Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelajaran Bahasa Indonesia adalah satu mata pelajaran utama yang harus
dikuasai oleh murid sekolah dasar. Pada tahap awal dalam pelajaran Bahasa
Indonesia, siswa sekolah dasar akan dikenalkan dengan huruf atau abjad.
Setelah huruf dapat dikenali oleh siswa sekolah dasar, maka selanjutnya guru
akan membantu para murid untuk menyusun kata-kata yang mempunyai makna
dalam Bahasa Indonesia. Ketika para murid sudah mengetahui cara menulis
kata dan memahami maknanya, mereka akan diajari untuk membuat kalimat-
kalimat, yang nantinya dapat menjadi sebuah wacana.
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang bersifat
produktif. Salah satu pengajaran menulis, yaitu mengarang, memberi
kesempatan kepada siswa untuk melatih berbahasa tulis agar kelak siswa
mampu menyampaikan informasi secara tertulis yang sesuai dengan
konteks dan keadaan, juga agar kelak siswa mampu mengungkapkan
gagasan, pengalaman, pendapat, dan pesan secara tertulis. Karangan yang
diajarkan bisa berupa karangan deskripsi, eksposisi, narasi, argumentasi dan
persuasi. Pada tahap ini penulis menemukan bahwa kebanyakan anak kesulitan
mendapat gagasan atau ide untuk dapat mulai menulis suatu karangan. Selain
itu walaupun mereka mampu menulis sebuah karangan, namun kualitas
karangan tersebut sangatlah rendah, disebabkan oleh kurangnya penguasaan
kotakata oleh anak murid. Masalah lainnya yang ditemui adalah masih terdapat
kesalahan dalam meletakkan tanda baca, sehingga susunan kalimat menjadi
kurang rapi. Kesulitan inilah yang ditemui oleh Penulis ketika mengajar di
kelas IV, SDK St. Yoseph 3 Kupang.
Jalan keluar yang dipakai oleh penulis untuk mengatasi masalah
tersebut adalah dengan menerapkan salah satu media pembelajaran yang
harapannya dapat mengatasi kegagalan pembelajaran tersebut, yaitu dengan
menggunakan media gambar berseri, karena penggunaan media gambar

1
berseri dapat memberikan pengalaman-pengalaman yang lebih sistematis
kepada siswa. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul
“Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Menggunakan Gambar
Berseri pada Siswa Kelas IV SDK. St. Yoseph 3 Kupang”.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diambil oleh peneliti adalah, “Bagaimana Upaya
Meningkatkan Kemampuan Menulis Menggunakan Gambar Berseri Pada
Siswa Kelas IV SDK St. Yoseph 3 Kupang?”

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran menulis karangan dengan
menggunakan media gambar berseri pada murid kelas IV SDK St.
Yoseph 3 Kupang.
2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran menulis karangan dengan
menggunakan media gambar berseri pada murid kelas IV SDK St. Yoseph
3 Kupang.
3. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis karangan dengan
menggunakan media gambar berseri pada murid kelas IV SDK St.
Yoseph 3 Kupang.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini bagi:
1. Bagi Sekolah
Sebagai masukan bagi guru kelas IV SDK St. Yoseph 3 Kupang.
2. Bagi Pembaca
Sebagai tambahan pengetahuan terutama dalam bidang penulisan karangan
bagi siswa sekolah dasar.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran
Menurut Nurgiantoro (2001: 29), pembelajaran merupakan kegiatan
guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat
murid belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar. UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun
oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat
dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir yang
dapat meningkatkan kemampuan berpikir murid serta dapat
meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai
upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
Pembelajaran ialah membelajarkan murid menggunakan asas
pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama
keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi
dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik,
sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Konsep
pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara
disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku
tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon
terhadap situasi tertentu. Mengajar menurut Nurgiantoro (2001: 190)
merupakan upaya memberikan stimulus, bimbingan pengarahan dan
dorongan kepada murid agar terjadi proses belajar.
Sering dikatakan mengajar adalah mengorganisasikan aktivitas
murid dalam arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan
informasi, malainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar agar
proses belajar lebih memadai.

3
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang
baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk
mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh murid meliputi
kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademiknya, latar
belakang sosial ekonominya, dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk
mengenal karakteristik murid dalam pembelajaran merupakan modal utama
penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan
pembelajaran.
Bahan pelajaran dalam proses pembelajaran hanya merupakan
perangsang tindakan pendidik atau guru, juga hanya merupakan
tindakan memberi dorongan dalam belajar yang tertuju pada pencapaian
tujuan belajar. Antara belajar dan mengajar dengan pendidikan
bukanlah sesuatu yang terpisah atau bertentangan. Justru proses
pembelajaran adalah merupakan aspek yang terintegrasi dari proses
pendidikan.
Jadi guru menguasai materi pelajaran, diharuskan juga menguasai
metode pengajaran sesuai kebutuhan materi ajar yang mengacu pada
prinsip pedagogik, yaitu memahami karakteristik peserta didik. Jika
metode pembelajaran tidak dikuasai, maka penyampaian materi ajar
menjadi tidak maksimal. Metode yang digunakan sebagai strategi yang
dapat memudahkan peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan yang
diberikan guru. Hal ini menggambarkan bahwa pembelajaran terus
mengalami perkembangan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Karena itu dalam merespon perkembangan tersebut, tentu
tidaklah memadai kalau sumber belajar berasal dari guru dan media
buku teks belaka.

4
B. Menulis
Menulis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013: 1497)
ialah membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil,
kapur, dsb).
Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa, oleh karena
itu penulis harus terampil dalam menggunakan ejaan, tanda baca,
menempatkan kata-kata dengan tepat dan susunan kalimat yang baik dan
benar.
Pengajaran menulis sangat penting dalam memperoleh kemampuan
menulis atau mengarang. Oleh karena itu, pengajaran menulis diberikan
kepada siswa baik SD, SMP, maupun di SLTA untuk melatih siswa
menerangkan gagasan,pikiran, kehendak, dan khayalan dalam suatu
karangan dengan bahasa yang baik dan benar.
Dalam pengajaran bahasa, kemampuan menulis harus diartikan lebih
luas, yaitu kemampuan mengemukakan kata-kata dalam bentuk tertulis.
Jadi, menulis tidak hanya mengemukakan suatu gagasan dengan uraian
yang panjang lebar, tetapi mengemukakan kata-kata lisan ke dalam
bentuk tulisanpun sudah termasuk menulis.
Kemampuan menulis karangan adalah salah satu kemampuan
produktif. Artinya kemampuan menulis ini merupakan kemampuan
yang menghasilkan tulisan, menulis merupakan kegiatan yang memerlukan
kemampuan yang bersifat kompleks yaitu, kemampuan logis,
kemampuan mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas dengan
bahasa yang efektif, kemampuan menerapkan kaidah tulis-menulis. Untuk
mengajarkan menulis ada beberapa jenis media yang dapat digunakan
seperti gambar, kartu kalimat, kartu kata dan sebagainya.

5
C. Karangan Narasi
Menurut Keraf (2001:137), narasi merupakan suatu bentuk wacana yang
berusaha mengisahkan suatu kejadian seolah-olah pembaca melihat atau
mengalami sendiri persitiwa tersebut. Oleh sebab itu, unsur paling penting
pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan. Apa yang terjadi
tidak lain tindak tanduk yang dilakukan orang-orang dalam suatu rangkaian
waktu. Narasi lebih mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam
suatu rangkaian waktu. Sedangkan menurut Widjono (2007:175), narasi
adalah uraian yang menciptakan sesuatu atau serangkaian kejadian,
tindakan, keadaan secara berurutan dari permulaan hingga akhir sehingga
terlihat rangkaian hubungan satu sama lain. Bahasanya berupa paparan yang
bersifat naratif. Contohnya adalah biografi, roman, cerpen, dan novel.
Menurut Keraf (2000:136), ciri-ciri narasi adalah 1) menonjolkan unsur
perbuatan atau tindakan. 2) Dirangkai dalam urutan waktu. 3) Berusaha
menjawab pertanyaan “apa yang terjadi?”4) ada konfliks. Sedangkan
menurut Atar Semi (2003:31), ciri-ciri narasi meliputi: 1) berupa cerita atau
pengalaman penulis, 2) kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi,
dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya, 4)
berdasarkan konfiks, karena jika tanpa konfliks biasanya kurang menarik, 5)
memiliki estetika, 6) Menekankan susunan secara kronologis.
Tujuan dari narasi, pertama adalah untuk memberikan atau wawasan dan
memperluas pengetahuan, dan memberikan pengalaman estetis kepada
pembaca. Sedangkan struktur dari narasi adalah:
1. Pengenalan
Pada bagian ini berisi tentang pengenalan tokoh suasana, latar dan
sebagainya
2. Awal Pertikaian
Berisi konflik atau permasalahan awal yang ditampilkan oleh penulis

6
3. Klimaks atau Puncak Pertikaian
Berisi tentang ilustrasi dari konflik utama atau inti cerita.
4. Antiklimaks atau Penyelesaian
Narasi mempunyai dua unsur, yaitu alur dan pengembangan. Alur
adalah deretan kejadian yang mengatur hubungan peristiwa-peristiwa agar
saling berkaitan secara logis. Sedangkan pengembangan adalah deretan
kejadian yang dimulai dengan pengenalan atau pendahuluan, isi peristiwa,
dan penutup.
Narasi terdiri atas beberapa jenis, yaitu:
1. Narasi Informatif
Narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang
suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah
seseorang.
2. Narasi Ekspositorik
Narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang
suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah
seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan sesuatu
berdasarkan data sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya satu orang.
Pelaku diceritakan dari kecil hingga saat ini, atau sampai akhir hayatnya.
Karangan narasi ini diwarnai eksposisi, maka penentuan penulisan eksposis
juga berlaku dalam narasi ini. Ketentuana ini berkaitan dengan penggunaan
bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukkan unsur
sugestif atau bersifat objektif.
3. Narasi Artistik
Narasi yang berusaha memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan
suatu amanat terselubung kepada pada pembaca atau pendengar sehingga
tampak seolah-olah melihat.

7
Langkah-langkah untuk menulis sebuah narasi adalah:
1. Tentukan teman dan amanat yang akan disampaikan lebih dahulu.
2. Tetapkan sasaran pembaca.
3. Rancang peristiwa utama yang akan disampaikan dalam bentuk skema
alur.
4. Bagi peristiwa ke bagian awal, pengembangan, dan akhir cerita.
5. Masukkan rincian utama ke dalam detail peristiwa sebagai pendukung
cerita.
6. Susunlah toko dan perwatakan, latar, dan sudut pandang
7. Memahami aturan tanda baca dalam kalimat tersebut.

D. Media Pembelajaran
Menurut Arsyad (2003:14) media adalah yang membawa pesan-pesan
atau informasi yang bertujuan Instruksional atau mengandung maksud-
maksud tertentu. Media adalah suatu perantara untuk menyampaikan
pesan oleh si pemberi pesan kepada si penerima pesan dalam
memberikan informasi ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut Briggs
(dalam Asra dkk. 2007:5.5) menyatakan alat adalah untuk memberi
perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar.
Jenis media menurut Asra dkk (2007 : 5.7) banyak cara diungkapkan
untuk mengidentifikasi media serta karakteristik fisik, sifat,
kompleksitas ataupun klasifikasi. Menurut kontrol pada pemakai secara
umum media bercirikan tiga unsur pokok yaitu : suara, visual dan gerak.
Menurut Schramm (dalam Asra dkk, 2007 : 5.7) mengelompokkan
media dengan membedakan antara media rumit mahal (big media) dan
media sederhana murah (little media). Kategori big media, antara lain :
komputer, film, slide, program video. Sedangkan little media antara
lain : gambar, realita sederhana, sketsa. Asra dkk (2007 : 5.8)
mengelompokkan media menjadi : (1) Media visual (2) Media audio (3)
Media audio visual (4) Multi media.

8
Manfaat media menurut Sudjana dan Rival (kompas, 2009)
mengemukakan beberapa manfaat media dalam proses belajar siswa
yaitu : (1) Menumbuhkan motivasi belajar siswa, (2) Makna bahan
pengajaran akan lebih jelas, (3) Metode mengajar akan lebih bervariasi (4)
Siswa lebih banyak melakukan aktivitas selama kegaitan belajar tidak
hanya mendengarkan tetapi tetapi juga mengamati, mendemonstrasikan,
melakukan langsung dan memerankan.
Media gambar berseri membantu siswa dalam menyusun sebuah
karangan karena sudah disusun secara berurutan mulai dari awal
kegiatan atau peristiwa sampai akhir. Gambar ini berfungsi membantu
pemahaman siswa serta mengarahkan tulisan siswa. Siswa tidak perlu
bingung dalam memulai kata-kata.
Media gambar berseri termasuk media visual, sebagaimana halnya
media yang lain media gambar berseri berfungsi untuk menyalurkan pesan
dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut
indera penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam
simbol-simbol komunikasi siswa. Simbol-simbol tersebut perlu
dipahami benar artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan
efisien.
Selain fungsi umum tersebut, secara khusus gambar berfungsi pula
untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau
menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila
tidak digambarkan. Selain sederhana dan mudah pembuatannya, media
gambar berseri termasuk media yang relatif murah bila ditinjau dari segi
biayanya (Ian, 2008).
Keunggulan media gambar berseri adalah (1) sifatnya konkrit,
maksudnya gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah
dibandingkan dengan media verbal semata, (2) gambar dapat mengatasi
batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda/peristiwa dapat dibawa
ke dalam kelas, dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke
objek/peristiwa tersebut.

9
Media gambar berseri dapat mengatasi masalah tersebut, (3) gambar dapat
memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia
berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman,
dan (4) Gambar harganya murah dan mudah didapat serta digunakan,
tanpa memerlukan peralatan khusus.
Selain keunggulan-keunggulan tersebut, media gambar berseri juga
mempunyai kelemahan. Beberapa kelemahan tersebut adalah (1)
gambar hanya menekankan persepsi indera mata, (2) gambar benda
yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran, dan
(3) ukurannya sangat terbatas bagi kelompok besar.
Gambar yang baik sebagai media pendidikan adalah gambar yang
cocok dengan tujuan pembelajaran. Menurut Ian (2008), ada enam syarat
yang perlu dipenuhi oleh gambar yang baik sehingga dapat dijadikan
sebagai media pendidikan, antara lain (1) autentik, yaitu gambar
tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat
benda sekitarnya, (2) sederhana, yaitu komposisi gambar hendaknya cukup
jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar, (3) ukuran relatif,
yaitu gambar dapat membesarkan atau memperkecil objek/benda
sebenarnya. Apabila gambar tersebut tentang benda/objek yang belum
dikenal atau pernah dilihat anak, maka sulitlah membayangkan berapa
besar benda atau objek tersebut. Untuk menghindari itu hendaknya dalam
gambar tersebut terdapat sesuatu yang telah dikenal anak– anak
sehingga dapat membantunya membayangkan berapa besarkah benda
tersebut, (4) gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan,
maksudnya adalah gambar yang baik tidaklah menunjukan objek dalam
keadaan diam, tapi memperlihatkan aktifitas tertentu, dan (5) gambar yang
bagus dilihat dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai

10
Proses pengajaran diwujudkan dalam pembelajaran dengan
menggunakan media gambar seri untuk meningkatkan keterampilan
menulis karangan dalam hal pengorganisasian karangan, kualitas gagasan
dan penggunaan ejaan dan tanda baca. Kegiatan diawali dengan
apersepsi dengan pusat perhatian ditunjukkan gambar seri yang
ditampilkan, menginterpretasikan setiap urutan gambar. Kemudian
mengarahkan topik karangan yang sesuai dengan gambar seri lalu
menentukan atau memilih salah satu topik karangan yang sesuai dengan
gambar seri setelah itu pembahasan kalimat-kalimat secara klasikal
untuk membuat kerangka karangan dalam bentuk daftar sesuai dengan
urutan gambar seri. Proses selanjutnya mengembangkan kerangka
karangan dengan memperhatikan pengembangan ide, penggunaan unsur
kebahasaan dan penggunaan gaya bahasa. Pada tahap akhir pembelajaran
diarahkan untuk mengedit karangan berdasarkan penulisan ejaan huruf
kapital, kosakata dan struktur kalimat yang digunakan sehingga hasil
karangan dapat dipublikasikan.

11
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada SDK St. Yoseph 3 Kupang yang berlokasi

di Jalan Herewila no. 31, Kelurahan Naikoten 2, Kecamatan Oebobo,

Kota Kupang.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama tiga minggu pada minggu pada bulan

Agustus 2017.

B. Jenis Data

1. Menurut Jenisnya

Data Kualitatif

Data Kualitatif yaitu data yang bukan berupa angka-angka seperti hasil

karangan narasi anak-anak kelas IV SDK. St. Yoseph 3 Kupang yang akan

dinilai.

2. Menurut Sumbernya

a. Data Primer

Yaitu data yang langsung diambil dari sumbernya misalnya hasil karangan

anak-anak kelas IV SDK. ST. Yoseph 3 Kupang.

12
b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu, data yang diperlukan untuk mendukung hasil

penelitian berasal dari literatur, artikel dan berbagai sumber lainnya yang

berhubungan dengan masalah penelitian.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data lapangan dilakukan dengan cara;

a. Observasi, yaitu metode pengupulan data dengan cara melakukan


pengamatan langsung pada obyek yang di teliti yang dapat
menggambarkan permasalahan ini.
Observasi dilakukan untuk melihat gambaran dan kumpulan peristiwa
secara lengkap waktu proses pembelajaran berlangsung, sedangkan
pengukuran merupakan proses yang mendeskripsikan performa siswa
dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (sistem angka) sedemikian
rupa sehingga sifat kualitatif dari performa siswa tersebut dinyatakan
dengan angka-angka. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini berupa
lembar pengamatan dan tes kemampuan menulis. Lembar pengamatan
meliputi lembar penilaian pelaksanaan pembelajaran guru dan
aktivitas belajar murid dalam pembelajaran. Aktivitas guru dan siswa
yang dimaksud meliputi pengamatan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan sejak awal sampai akhir pembelajaran, sedangka tes
kemampuan menulis diberikan pada saat pembelajaran siklus I dan
siklus II. Tes yang diberikan pada siklus I dan silkus II sama, yaitu
tes menulis karangan. Tes dilakukan dengan cara memberi tugas pada
siswa untuk menceritakan isi gambar dalam bentuk tulisan dengan
memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa dengan maksud
untuk memperoleh nilai setelah pembelajaran dengan menggunakan
media gambar berseri sebagai sumber belajar.

13
b. Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara peneliti
mempelajari lembar observasi adalah berupa format yang disusun
sesuai dengan indikator yang akan diukur untuk mengamati siswa dan
guru, dan catatan-catatan tentang hasil belajar siswa yang dimaksud
adalah berupa portofolio siswa untuk mengukur keberhasilan siswa
dalam pembelajaran berupa angka.

D. Metode Analisis Data.


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif ini merupakan prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek/objek penelitian pada
saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana
mestinya. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
dengan sifat kolaborasi antara peneliti dengan rekan sejawat. Adapun
rancangan penelitian direncanakan terdiri dari dua siklus dan setiap
siklus terdiri dari dua kali pertemuan (tatap muka) dan rancangan tiap
siklus meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Pemberian nilai untuk hasil menulis karangan para siswa menggunakan
langkah sebagai berikut: (1) menilai kemampuan menulis siswa dengan
kriteria penilaian meliputi kesesuaian kalimat dengan gambar, susunan
kalimat dan kosa kata, (2) masing-masing aspek penilaian dinilai
berdasarkan deskripsi skala penilaian, (3) nilai akhir yang diberikan
kepada para siswa dihitung dengan menggunakan rumus Nilai Akhir =
(Skor yang diperoleh/Total skor) x 100
Hasil dari kegiatan pembelajaran menulis dengan menggunakan media
gambar berseri berseri terlihat dari hasil pelaksanaan silkus I dan siklus II.
Data yang terkumpul, kemudian dianalisis dengan disajikan secara
naratif.

14
Data yang telah dideskripsikan kemudian disajikan secara sistematis
sehingga dapat disimpulkan secara kualitatif. Data yang dianalisis itu
adalah (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) Pelaksanaan
Pembelajaran Guru (PBM), dan (3) Hasil belajar siswa.

Mengetahui, Kupang, 2017


Kepala Sekolah Guru Kelas VI

Yohanes Keso,S.Pd.SD Yosefina R.T Layar, S.Pd


NIK .111 821 031 NIP. 19730501 199403 2 003

15

Anda mungkin juga menyukai