Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kementerian Kesehatan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2015 Tentang Kementerian
Kesehatan. Kementerian Kesehatan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden dan dipimpin oleh Menteri. Kementerian Kesehatan mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan untuk membantu Presiden
dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Kesehatan menyelenggarakan fungsi
sebagai berikut :
a. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan
masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, dan
kefarmasian dan alat kesehatan.
b. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Kesehatan.
c. Pengelolaan barang milik negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Kesehatan.
d. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan.
e. Pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia di bidang
kesehatan serta pengelolaan tenaga kesehatan.
f. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Kesehatan di daerah.
g. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Kesehatan.
h. Pelaksanaan dukungan substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan
Kementerian Kesehatan.
2.1.1. Susunan Organisasi Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan terdiri atas:
1. Sekretariat Jenderal;
2. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat;
3. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit;
4. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan;
5. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
6. Inspektorat Jenderal;
7. Badan Penelitiandan Pengembangan Kesehatan;
8. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan;
9. Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan;
10. Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi;
11. Staf Ahli Bidang Desentralisasi Kesehatan;
12. Staf Ahli Bidang Hukum Kesehatan;
13. Pusat Data dan Informasi;
14. Pusat Analisis Determinan Kesehatan;
15. Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan;
16. Pusat Krisis Kesehatan; dan
17. Pusat Kesehatan Haji.
2.1.2 Tugas Pokok Dan Fungsi
1. Sekretariat jendral
Mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan
pemberian dukungan administrasi kepadaseluruh unit organisasi di Kementerian
Kesehatan.
a. koordinasi kegiatan Kementerian Kesehatan;
b. koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran Kementerian
Kesehatan;
c. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi
ketatausahaan,kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan
masyarakat, arsip, dan dokumentasi Kementerian Kesehatan;
d. pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;
e. koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta pelaksanaan
advokasi hukum;
f. penyelenggaraan pengelolaan barang miliknegara dan layanan pengadaan
barang/jasa; dang.
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
2. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri dan dipimpin oleh Direktur Jenderal. Jenderal Kesehatan Masyarakat
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang kesehatan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja, dan kesehatan olahraga, dan perbaikan gizi
masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja, dan kesehatan olahraga, dan perbaikan gizi
masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan
kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, dan kesehatan
olahraga, dan perbaikan gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat.
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan kesehatan
keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, dan kesehatan olahraga, dan
perbaikan gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peningkatan kesehatan
keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, dan kesehatan olahraga, dan
perbaikan gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat.
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
3. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri dan dipimpin oleh Direktur Jenderal. Direktorat
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas,
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan di bidang surveilans epidemiologi dan karantina, dan
pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor, penyakit
zoonotik, dan penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa dan Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA).
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang surveilans epidemiologi dan karantina, dan
pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor, penyakit
zoonotik, dan penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa dan Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA).
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang surveilans epidemiologi
dan karantina, dan pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular
vektor, penyakit zoonotik, dan penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa
dan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA).
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang surveilans epidemiologi dan
karantina, dan pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular
vektor, penyakit zoonotik, dan penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa
dan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA).
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang surveilans epidemiologi dan
karantina, dan pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular
vektor, penyakit zoonotik, dan penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa
dan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA).
f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit dan pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
4. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri dan dipimpin oleh Direktur Jenderal. Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perudang- undangan.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan di bidang peningkatan pelayanan, fasilitas, dan mutu
pelayanan kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan komplementer.
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pelayanan, fasilitas, dan mutu
pelayanan kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan komplementer.
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan
pelayanan, fasilitas, dan mutu pelayanan kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan
komplementer.
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan pelayanan,
fasilitas, dan mutu pelayanan kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan
komplementer.
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peningkatan pelayanan,
fasilitas, dan mutu pelayanan kesehatan primer, rujukan, tradisional, dan
komplementer.
f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan dan
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
5. Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri dan dipimpin oleh Direktur Jenderal. Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kefarmasian dan alat kesehatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan
kefarmasian.
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan
kefarmasian.
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan
distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga,
pengawasan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola
perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian.
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang produksi dan distribusi sediaan
farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan,
dan pelayanan kefarmasian.
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang produksi dan distribusi sediaan
farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan,
dan pelayanan kefarmasian.
f. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
serta pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
6. Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Sekretariat Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas
melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan administrasi
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Direktorat Jenderal menyelenggarakan
fungsi:
a. Koordinasi dan penyusunan rencana, program, kegiatan, dan anggaran Direktoral
Jenderal
b. Pengelolaan dan penyusunan laporan keuangan Direktorat Jenderal
c. Pengelolaan dan penyusunan laporan barang milik negara Direktorat Jenderal
d. Penyusunan peraturan perundang-undangan Direktorat Jenderal
e. Penyusunan rumusan perjanjian kerja sama Direktorat Jenderal
f. Pelaksanaan advokasi hukum Direktorat Jenderal
g. Pengelolaan hubungan masyarakat Direktorat Jenderal
h. Penataan dan evaluasi organisasi dan tata laksana Direktorat Jenderal
i. Fasilitasi pelaksanaan reformasi birokrasi Direktorat Jenderal
j. Pengelolaan kepegawaian Direktorat Jenderal
k. Pengelolaan data dan teknologi informasi Direktorat Jenderal
l. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
m. Pelaksanaan urusan administrasi Sekretariat Direktorat Jenderal.
7. Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, evaluasi, dan
pelaporan di bidang tata kelola obat publik dan perbekalan kesehatan
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang perencanaan dan penilaian ketersediaan,
pengendalian harga dan pengaturan pengadaan, pemantauan pasar dan pengendalian
obat publik dan perbekalan kesehatan;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang perencanaan dan penilaian ketersediaan,
pengendalian harga dan pengaturan pengadaan, pemantauan pasar dan pengendalian
obat publik dan perbekalan kesehatan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perencanaan
dan penilaian ketersediaan, pengendalian harga dan pengaturan pengadaan,
pemantauan pasar dan pengendalian obat publik dan perbekalan kesehatan;
d. Fasilitasi pengelolaan di bidang perencanaan dan penilaian ketersediaan,
pengendalian harga dan pengaturan pengadaan, pemantauan pasar dan pengendalian
obat publik dan perbekalan kesehatan;
e. Pelaksanaan kegiatan teknis berskala nasional di bidang perencanaan dan penilaian
ketersediaan, pengendalian harga dan pengaturan pengadaan, pemantauan pasar dan
pengendalian obat publik dan perbekalan kesehatan;
f. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang perencanaan dan penilaian
ketersediaan, pengendalian harga dan pengaturan pengadaan, pemantauan pasar dan
pengendalian obat publik dan perbekalan kesehatan;
g. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang perencanaan dan penilaian
ketersediaan, pengendalian harga dan pengaturan pengadaan, pemantauan pasar dan
pengendalian obat publik dan perbekalan kesehatan; dan
h. Pelaksanaan urusan administrasi Direktorat.
8. Direktorat Pelayanan Kefarmasian
Direktorat Pelayanan Kefarmasian mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, evaluasi, dan pelaporan di bidang pelayanan
kefarmasian
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Pelayanan Kefarmasian menyelenggarakan
fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang manajemen dan klinikal farmasi, analisis
farmakoekonomi obat, seleksi penggunaan obat, dan peningkatan dan pemantauan
penggunaan obat rasional;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang manajemen dan klinikal farmasi, analisis
farmakoekonomi obat, seleksi penggunaan obat, dan peningkatan dan pemantauan
penggunaan obat rasional;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang manajemen
dan klinikal farmasi, analisis farmakoekonomi obat, seleksi penggunaan obat, dan
peningkatan dan pemantauan penggunaan obat rasional;
d. Fasilitasi pengelolaan di bidang manajemen dan klinikal farmasi, analisis
farmakoekonomi obat, seleksi penggunaan obat, dan peningkatan dan pemantauan
penggunaan obat rasional;
e. Pelaksanaan kegiatan teknis berskala nasional di bidang manajemen dan klinikal
farmasi, analisis farmakoekonomi obat, seleksi penggunaan obat, dan peningkatan
dan pemantauan penggunaan obat rasional;
f. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang manajemen dan klinikal
farmasi, analisis farmakoekonomi obat, seleksi penggunaan obat, dan peningkatan
dan pemantauan penggunaan obat rasional;
g. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang manajemen dan klinikal farmasi,
analisis farmakoekonomi obat, seleksi penggunaan, dan peningkatan dan pemantauan
penggunaan obat rasional; dan
h. Pelaksanaan urusan administrasi Direktorat.
9. Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian
Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian mempunyai tugas melaksanakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, evaluasi, dan pelaporan di bidang
produksi dan distribusi kefarmasian
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi obat, obat
tradisional, kosmetika, narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi, kemandirian
obat dan bahan baku sediaan farmasi, dan pengamanan pangan dalam rangka upaya
kesehatan;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi obat, obat tradisional,
kosmetika, narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi, kemandirian obat dan
bahan baku sediaan farmasi, dan pengamanan pangan dalam rangka upaya kesehatan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan
distribusi obat, obat tradisional, kosmetika, narkotika, psikotropika, prekursor
farmasi, kemandirian obat dan bahan baku sediaan farmasi, dan pengamanan pangan
dalam rangka upaya kesehatan;
d. Fasilitasi pengelolaan di bidang produksi dan distribusi obat, obat tradisional,
kosmetika, narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi, kemandirian obat dan
bahan baku sediaan farmasi, dan pengamanan pangan dalam rangka upaya kesehatan;
e. Pelaksanaan kegiatan teknis berskala nasionaldi bidang produksi dan distribusi obat,
obat tradisional, kosmetika, narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi,
kemandirian obat dan bahan baku sediaan farmasi, dan pengamanan pangan dalam
rangka upaya kesehatan;
f. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang produksi dan distribusi obat,
obat tradisional, kosmetika, narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi,
kemandirian obat dan bahan baku sediaan farmasi, dan pengamanan pangan dalam
rangka upaya kesehatan;
g. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang produksi dan distribusi obat, obat
tradisional, kosmetika, narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi, kemandirian
obat dan bahan baku sediaan farmasi, dan pengamanan pangan dalam rangka upaya
kesehatan; dan
h. Pelaksanaan urusan administrasi Direktorat.
10. Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi,
evaluasi, dan pelaporan di bidang penilaian alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penilaian produk dan iklan alat kesehatan
kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, produk diagnostik invitro, alat kesehatan khusus,
produk perbekalan kesehatan rumah tangga, dan kemandirian alat kesehatan;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang penilaian produk dan iklan alat kesehatan kelas A,
kelas B, kelas C, kelas D, produk diagnostik invitro, alat kesehatan khusus, produk
perbekalan kesehatan rumah tangga, dan kemandirian alat kesehatan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penilaian
produk dan iklan alat kesehatan kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, produk diagnostik
invitro, alat kesehatan khusus, produk perbekalan kesehatan rumah tangga, dan
kemandirian alat kesehatan;
d. Fasilitasi pengelolaan di bidang penilaian produk dan iklan alat kesehatan kelas A,
kelas B, kelas C, kelas D, produk diagnostik invitro, alat kesehatan khusus, produk
perbekalan kesehatan rumah tangga, dan kemandirian alat kesehatan;
e. Pelaksanaan kegiatan teknis berskala nasional di bidang penilaian produk dan iklan
alat kesehatan kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, produk diagnostik invitro, alat
kesehatan khusus, produk perbekalan kesehatan rumah tangga, dan kemandirian alat
kesehatan;
f. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penilaian produk dan iklan alat
kesehatan kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, produk diagnostik invitro, alat
kesehatan khusus, produk perbekalan kesehatan rumah tangga, dan kemandirian alat
kesehatan;
g. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang penilaian produk dan iklan alat
kesehatan kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, produk diagnostik invitro, alat
kesehatan khusus, produk perbekalan kesehatan rumah tangga, dan kemandirian alat
kesehatan; dan
h. Pelaksanaan urusan administrasi Direktorat.
11. Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi,
evaluasi, dan pelaporan di bidang pengawasan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pembakuan dan sertifikasi produksi dan
distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, dan pengawasan
sarana produksi, sarana distribusi, ekspor impor, vigilans, produk dan iklan alat
kesehatan kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, produk diagnostik invitro, alat
kesehatan khusus dan perbekalan kesehatan rumah tangga;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembakuan dan sertifikasi produksi dan distribusi
alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, dan pengawasan sarana
produksi, sarana distribusi, ekspor impor, vigilans, produk dan iklan alat kesehatan
kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, produk diagnostik invitro, alat kesehatan khusus
dan perbekalan kesehatan rumah tangga;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pembakuan
dan sertifikasi produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga, dan pengawasan sarana produksi, sarana distribusi, ekspor impor, vigilans,
produk dan iklan alat kesehatan kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, produk diagnostik
invitro, alat kesehatan khusus dan perbekalan kesehatan rumah tangga;
d. Fasilitasi pengelolaan di bidang pembakuan dan sertifikasi produksi dan distribusi
alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, dan pengawasan sarana
produksi, sarana distribusi, ekspor impor, vigilans, produk dan iklan alat kesehatan
kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, produk diagnostik invitro, alat kesehatan khusus
dan perbekalan kesehatan rumah tangga;
e. Pelaksanaan kegiatan teknis berskala nasional di bidang pembakuan dan sertifikasi
produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, dan
pengawasan sarana produksi, sarana distribusi, ekspor impor, vigilans, produk dan
iklan alat kesehatan kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, produk diagnostik invitro, alat
kesehatan khusus dan perbekalan kesehatan rumah tangga;
f. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pembakuan dan sertifikasi
produksi dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, dan
pengawasan sarana produksi, sarana distribusi, ekspor impor, vigilans, produk dan
iklan alat kesehatan kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, produk diagnostik invitro, alat
kesehatan khusus dan perbekalan kesehatan rumah tangga;
g. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pembakuan dan sertifikasi produksi
dan distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, dan
pengawasan sarana produksi, sarana distribusi, ekspor impor, vigilans, produk dan
iklan alat kesehatan kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, produk diagnostik invitro, alat
kesehatan khusus dan perbekalan kesehatan rumah tangga; dan
h. Pelaksanaan urusan administrasi Direktorat.
2.2. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
Badan Pengawas Obat dan Makanan, yang selanjutnya disingkat BPOM adalah lembaga
pemerintah nonkementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahaa di bidang
pengawasan Obat dan Makanan. BPOM berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden melalui menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
BPOM dipimpin oleh Kepala.
BPOM mempunyai tugas menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan
Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Obat dan
Makanan yang dimaksud terdiri atas obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat
adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan. (Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2017 Tentang Badan Pengawas Obat Dan
Makanan).
Struktur Organisasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
1. Kepala
2. Sekretariat Utama
3. Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif
4. Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan,dan Kosmetik
5. Deputi Bidang Pengawasan PanganOlahan
6. Deputi Bidang Penindakan
7. Inspektorat Utama
8. Pusat;dan
9. Unit Pelaksana Teknis
Tugas BPOM
1. BPOM mempunyai tugas menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan
Obat dan Makanan
2. Obat dan Makanan terdiri atas obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat
adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan.

Fungsi BPOM
1. Penyusunan kebijakan nasional di bidang Pengawasan Obat dan Makanan;
2. Pelaksanaan kebijakan nasional di bidang Pengawasan Obat dan Makanan;
3. Penyusunan dan penenetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang Pengawasan
Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama Beredar;
4. Pelaksanaan Pengawasan Sebelum Beredar dan PengawasanSelama Beredar;
5. Koordinasi pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan instansi pemerintah pusat
dan daerah;
6. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang Pengawasan Obat dan Makanan;
7. Pelaksanaan penindakan terhadap pelanggaran ketentuan peraturanperundang-undangan di
bidang Pengawasan Obat dan Makanan
8. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan BPOM
9. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab BPOM;
10. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPOM dan
11. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan BPOM.

Kewenangan BPOM
1. Menerbitkan izin edar produk dan sertifikat sesuai dengan standar dan persyaratan
keamanan, khasiat/manfaat dan mutu, serta pengujian obat dan makanansesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Melakukan intelijen dan penyidikan di bidang pengawasan Obat dan Makanan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;dan
3. Pemberian sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dilihat dari fungsi BPOM secara garis besar, terdapat 4 (empat) inti kegiatan atau pilar
lembaga BPOM, yakni:
1. Penapisan produk dalam rangka pengawasan Obat dan Makanan sebelum beredar (pre-
market) mencakup:perkuatan regulasi, peningkatan registrasi/penilaian, peningkatan
inspeksi sarana produksi dalam rangka sertifikasi.
2. Pengawasan Obat dan Makanan pasca beredar di masyarakat (post-market) mencakup:
pengambilan sampel danpengujian, pemeriksaansarana produksi dan distribusi Obat dan
Makanan di seluruh Indonesia.
3. Pemberdayaan masyarakat dan pelaku usaha melalui komunikasi informasi dan edukasi
termasuk pembinaan pelaku usaha dalam rangka meningkatkan daya saing produk. Selain
itu melalui peningkatan peran pemerintah daerah dan lintas sektor untuk penguatan
kerjasama kemitraan dengan pemangku kepentingan dalam rangka meningkatkan
efektivitas pengawasan Obat dan Makanan.
4. Penegakan hukum melalui fungsi pengamanan, intelijen, dan penyidikan dalam rangka
memberantas kejahatan dibidang Obat dan Makanan.
2.2.1 Susunan Organisasi BPOM
Struktur Organisasi BPOM terdiri dari :
1. Kepala
Kepala mempunyai tugas memimpin dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas,
fungsi, dan kewenangan BPOM.
2. Inspektorat Utama.
Inspektorat Utama berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala.
Inspektorat Utama dipimpin oleh Inspektur Utama. Inspektorat Utama mempunyai
tugas menyelenggarakan pengawasan intern di lingkungan BPOM. Dalam
melaksanakan tugas, Inspektorat Utama menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern.
b. Pelaksanaan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya.
c. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Kepala.
d. Penyusunan laporan hasil pengawasan.
e. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Utama.
3. Sekretariat Utama
Sekretariat Utama berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala dan
dipimpin oleh Sekretaris Utama. Sekretariat Utama mempunyai tugas
menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BPOM. Dalam
melaksanakan tugas, Sekretariat Utama menyelenggarakan fungsi :
a. Koordinasi kegiatan BPOM
b. Koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran di lingkungan BPOM
c. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan,
kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat,
arsip, dan dokumentasi.
d. Pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana
e. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta pelaksanaan
advokasi hukum.
f. Penyelenggaraan pengelolaan barang milik/ kekayaan negara dan layanan
pengadaan barang/jasa.
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala.
2.2.2 Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan zat Adiktif.
Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat
Adiktif berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala. Deputi Bidang
Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan zat Adiktif dipimpin oleh
Deputi. Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dart Zat
Adiktif mempunyai tugas menyelenggarakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
di bidang pengawasan obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat
adiktif.
Dalam melaksanakan tugas, Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika,
Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan kebijakan di bidang Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan
Selama Beredar meliputi standardisasi, registrasi, dan pengawasan produksi dan
distribusi obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, darr zat adiktif.
b. Pelaksanaan kebljakan di bidang Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan
Selama Beredar meliputi standardisasi, registrasi, pengawasan . produksi dan
pengawasan distribusi obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, dart zat
adiktif.
c. Penyusunan norrna, standar, prosedur, dan kriteria di bidang Pengawasan Sebelum
Beredar dan Pengawasan Selama Beredar meliputi standardisasi, registrasi,
pengawasan produksi dan pengawasan distribusi obat, bahan obat, narkotika,
psikotropika, prekursor, dan zat adiktif.
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi dalam rangka Pengawasan Sebelum
Beredar dan Pengawasan Selama Beredar meliputi standardisasi, registrasi,
pengawasan produksi dan pengawasan distribusi obat, bahan obat, narkotika,
psikotropika, prekursor, dan zat adiktif.
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang Pengawasan Sebelum Beredar dan
Pengawasan Selama Beredar meliputi standardisasi, registrasi, pengawasan
produksi dan pengawasan distribusi obat, bahan obat, narkotika, psikotropika,
prekursor, dat zat adiktif
f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala.
2.2.3 Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik
Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala. Deputi Bidang Pengawasan
Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik dipimpin oleh Deputi. Deputi
Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik mempunyai
tugas menyelenggarakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan
obat tradisional, kosmetik, dan suplemen kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas, Deputi Bidang Pengawasan Obat Ttadisional,
Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan kebijakan di bidang Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan
Selama Beredar meliputi standardisasi, registrasi, pengawasan produksi dan
pengawasan distribusi obat tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik.
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan
Selama Beredar meliputi standardisasi, registrasi, pengawasan produksi dan
pengawasan distribusi obat tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik.
c. Penyusunan norrna, standar, prosedur, dan kriteria di bidang Pengawasan Sebelum
Beredar dan Pengawasan Selama Beredar meliputi standardisasi, registrasi,
pengawasan produksi dan pengawasan distribusi obat tradisional, suplemen
kesehatan, dan kosmetik.
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi dalam rangka Pengawasan Sebelum
Beredar dan Pengawasan Selama Beredar meliputi standardisasi, registrasi,
pengawasan produksi dan pengawasan distribusi obat tradisional, suplemen
kesehatan, dan kosmetik.
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang Pengawasan Sebelum Beredar dan
Pengawasan Selama Beredar meliputi standardisasi, registrasi, pengawasan produksi
dan pengawasan distribusi obat tradisional, suplemen kesehatan, dan kosmetik.
f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala.
2.2.4 Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan.
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala. Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan dipimpin oleh
Deputi. Bidang Pengawasan Pangan Olahan mempunyai tugas menyelenggarakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan pangan olahan. Dalam
melaksanakan tugas, Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan menyelenggarakan
fungsi :
a. Penyusunan kebiiakan di bidang Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan
Selama Beredar meliputi standardisasi, registrasi, pengawasan produksi, dan
pengawasan distribusi pangan olahan.
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan
Selama Beredar meliputi standardisasi, registrasi, pengawasan produksi, dan
pengawasan distribusi pangan olahan.
c. Penyusunan norna, standar, prosedur, dan kriteria di bidang Pengawasan Sebelum
Beredar dan Pengawasan Selama Beredar meliputi standardisasi, registrasi,
pengawasan produksi, dan pengawasan distribusi pangan olahan.
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi dalam rangka Pengawasan Sebelum
Beredar dan Pengawasan Selama Beredar meliputi standardisasi, registrasi,
pengawasan produksi dan pengawasan distribusi pangan olahan.
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang Pengawasan Sebelum Beredar dan
Pengawasan Selama Beredar meliputi standardisasi, registrasi, pengawasan produksi
dan pengawasan distribusi pangan olahan.
f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala.
2.2.5 Deputi Bidang Penindakan
Deputi Bidang Penindakan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala.
Deputi Bidang Penindakan dipimpin oleh Deputi. Deputi Bidang Penindakan
mempunyai tugas menyelenggarakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan
penindakan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
pengawasan Obat dan Makanan. Dalam melaksanakan tugas, Deputi Bidang
Penindakan menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan kebijakan penindakan meliputi cegah tangkal, intelijen, dan penyidikan
terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
pengawasan Obat dan Makanan.
b. Pelaksanaan kebijakan penindakan meliputi cegah tangkal, intelijen, dan penyidikan
terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang undangan di bidang
pengawasan Obat dan Makanan.
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria penindakan meliputi cegah
tangkal, intelijen, dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan.
d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan penindakan meliputi cegah tangkal, intelijen,
dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang pengawasan Obat dan Makanan.
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala.
2.2.6 Unit Pelaksana Teknis BPOM
Unit Pelaksana Teknis BPOM adalah satuan kerja yang bersifat mandiri yang
melaksanakan tugas teknis operasional tertentu dan/atau tugas teknis penunjang tertentu
di bidang pengawasan obat dan makanan. UPT BPOM berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Badan, yang secara teknis dibina oleh Deputi dan
secara administratif dibina oleh Sekretaris Utama. UPT BPOM mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan teknis operasional di bidang pengawasan Obat dan Makanan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan
tugasnyaUPT BPOM menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana dan program di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
b. Pelaksanaan pemeriksaan sarana/fasilitas produksi Obat dan Makanan
c. Pelaksanaan pemeriksaan sarana/fasilitas distribusi Obat dan Makanan dan/atau
sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian
d. Pelaksanaan sertifikasi produk dan sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat
dan Makanan
e. Pelaksanaan pengambilan contoh (sampling) Obat dan Makanan
f. Pelaksanaan pengujian Obat dan Makanan
g. Pelaksanaan intelijen dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan
h. Pengelolaan komunikasi, informasi, edukasi, dan pengaduan masyarakat di bidang
pengawasan Obat dan Makanan
i. Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama di bidang pengawasan Obat dan Makanan
j. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengawasan Obat dan
Makanan
k. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga; dan
l. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan

Klasifikasi UPT BPOM terdiri atas:


a. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan, yang selanjutnya disebut Balai Besar
POM. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan terdiri atas :
1. Kepala
2. Bidang Pengujian
Bidang Pengujian mempunyai tugas melaksanakan kebijakan operasional di
bidang pengujian kimia dan mikrobiologi Obat dan Makanan. Dalam melaksanakan
tugasnya, bidang pengujian menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana dan program di bidang pengujian kimia dan mikrobiologi
Obat dan Makanan
b. Pelaksanaan pengujian kimia dan mikrobiologi Obat dan Makanan
c. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengujian kimia dan
mikrobiologi Obat dan Makanan
3. Bidang Pemeriksaan
Bidang Pemeriksaan mempunyai tugas melaksanakan kebijakan operasional di
bidang inspeksi dan sertifikasi sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan
Makanan dan sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian, serta sertifikasi dan
pengambilan contoh (sampling) produk Obat dan Makanan. Dalam melaksanakan
tugasnya, badan pemeriksaan menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana dan program di bidang inspeksi dan sertifikasi
sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan dan
sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian, serta sertifikasi dan pengambilan contoh
(sampling) produk Obat dan Makanan
b. Pelaksanaan inspeksi sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan
Makanan dan sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian
c. Pelaksanaan sertifikasi sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi dan produk
Obat dan Makanan
d. Pelaksanaan pengambilan contoh (sampling) Obat dan Makanan
e. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang inspeksi dan
sertifikasi sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan dan
sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian, serta sertifikasi dan pengambilan contoh
(sampling) produk Obat dan Makanan
4. Bidang Penindakan
Bidang Penindakan mempunyai tugas melaksanakan kebijakan operasional di
bidang penindakan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Dalam melaksanakan tugasnya, bidang
penindakan menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana dan program di bidang intelijen dan penyidikan terhadap
pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan
Obat dan Makanan
b. Pelaksanaan intelijen dan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan
c. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang intelijen dan
penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang pengawasan Obat dan Makanan
5. Bidang Informasi dan Komunikasi
Bidang Informasi dan Komunikasi mempunyai tugas melaksanakan kebijakan
operasional di bidang pengelolaan komunikasi, informasi, edukasi, dan pengaduan
masyarakat serta penyiapan koordinasi pelaksanaan kerja sama di bidang
pengawasan Obat dan Makanan. Dalam melaksanakan tugasnya, bidang informasi
dan komunikasi menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana dan program di bidang pengelolaan komunikasi, informasi,
edukasi, dan pengaduan masyarakat di bidang pengawasan Obat dan Makanan
b. Pengelolaan komunikasi, informasi, edukasi dan pengaduan masyarakat di
bidang pengawasan Obat dan Makanan
c. Penyiapan koordinasi pelaksanaan kerja sama di bidang pengawasan Obat dan
Makanan
d. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengelolaan
komunikasi, informasi, edukasi dan pengaduan masyarakat di bidang
pengawasan Obat dan Makanan
6. Bagian Tata Usaha
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan
rencana, program, dan anggaran, pengelolaan keuangan dan barang milik negara,
teknologi informasi komunikasi, evaluasi dan pelaporan, urusan kepegawaian,
penjaminan mutu, tata laksana, kearsipan, tata persuratan serta kerumahtanggaan.
Dalam melaksanakan tugasnya, bagian tata usaha menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan rencana, program, dan anggaran
b. Pelaksanaan pengelolaan keuangan; c. pengelolaan persuratan dan kearsipan
c. Pengelolaan penjaminan mutu dan tata laksana
d. Pelaksanan urusan kepegawaian
e. Pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi
f. Pelaksanaan urusan perlengkapan dan kerumahtanggaan
g. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kinerja.
7. Kelompok Jabatan Fungsional

b. Balai Pengawas Obat dan Makanan, yang selanjutnya disebut Balai POM
Balai POM dibagi berdasarkan 2 (dua) Tipologi terdiri atas :
1. Balai POM Tipe A
Balai POM Tipe A terdiri atas
a. Kepala
b. Seksi Pengujian Kimia
Seksi Pengujian Kimia mempunyai tugas melakukan pengujian kimia Obat dan
Makanan.
c. Seksi Pengujian Mikrobiologi
Seksi Pengujian Mikrobiologi mempunyai tugas melakukan pengujian
mikrobiologi Obat dan Makanan
d. Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan inspeksi dan sertifikasi
sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan dan
sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian, serta sertifikasi dan pengambilan contoh
(sampling) produk Obat dan Makanan
e. Seksi Penindakan
Seksi Penindakan mempunyai tugas melakukan intelijen dan penyidikan terhadap
pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan
Obat dan Makanan
f. Seksi Informasi dan Komunikasi
Seksi Informasi dan Komunikasi mempunyai tugas melakukan pengelolaan
komunikasi, informasi, edukasi, dan pengaduan masyarakat, serta penyiapan
koordinasi pelaksanaan kerja sama di bidang pengawasan Obat dan Makanan
g. Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan koordinasi penyusunan
rencana, program, dan anggaran, pengelolaan keuangan dan barang milik negara,
teknologi informasi komunikasi, evaluasi dan pelaporan, urusan kepegawaian,
penjaminan mutu, tata laksana, kearsipan, tata persuratan serta kerumahtanggaan.
h. Kelompok Jabatan Fungsional
2. Balai POM Tipe B
Balai POM Tipe B terdiri atas :
a. Kepala
b. Seksi Pengujian
Seksi Pengujian mempunyai tugas melakukan pengujian kimia dan mikrobiologi
Obat dan Makanan.
c. Seksi Pemeriksaan dan Penindakan
Seksi Pemeriksaan dan Penindakan mempunyai tugas melakukan inspeksi dan
sertifikasi sarana/fasilitas produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan dan
sarana/fasilitas pelayanan kefarmasian, sertifikasi dan pengambilan contoh
(sampling) produk Obat dan Makanan, serta intelijen dan penyidikan terhadap
pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan
Obat dan Makanan
d. Seksi Informasi dan Komunikasi
Seksi Informasi dan Komunikasi mempunyai tugas melakukan pengelolaan
komunikasi, informasi, edukasi, dan pengaduan masyarakat, serta penyiapan
koordinasi pelaksanaan kerja sama di bidang pengawasan Obat dan Makanan.
e. Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan koordinasi penyusunan
rencana, program, dan anggaran, pengelolaan keuangan dan barang milik negara,
teknologi informasi komunikasi, evaluasi dan pelaporan, urusan kepegawaian,
penjaminan mutu, tata laksana, kearsipan, tata persuratan serta kerumahtanggaan.
f. Kelompok Jabatan Fungsional

c. Loka Pengawas Obat dan Makanan, yang selanjutnya disebut Loka POM.
Loka POM mempunyai tugas melakukan inspeksi dan sertifikasi sarana/fasilitas
produksi dan/atau distribusi Obat dan Makanan dan sarana/fasilitas pelayanan
kefarmasian, sertifikasi produk, pengambilan contoh (sampling), dan pengujian Obat dan
Makanan, intelijen, penyidikan, pengelolaan komunikasi, informasi, edukasi, pengaduan
masyarakat, dan koordinasi dan kerja sama di bidang pengawasan Obat dan Makanan,
serta pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. Loka POM terdiri atas :
a. Kepala
b. Kelompok Jabatan Fungsional.

2.3 Dinas Kesehatan


Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa
perubahan besar dan tegas dalam pembagian urusan pemerintahan konkuren antara
Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota dan penataan Perangkat Daerah.
2.3.1 Pengertian
Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah,
sedangkan untuk Perangkat Daerah Provinsi adalah unsur pembantu gubernur dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah provinsi Sedangkan Perangkat Daerah Kabupaten/Kota adalah
unsur pembantu Bupati/Wali Kota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota
dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
kabupaten/kota.
Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang kesehatan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
Dalarn melaksanakan tugasnya Kepala Dinas Kesehatan dibantu oleh seorang Wakil
Kepala Dinas Kesehatan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas. Dinas Kesehatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dikoordinasikan
oleh Asisten Kesejahteraan Rakyat Sekretaris Daerah. Dalam melaksanakan tugas, Kepala
Dinas dibantu oleh Wakil Kepala Dinas. Wakil Kepala Dinas berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Wakil Kepala Dinas mempunyai tugas membantu
Kepala Dinas dalam memimpin penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang kesehatan.
Dinas mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang kesehatan yang
menjadi kewenangan daerah.
Menurut PerGub 159 tahun 2019 dalam melaksanakan tugasnya Dinas
menyelenggarakan fungsi Penyusunan Rencana Strategis, Rencana Keria dan Rencana Kerja
dan Anggaran Dinas.
1. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Dinas.
2. Perumusan kebijakan, proses bisnis, standar dan prosedur Dinas.
3. Pelaksanaan kebijakan, proses bisnis, standar dan prosedur Dinas.
4. Perumusan kebijakan urusan pemerintahan di bidangkesehatan.
5. Pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan di bidangkesehatan.
6. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahandi bidang kesehatanh.
7. Pelaksanaan kerja sama dan koordinasi dengan PD/UKPDdan/atau instansi
pemerintah/swasta/organisasi dalam pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang
kesehatani.Pengelolaan data dan informasi di bidang kesehatan.
8. Pengoordinasian, pemantauan, evaluasi dan pembinaanRumah Sakit Umum
Daerah/Rumah Sakit Khusus Daerahk.
9. Pengoordinasian penilaian teknis bersama dan pemberianbahan rekomendasi kepada
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam rangka
penerbitanperizinan dan non perizinan di bidang kesehatanl.
10. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian perizinan dannon perizinan di bidang
kesehatan.
11. Pengawasan dan penindakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang kesehatann.
12. Pelaksanaan kesekretariatan Dinaso.
13. Pelaksanaan pengelolaan prasarana dan sarana di Bidang Kesehatan
14. Pengawasan dan penindakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang undangan di
bidang kesehataanq.Pelaksanaan pereneanaan, pembangunan baru/rehabtotal/rehab
berat/rehab sedang/rehab ringan sarana danprasarana kerja kesehatanr.
15. Pelaksanaan koordinasi, monitoring, evaluasi, dan pelaporan Dinass.Pelaksanaan
koordinasi, pemantauan, evaluasi, pelaporandan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas
dan fungsi Dinast.
16. Pelaksanaan tugas dan fungsi kedinasan lain yang diberikanoleh Gubernur dan/atau
Selu-etaris Daerah
2.2.3 Penataan Organisasi Dinas Kesehatana.Azas Dan Penetapan Tipelogi Dinas
Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengatur
bahwa pembentukan Perangkat Daerah dilakukan berdasarkan asas:
1. Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
2. intensitas Urusan Pemerintahan dan potensi Daerah
3. efisiensi
4. efektifitas
5. pembagian habis tugas
6. rentang kendali
7. tata kerja yang jelas
8. fleksibilitas.
2.2.4 Tipelogi Dinas Dan Jumlah Unit Kerja
Dinas Daerah dibedakan dalam 3 (tiga) tipe terdiri atas:
1. Dinas Daerah tipe A mewadahi pelaksanaan fungsi Dinas Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota dengan beban kerja yang besar. Dalam hal jumlah unit kerja
pada Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota tipe A, mempunyai unit kerja yang terdiri atas:
a. 1 (satu) sekretariat dengan paling banyak 3 (tiga) sub bagian.
b. 4 (empat) bidang dengan masing-masing bidang paling banyak 3 (tiga) seksi.
2. Dinas Daerah tipe B mewadahi pelaksanaan fungsi Dinas Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota dengan beban kerja yang sedang. Dalam hal jumlah unit kerja
pada Daera Provinsi/Kabupaten/Kota tipe B, mempunyai unit kerja yang terdiri atas:
a. 1 (satu) sekretariat dengan paling banyak 2 (dua) sub bagian.
b. 3 (tiga) bidang dengan masing-masing bidang paling banyak 3 (tiga) seksi.
3. Dinas Daerah tipe C mewadahi pelaksanaan fungsi Dinas Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota dengan beban kerja yang kecil. Dalam hal jumlah unit kerja
pada Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota tipe C, mempunyai unit kerja yang terdiri atas:
a. 1 (satu) sekretariat dengan paling banyak 2 (dua) sub bagian.
b. 2 (dua) bidang dengan masing-masing bidang paling banyak 3 (tiga) seksi.

Anda mungkin juga menyukai

  • Apotek
    Apotek
    Dokumen8 halaman
    Apotek
    Andriani
    Belum ada peringkat
  • Spo Pelayanan Resep
    Spo Pelayanan Resep
    Dokumen3 halaman
    Spo Pelayanan Resep
    marita tifani
    Belum ada peringkat
  • Bahan Kompre Rumah Sakit DD
    Bahan Kompre Rumah Sakit DD
    Dokumen9 halaman
    Bahan Kompre Rumah Sakit DD
    marita tifani
    Belum ada peringkat
  • Bahan Kompre 201
    Bahan Kompre 201
    Dokumen14 halaman
    Bahan Kompre 201
    marita tifani
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen22 halaman
    Bab Iii
    marita tifani
    Belum ada peringkat
  • Bab III (Revisi) B
    Bab III (Revisi) B
    Dokumen26 halaman
    Bab III (Revisi) B
    marita tifani
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen25 halaman
    Bab 4
    marita tifani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen11 halaman
    Bab Ii
    marita tifani
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    marita tifani
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    marita tifani
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen22 halaman
    Bab Iii
    marita tifani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen11 halaman
    Bab Ii
    marita tifani
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    marita tifani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen11 halaman
    Bab Ii
    marita tifani
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    marita tifani
    Belum ada peringkat