Anda di halaman 1dari 7

I.

PEMAHAMAN ISU KRITIKAL

Terdapat 3 isu kontemporer yang akan kami angkat dalam tugas kelompok hari ini

1. Paham Radikalisme Menyerang Kaum Pelajar


Kata radikalisme memiliki aneka pengertian. Hanya saja, benang merah dari segenap
pengertian tersebut terkait erat dengan pertentangan secara tajam antara nilai-nilai yang
diperjuangkan oleh kelompok tertentu dengan tatanan nilai yang berlaku atau dipandang
mapan pada saat itu. Sepintas pengertian ini berkonotasi kekerasan fisik, padahal
radikalisme merupakan pertentangan yang sifatnya ideologis.
Di berbagai belahan dunia terdapat varian kelompok radikal yang mengatasnamakan
agama-agama semisal Kristen, Yahudi, Sikh, Hindu, Budha, dan Islam. Kelompok radikal
keagamaan tersebut antara lain The Army of God di Amerika Serikat, Kach and Kahne Chai di
Israel, Babbar Khalsa International di India, Aum Shinrikyio (yang kemudian berganti nama
menjadi Aleph) di Jepang, al-Jamaah alIslamiyah (di Asia Tenggara), al-Qaeda (yang berskala
internasional), Ikhwanul Muslimin (IM) di Mesir. Untuk konteks Indonesia, jaringan
radikalisme disinyalir terdapat kaitan secara ideologis dengan Ikhwanul Muslimin (IM) di
Mesir, Jamaah Islamiyah (JI) di Timur Tengah, dan al-Qaedah yang berkolaborasi dengan
Jamaah Islamiyah (JI) Asia Tenggara yang selanjutnya melahirkan JI Indonesia.
Sikap radikalisme dianggap sangat berbahaya dikarenakan adanya kecendrungan
memaksakan pemahaman pribadi maupun kelompok tertentu agar dapat diterima oleh
banyak orang. Pemaksaan penerimaan ideologi kelompok tersebut dilakukan dengan
berbagai cara termasuk dengan cara kekerasan. Tidak sedikit dari kelompok radikal yang
berakhir dengan melakukan tindakan terror yang malah mengorbankan banyak nyawa.
Terorisme sendiri merupakan kejahatan luar biasa yang menjadi musuh dunia karena nyawa
manusia menjadi korban, menganggu stabilitas keamanan, menghancurkan tatanan
ekonomi dan pembangunan, sehingga terorisme berdampak negatif terhadap masyarakat.
Indonesia dewasa ini dihadapkan dengan persoalan dan ancaman radikalisme,
terorisme dan separatisme yang semuanya bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, UUD
RI 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Indonesia memiliki potensi terorisme yang sangat
besar dikarenakan adanya kebijakan-kebijakan pemerintah yang kadang tidak dipahami oleh
orang tertentu sehingga dapat dijadikan alasan untuk melakukan teror. Disamping itu paham
radikalismu juga mulai merasuki pelajar-pelajar Indonesia yang merupakn penerus bangsa.
Tidak sedikit Lembaga pendidikin mulai menyisipkan paham-paham radikalisme kepada
murid mereka sehingga bisa merusak moral penerus bangsa.
Hasil survey Kementerian Pertahanan RI 2018 mengungkapkan bahwa 23,4%
mahasiswa dan 23,3% pelajar SMA setuju dengan negara khilafah. Selanjutnya, 18,1%
pegawai swasta, 19,4% PNS, dan 19,1% pegawai BUMN tidak setuju dengan ideologi
Pancasila. Fakta ini menunjukkan bahwa pelajar merupakan kelompok yang menjadi sasaran
utama penyebaran paham radikal saat ini. Rentannya, pelajar terhadap penyebaran faham
radikal ini, disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karena kelompok ini dianggap
masih labil secara psikologis sehingga mudah untuk dipengaruhi oleh pemikiran ekstrim. Hal
ini semakin diperkuat dengan banyak anak usia muda yang menjadi pelaku dan terlibat aktif
dalam tindakan terorisme seperti pengeboman.
Berdasarkan analisis permasalah diataslah maka kelompok kami merasa perlu
mengangkat dan membahas persoalan isu radikal sebagai salah satu isu yang akan dibahas
kelompok kami. Sehingga sekiranya tugas ini bisa menambah wawasan kami dan kami pun
bisa lebih memahami persoalan radikalisme dan cara pencegahannya agar tidak terpengaruh
dengan paham radikal.

2. Tingginya Kasus Korupsi di Lingkungan ASN


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “korupsi” diartikan sebagai penyelewengan
atau penyalahgunaan uang Negara (perusahaan) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Korupsi dalam sejarah dunia sebagaimana yang dikemukakan oleh Hans G. Guterbock,
“Babylonia and Assyria” dalam Encyclopedia Brittanica bahwa dalam catatan kuno telah
diketemukan gambaran fenomena penyuapan para hakim dan perilaku korup lainya dari
para pejabat pemerintah. Di Mesir, Babilonia, Ibrani, India, Yunani dan Romawi Kuno korupsi
adalah masalah serius. Tidak hanya pada zaman kekaisaran Romawi, sejarah juga mencatat
korupsi di Cina kuno. Dalam buku Nancy L. Swann yang berjudul Food and Money in Ancient
China sebagaimana dikutip dari Han su karya Pan Ku menceritakan bahwa pada awal
berdirinya dinasti Han (206 SM) masyarakat menghadapi kesulitan pangan, sehingga
menyebabkan setengah dari jumlah penduduk meninggal dunia.
Indonesia sendiri juga tidak lepas dari budaya kopusi. Kasus korupsi di Indonesia
sudah ajak sejak jaman sebelum merdeka. Saat Indonesia masih di era kerajaan terdapat
beberapa catatan kasus korupsi yang terjadi yang berakibat hancurnya kerajaan-kerajaan
besar di Indonesia. Pada zaman ini kasus korupsi lebih banyak terkait aspek politik,
kekuasaan dan usaha memperkaya diri sendiri.
Pada zaman penjajahan, praktek korupsi masuk dan meluas ke dalam sistem budaya,
sosial, ekonomi, dan politik. Budaya korupsi yang berkembang dikalangan tokoh-tokoh lokal
yang diciptakan sebagai budak politik untuk kepentingan penjajah. Konribusi zaman
penjajahan dalam melanggengkan budaya korupsi adalah dengan mempraktikan hegemoni
dan dominasi, sehingga atas kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki, mereka tak segan
menindas kaumnya sendiri melalui perilaku dan praktek korupsi.
Berdasarkan uraian munculnya budaya korupsi sejak zaman kerajaan hingga zaman
penjajahan, maka di zaman modern seperti sekarang ini kita perlu menyadari bahwa korupsi
merupakan jenis kejahatan yang terwariskan hingga saat ini dari perjalanan panjang sejarah
kelam bangsa Indonesia, bahkan telah beranak pinak lintas generasi. Kondisi saat ini, tidak
hanya kalangan elit pemerintahan, namun hampir seluruh elemen penyelenggara Negara
terjangkit “virus korupsi” yang sangat ganas. Tak ayal, Indonesia tercatat pernah menduduki
peringkat 5 (besar) Negara yang pejabatnya paling korup.
Pada saat ini budaya korupsi sudah banyak sekali terjadi dilingkungan pekerjaan
bahkan masyarakat. Sikap korupsi dianggap menjadi hal biasa dikarenakan banyak oknum
yang melakukannya. Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei terkait Reformasi
Birokrasi, mengenai persepsi korupsi, demokrasi, dan intoleransi di kalangan pegawai negeri
sipil. Dari responden pegawai negeri sipil (PNS) yang diwawancarai, praktik korupsi dinilai
mengalami peningkatan dalam dua tahun terakhir. Lemahnya pengawasan menjadi faktor
utama terjadinya praktik korupsi. Selain beberapa faktor lain, seperti kedekatan dengan
pihak pemberi uang, persoalan politik atau campur tangan dari pihak yang berkuasa, serta
terkait sifat pribadi PNS.
Korupsi sangat berpengaruh buruk terhadap pembangunan dan kesejahteraan
masyarakat. Korupsi berdampak menghancurkan tatanan bidang kehidupan masyarakat,
berbangsa dan bernegara, mulai dari bidang sosial budaya, ekonomi serta psikologi
masyarakat.
Berdasarkan permasalahan diatas maka kelompok kami merasa perlu
mempertimbangkat untuk mengangkat isu korupsi dalam tugas analisis isu kontemporer ini.
Sehingga sekiranya tugas ini bisa menambah wawasan kami dan kami pun bisa lebih
memahami persoalan radikalisme dan cara pencegahannya agar tidak terpengaruh dengan
paham radikal.

3. Peningkatan Penyebaran Berita Hoax Melalui Media Sosial


Komunikasi massa sejatinya merupakan bagian dari sejarah perkembangan
peradaban manusia. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi satu sama lain,
bertukar pesan dan menyampaikan informasi melalui media tertentu. Adapun yang
dimaksud dengan media dalam komunikasi massa adalah media massa yang merupakan
segala bentuk media atau sarana komunikasi untuk menyalurkan dan mempublikasikan
berita kepada publik atau masyarakat.
Secara tradisional dunia jurnalisme merupakan tugas-tugas yang diemban oleh
profesi wartawan dan insan pers lainnya. Seiring berkembangnya teknoligi saat ini, maka
konsumen berita atau khalayak banyak juga dapat berperan dalam jurnalisme sebagai
penyebar berita melalui media sosial. Hal ini karena media sosial merupakan bagian dari
media massa modern. Media massa konvensional biasanya hanya melakukan komunikasi
satu arah dan para penerima informasi tidak dapat melakukan kontribusi secara langsung.
Sedangkan media sosial baik peberi informasi maupun penerima informasi sama-sama dapat
memberikan kontribusi dan dapat melakukan interaksi.
Keterlibatan masyarakat dalam penggunaan media sosial sebagai bentuk jurnalisme
(citizen journalism), merupakan bentuk kontribusi masyarakat biasa dalam berbagi informasi
kepada publik. Kontribusi jurnalisme warga ini dapat dilakukan tanpa membutuhkan
keahlian khusus di bidang jurnalistik seperti yang dimiliki oleh profesi jurnalis. Fungsi
terbesar media sosial dalam konteks komunikasi massa ini adalah membuat keterlibatan
masyarakat ikut serta menjadi social control. Mengingat besarnya pengaruh masyarakat
dalam penyebaran berita, sehingga tidak menutup kemungkinan semakin mudahnya
beredar berita-berita hoax ditengan masyarakat.
Berita Hoax itu sendiri adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat dipertangung
jawabkan atau bohong atau palsu, baik dari segi sumber maupun isi. Sifatnya lebih banyak
mengadu domba kelompok-kelompok yang menjadi sasaran dengan isi pemberitaan yang
tidak benar. Dewan Pers menyebutkan ciri-ciri hoax adalah mengakibatkan kecemasan,
kebencian, dan permusuhan; sumber berita tidak jelas.
Berita Hoax di media sosial biasanya pemberitaan media yang tidak terverifikasi,
tidak berimbang, dan cenderung menyudutkan pihak tertentu; dan bermuatan fanatisme
atas nama 149 ideologi, judul, dan pengantarnya provokatif, memberikan penghukuman
serta menyembunyikan fakta dan data. Dampak hoax sama besarnya dengan cyber crime
secara umum dan hate speech terhadap publik yang menerimanya. Oleh karenanya
kejahatan ini juga merupakan sesuatu yang perlu diwaspadai oleh seluruh elemen bangsa
termasuk ASN.
Berdasarkan permasalah-permasalah diatas dan adanya kemungkinan
peningkatannya kasus berita hoax di tengah masyarakat, maka kelompok kami merasa perlu
mengangkat isu ini sebagai salah satu isu yang mungkin dapat dibahas dalam tugas
kelompok kami.
II. TAPISAN ISU
a. Kriteria APKL

Aktual Problematik Khalayak Layak Skor Rangking


Radikalisme 5 5 5 5 20 1
Korupsi 4 5 3 5 17 2
Berita Hoax 4 4 3 5 16 3

b. Kriteria USG

Urgency Seriousness Growth Skor Rangking


Radikalisme 5 5 5 15 1
Korupsi 4 3 4 11 2
Berita Hoax 3 3 4 10 3

Berdasarkan analis yang kami lakukan dengan menggunakan metode APKL dan USG dapat
ditarik kesimpulan bahwa isu yang berkaitan dengan paham radikalisme yang akan kami bahas
terlebih dahulu dan dibahas secara dalam.

III. ANALISIS ISU


a. Metode analisis Fishbone

Penyebab Akibat

Keterampilan Lingkungan
Terdapat saudara
Tidak adanya atau teman yang
kemampuan Tidak memiliki temantelah
yang terpengaruh
bisa
Salah menggunakan
diajak untuk bertukarpaham
pikiranradikal
sosial media

Sistem Pendidikan yang


Adanya tawaran
kurang menanamkan jiwa
penghasilan tinggi Paham
Terdapat guru yang telah
nasionalisme
Pendapatan
terpapar paham Radikalisme
yang rendah
Pemasukan radikalisme Sistem
Menyerang
Kaum Pelajar

b. Analisis SWOT

Strenghts Weaknesses
 Memiliki ilmu agama  Pemahaman
yang benar keagamaan tidak
 Rajin beribadah sempurna
 Aktif dalam kegiatan  Kurangnya
dimasyarakat pemahaman
 Rasa saling menghargai kebangsaan dan
antar kelompok Pancasila
masyarakat  Masih adanya
 Peran Polri, TNI, kelompok masyarakat
Masyarakat dan tokoh yang eksklusif dan
agama fanatic
 Kondisi ekonomi
masyarakat yang
miskin
Opportunities Strategi (SO): Strategi (WO):
 Kurikulum  Meningkatkan/  Meningkatkan peran
pembelajaran yang mengoptimalkan peran pemerintah dan tokoh
mengajarkan tentang pemerintah, TNI, Polri, agama dalam
Pancasila dilingkungan Tokoh masyarakat dan meluruskan
Pendidikan agama dalam pemahaman tentang
 Regulasi dan kebijakan melakukan kegiatan agama dan cinta NKRI.
pemerintah pusat kebangsaan dan cinta  Melakukan pembinaan
 Indonesia negri dengan pancasila. terhadap
mayoritas  Mengoptimalkan peran kelompokkelompok
masyarakatnya serta komunitas cinta yang rentan dan
beragama Islam damai dan NKRI untuk radikal.
 Semangat meningkatkan rasa  Peningkatan kegiatan
gotongroyong dan saling menghormati kebangsaan dan cinta
bhineka tunggal ika dan menghargai antar NKRI terhadap
yang menjadi jiwa umat beragama. masyarakat
masyarakat Indonesia  Menyiapkan aturan dan
program peningkatan
kegiatan toleransi
keagamaan,
kebangsaan dan
pancasila
Threats Strategi (ST): Strategi (WT):
 Adanya kelompo-  Menyiapkan aturan  Peningkatan
kelompok Islam aliran yang tegas dalam kesadaran kebangsaan
keras menangkal penyebaran dan agama terhadap
 Adanya sarana prasarana paham radikal. kelompokkelompok
penyebaran paham  Meningkatkan peran islam aliran keras.
radikalisme pemerintah, TNI, Polri,  Mencegah dan
 Masuknya Tokoh masyarakat dan mengawasi
kelompokkelompok agama dalam penyebaran paham
penyebar radikalisme menangkal penyebaran radikal
 Kekecewaan terhadap dan masuknya paham
kebijakan pemerintah radikal.
 Melakukan dan
meningkatkan
pengawasan terhadap
media atau sarana
penyebaran paham
radikalpaham.

Anda mungkin juga menyukai