Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRA NATAL CARE (INC)

Diajukan untuk memenuhi tugas pre-klinik online


Keperawatan Maternitas II

Dosen Pembimbing :
Erika, SKp., MKep., Sp. Mat.,PhD

Dian Tiara
1911110439
A 2019 2
Kelompok IV

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
T.A 2021/2022
INC (PERSALINAN NORMAL)

A. Definisi
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 - 42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin,
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan
lahir, serta berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (Ardriaansz, 2017).

Persalinan terdiri dari empat kala yaitu, kala I dimulai sejak pembukaan serviks
hingga pembukaan lengkap (10 cm), kala II dari pembukaan lengkap sampai bayi
lahir, kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan kala IV dari lahirnya plasenta sampai dua
jam pertama postpartum (Sutanto & Fitriana, 2018).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Prawirohardjo, 2009).

B. Sebab-sebab persalinan
1. Teori penurunan hormone
Minggu sebelum persalinan, terjadi penurunan kadar hormone estrogen dan
progesterone dimana progesterone bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim
dan akan menyebabkan ketegangan pembuluh darah sehingga timbul his apabila kadar
progesteron menurun.

2. Teori plasenta menjadi tua


Menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone yang menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang akan menimbulkan kontraksi rahim.

3. Teori distensi rahim


Rahim menjadi meregang dan membesar sehingga menyebabkan kontraksi otot-
otot rahim yang mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale yang apabila digeser/ditekan akan
menyebabkan kontraksi uterus.

5. Induksi persalinan
Persalinan dapat ditimbulkan dengan jalan:
 Gagang laminaria : Beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis servikale
dengan tujuan merangsang frankenhauser.
 Amniotomi = pemecahan ketuban.
 Oksitosin drip = pemberian oksitosin menurut tetesan per-infus (Rustam
Mochtar,1998).

6. Teori oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise pars posterior. Dengan
menurunnya kadar progesterone akibat tuanya kehamilan, maka oksitosin dapat
meningkatkan aktivitasnya sehingga persalinan dapat dimulai.

7. Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh dicidua. Prostaglandin memicu terjadinya persalinan.
Prostaglandin memegang peranan penting dalam proses pematangan serviks pada
manusia. Prostaglandin utama yang dihasilkan oleh serviks adalah PGE2, PGI2
dan PGFα2 yang peningkatannya dihubungkan dengan proses pematangan
serviks. Prostaglandin memberikan efek stimulasi otot polos uterus sehingga
memberikan stimulan yang baik untuk kontraksi uterus dan menyebabkan portio
melunak.

8. Teori berkurangnya nutrisi janin


Teori ini menyatakan dimana berkurangnya nutrisi janin akibat tuanya
placenta akan memberikan feed back ke otak bahwa hasil konsepsi harus segera
dikeluarkan (Sarwono, 2006)
C. Patofisiologi
D. Tanda-tanda Timbulnya Persalinan
a. His
His adalah kontraksi uterus yang dapat diraba dan menimbulkan pembukaan
serviks. Kontraksi rahim dimulai dari kedua pace maker yang letaknya didekat kornu
uteri, bergeser ke tengah secara digital, kemudian ke bawah ke dekat serviks.
Kontraksi menjadi sirkuler. Penyebab nyeri terjadi karena tekanan pada serat-serat
saraf oleh otot-otot serviks ketika dilatasi dan oleh serat-serat otot rahim ketika
kontraksi. His yang menimbulkan pembukaan serviks dengan kecepatan tertentu
disebut his efektif. Ciri-ciri his efektif:
1. Adanya fundal dominan kontraksi uterus pada fundus uteri.
2. Kontraksi berlangsung secara sinkron dan harmonis.
3. Adanya intensitas kontraksi yang maksimal.
4. Adanya fase relaksasi yang maksimal antara his.
5. Iramanya teratur dan frekuensinya kian sering.
6. Kekuatan his dengan amplitudo 40-60 mmHg
7. Lama his berkisar antara 40-60 detik (Manuaba, 2002)

b. Show
Show adalah keluarnya lendir bercampur darah dari vagina. Pengeluaran darah
disebabkan karena stress pada jaringan yang menyebabkan kerusakan dan robeknya
pembuluh darah waktu pembukaan serviks (Manuaba, 2002).

c. Dilatasi dan effacement


Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur-angsur akibat
pengaruh his. Pembukaan dipastikan dengan memperkirakan garis tengah lubang
serviks. Serviks dikatakan membuka lengkap jka garis tengahnya berukuran 10 cm.
Effacement adalah pendataran atau pemendekan kanalis servikalis yang semula
panjangnya 1-2 cm menjadi hilang sama sekali hingga hanya tinggal osteum yang
tipis setipis kertas. Jika panjang serviks berkurang menjadi setengah maka terjadi
pendataran 50 persen, jika serviks tidak lagi memiliki panjang maka pendatarannya
sempurna atau 100 persen. (Obstetri Williams, 2009)
E. Faktor – Faktor yang Mendukung Persalinan :
1. Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu (bagian tulang yang padat), dasar panggul,
vagina dan inntroitus vagina (Bobak, 2005). Tulang panggul terdiri dari 2 buah os
coxae, 1 buah os sacrum dan 1 buah os cocygeus. Bidang-bidang panggul dapat
dibedakan menjadi 4 yaitu Pintu Atas Panggul, Bidang luas Panggul, Bidang Sempit
panggul dan Pintu Bawah Panggul. Ada 4 jenis bentuk panggul yaitu Ginekoid,
Android, Antropoid, Platipeloid. Keadaan panggul yang normal adalah panggul
Ginekoid.

2. Passanger (janin)
Ukuran kepala janin sangat mempengaruhi proses persalinan normal. Tulang
kepala janin terdiri dari 2 tulang parietal, 2 tulang temporal, 1 tulang frontal dan 1
tulang oksipital. Tulang-tulang ini disatukan oleh sutura membranosa yaitu sutura
sagitalis, lambdoidea, coronalis dan frontalis. Rongga yang berisi membrane ini
disebut fontanella. Fontanella anterior (UUB) berbentuk seperti intan yang terletak
pada pertemuan sutura sagitalis, coronalis dan sutura frontalis. Fontanela posterior
(UUK) berbentuk segi tiga terletak pada pertemuan sutura lambdoidea dan sutura
sagitalis. Sutura dan fontanella membuat tulang tengkorak fleksibel sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan jalan lahir. Tulang-tulang ini dapat saling tumpang tidih
yang disebut moulage. Presentasi janin adalah bagian janin yang pertama kali
memasuki pintu atas panggul dan terus melalui jalan lahir saat persalinan. Letak janin
adalah hubungan antara sumbu panjang janin terhadap sumbu panjang ibu. Sikap
janin adalah hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan yang lainnya. Posisi janin
adalah hubungan bagian terendah janin (presentasi) dengan panggul ibu. (Bobak,
2005). Ukuran kepala bayi terdiri ukuran muka belakang, ukuran melintang, ukuran
melintang. Ukuran muka belakang pada kepala bayi dengan persalinan yang normal
adalah diameter suboccipito-bregmatica dari foramen magnum ke ubun-ubun besar :
9,5 cm. ukuran ini adalah ukuran muka belakang yang terkecil. Ukuran ini melalui
jalan lahir kalau kepala anak sangat hiperfleksi pada letak belakang kepala. Ukuran
melintang pada kepala bayi yaitu diameter biparietalis (ukuran yang terbesar antara
kedua ossa parietalia) : 9 cm pada letak belakang kepala ukuran ini melaui ukuran
muka belakang dari pintu atas panggul (conjugata vera) dan diameter bitemporalis
(jarak yang terbesar antara sutura coronaria kanan kiri) : 8 cm. Ukuran lingkaran pada
kepala bayi untuk persalinan yang normal adalah circumferentia suboccipito
bregmatica yaitu mencapai 32 cm. Persalinan yang normal menggunakan presentasi
belakang kepala.

3. Power (kekuatan)
Ibu melakuakan kontraksi involunter dan volunter untuk mengeluarkan janin dan
plasenta dari uterus. Kontraksi uterus involunter (kekuatan primer) disebut juga his
berasal dari titik pemicu pada penebalan otot uterus bagian atas. Kontraksi involunter
ini menyebabkan pembukaan dan penipisan serviks sehingga bagian terendah bayi
turun dan masuk ke pintu atas panggul. Segera setelah bagian terbawah janin
mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong ke luar.
Wanita merasa ingin mengedan, usaha mendorong ke bawah (kekuatan sekunder).
(Bobak, 2005).

4. Psikis wanita / ibu


Lingkungan yang tidak nyaman dan membuat depresi ibu hamil akan mengganggu
kerja hipofisis posterior dalam memproduksi hormone yang memacu persalinan.
Terganggunya pembentukan hormone akan mempengaruhi kemajuan proses
persalinan. Keadaan ibu yang depresi dan tertekan membuat ibu tidak kooperatif
dalam menerima instruksi dari penolong dan saat penolong melakukan tindakan.
Perubahan psikologi cukup spesifik seiring kemajuan persalinan. Kondisi psikologi
seorang wanita yang melahirkan sangat bervariasi, tergantung dari pada persiapan
menghadapi persalinan dan dukungan antisipasi yang ia terima selama persiapan
persalinan, dukungan dari pasangan, keluarga, pemberi perawatan, lingkungan dan
dari factor janin apakah bayi tersebut diinginkan atau tidak. Ketegangan emosi akibat
rasa cemas sampai rasa takut dapat memperberat persepsi nyeri selama persalinan.
Nyeri dapat menginduksi ketakutan, sehingga timbul kecemasan yang berakhir
dengan kepanikan. Keletihan dan kurang tidur dapat memperberat nyeri. Persalinan
sebelumnya dapat mempengaruhi persepsi wanita tentang nyeri bersalin. Karena
wanita primipara mengalami persalinan yang lebih panjang, dan hal ini sering disebut
seperti suatu lingkaran setan (gatson-johansson, dkk, 1998).
5. Penolong
Penolong yang memiliki kompetensi dan pengetahuan yang cukup akan bisa
mendeteksi dan mengambil keputusan dalan memberikan asuhan persalinan yang
sesuai. Dengan asuhan yang tepat seorang ibu akan bersalin dengan baik dan cepat
mendapat tindakan khusus bila diperlukan.

6. Posisi ibu
Posisi yang paling baik adalah posisi yang dirasakan paling nyaman oleh si ibu.
Namun umumnya, ketika melahirkan penolong akan meminta ibu untuk berbaring
atau setengah duduk. Namun pada saat proses melahirkan berlangsung, tidak menutup
kemungkinan penolong akan meminta ibu mengubah posisi agar persalinan berjalan
lancar. Misalnya, pada awal persalinan ibu diminta berbaring, namun karena proses
kelahiran berjalan lamban maka penolong persalinan menganjurkan agar ibu
mengubah posisinya menjadi miring (Aya ivadi, 2010). Adapun posisi-posisi
persalinan yang dapat digunakan yaitu:
Pada saat kala I:
 Posisi berdiri membantu turunnya kepala dan mengurangi rasa nyeri.
 Jalan-jalan dapat mempercepat pembukaan pada servik dan membantu
mempercepat turunnya kepala.
 Duduk dapat mempercepat dan memperlancar persalinan, dengan gaya gravitasi
bumi yang ditimbulkan dapat mengurangi lamanya persalinan. Dapat memberikan
kenyaman bagi ibu.
 Jongkok dapat membuka pelvis sehingga bayi memiliki cukup ruang untuk
bergerak turun ke jalan lahir.
 Merangkak dapat membantu meringankan rasa sakit dan dapat memaksimalkan
aliran darah ke uteroplasenta.
Pada saat kala II:
 Posisi duduk atau setengah duduk, posisi ini dapat memberi rasa nyaman bagi ibu
dan memberi kemudahan baginya untuk beristirahat diantara kontraksi.
Keuntungan dari posisi ini adalah adanya gaya gravitasi yang dapat membantu
ibu dalam melahirkan bayinya sehingga kepala lebih mudah lahir.
 Posisi merangkak membuat ibu lebih nyaman untuk meneran dan dapat
membantu ibu dalam mengurangi rasa nyeri punggung saat persalinan serta
mengurangi peregangan perineum.
 Posisi berbaring miring kiri memudahkan ibu untuk beristirahat diantara
kontraksi jika ia mengalami kelelahan dan juga dapat mengurang resiko
terjadinya laserasi perineum. Posisi ini membantu beberapa ibu dalam perbaikan
posisi oksiput yang melintang untuk berputar menjadi posisi oksiput anterior.
Selain itu posisi ini juga baik untuk oksigenasi pada bayi.
 Posisi jongkok dan berdiri membantu turunnya kepala, mempercepat kemajuan
kala II persalinan dan mengurangi rasa nyeri

7. Pendamping
Bukan hanya saat mempersiapkan kelahiran, calon ayah juga bisa terlibat saat
persalinan. Peran pendamping dalam persalinan yaitu memberi dukungan
emosional/psikis, pemberian dukungan fisik seperti membantu ibu memijat punggung,
kaki atau kepala ibu dan tindakan-tindakan bermanfaat lainnya, menyeka muka ibu
secara lembut dengan menggunakan kain yang dibasahi air hangat atau dingin,
membantu ibu bernafas secara benar pada saat kontraksi. Pemberian dukungan
instrument seperti, memberikan ibu makanan ringan dan minuman yang cukup untuk
memberikan energi dan mencegah dehidrasi. Pemberian dukungan informasi seperti
mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan pujian kepada ibu, dan suami
SIAGA (siap antar jaga). (APN, 2008).

F. Kala Persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Kala I Persalinan :
Dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan servik menjadi
lengkap (10 cm). Berdasarkan kemajuan pembukaan maka Kala I dibagi menjadi:
a. Fase Laten
 Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
servik secara bertahap
 Berlangsung hingga servik membuka kurang 4 cm.
 Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
 Kontraksi mulai teratur tetapi intervalnya diantara 20 -30 detik.
b. Fase Aktif
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat atau memadai jika terjadi 3x atau lebih dalam
waktu sepuluh menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
 Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai bukaan lengkap atau 10 cm, akan
terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primagravida)
atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
 Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
 Fase aktif dibagi menjadi 3 periode:
- periode akselerasi: pembukaan 3 menjadi pembukaan 4 cm dalam waktu 2
jam.
- periode dilatasi maksimal: pembukaan berlangsung sangat cepat deri
pembukaan 4 cm menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam.
- periode deselerasi: pembukaan menjadi lambat kembali dari pembukaan 9 cm
menjadi 10 cm dalam waktu 2 jam (Sarwono, 2008).

2. Kala II Persalinan
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran
bayi. Kala II berlangsung selama rata-rata 1 ½ hingga 2 jam pada primigravida
dan selama ½ hingga 1 jam pada multipara. Transisi dari kala I ke kala II kerap
kali terjadi dengan sangat cepat pada multipara. Kala II terjadi dengan kontraksi
uterus yang kuat, penggunaan otot abdomen dan diafragma untuk menekan janin
kebawah, pergeseran otot dasar panggul, dilatasi vagina, penipisan dan
pemanjangan perineum, serta penonjolan vulva yang puncaknya adalah dengan
kelahiran bayi.

3. Kala III Persalinan


Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium)
berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi.
Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan
plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta
tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding
uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam
vagina. Kala III persalinan dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya placenta
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

4. Kala IV Persalinan
Kala IV persalinan dimulai dari saat lahirnya placenta sampai 2 jam pertama post
partum (setelah placenta lahir). Dalam periode ini penting untuk mempertahankan
kontraksi dan retraksi yang kuat. Perdarahan normal yang terjadi pada saat persalinan
yaitu kurang dari 500cc. suatu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan
melihat dan memperkirakan berapa banyak botol 500cc yang dapat menampung darah
tersebut. Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai
kondisi ibu. Cara tak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah adalah
melalui penampakan gejala dan tekanan darah. Apabila perdarahan menyebabkan ibu
lemas, pusing dan kesadaran menurun serta terjadi tekanan darah sistolik turun lebih
dari 10 mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih dari
500cc. (APN, 2008)

G. Pemeriksaan penunjang
1. USG
2. Pemeriksaan Hb

H. Penatalaksaan
Menurut Aiknjosastro (2009), penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan
plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:
1. Kaji kondisi & Fisik klien
2. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
3. Menganjurkan klien istirahat
4. Mengobservasi perdarahan
5. Memeriksa tanda- tanda vital
6. Memeriksa kadar Hb
7. Merikan cairan pengganti intravena RL
8. Memberikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila & fetus
masih premature
DAFTAR PUSTAKA

Barri, Syaiffudin Abdullah, dkk. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Bobak, Jensen. 2005. Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Hidayat, Asri, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta : Nuha Medika
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Mandriwati. 2008. Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta : EGC
Manuaba. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO. 2003. Asuhan Intrapartu. Jakarta: Pusdiknakes-WHO-
JHPIEGO
Sastrawinata, Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung
Tim Perumus FKPKB. 2010. Buku Petunjuk Dokumentasi Asuhan Kebidanan Untuk
Mahasiswa Diploma III Kebidanan. Denpasar: FKPKB
Yanti. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Anda mungkin juga menyukai