Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.

F
DENGAN ABORTUS ( POST CURETTAGE )
DI RS. MUTIARA BUNDA

AFINI SOLIKHAH
NIM. JNX0190016

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas anugerah-Nya
tugas asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Abortus Pada Ny.
F di RS. Mutiara Bunda” ini dapat selesai.
Adapun tujuan penyusunan asuhan keperawatan ini adalah untuk
memenuhi tugas dan syarat untuk dapat mengikuti ujian akhir stase.
Namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan
ini masih terdapat banyak kekurangan, karena itu kami sangat mengharapkan
berbagai kritik dan saran yang membangun sebagai evaluasi demi penyempurnaan
asuhan keperawatan ini selanjutnya.
Semoga laporan Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Brebes, 25 Januari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
Latar Belakang....................................................................................................1
Tujuan..................................................................................................................3
Manfaat................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI KONSEP LANSIA...............................................5
A. Pengertian Lansia............................................................................................5
B. Batasan Lansia.................................................................................................5
C. Perubahan yang terjadi pada Lansia................................................................6
BAB III TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK........9
A. Pengkajian........................................................................................................9
B. Analisa Masalah...............................................................................................9
C. Penegakan Diagnosa........................................................................................9
D. Perumusan Intervensi......................................................................................9
E. Implementasi....................................................................................................9
F. Evaluasi...........................................................................................................10
BAB IV TINJAUAN TEORI PENYAKIT HIPERTENSI ................................11
A. Pengertian........................................................................................................11
B. Etiologi............................................................................................................11
C. Manifestasi Klinik ..........................................................................................13
D. Patofisiologi ...................................................................................................13
E. Prognosis Hipertensi ......................................................................................14
F. Komplikasi Hipertensi ...................................................................................15
BAB IV KESIMPUAN DAN SARAN..............................................................16
A. Kesimpulan.....................................................................................................16
B. Saran...............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang

Proses menua lansia mempengaruhi berbagai aspek kehidupan yaitu


sosial, ekonomi dan terutama kesehatan karena semakin bertambahnya usia
seseorang maka fungsi organ tubuh juga semakin menurun. Menua adalah
dimana suatu keadaan yang akan terjadi dikehidupan manusia (Dewi, 2014).
Menurut Unidop (2017) jumlah lanjut usia di dunia akan terus mengalami
penambahan dibandingkan dengan jumlah kelompok usia lainnya. Pada tahun
2015 dan 2030 jumlah lanjut usia diseluruh dunia akan meningkat menjadi 56
persen dari 901 juta menjadi lebih dari 1,4 miliar, sedangkan di tahun 2030
jumlah usia 60 keatas akan melebihi dari pada usia muda sekitar yang berusia 14
sampai 24 tahun.

Berdasarkan data penduduk, bahwa diperkirakan pada tahun 2017


terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%). Dipredeksi
jumlah lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33.69 juta), tahun 2030
(40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta). Data tersebut menunjukkan bahwa
Indonesia merupakan Negara dengan struktur penduduk menuju tua (ageing
population).dan berdasarkan hasil persentase penduduk lanjut usia di Indonesia
tahun 2017 Sumatera Barat termasuk urutan ke 6 yaitu 9,25% (Kemenkes
RI,2017). Berdasarkan Profil Kesehatan Tahun 2013, jumlah penduduk lansia di
Kota Padang adalah 82.790 orang, meningkat 1,03% dari jumlah penduduk pada
tahun 2012 (Dinas Kesehatan Kab. Brebes, 2014).
Berdasarkan data dari Kemenkes RI (2014), angka rasio ketergantungan
lansia terus meningkat karena baik secara alamiah maupun akibat penyakit lansia
akan mengalami penurunan derajat kesehatan. Dengan semakin bertambahnya
usia, individu lansia akan lebih rentan terhadap keluhan fisik.
Pemerintah Indonesia saat ini berupaya untuk meningkatkan
kesejahteraan lansia, salah satunya yang menjadi perhatian serius adalah
perubahan Undang undang Nomor 13 tahun 1998, ini merupakan usulan dari
masyarakat dengan adanya perkembangan permasalahan dan kebijakan lansia
secara nasional dan global. Dalam kesempatan ini Kementerian Sosial
menyerahkan draf perubahan UU Nomor 13 tahun 1998 dari masyarakat kepada
Ketua Komisi VIII DPR RI. Harapannya agar dapat segera masuk ke Program
Legislasi Nasional (Prolegnas). Dalam draf UU ini, dituangkan berbagai
upaya meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan lansia, upaya untuk
pemenuhan hak-hak lansia, peninjauan batasan usia lansia, dan mengoptimalkan
peran lembaga masyarakat yang independen agar dapat berperan aktif dalam
meningkatkan kesejahteraan lanjut usia (Kemenkes RI, 2018)
Pemerintah saat ini juga berupaya melaksanakan program Puskesmas
Santun Lansia merupakan puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan
lengkap kepada penduduk lansia yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitative. Tujuan program Puskesmas Santun Lansia adalah untuk


meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan penduduk lanjut usia untuk
mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga
dan masyarakat (Kemenkes RI, 2017)
Gangguan mental yang sering dijumpai pada lansia yaitu insomnia. Salah
satu perubahan lansia adalah perubahan pola tidur. Perubahan pola tidur ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu psikologis, biologis, penggunaan obat-
obatan, alkohol dan lingkungan yang menganggu serta kebiasaan buruk, juga
dapat menyebabkan gangguan tidur (Carpenito, 2012). Banyaknya persoalan
lanjut usia seiring dengan meningkatnya jumlah lansia di Indonesia
mengakibatkan munculnya beberapa fenomena seperti perubahan strukural dan
fisiologis salah satunya kesulitan untuk tidur atau insomnia (Sitralita, 2010) Efek
fisik yang disebabkan oleh insomnia adalah seperti kelelahan, dan konsentrasi
berkurang (tidak fokus). Efek sosial yang disebabkan oleh insomnia adalah
berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti sulit berprestasi kurang menikmati
hubungan sosial dengan keluarga dan lingkungan sekitar, sering minder, tidak
mudah bersosialisasi (Wulandari, 2011).
Insomnia merupakan gejala yang dapat mengganggu aktivitas dan
produktifitas lansia. Terapi untuk penderita Insomnia dapat berupa farmakologi
dan nonfarmakologi. Terapi farmakologi berupa terapi obat-obatan, sedangkan
terapi nonfarmakologi memiliki kelebihan dibandingkan terapi farmakologi
yang tidak menimbulkan ketergantungan dan efek samping. Menurut
Ghadafi (2010) Salah satu terapi non-farmakologi yang dapat diterapkan untuk
menurunkan insomnia pada lansia adalah Terapi al zikir.
Terapi zikir merupakan penanganan nonfarmakologi yang dapat
bermanfaat bagi lansia dengan insomnia karena tidak memiliki efek samping.
Ketika seseorang berzikir dengan memasukkan, menghidupkan sifat-sifat serta
asma-asma allah swt yang akan memberikan kekuatan bagi tubuh dan
memberikan suatu kekuatan spiritual yang membuat jiwa merasa nyaman,
tentram, serta seimbang. Dengan keadaan tubuh yang seimbang maka dapat
mengembalikan dan menormalkan fungsi organ tubuh seperti sedia kala (Zamry,
2012). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Reflio (2014) tentang pengaruh
terapi al-zikir terhadap kualitas tidur lansia terjadi penurunan rata-rata kualitas
tidur (score PSQI) yang artinya adanya perbaikan kualitas tidur dan Terapi zikir
termasuk efektif dalam meningkatkan kualitas tidur lansia.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Agar mampu melakukan asuhan keperawatan pada lansia dengan


penyakit hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia
yang mengalami gangguan rasa nyaman (nyeri).
b. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia
hipertensi yang mengalami insomnia.
c. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia
yang mengalami risiko jatuh.
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat menjelaskan cara mengatasi penyebab kekambuhan hipertensi
seperti kualitas tidur sehingga dapat digunakan sebagai kerangka dalam
mengembangkan terapi hipertensi non farmakologi agar tidak
meningkaktan nyeri pada lansia.

2. Bagi Petugas Kesehatan


Diharapkan laporan asuhan keperawatan ini dapat menjadi tambahan
informasi bagi petugas kesehatan khususnya mengenali nyeri pada lansia
terhadap tingkat kekambuhan pada pasien hipertensi.
3. Bagi lansia
Dapat meningkatkan kualitas tidur sebagai upaya untuk melakukan
kontrol untuk meningkatkan rasa nyaman.
BAB II

TINJAUAN TEORI KONSEP LANSIA

A. Lanjut Usia

1. Pengertian lansia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada

daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4)

UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut

adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam

dkk, 2008). Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan

lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu

penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan

yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi

dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh

kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap

kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya

kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual

(Efendi, 2009).

2. Batasan lansia

Departemen Kesehatan RI (dalam Mubarak et all, 2006) membagi

lansia sebagai berikut:


a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa

vibrilitas

b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium

c. Kelompok usia lanjut (65 tahun >) sebagai senium

3. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

Menurut Mubarak et all (2006), perubahan yang terjadi pada

lansia meliputi perubahan kondisi fisik, perubahan kondisi mental,

perubahan psikososial, perubahan kognitif dan perubahan spiritual.

a. Perubahan kondisi fisik meliputi perubahan tingkat sel sampai ke

semua organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran,

penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh,

muskuloskeletal, gastrointestinal, genitourinaria, endokrin dan

integumen.

1) Keseluruhan

Berkurangnya tinggi badan dan berat badan, bertambahnya fat-

to-lean body mass ratio dan berkuranya cairan tubuh.

b. Sistem integumen

Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan

kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan

adiposa, kulit pucat dan terdapat bintik-bintik hitam akibat

menurunnya aliran darah ke kulit dan menurunnya sel-sel yang

memproduksi pigmen, kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal
dan rapuh, pada wanita usia > 60 tahun rambut wajah meningkat,

rambut menipis atau botak dan warna rambut kelabu, kelenjar

keringat berkurang jumlah dan fungsinya. Fungsi kulit sebagai

proteksi sudah menurun

1) Temperatur tubuh

Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang

menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat

memproduksi panas yang banyak diakibatkan oleh rendahnya

aktifitas otot.

2) Sistem muskular

Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang,

pengecilan otot akibat menurunnya serabut otot, pada otot polos

tidak begitu terpengaruh.

3) Sistem kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung

memompa darah menurun 1% per tahun. Berkurangnya cardiac

output, berkurangnya heart rate terhadap respon stres,

kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningkat

akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer, bertaTn.

Sanjang dan lekukan, arteria termasuk aorta, intima bertambah

tebal, fibrosis.

4) Sistem perkemihan

Ginjal mengecil, nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal

menurun sampai 50 %, filtrasi glomerulus menurun sampai


50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurang mampu

mempekatkan urin, BJ urin menurun, proteinuria, BUN

meningkat, ambang ginjal terhadap glukosa meningkat,

kapasitas kandung kemih menurun 200 ml karena otot-otot yang

melemah, frekuensi berkemih meningkat, kandung kemih sulit

dikosongkan pada pria akibatnya retensi urin meningkat,

pembesaran prostat (75% usia di atas 65 tahun), bertambahnya

glomeruli yang abnormal, berkurangnya renal blood flow, berat

ginjal menurun 39-50% dan jumlah nephron menurun,

kemampuan memekatkan atau mengencerkan oleh ginjal

menurun.

5) Sistem pernafasan

Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,

menurunnya aktifitas cilia, berkurangnya elastisitas paru, alveoli

ukurannya melebar dari biasa dan jumlah berkurang, oksigen

arteri menurun menjadi 75 mmHg, berkurangnya maximal

oxygen uptake, berkurangnya reflek batuk.

6) Sistem gastrointestinal

Kehilangan gigi, indera pengecap menurun, esofagus melebar,

rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu

pengosongan lambung menurun, peristaltik melemah sehingga

dapat mengakibatkan konstipasi, kemampuan absorbsi menurun,

produksi saliva menurun, produksi HCL dan pepsin menurun

pada lambung.
7) Rangka tubuh

Osteoartritis, hilangnya bone substance.

8) Sistem penglihatan

Korne lebih berbentuk sferis, sfingter pupil timbul sklerosis dan

hilangnya respon terhadap sinar, lensa menjadi keruh,

meningkatnya ambang pengamatan sinar (daya adaptasi

terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat cahaya gelap),

berkurangnya atau hilangnya daya akomodasi, menurunnya

lapang pandang (berkurangnya luas pandangan, berkurangnya

sensitivitas terhadap warna yaitu menurunnya daya

membedakan warna hijau atau biru pada skala dan depth

perception).

9) Sistem pendengaran

Presbiakusis atau penurunan pendengaran pada lansia, membran

timpani menjadi atropi menyebabkan otoklerosis, penumpukan

serumen sehingga mengeras karena meningkatnya keratin,

perubahan degeneratif osikel, bertambahnya obstruksi tuba

eustachii, berkurangnya persepsi nada tinggi.

10) Sistem syaraf

Berkurangnya berat otak sekitar 10-20%, berkurangnya sel

kortikol, reaksi menjadi lambat, kurang sensitiv terhadap

sentuhan, berkurangnya aktifitas sel T, hantaran neuron motorik

melemah, kemunduran fungsi saraf otonom.


11) Sistem endokrin

Produksi hampir semua hormon menurun, berkurangnya ATCH,

TSH, FSH dan LH, menurunnya aktivitas tiroid akibatnya basal

metabolisme menurun, menurunnya produksi aldosteron,

menurunnya sekresi hormon gonads yaitu progesteron, estrogen

dan aldosteron. Bertambahnya insulin, norefinefrin,

parathormon.

12) Sistem reproduksi

Selaput lendir vagina menurun atau kering, menciutnya ovarie

dan uterus, atropi payudara, testis masih dapat memproduksi,

meskipun adanya penurunan berangsur-angsur dan dorongan

seks menetap sampai di atas usia 70 tahun, asal kondisi

kesehatan baik, penghentian produksi ovum pada saat

menopause.

13) Daya pengecap dan pembauan

Menurunnya kemampuan untuk melakukan pengecapan dan

pembauan, sensitivitas terhadap empat rasa menurun yaitu gula,

garam, mentega, asam, setelah usia 50 tahun.

c. Perubahan kondisi mental

Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan

psikomotor. Dari segi mental emosional sering muncul perasaan

pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, adanya

kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu


penyakit atau takut diterlantarkan karena tidak berguna lagi.

Perubahan psikososial

Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupannya dengan

bekerja mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan

masa pensiun. Bila ia cukup beruntung dan bijaksana,

mempersiapkan diri untuk pensiun dengan menciptakan minat untuk

memanfaatkan waktu, sehingga masa pensiun memberikan

kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya. Perubahan psikososial

yang lain adalah merasakan atau sadar akan kematian, kesepian

akibat pengasingan diri lingkungan sosial, kehilangan hubungan

dengan teman dan keluarga, hilangnya kekuatan dan ketegangan

fisik, perubahan konsep diri dan kematian pasangan hidup.

d. Perubahan kognitif

Perubahan fungsi kognitif di antaranya adalah:

1) Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang

membutuhkan kecepatan dan tugas tugas yang memerlukan

memori jangka pendek.

2) Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran.

3) Kemampuan verbal dalam bidang vokabular (kosakata) akan

menetap bila tidak ada penyakit.

e. Perubahan spiritual
1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam

kehidupannya.

2) Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal

ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari.

Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler:

universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah

berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara

mencintai dan keadilan


BAB III
TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
GORENTIK

A. Pengkajian
Proses pengumpulan data untuk mengidentifikasi masalah
keperawatan meliputi :
1. Fisik ; wawancara
2. Pemeriksaan fisik ; Head to toe, sistem tubuh
3. Psikologis
4. Sosial ekonomi
5. Spiritualyara
Pengkajian dasar meliputi; temperatur, nadi,pernafasan,tekanan
darah,berat badan,tingkat orientasi,memori, pola tidur, penyesuaian
psikososial.
Sistem tubuh meliputi’ Sistem persyarafan,kardiovaskuler,
gastrointestinal,genitovrinarius, sistem kulit,sistem muskuloskletal.

B. Analisis Masalah
Pada tahap ini masalah yang di alami oleh lansia tersebut dianalisis satu
persatu berdasarkan prioritas masalah untuk dapat di selesaikan.

C. Penegakan Diagnosa
Setelah masalah di ananalisis kemudian penegakan diagnosa berdasarkan
masalah yang dialami oleh lansia tersebut.

D. Perumusan intervensi
Untuk menentukan apa yang dapat dilakukan perawat terhadap pasien dan
pemilihan intervensi keperawatan yang tepat.
E. Implementasi
Tahap dimana perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
intervensi/ perencanaan yang telah ditentukan.
F. Evaluasi
Penilaian terhadap tindakan keperawatan yang diberikan/ dilakukan dan
mengetahui apakah tujuan asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai yang
telah ditetapkan.
BAB IV
TINJAUAN TEORI PENYAKIT HIPERTENSI

B. Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Tekanan darah yaitu jumlah gaya yang diberikan oleh darah di

bagian dalam arteri saat darah dipompa ke seluruh sistem peredaran

darah. Tekanan darah tidak pernah konstan. Tekanan darah dapat berubah

drastis dalam hitungan detik dan menyesuaikan diri dengan tuntutan pada

saat itu (Herbert Benson,dkk,2012). Hipertensi atau yang lebih dikenal

dengan tekanan darah tinggi adalah penyakit kronik akibat desakan darah

yang berlebihan dan hampir tidak konstan pada arteri. Tekanan

dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah. Hipertensi

berkaitan dengan meningkatnya tekanan pada arterial sistemik baik

diastolik maupun sistolik atau kedua-duanya secara terus-menerus

(Sutanto,2010).

2. Klasifikasi Hipertensi

WHO (World Health Organization) dan ISH (International

Society of Hypertension) mengelompokan hipertensi sebagai berikut:

Tabel 1.1. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO – ISH

Kategori Tekanan Tekanan darah

darah diastol (mmHg)


sistol

(mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Grade 1 (hipertensi 140-149 90-99

ringan)
Sub group (perbatasan) 150-159 90-94
Grade 2 (hipertensi 160-179 100-109

sedang)
Grade 3 (hipertensi berat) >180 >110
Hipertensi sistolik ≥140 <90

terisolasi
Sub-group (perbatasan) 140-149 <90
Sumber: (Suparto, 2010)

3. Jenis Hipertensi

Menurut Herbert Benson, dkk, berdasarkan etiologinya hipertensi

dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Hipertensi esensial (hipertensi primer atau idiopatik) adalah

hipertensi yang tidak jelas penyebabnya. Hal ini ditandai dengan

terjadinya peningkatan kerja jantung akibat penyempitan pembuluh

darah tepi. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam

kelompok ini. Penyebabnya adalah multifaktor, terdiri dari faktor

genetik, gaya hidup, dan lingkungan.

b. Hipertensi sekunder, merupakan hipertensi yang disebabkan oleh

penyakit sistemik lain

yaitu, seperti renal arteri stenosis, hyperldosteronism,  hyperthyroidis

m, pheochromocytoma, gangguan hormon dan penyakit sistemik

lainnya (Herbert Benson, dkk, 2012).


4. Manifestasi Klinik Hipertensi

Gejala-gejala hipertensi, yaitu: sakit kepala, mimisan, jantung

berdebar-debar, sering buang air kecil di malam hari, sulit bernafas,

mudah lelah, wajah memerah, telinga berdenging, vertigo, pandangan

kabur. Pada orang yang mempunyai riwayat hipertensi kontrol tekanan

darah melalui barorefleks tidak adekuat ataupun kecenderungan yang

berlebihan akan terjadi vasokonstriksi perifer yang akan menyebabkan

terjadinya hipertensi temporer (Kaplan N.M, 2010).

5. Patofisiologi Hipertensi

Peningkatan curah jantung dapat terjadi melalui 2 cara yaitu

peningkatan volume cairan (preload) dan rangsangan syaraf yang

mempengaruhi kontraktilitas jantung.

Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin, stress, kurang


olahraga, genetik, konsentrasi garam.

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak

Resistensi pembuluh darah otak


Nyeri tengkuk/kepala

Gangguan pola tidur

Sumber : Huda Nurarif & Kusuma H., (2015)

6. Komplikasi Hipertensi

a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak atau

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terkena

tekanan darah.

b. Dapat terjadi infrak miokardium apabila arteri koroner yang

aterosklerotik tidak menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau

apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui

pembuluh tersebut.

c. Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan

tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomelurus. Dengan rusaknya

glomelurus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal,

nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan

kematian.

d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi

maligna. Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan

peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang

interstisium di seluruh susunan saraf pusat (Huda Nurarif & Kusuma

H, 2015).

7. Penatalaksanaan Hipertensi

Penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:


a. Penanganan secara farmakologi

Pemberian obat deuretik, betabloker, antagonis kalsium, golongan

penghambat konversi rennin angiotensi(Huda Nurarif & Kusuma H,

2015).

b. Penanganan secara non-farmakologi

1) Pemijatan untuk pelepasan ketegangan otot, meningkatkan

sirkulasi darah, dan inisiasi respon relaksasi. Pelepasan otot

tegang akan meningkatkan keseimbangan dan

koordinasisehingga tidur bisa lebih nyenyak dan sebagai

pengobat nyeri secara non-farmakologi.

2) Menurunkan berat badan apabila terjadi gizi berlebih (obesitas).

3) Meningkatkan kegiatan atau aktifitas fisik.

4) Mengurangi asupan natrium.

5) Mengurangi konsumsi kafein dan alkohol (Widyastuti, 2015).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Hipertensi adalah apabila tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik > 90 mmHg, atau apabila pasien memakai obat anti hipertensi.
Penyebab Hipertensi adalah :
1. Keturunan
2. Hormonal
3. Metabolik
4. Emosi
5. Kebiasaan Diet
Adapun tanda dan gejala hipertensi adalah :
1. Sakit Kepala
2. Pusing
3. Mudah marah
4. Rasa berat di tengkuk
5. Mudah lelah
6. Mata berkunang-kunang
Akibat lanjut dari hipertensi adalah :
1. Stroke
2. Gagal ginjal
3. Jantung koroner

B. Saran
Dalam upaya meningkatkan asuhan keperawatan klien dengan Hipertensi :
1. Klien diberi support untuk mempercepat penyembuhan
2. Memberikan perawatan dan perhatian kepada klien dalam proses
perawatan.
3. Klien di beri pengertian tentang penyakit yang dialaminya.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth 2002. Buku Ajar : Keperawatan medikal Bedah


Vol 2, Jakarta, EGC.

Marilynn E Doenges,dkk,2000,Rencana Asuhan Keperawatan,Penerbit


Buku Kedokteran, EGC, Jakarta

http://www.scribd.com/doc/45725767/hipertensi-pada-lansia
diakses tanggal 27 Juni 2019

http://www.scribd.com/doc/80375223/LP-Hipertensi-Pada-Lansia
diakses tanggal 27 Juni 2019
PPNP-SIK STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta. 2012. Buku Evaluasi Mahasiswa Keperawat

an Gerontik. Yogyakarta: STIKES ‘Aisyiyah

Wilkinson, Judith M. 2007,Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi

NIC dan Kriteria Hasil NOC, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai