untuk
patok pekerjaan, kontaktor juga harus memasang patok-patok penuntun dan papan dasar
pelaksanaan.
Tugu patokan dasar dibuat permanen, tidak bisa diubah, diberi tanda yang jelas dan dijaga
keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari Direksi Pengawas untuk membongkarnya.
Pada waktu pematokan (penetuan) peil dan setiap sudut-sudut tapak (perpindahan),
Kontraktor wajib membuat shop drawing dahulu sesuai keadaan lapangan.
Papan dasar pelaksanaan/bouwplank dibuat dari kayu dengan mutu yang baik yang
disetujui Direksi Pengawas, dengan ukuran tebal 3 cm, lebar 20 cm, lurus dan diserut rata pada
sisi sebelah atasnya.
Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan lainnya, kecuali dikehendaki lain
oleh Direksi Pengawas.
Papan dasar pelaksanaan dipasang sejauh 100 cm dari sisi luar lokasi pekerjaan.
C.3.7.1. Persyaratan
1). Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan untuk membuat mix
design dari sebagian jumlah bahan untuk beton yang sudah memenuhi persyaratan
dengan pelaksanaannya mengikuti Standar Konstruksi Bangunan Indonesia
l.4.5.3.1989-UDC:693.5.
2). Kontraktor harus menyerahkan rencana konstruksi acuan dan perancah kepada
Pengawas untuk memperoleh persetujuannya. Pelaksanaan pembuatan bangunan acuan
dan perancah tidak diperkenankan sebelum gambar rencana bangunan pembentuk
disetujui Pengawas.
3). Pekerjaan pengecoran tidak dapat dimulai sebelum rencana tahap-tahap, cara–cara dan
persiapan pengecoran mendapat persetujuan Pengawas.
4). Perbandingan adukan harus sesuai hasil percobaan dan persyaratan yang diminta dan
angka perbandingan adukan tersebut harus menyatakan takaran dalam satuan isi yang
dilaksanakan dalam keadaan kering tanpa digetarkan. Alat penakar harus dibuat
dengan baik, kuat dan harus mendapatkan persetujuan Pengawas terlebih dahulu.
5). Adukan beton tersebut sudah harus terpakai dalam waktu 1 jam setelah pengadukan
dengan air dimulai. Bila digerakkan kontinyu secara mekanik, jangka waktu tersebut
bisa diperpanjang satu jam. Adukan beton tersebut harus dicorkan sedekat-dekatnya ke
tujuan secara kontinyu sampai mencapai syarat-syarat pelaksanaan yang disetujui
Pengawas.
6). Pengecoran harus dilakukan secara teliti dan harus selalu diperiksa sehingga bisa
menghasilkan bentuk permukaan serta ketinggian yang dibutuhkan sesuai dengan
gambar kerja.
7). Pelaksanaan pemadatan/penggetaran harus dilaksanakan oleh pekerja-pekerja yang
telah berpengalaman dan dilaksanakan sesuai dengan pengarahan dan petunjuk
Pengawas.
1). Kontraktor harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat kualitas beton
ini dengan memperhatikan data-data pelaksanaan ditempat lain atau dengan
mengadakan trial mixes di laboratorium yang ditunjuk oleh Pengawas.
2). Selama pengecoran beton harus selalu dibuat benda-benda uji setiap 5 m 3 beton
dengan minimum 1 benda uji setiap hari sesuai dengan Standar Konstruksi Bangunan
Indonesia 1.4.5.3.1989-UDC:693.5 dan diberi tanggal dan nomor urut yang menerus.
Pengambilan benda uji dilakukan atas persetujuan Pengawas.
3). Kontraktor harus membuat laporan terlulis atas data kualitas beton yang dibuat dengan
disahkan oleh Pengawas dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai
karakteristiknya.
4). Persiapan, cara-cara pembuatan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu hasil
pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan.
Apabila hasil pemeriksaan benda-benda uji menunjukkan kekurangan kekuatan beton hasil
pekerjaan yang tidak melebihi 10% dari kekuatan beton yang disyaratkan, maka hasil pekerjaan
ini dapat diterima oleh Pengawas. Atau diambil tindakan-tindakan sesuai dengan pasal 4.8 PBI
1971. Penyimpangan hasil pelaksanaan terhadap spesifikasi teknis, gambar perencanaan atau
petunjuk Pengawas dapat menyebabkan hasil pekerjaan tersebut dibongkar dan diperbarui
kembali sesuai dengan persyaratan dan ketentuan-ketentuan dalam persyaratan dokumen
kontrak.
B.3.7.4. Penolakan Hasil Pekerjaan Beton
Pengawas berhak menolak dan memerintahkan pembongkaran hasil pekerjaan beton jika
pekerjaan beton tersebut menunjukkan hasil-hasil sebagai berikut :
1). Material (bahan baku) yang digunakan harus baru dan mempunyai nilai kualitas nomor
satu bebas dari cacat dan ketidak sempurnaan, serta sesuai dengan tingkatan klasifikasi
pada desain.
2). Semua pengadaan komponen ukuran, dimensi dan spesifikasinya harus sesuai dengan
gambar desain yang telah disetujui pemilik proyek. Untuk semua komponen mekanik
lainnya seperti ulir baut, mur dan pipa harus dalam ukuran matriks.
3). Semua hasil pengecoran harus memenuhi persyaratan ketebalan, bebas terhadap
porosity, blow holes, shrinkage, crack dan lain-lain. Kesalahan pengecoran tidak boleh
diperbaiki dengan cara penambahan atau pengelasan tanpa ijin dari Pemilik Proyek.
B.3.8.2. Pabrikasi
B.3.8.3. Pengelasan
Kontraktor diwajibkan menyerahkan prosedur pengelasan untuk disetujui oleh pihak
proyek sama dengan yang ada didalam gambar. Ukuran dan tipe las yang dibutuhkan harus
diperlihatkan dalam gambar kontraktor.
Kualifikasi operator las (tukang las) yang akan melakukan pekerjaan harus mempunyai
kartu rekam (pass) selama 6 bulan sesuai dengan JIS Z 3801 atau yang setara. Kontraktor harus
menyerahkan (3) tiga salinan sertifikat laporan hasil tes las specimen pada tes kualifikasi. Bila
pihak proyek meragukan sertifikat para operator las yang diajukan kontraktor maka pihak proyek
berhak untuk meminta tes kualifikasi ulang. Semua biaya tersebut ditanggung oleh kontraktor.
Kawat las yang digunakan harus mengacu pada JIS Z 3211 atau 3212, Low hidrogen type
covering atau yang setara. Kawat las tahan karat (stainless) yang digunakan pada bagian di dalam
air untuk pelindung atau penyambungan harus menggunakan chromium nickel. Tipe, komposisi
kimia dan JIS atau acuan standar untuk kawar las yang akan digunakan harus mendapat
persetujuan dari pihak proyek.
B.3.8.4. Pengecatan
Pemilihan cat dan warna yang akan digunakan harus di setujui oleh proyek dan kontraktor
harus mengusulkan merk cat dan warna, dengan menyerahkan contoh warna termasuk spesifikasi
cat untuk setiap lapisan sampai dengan lapisan cat terakhir.
Aktivitas pokok pekerjaan pengawasan teknik meliputi tahapan utama sebagai berikut :
B.4.2. Koordinasi
Dalam rangka menunjang pelaksanaan pekerjaan, konsultan akan melakukan koordinasi
secara rutin dengan Pemimpin Pekerjaan, unsur pekerjaan, instansi terkait dan koordinasi intern
konsultan.
Bila terjadi hal-hal khusus misal kelambatan pekerjaan, pekerjaan yang perlu dilaksanakan
dengan “crash-program” dan lain-lain, dalam hal ini perlu diadakan pertemuan khusus.
Project meeting antara Konsultan dan Penyedia Jasa Pemborongan dilakukan secara periodik
(mingguan), untuk kondisi khusus dapat dilakukan dalam rentang 2 – 3 harian.
b. Profesional staf Konsultan akan melakukan kunjungan setiap hari atau secara berkala
ke lapangan pada waktu pekerjaan berjalan untuk meyakinkan bahwa pekerjaan
dilaksanakan sesuai dengan kontrak.
c. Sub profesional staf akan melaksanakan inspeksi harian untuk meyakinkan bahwa
material, tenaga kerja dan hasil pekerjaan fisik sesuai dengan dokumen kontrak dalam
hal mutu, volume dan waktu.
d. Pertemuan-pertemuan khusus antara team leader dengan team atau antar staf
Konsultan dengan frekwensi yang cukup atau sesuai kebutuhan, agar terjadi
komunikasi, koordinasi, informasi yang baik.
B.4.4. Pelaporan
Selama proses pengawasan pelaksanaan pekerjaan dan akhir dari pelaksanaan pekerjaan,
maka konsultan akan membuat laporan, yaitu : laporan pendahuluan, laporan mingguan, laporan
bulanan dan laporan akhir.
Sedangkan laporan Akhir berisikan tentang perhitungan volume akhir pekerjaan dan
evaluasi pelaksanaan pekerjaan. Laporan tersebut akan dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi
yang bedasarkan prosentase kemajuan pekerjaan (0 %, 25 %, 50 %, 75 % dan 100 %). Secara
rinci, isi laporan adalah sebagai berikut :
Dalam arti tujuan koordinasi, pertukaran informasi, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan
pekerjaan antara Tim Konsultan dengan Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Kota
Adminstrasi Jakarta Selatan.
Dalam arti koordinasi, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan di dalam Tim Konsultan
sendiri, baik dalam tahap persiapan maupun tahap pengawasan. Koordinasi dilakukan antara
anggota tim dan angota tim dengan ketua tim sesuai tugas dan tanggung jawab masing-masing
anggota tim.
1). PPK.
Dalam hal ini Pemimpin Pekerjaan, bertindak sebagai penanggung jawab pekerjaan dan
akan mempunyai peran dalam hal koordinasi khususnya secara administratif dan
teknis.
2). Konsultan
Direktur Perusahaan, bertanggung jawab atas masalah kontrak, manajemen personil dan
pembiayaan pekerjaan secara keseluruhan.
Spesial Technician, secara umum bertanggung jawab dalam hal-hal manajerial dan
koordinasi Tim maupun koordinasi terhadap seluruh pekerjaan seperti menyiapkan
program kerja, memberikan arahan dan petunjuk dalam melaksanakan pekerjaan,
memimpin tim dalam setiap diskusi dan koordinasi dengan Pengguna Jasa,
bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan tim, serta secara khusus bertanggung
jawab terhadap materi yang terkait bidang keahliannya.
Inspektor, akan bertanggung jawab terhadap pekerjaan bidang ilmunya masing-masing
sesuai dengan apa yang ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan sesuai
dengan kebutuhan masing-masing item pekerjaan. Selain tenaga ahli, pekerjaan ini
juga akan dibantu tenaga pendukung lainnya, yaitu :
a. Narasumber
Narasumber yang dimaksud dalam pekerjaan ini adalah, pihak-pihak yang terkait
secara langsung maupun tidak langsung yang dapat memberikan data/ informasi dan
masukan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Konsultan akan menyediakan peralatan kantor dan lapangan selama periode kontrak, yang
digunakan untuk kelancaran operasional pekerjaan. Peralatan itu antara lain :
Personal computer,
Meja Gambar,
Printer,
Kamera/ Video Kamera,
Alat komunikasi (telepon dan Fax), serta
Alat tulis kantor (ATK).
Untuk menujang kelancaran dan efektifitas kerja, Konsultan juga sudah memiliki fasilitas,
peralatan dan perlengkapan kantor yang memadai seperti yang dapat Dalam Daftar Data
Peralatan Dan Perlengkapan Kantor.
Semua organisasi personil perusahaan CV. BATARA NUSANTARA yang diperlukan
dalam menangani suatu pekerjaan Supervisor mampu menyelesaikan tugas dan tanggung
jawabnya sesuai dengan posisi penugasan dan tanggung jawab yang diberikan. Dalam hal
pekerjaan Pengawasan khususnya Pembangunan Pagar Kantor Balai Besar TNLL Tahap II
Tahun Anggaran 2021, maka Perusahaan kami CV. BATARA NUSANTARA telah
menyiapkan tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam pekerjaan
tersebut di atas.
B.5 JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
BULAN
No. Jenis Pekerjaan 1 2 Keterangan
1 2 3 4 1 2 3 4
1 PERSIAPAN & MOBILISASI PERSONIL
2 PENGAWASAN/SUPERVISI
3 LAPORAN
A. LAPORAN MINGGUAN
B. LAPORAN BULANAN
C. LAPORAN AKHIR
Hormat kami,
CV. BATARA NUSANTARA