Anda di halaman 1dari 15

547

TAFSIR MAKNA NEGARA HUKUM DALAM PERSPEKTIF


UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Janpatar Simamora
Fakultas Hukum Universitas HKBP Nommensen Medan
e-mail: patarmora_81@yahoo.co.id

Abstract

According to Article 1 paragraph (3) of constitution 1945 stated that "Indonesia is a state of law".
However, there was no explanation of the meaning a state of law by the constitution 1945. While,
conception the state of law always refers to two different streams, namely state of law in meaning
rechtsstaat and state of law within the meaning of the rule of law. To answer meaning of state of
law by the constitution 1945, it is necessary to understand subtance "Preamble", in particular the
fourth paragraph of about the goal of the state of Republic Indonesia.

Keywords: state of law, Pancasila, Constitution 1945.

Abstrak

Menurut Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 disebutkan bahwa “negara Indonesia adalah negara
hukum”. Namun demikian, tidak ditemukan uraian lebih lanjut tentang makna negara hukum
menurut UUD NRI Tahun 1945. Sementara dalam perjalanan historisnya, konsepsi negara hukum
selalu bertitik tolak pada dua aliran berbeda, yaitu negara hukum dalam arti rechtsstaat dan negara
hukum dalam arti the rule of law. Untuk menjawab apa sesungguhnya makna negara hukum menurut
UUD NRI Tahun 1945, maka perlu dipahami secara utuh dan mendalam substansi Pembukaan,
khususnya alinea keempat tentang tujuan yang hendak dicapai negara Republik Indonesia.

Kata Kunci: negara hukum, Pancasila, UUD NRI Tahun 1945,

Pendahuluan semangat untuk mengokohkan Negara Kesatuan


Salah satu amanat reformasi yang ber- Republik Indonesia sebagai negara hukum me-
gulir pada tahun 1997-1998 adalah dilakukan- rupakan salah satu agenda penting yang menda-
nya perubahan terhadap Undang-Undang Dasar pat perhatian serius banyak kalangan ketika itu.
Tahun 1945. 1 Guna merespons hal dimaksud, Oleh sebab itu, ketentuan mengenai negara hu-
maka dilakukanlah perubahan demi perubahan kum semakin dipertegas dalam UUD setelah pe-
terhadap sejumlah ketentuan dalam UUD. Se- rubahan. Tentu harus diakui bahwa dalam upa-
bagai hasilnya, hanya dalam kurun waktu 4 ya mewujudkan negara hukum sebagaimana
tahun (1999-2002), telah terjadi 4 (empat) kali yang dicita-citakan dalam UUD NRI 1945 akan
proses amandemen terhadap Undang-Undang dapat direalisasikan bila seluruh proses penye-
Dasar 1945 (UUD 1945). Sejumlah perubahan lenggaraan pemerintahan benar-benar didasar-
dimaksud pada akhirnya telah membawa peru- kan pada kaidah-kaidah yang tertuang dalam
bahan mendasar dalam sistem ketatanegaraan konstitusi atau UUD.
Republik Indonesia. Hal inilah yang kemudian Di Amerika Serikat dalam praktiknya, pe-
dimaknai banyak pihak sebagai bentuk refor- rubahan konstitusi dapat juga terjadi melalui
masi konstitusi (constitutional reform). peran The Supreme Court (Mahkamah Agung).
Sekian banyak agenda perubahan yang di- Oleh karena itu, The Supreme Court disebut ju-
realisasikan melalui perubahan UUD NRI 1945, ga sebagai agent of constitutional change me-
ngingat perannya dalam mengubah konstitusi
1
Istilah UUD 1945 ditujukan sebagai nomenklatur atau melalui reinterpretasi peradilan. Hal ini me-
penamaan terhadap UUD 1945 sebelum perubahan.
548 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 3 September 2014

munculkan pendapat berbeda. Para pendukung (presiden). Sistem yang di-anut oleh UUD 1945
The Supreme Court sebagai agen perubahan adalah dominan eksekutif (executive heavy),
konstitusi mengatakan bahwa The Supreme yakni kekuasaan dominan berada di tangan pre-
Court harus menafsirkan konsep konstitusi da- siden. Pada diri presiden terpusat kekuasaan
lam rangka mengakomodir perubahan zaman. menjalankan pemerintahan (chief executive)
Di sisi lain, pihak yang tidak mendukung hal yang dilengkapi dengan berbagai hak-hak kons-
tersebut berpendapat bahwa penafsiran seperti titusional yang lazim disebut sebagai hak pre-
itu tidak sah dan tidak sesuai dengan consti- rogatif seperti memberi grasi, amnesti, abolisi
tutionalism.2 Namun demikian, dalam Article V dan rehabilitasi serta kekuasaan legislatif, ka-
Konstitusi Amerika Serikat hanya menetapkan rena memiliki kekuasaan mem-bentuk undang-
dua cara berbeda dalam mengubah konsti- undang; ketiga, UUD 1945 mengandung pasal-
tusinya. Pertama, allows Congress to propose pasal yang terlalu ‘luwes’, sehingga dapat me-
amendments when such amendments are ap- nimbulkan lebih dari satu penafsiran; keempat,
proved by at least a two‐thirds vote in both UUD 1945 terlalu banyak memberi kewenangan
houses. Kedua, This method requires Congress kepada kekuasaan presiden untuk mengatur
to call a constitutional convention to propose hal-hal penting dengan undang-undang. Hal ini
amendments when two thirds of the States berpotensi menimbulkan kondisi dimana presi-
apply for such a convention.3 den dapat merumuskan hal-hal penting sesuai
Ide maupun konsep negara hukum pada dengan kehendaknya dalam undang-undang;
umumnya dimaksudkan dalam rangka meng- dan kelima, rumusan UUD 1945 tentang sema-
hinadari negara atau pemerintah dari perbua- ngat penyelenggaraan negara belum cukup di-
tan sewenang-wenang. Karena bagaimanapun, dukung ketentuan konstitusi yang memuat atur-
bahwa suatu pemerintahan yang tidak dikontrol an dasar tentang kehidupan yang demokratis,
dengan perangkat hukum yang tegas dan kon- supremasi hukum, pemberdayaan rakyat, peng-
kret akan sangat rentan dengan berbagai ben- hormatan terhadap hak asasi manusia dan oto-
tuk penyimpangan dan penyalahgunaan kekua- nomi daerah.4
saan. Bahkan pada era modern sekarang, dapat Guna menuntaskan sejumlah persoalan
dikatakan bahwa merupakan suatu negara yang itu dan dalam rangka penyempurnaan terhadap
sangat relevan dan ideal bila kemudian segala aturan dasar penyelenggaraan negara secara
rangkaian kegiatan kenegaraannya didasarkan demokratis dan moder, perlu dilakukan bebe-
pada mekanisme hukum yang jelas dan tegas. rapa hal,5 seperti: pemisahan dan/atau pemba-
Dilakukannya rangkaian perubahan terha- gian kekuasaan yang lebih tegas, penerapan sis-
dap UUD 1945 tentu tidak terlepas dari se- tem checks and balances yang lebih ketat dan
jumlah persoalan yang melatarbelakanginya. transparan serta pembentukan lembaga-lemba-
Adapun dasar pemikiran yang melatarbelakangi ga negara yang baru untuk mengakomodir per-
perubahan terhadap UUD 1945 adalah sebagai kembangan kebutuhan bangsa dan tantangan
berikut. Pertama, UUD 1945 membentuk struk- zaman,6 maka digulirkanlah sejumlah perubah-
tur ketatanegaraan yang bertumpu pada ke- an terhadap berbagai ketentuan dalam UUD
kuasaan tertinggi di tangan MPR yang sepenuh- 1945. Adapun rincian perjalanan waktu peruba-
nya melaksanakan kedaulatan rakyat; kedua, han UUD 1945 yang telah diubah sebanyak 4
UUD 1945 memberikan kekuasaan yang sangat
4
besar kepada pemegang kekuasaan eksekutif MPR RI, 2012, Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ke-
tetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Edisi Revisi,
2
Lihat dalam Joel K. Goldstein, “Constitutional Change, Cetakan Kesebelas, Jakarta: Sekretariat Jen-deral MPR
Originalism and The Vice Presidency”, Journal of Cons- RI, hlm. 9-12.
5
titutional Law, Vol. 16 No. 2, Nov. 2013. University of Ibid, hlm. 13.
6
Penn-sylvania Law of School, Philadelphia, hlm. 370. Maruarar Siahaan, “Uji Konstitusionalitas Peraturan Per-
3
James Kenneth Rogers, “The Other Way to Amend the undang-undangan Negara Kita: Masalah dan Tantang-
Constitution: The artikel V Constitutional Convention an”, Jurnal Konstitusi, Vol. 7 No. 4, Edisi Agustus 2010,
Amendment Process”, Harvard Journal of Law & Public Jakarta: Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, hlm.
Policy, Vol. 30 No. 3, Summer 2007, hlm. 1005. 9.
Tafsir Makna Negara Hukum dalam Perspektif UUD RI 1945 549

(empat) kali perubahan, yaitu perubahan per- dan tata urutan peraturan perundang-undang-
tama dilakukan pada tahun 1999, perubahan an.7
kedua pada tahun 2000, perubahan ketiga pada Diadopsinya ketentuan tentang negara
tahun 2001 dan perubahan keempat pada tahun hukum dalam Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun
2002. 1945, di mana sebelumnya hanya diatur pada
Sejumlah materi muatan yang terkandung bagian Penjelasan UUD 1945 sebelum peruba-
dalam UUD 1945 juga turut mengalami peruba- han pada dasarnya tidak dibarengi dengan pen-
han yang cukup signifikan, baik dalam ben-tuk jelasan lanjutan akan makna negara hukum itu
penambahan maupun pengurangan. Kalau sebe- sendiri. Berbeda halnya pada saat pengaturan
lum diubah, UUD NRI Tahun 1945 terdiri dari 16 istilah negara hukum dalam UUD 1945 sebelum
Bab, 37 Pasal, 49 Ayat, 4 Pasal Aturan Peralihan perubahan yang ditempatkan pada bagian Pen-
dan 2 ayat Aturan Tambahan, maka setelah jelasan, tepatnya pada bagian Sistem Peme-
perubahan, komposisi tersebut menjadi 21 Bab, rintahan Negara yang secara langsung mene-
73 Pasal, 170 ayat, 3 Pasal Aturan Peralihan gaskan bahwa Negara Indonesia berdasar atas
dan 2 Pasal Aturan Tambahan. Dari perbandi- hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan kekua-
ngan data tersebut, perubahan yang cukup sig- saan belaka (machtsstaat).
nifikan dapat dilihat dari adanya penambahan Sebagaimana diketahui bahwa konsepsi
ayat sekitar 121 ayat. Hal ini dilakukan guna tentang negara hukum selalu berkiblat pada
mengakomodir berbagai sisi kehidupan ketata- dua tradisi hukum berbeda, yaitu common law
negaraan yang selama ini dipandang belum di system dan civil law system. Keduanya memiliki
atur secara maksimal dalam konstitusi, sehing- ciri serta aspek penekanan yang berbeda antara
ga dengan demikian, maka upaya merealisasi- satu dengan lainnya. Kemudian, apa sesungguh-
kan cita-cita reformasi dan cita-cita negara hu- nya makna negara hukum sebagaimana dimak-
kum, khususnya melalui jalur konstitusi akan sud dalam Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945.
dapat diwujudkan secara nyata atau setidaknya Apakah negara hukum dalam pengertian com-
diakomodir secara yuridis. mon law system atau civil law system atau bah-
Seluruh rangkaian perubahan dimaksud kan negara hukum dalam versi lain menurut
tentunya dapat dimaknai dan diklasifikasikan tradisi hukum yang berkembang di tanah air.
sebagai langkah reformasi konstitusi (constitu- Sejumlah persoalan inilah yang akan menjadi
tional reform), karena faktanya bahwa peru- objek pembahasan lebih lanjut dalam tulisan
bahan yang terjadi tidak hanya sebatas bentuk ini.
formal, melainkan juga mengarah pada persoa-
lan-persoalan ketatanegaraan yang sangat subs- Pembahasan
tansial. UUD NRI Tahun 1945 dari segi aspek Konsepsi Awal Pemikiran Tentang Negara Hu-
sistematika, sebelum diubah terdiri dari 3 (tiga) kum
bagian dan penamaan, yaitu: Pembukaan (Pre- Akar konsepsi pemikiran tentang negara
ambule), Batang Tubuh dan Penjelasan. Setelah hukum dalam sejarah dimulai sejak Magna
perubahan, bagian-bagian dan penamaan UUD Charta 1215, hanya saja baru kemudian pada
NRI Tahun 1945 terdiri dari 2 (dua) bagian, yai- abad ke-XVII, perbincangan tentang negara hu-
tu: Pembukaan dan pasal-pasal (sebagai peng- kum sudah mulai serius dilakukan.8 Lahirnya pe-
ganti istilah Batang Tubuh). Adapun untuk bagi- mikiran tentang negara hukum adalah sesung-
an Penjelasan telah dihilangkan dengan pertim- guhnya tidak dapat dilepaskan dari adanya tin-
bangan bahwa seluruh ketentuan pokok yang dakan sewenang-wenang yang digulirkan oleh
tercantum dalam Penjelasan sudah diakomodir
dalam bagian pasal-pasal. Selain itu, penghapu- 7
MPR RI, op.cit., hlm. 14.
8
san bagian Penjelasan juga dimaksudkan guna Susi Dwi Harijanti, 2011, Negara Hukum dalam Undang-
Undang Dasar 1945, dalam “Negara Hukum yang Ber-
menghindari kesulitan dalam menentukan sta- keadilan: Kumpulan Pemikiran dalam Rangka Purna-
tus bagian Penjelasan dari sisi sumber hukum bakti Prof.Dr.H.Bagir Manan, SH., MCL”, Cetakan Per-
tama, Bandung: PSKN FH UNPAD, hlm. 82.
550 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 3 September 2014

penguasa kala itu. Bahkan kemudian, konsepsi dengan demikian maka manusia akan ditempa
negara hukum dipandang sebagai bentuk reaksi menjadi warga negara yang bersikap adil dalam
atas tindakan sewenang-wenang yang dilakukan kehidupannya.
penguasa. Immanuel Kant menjelaskan makna ne-
Atas dasar itulah, maka kemudian pemba- gara hukum sebagai penjaga malam, artinya
tasan kekuasaan penguasa menjadi sangat ur- bahwa tugas negara hanya sebatas menjaga dan
gen untuk dilakukan melalui perangkat hukum melindungi hak-hak rakyat. Hanya saja, bila di-
agar pemerintahan yang sedang memegang ken- lakukan pengkajian lebih lanjut bahwa sesung-
dali kekuasaan suatu negara dapat terkendali. guhnya gagasan ini masih mengandung sejumlah
Cita negara hukum untuk pertama kalinya dike- kelemahan tersendiri, karena dalam praktik
mukakan oleh seorang filosof Yunani bernama yang terjadi selama ini ada kalanya negara ti-
Plato. Plato, dalam bukunya yang berjudul No- dak hanya bertugas menjaga dan melindungi
moi, menggambarkan bagaimana pentingnya hak-hak rakyat, namun harus turut campur
posisi hukum dalam mengatur negara dengan tangan dan kondisi dan hal-hal tertentu. Ten-
menyatakan bahwa penyelenggaraan pemerin- tunya dengan catatan bahwa sepanjang campur
tahan yang baik adalah pemerintahan yang di- tangan tersebut dimaksudkan dalam rangka me-
atur oleh hukum. Pandangan Plato ini cukup wujudkan tercapainya keadilan dan kesejah-
mengisyaratkan bagaimana sesungguhnya peran teraan bagi rakyatnya. Oleh sebab itu, maka
penting hukum dalam mengatur kehidupan ber- dapat dikatakan bahwa konsepsi negara hukum
bangsa dan bernegara. sebagaimana yang dicita-citakan oleh Immanuel
Sesungguhnya pada awal pemikirannya, Kant sesungguhnya merupakan konsepsi pemak-
Plato dalam bukunya berjudul Republic, me- naan negara hukum dalam arti sempit, klasik
nginginkan supaya negara diperintah oleh se- atau kuno, yaitu negara dimana tugas negara
orang raja dari kalangan filosof dengan maksud hanya menjaga keamanan dan ketenteraman
bahwa negara akan dapat diperintah secara bi- dengan membuat hukum, melaksanakan hukum,
jak tanpa harus tunduk pada mekanisme hukum. dan mengawasi pelaksanaan hukum tersebut,
Namun dalam perjalanannya bahwa apa yang sedangkan tugas-tugas lainnya, seperti tugas
dicita-citakan Plato sejak awal ternyata sangat dalam bidang pendidikan dan pengajaran, ke-
sulit untuk direalisasikan. Karena faktanya bah- agamaan, pertanian dan tugas lainnya menjadi
wa negara yang diperintah oleh seorang filosof tugas para warga negara perorangan. Kemung-
yang bijak tidak selamanya berjalan sesuai de- kinan besar, Immanuel Kant menciptakan pe-
ngan yang diharapkan. Oleh karena itulah maka ngertian negara hukum dalam makna sempit di-
Plato kemudian menegaskan bahwa sesung- karenakan pengaruh perkembangan paham indi-
guhnya pilihan terbaik dalam mengelola negara vidualisme, yaitu paham yang mengutamakan
harus tunduk pada aturan-aturan yang berlaku. kepentingan perorangan dan paham liberalisme,
Pemikiran Plato dikembangkan oleh mu- yaitu paham yang mengutamakan kebebasan
ridnya yang bernama Aristoteles. Ketika itu, perorangan. Sementara sejumlah paham dimak-
Aristoteles berusaha mewariskan ajaran guru- sud tidak selamanya akan selalu menjadi pilih-
nya dengan melakukan penyempurnaan terha- an terbaik bagi suatu negara, khususnya pada
dap pengertian negara hukum dengan mengata- era modern yang lebih menonjolkan kehidupan
kan bahwa suatu negara yang baik adalah nega- demokratis saat ini.
ra yang dijalankan menurut konstitusi serta Apaila kemudian kembali pada pandangan
berkedaulatan hukum. Menurut Aristoteles, se- Aristoteles, dapat dipahami bahwa negara hu-
sungguhnya yang memerintah dalam negara bu- kum memiliki keterkaitan yang sangat erat de-
kanlah manusia, melainkan pikiran yang adil. Di ngan keadilan dan konstitusi. Oleh sebab itulah,
sisi lain, kesusilaan berperan penting guna me- maka berbagai negara, termasuk Indonesia me-
nentukan baik buruknya suatu hukum. Manusia nempatkan pengaturan konsepsi negara hukum
harus dididik menjadi warga negara yang baik, dalam konstitusinya. Hal ini dilakukan agar pe-
Tafsir Makna Negara Hukum dalam Perspektif UUD RI 1945 551

negasan konsep negara hukum dapat terpatri berkarakter administratif, sedangkan konsep
dalam kehidupan kenegaraan dan menjadi lan- rule of law bertumpu atas sistem hukum yang
dasan yang sangat kuat dalam menjalankan ro- disebut common law yang berkarakter judicial13
da pemerintahan dan kehidupan bernegara. atau peradilan. Konsep rechtsstaat diawali dari
Selain itu, penempatan negara hukum dalam sistem Romawi Jerman pada dasarnya mengem-
konstitusi dapat dimaknai sebagai upaya me- bangkan kaidah hukum yang sistematis, doktri-
lembagakan dan membudayakan ketaatan ter- nal, dan berdasarkan perundang-undangan yang
hadap hukum dalam menjalankan roda peme- dibuat oleh lembaga legislatif, sedangkan kon-
rintahan.9 sep the rule of the law yang dilatar belakangi
Konsep negara hukum sering diterjemah- oleh sistem common law, norma hukumnya ti-
kan dengan berbagai istilah yang berbeda-beda dak dirumuskan secara sistematis dan doctrinal.
seperti the rule of law, rechtsstaat, etat de Jadi, ciri common law terletak pada normanya
droit atau estado de derecho. 10 Di negara- yang bersifat konkret yang dilahirkan melalui
negara Eropa Continental, konsep negara hu- suatu putusan hakim. 14 Disini tampak bagai-
kum disebut dengan istilah rechtsstaat. Istilah mana pentingnya fungsi peradilan dalam sistem
rechtsstaat adalah merupakan bahasa Belanda common law. Makna esensial dari the rule of
yang memiliki makna dan pengertian sejajar law adalah pembatasan kekuasaan terhadap pe-
dengan rule of law di negara-negara yang me- merintah oleh hukum (termasuk konstitusi kare-
nganut sistem Anglo Saxon. Di Indonesia dikenal na konstitusi adalah hukum). Asas the rule of
dengan istilah “negara hukum”, yang dalam law juga berusaha untuk memastikan bahwa
bahasa Jerman disebut dengan istilah “rechts- pembatasan kekuasaan terhadap pemerintah
staat” atau dalam bahasa Perancis disebut oleh hukum mampu terjadi secara faktual.15
dengan istilah “Etat de Droit”. Merujuk pada apa yang dikemukakan oleh
Sebagaimana dikemukakan oleh Ni’matul A.V. Dicey bahwa setidaknya terdapat 3 (tiga)
11
Hud, bahwa Dilihat dari latar belakang dan arti dari negara hukum dalam arti rule of law.
sistem hukum yang menopangnya, terdapat Pertama, supremasi absolut terletak pada hu-
perbedaan antara konsep rechstsaat dengan kum, jadi bukan pada tindakan penguasa; ke-
konsep rule of law, meskipun dalam perkemba- dua, berlakunya prinsip persamaan di muka hu-
ngannya dewasa ini tidak lagi dipermasalahkan kum (equility before the law), di mana semua
lagi perbedaan antara keduanya dan keduanya orang harus tunduk kepada hukum; dan ketiga,
berjalan dengan sistem sendiri, karena pada konstitusi merupakan dasar atau landasan dari
dasarnya kedua konsep itu mengarah pada satu segala hukum yang ada bagi negara yang
sasaran yang utama, yaitu pengakuan dan per- bersangkutan.
lindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Kon- Kemudian bila dibandingkan dengan pen-
sep rechsstaat lahir dari suatu perjuangan me- dapat ahli lainnya, yaitu Hans Kelsen, mem-
nentang absolutisme sehingga sifatnya revo- berikan argumentasi bahwa dalam kaitan nega-
lusioner, sebaliknya konsep rule of law berkem- ra hukum yang juga merupakan negara demo-
bang secara evolusioner.12 kratis setidak-tidaknya harus memiliki 4 (empat)
Konsep rechsstaat bertumpu atas sistem syarat rechtsstaat. Pertama, negara yang kehi-
hukum kontinental yang disebut civil law yang dupannya sejalan dengan konstitusi dan un-
dang-undang; kedua, negara yang mengatur
9 mekanisme pertanggungjawaban atas setiap ke-
Janpatar Simamora, 2013, Mendesain Ulang Model Ke-
wenangan Judicial Review di Indonesia, Cetakan Per-
tama, Yogyakarta: Capiya Publishing, hlm. 41.
10 13
Susi Dwi Harijanti, op.cit., hlm. 80. Ibid.,
11 14
Dayanto, “Rekonstruksi Paradigma Pembangunan Nega- Ibid., hlm. 500-501.
15
ra Hukum Indonesia Berbasis Pancasila”, Jurnal Dina- Titon Slamet Kurnia, “Konsep Negara Berbasis Hak seba-
mika Hukum, Vol. 13 No. 3, Edisi September 2013, Pur- gai Argumen Justifikasi Pengujian Konstitusionalitas Un-
wokerto, Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedir- dang-undang”, Jurnal Konstitusi, Vol. 9 No. 3, Edisi
man, hlm. 500. September 2012, Jakarta: Mahkamah Konstitusi Repu-
12
Ibid., blik Indonesia, hlm. 575.
552 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 3 September 2014

bijakan dan tindakan yang dilakukan oleh pe- akan dapat diwujudnyatakan dan direalisasikan
nguasa; ketiga, negara yang menjamin kemer- dengan baik.17 Pada titik inilah perlu dipahami
dekaan kekuasaan kehakiman serta adanya per- lebih lanjut bagaimana sesungguhnya keter-
adilan adminstrasi negara; dan keempat, nega- kaitan antara negara hukum dan demokrasi. Se-
ra yang melindungi hak azasi manusia. yogianya kedua elemen dimaksud dapat ber-
Berkaitan dengan posisi norma hukum da- jalan seirama agar kemudian upaya perwujudan
lam sebuah negara, Hans Kelsen menjelaskan negara hukum yang sesungguhnya dapat terca-
bahwa norma-norma konstitusi yang mengatur pai sesuai dengan yang dikehendaki rakyat sua-
pembentukan norma-norma umum yang harus tu negara.
diterapkan oleh pengadilan dan organ-organ pe-
negak hukum lainnya bukanlah norma-norma Makna Negara Hukum dalam UUD 1945 sebe-
yang lengkap dan berdiri sendiri. Pandangan lum Perubahan
Hans Kelsen itu tampaknya mengarahkan pe- Sebagaimana dijelaskan sebelumnya pada
maknaan terhadap istilah negara hukum, khu- bagian awal tulisan ini bahwa pengaturan me-
susnya pengertian konstitusi yang tidak dapat ngenai Indonesia sebagai negara hukum dalam
dimaknai hanya sebatas pengaturan hal-hal UUD 1945 sebelum perubahan tidak dimuat da-
umum dan abstrak dalam kehidupan bernegara. lam bagian “Batang Tubuh” atau pasal-pasal.
Selain itu, ahli hukum lainnya yang turut mem- Pengaturannya hanya ditempatkan di bagian
berikan pandangannya mengenai kriteria negara “Penjelasan”, tepatnya pada bagian “Sistem
hukum adalah Friedrich Julius Stahl, yaitu se- Pemerintahan Negara”, point pertama dengan
orang sarjana hukum Jerman dengan menjelas- bunyi “Indonesia ialah negara yang berdasar
kan bahwa suatu negara hukum formal harus atas hukum (reschtsstaat), tidak berdasarkan
memenuhi persyaratan sebagai berikut: adanya kekuasaan belaka (machtsstaat)”. Dengan ben-
pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia; tuk pengaturan yang demikian, maka tentu de-
adanya pemisahan kekuasaan; pemerintahan di- ngan mudah akan dipahami bahwa negara hu-
jalankan berdasarkan undang-undang; dan ada- kum sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945
nya pengadilan administrasi. sebelum perubahan adalah negara hukum yang
Ditemukannya beberapa perbedaan isti- mengarah pada konsep hukum rechtsstaat yang
lah dan pengertian serta ciri-ciri maupun krite- lahir dari konsep hukum Eropa Kontinental.
ria terkait dengan negara hukum, namun dari Penegakan semacam ini sangat dibutuhkan agar
keseluruhan pandangan yang ada tampat de- kemudian tidak terbuka ruang penafsiran seca-
ngan jelas adanya upaya yang berusaha untuk ra beragam terhadap makna negara hukum itu
menegaskan bahwa negara hukum adalah ne- sendiri. Barangkali, hal ini akan menjadi salah
gara yang melandaskan setiap kehidupan kene- satu kelebihan dari mekanisme pengaturan
garaannya didasarkan pada mekanisme hukum yang dituangkan dalam UUD 1945 sebelum pe-
yang jelas dan tegas. Selanjutnya, dalam proses rubahan.
pembentukannya bahwa hukum yang berlaku Substansi lain yang turut diatur dalam
dalam negara hukum semestinya dirumuskan bagian “Penjelasan” UUD 1945, khususnya pada
secara demokratis pula,16 artinya bahwa hukum “Sistem Pemerintahan” adalah: Sistem Konsti-
yang terbentuk dan berlaku adalah hukum yang tusional. Pada point ini dijelaskan bahwa peme-
benar-benar dikehendaki oleh seluruh rakyat, rintahan berdasar atas sistem konstitusi (hukum
bukan semata-mata dikehendaki oleh mereka- dasar) tidak bersifat absolutisme (kekuasaan
mereka yang memegang tampuk kekuasaan. yang tidak terbatas). Selain itu disebutkan pula
Dengan pola pembentukan hukum yang demiki- bahwa kekuasaan negara yang tertinggi dita-
an, maka upaya menciptakan negara hukum ngan MPR (Die gezatnte Staatgewalt liegi allein
yang demokratis (democratise rechtsstaat) bei der Majelis). Adapun Kedaulatan Rakyat di-

16 17
Janpatar Simamora, op.cit., hlm. 43. Ibid., hlm. 43-44.
Tafsir Makna Negara Hukum dalam Perspektif UUD RI 1945 553

pegang oleh suatu badan, bernama MPR, seba- Artz,19 bahwa di Jerman sendiri, negara hukum
gai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia (Ver- pada awalnya diartikan sebagai Gesetzeestaat
tretungsorgan des Willens des Staatsvolkes). yang menunjuk pada konsep minimal formal le-
Majelis ini menetapkan UUD dan menetapkan gality yang sangat menekankan pentingnya
garis-garis besar haluan negara. Majelis ini prinsip legalitas dan kemudian dipraktikkan pa-
mengangkat Kepala Negara (Presiden) dan Wa- da masa sebelum Perang Dunia II. Sekalipun
kil Kepala Negara (Wakil Presiden). Majelis ini- Immanuel Kant sering dianugerahi gelar sebagai
lah yang memegang kekuasaan negara yang bapak spiritual konsep rechtsstaat, namun de-
tertinggi, sedang Presiden harus menjalankan mikian sebagaimana disebutkan oleh Laurent
haluan negara menurut garis-garis besar yang Pech, 20 bahwa penggunaan istilah rechtsstaat
telah ditetapkan oleh Majelis. Adapun Presiden untuk pertama kalinya justru dikemukakan oleh
yang diangkat oleh Majelis, bertunduk dan ber- Johan Wilhelm Placidus,21 dalam Literature der
tanggung jawab kepada Majelis. Ia ialah "man- Staatslehre, Ein Versuch pada tahun 1798. Baru
dataris" dari Majelis. Ia berwajib menjalankan kemudian pada saat berlakunya Basic law Jer-
putusan-putusan Majelis. Presiden tidak "neben", man pada tahun 1949, konsep rechsstaat ber-
akan tetapi "untergeordnet" kepada Majelis. kembang sedemikian rupa sebagai prinsip yang
Selain itu, disebutkan pula bahwa Presiden ia- lebih komprehensif dan secara tersirat lebih
lah penyelenggara pemerintah negara yang te- menyentuh prinsip-prinsip fundamental organi-
rtinggi di bawah Majelis. Di bawah MPR, Presi- sasi negara, yaitu seperti pemisahan kekuasa-
den ialah penyelenggara pemerintah negara an, pengujian oleh badan peradilan, prinsip le-
yang tertinggi. Dalam menjalankan pemerinta- galitas, prosedur yang adil, adanya kepastian
han negara, kekuasaan dan tanggungjawab ada- hukum dan juga proporsionalitas serta sejumlah
lah ditangan Presiden (concentration of power prinsip fundamental lainnya.
and responssibility upon the President). Pre- Sementara bila kemudian dilihat di Pe-
siden tidak bertanggungjawab kepada DPR. Di rancis, perkembangan konsep negara hukum di-
sampingnya Presiden adalah DPR. Presiden ha- tandai dengan dua hal. Pertama, tidak terdapat
rus mendapat persetujuan DPR untuk memben- padanan konsep rechtsstaat. Adapun istilah
tuk undang-undang (Gesetzgebung) dan untuk etat de droit sebagaimana dikenalkan oleh
menetapkan anggaran pendapatan dan belanja Leon Duguit pada tahun 1907 hanya semata-
negara (Staatsbegrooting). Oleh karena itu, mata merupakan terjemahan dari literal rechts-
Presiden harus bekerja bersama-sama dengan staat.22 Artinya bahwa sesungguhnya tidak dite-
Dewan, akan tetapi Presiden tidak bertanggung mukan makna yang sama persis dengan konsep
jawab kepada Dewan, artinya kedudukan Pre- rechtsstaat di Perancis. Kedua, konstitusional-
siden tidak tergantung dari pada Dewan. isme Perancis tidak tumbuh dan mengakar se-
Jika kemudian dikaji dalam perspektif cara kuat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
historisnya, maka dapat dipahami bahwa ba- Pech, 23 bahwa selama masa Revolusi Perancis
ngunan teori atau konsep negara hukum di Ero- dan tahun-tahun berikutnya, bentuk dan sifat
pa Kontinental yang kemudian diadopsi dalam pemerintahan di Perancis selalu berubah-ubah,
UUD 1945 sebelum perubahan sangat banyak mulai dari sistem kerajaan yang konstitusional,
terpengaruh oleh pemikiran Immanuel Kant, republi, hingga kediktatoran dan kemudian pa-
Hans Kelsen maupun sejumlah ahli hukum lain- da akhirnya menuju restorasi kerajaan.
nya. Adapun perkembangan konsep negara hu- Roda perjalanan pemerintahan yang se-
kum di Eropa Kontinental dapat dilihat antara lalu berubah-ubah sebagaimana yang pernah di-
lain di negara Jerman dan Perancis.18 Sebagai- alami Perancis tentu tidak akan efektif untuk
mana pernah ditulis Marjanne Termorshuizen-
19
Ibid., 83-84.
20
Ibid., 84.
21
Ibid.
22
Ibid.
18 23
Susi Dwi Harijanti, op.cit., hlm. 83. Ibid.
554 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 3 September 2014

mengukuhkan sebuah konsep kenegaraan seper- lumnya. Adapun ciri-ciri sekaligus syarat negara
ti konsep negara hukum. Sebab bagaimanapun, hukum dengan konsep rechtsstaat adalah seba-
terlalu seringnya bentuk dan sifat serta sistem gai berikut
pemerintahan suatu negara mengalami peru- Pertama, negara yang kehidupannya seja-
bahan akan sangat banyak mempengaruhi kon- lan dengan konstitusi dan undang-undang yang
sep bernegara yang dibangun dalam negara itu proses pembuatannya dilakukan oleh parlemen.
sendiri.24 Ada dua hal yang sangat pokok dari ciri yang
Di Indonesia, misalnya salah satu sistem pertama ini, yaitu: (a) tampak adanya penegas-
yang pernah mengalami perubahan adalah ter- an bahwa segala aktivitas pemerintahan dan
kait dengan penerapan demokrasi langsung, kenegaraan harus disandarkan pada mekanisme
khususnya di tingkat lokal. Tidak tertutup ke- yang sebelumnya telah diatur dalam konstitusi
mungkinan bahwa di masa yang akan datang, maupun dalam bentuk peraturan perun-dang-
proses pemilihan kepala daerah justru menga- undangan lainnya; (b) melalui ciri ini juga dite-
lami perubahan menuju sistem-sistem beri- gaskan bahwa setiap proses pembentukan un-
kutnya. Bisa saja suatu ketika, sistem pemilihan dang-undang dila-kukan oleh parlemen. Namun
kepala daerah di Indonesia akan dilakukan de- demikian, patut dicatat bahwa undang-undang
ngan sistem pengangkatan oleh pemerintah pu- yang dihasilkan oleh parlemen atau legislatif
sat atau mungkin kembali ke mekanisme pemi- haruslah berupa produk yang seirama dan se-
lihan kepala daerah oleh DPRD setempat. Dina- jalan dengan aspirasi masyarakat, sebab bila
mika politik yang ada sangat memungkinkan hal tidak, maka produk tersebut akan sangat layak
itu terjadi, khususnya melihat fakta akan keti- dijadikan sebagai musuh bersama (common
dakberhasilan proses pemilihan umum kepala enemy) oleh rakyat. 25 Sebagaimana dikemuka-
daerah secara langsung dalam menghasilkan pe- kan oleh Khopiatuziadah, 26 dengan mengutip
mimpin daerah yang mampu menjawab tanta- pandangan W. Friedman bahwa diperlukan ada-
ngan otonomi daerah secara utuh dan menyelu- nya keseimbangan antara keinginan untuk
ruh. Sebaik apapun konsep negara hukum yang membentuk pembaruan hukum melalui undang-
akan diusung, namun bila kemudian tidak dite- undang dengan kesadaran memperhatikan ke-
mukan adanya sikap konsisten dalam memba- nyataan hidup dalam masyarakat. Kenyataan-
ngun bentuk dan sistem serta manajemen pe- kenyataan ini di-sebut sebagai “living law dan
merintahan, akan sangat sulit kiranya untuk just law” yang merupakan “inner order” dari
me-wujudkan konsep dimaksud secara utuh dan masyarakat yang mencerminkan nilai-nilai hi-
menyeuruh. dup di dalamnya. Jadi dalam membentuk suatu
Terlepas kemudian bagaimana perjalanan undang-undang, agar undang-undang tersebut
sejarah konsep negara hukum dalam arti recht- dapat berlaku secara efektif, maka dalam pem-
sstaat di berbagai negara, bila kemudian pem- bentukannya harus memperhatikan hukum yang
bahasannya dikembalikan pada UUD 1945 sebe- hidup (living law) di tengah-tengah masyarakat
lum perubahan yang mana telah ditegaskan itu sendiri.
bahwa konsep negara hukum yang dianut ketika Kedua, negara yang mengatur mekanisme
itu adalah konsep negara hukum dalam arti pertanggungjawaban atas setiap kebijakan dan
rechtsstaat, maka kiranya makna negara hukum tindakan yang dilakukan oleh elite negara. Ciri
yang dianut dalam UUD 1945 dapat dilihat dari
25
pendapat Hans Kelsen tentang syarat-syarat Abdul Wahid, “Politik Legislasi Menentukan Demokrasi
(Analisis Putusan Nomor 15/PUU-IX/2011)”, Jurnal
maupun ciri-ciri sebuah negara yang menganut Konstitusi, Vol. 9 No. 1, Edisi Maret 2012, Jakarta: Mah-
rechtsstaat sebagaimana telah diuraikan sebe- kamah Konstitusi Republik Indonesia, hlm. 164.
26
Khopiatuziadah, “Partisipasi Publik dalam Pembentukan
Undang-Undang: Pijakan Berpikir Sosiologis Sebagai
Landasan Pemikiran dalam Penyusunan Naskah Aka-
24
Janpatar Simamora, “Perlindungan Hak Memilih Sebagai demik”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 10 No. 1, Edisi
Hak Konstitusional Warga Negara, Jurnal Yudisial, Vol. Maret 2013, Jakarta: Direktorat Jenderal Peraturan Pe-
6 No. 2, Edisi Agustus 2013, Jakarta: Komisi Yudisial rundang-undangan Kementerian Hukum dan HAM RI,
Republik Indonesia, hlm. 128. hlm. 85.
Tafsir Makna Negara Hukum dalam Perspektif UUD RI 1945 555

ini menegaskan bahwa negara berperan besar baik kepastian, keadilan maupun kemanfaatan
dalam menentukan arah kebijakan dan tindakan hukum.
setiap elite negara. Bila hal ini dapat dijalan- Independensi peradilan menurut Charles
kan dengan baik dan konsisten, maka dapat di- Gardner Geyh, setidaknya terda-pat tiga faktor
pahami bahwa negara hukum dengan konsep pembenar mengenai independensi lembaga per-
rechtsstaat akan mampu membawa perubahan adilan. Pertama, independensi hakim yang le-
mendasar dalam rangka mensejahterakan kehi- bih baik terletak pada upaya menghormati dan
dupan rakyat. Hal ini didasarkan pada pandang- menentukan proses hukum (due process). Ke-
an bahwa negara dibentuk dalam rangka me- dua, independensi hakim yang lebih baik ter-
wujudkan kesejahteraan rakyatnya, bukan ke- letak dalam upaya mengelola keadilan pada
sejahteraan segelintir orang maupun sejumlah kasus per kasus (justice on a case-by-case basis).
pihak yang sedang memangku kekuasaan. Ketiga, independensi hakim tetap lebih mampu
Ketiga, negara menjamin kemerdekaan menegakkan dan menjunjung hukum (uphold
kekuasaan kehakiman.27 Selama ini di Indonesia the law).28 Independensi peradilan merupa-kan
dalam prak-tinya, tidak jarang hakim terbelah hal yang tidak bisa dipisahkan dari keberadaan
dalam dua tipe atau kelompok dalam menja- suatu lembaga peradilan yang ideal. Peranan
lankan kewenangannya, khususnya dalam me- dari lembaga peradilan akan terdistorsi dan me-
nangani perkara-perkara korupsi. Ada tipe “ha- ngakibatkan turunnya kepercayaan publik kepa-
kim tekstual” dan ada juga tipe “hakim kon- da lembaga peradilan jika dalam pelaksanaan-
tekstual”. Pemaknaan tekstual adalah penafsir- nya, lembaga peradilan itu sendiri tidak mampu
an sempit hakim yang hanya mengacu pada teks menjaga independensinya.29
peraturan perundang-undangan yang berlaku, Keempat, negara yang melindungi hak
sedangkan pemaknaan kontekstual adalah pe- azasi manusia. 30 Perlindungan negara terhadap
nafsiran luas yang dilakukan oleh hakim, di ma- hak asasi manusia (HAM) dapat dilihat dari pe-
na selain mengacu pada teks peraturan yang rangkat hukum yang mengatur masalah HAM itu
berlaku, juga turut mempertimbangkan faktor- sendiri, sedangkan besar tidaknya negara me-
faktor sosio-legal yang ada. Pola pikir hakim nyediakan instrumen hukum terhadap persoalan
dengan pemaknaan tekstual masih mendominasi HAM minimal diukur dengan banyaknya regulasi
paradigma hakim dalam menafsirkan ketentuan tentang HAM, baik berupa undang-undang mau
peraturan perundang-undangan. pun Konvensi Internasional tentang HAM yang
Ciri ketiga ini menunjukkan bahwa kekua- telah diratifikasi dan dimplementasikan pada
saan kehakiman dalam suatu negara dengan suatu negara.
konsep rechtsstaat adalah salah satu unsur pen- Ciri terakhir ini menegaskan bahwa nega-
ting. Oleh sebab itu, maka kemerdekaan dan ra hukum dengan konsep rechtsstaat juga me-
kemandirian serta independensi kekuasaan ke- nempatkan perlindungan maksimal terhadap
hakiman di-jamin sepenuhnya oleh negara. Tia- hak-hak asasi atau hak-hak dasar manusia. Se-
da seorangpun, termasuk penguasa yang dapat benarnya, negara dengan bentuk apapun di era
mencampuri kemerdekaan dan kebebasan ke- modern ini, selalu menjadikan hak asasi manu-
kuasaan kehakiman. Hal ini patut untuk dite-
28
gaskan agar kemudian lembaga pelaksana ke- Charles Gardner Geyh, “Judicial Selection Reconside-
red: A Plea for Radical Mode-ration”, Harvard Journal
kuasaan kehakiman mampu menjalankan tugas of Law & Public Policy, Vol. 35 No. 2, Spring 2012, hlm.
dan tanggungjawabnya dengan baik, khususnya 626-628.
29
Dimas Prasidi, “Akses Publik Terhadap Informasi di Pe-
dalam rangka mewujudkan pilar-pilar hukum, ngadilan”, Jurnal Konstitusi, Vol. 7 No. 3, Edisi Juni
2010, Jakarta: Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia,
hlm. 169.
30
Habib Shulton Asnawi, “Politik Hukum Putusan MK No.
27
M. Syamsudin, “Rekonstruksi Pola Pikir Hakim dalam 46/PUU-VIII/2010 Tentang Status Anak di Luar Nikah:
Memutus kan Perkara Korupsi Berbasis Hukum Progre- Upaya Membongkar Positivisme Hukum Menuju Perlin-
sif”, Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 11 No. 1, Edisi Ja- dungan HAM”, Jurnal Konstitusi, Vol. 10 No. 2, Edisi
nuari 2011, Purwokerto: Fakultas Hukum Universitas Juni 2013, Jakarta: Mahkamah Konstitusi Republik Indo-
Jenderal Soedirman, hlm. 12. nesia, hlm. 245.
556 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 3 September 2014

sia sebagai salah satu isu yang patut mendapat Patut dipersoalkan dari kondisi yang de-
perlindungan secara maksimal. Namun demiki- mikian adalah rezim pemerintahan yang meme-
an, dengan penegasan ini, tampak dengan jelas gang tampuk kekuasaan. Kalaupun harus di-
bahwa negara hukum dengan konsep rechts- evaluasi, maka watak rezim yang berkuasalah
staat menjunjung tinggi perlindungan terhadap yang harus dievaluasi. Atas dasar itulah maka
hak asasi manusia. kemudian bergolak arus reformasi pada tahun
Inilah sejumlah ciri negara hukum dengan 1997-1998 yang kemudian berhasil menum-
konsep rechtsstaat sebagaimana dimaksud da- bangkan rezim orde baru yang dianggap tidak
lam UUD 1945 sebelum perubahan. Tentu tidak menjalankan prinsip-prinsip kenegaraan dan pe-
dapat dipungkiri bahwa dengan mencermati se- merintahan sebagaimana telah digariskan da-
jumlah ciri dimaksud, maka kemungkinan akan lam konstitusi. Sekalipun kemudian tuntutan
memunculkan pertanyaan yang cukup esensial reformasi berhasil mengubah konsep negara
terkait dengan roda perjalanan pemerintahan hukum di tanah air, namun hal itu tidak dapat
di era pemberlakuan UUD 1945 sebelum peru- dengan sendirinya dimaknai bahwa bangsa In-
bahan. Kalau memang demikian makna negara donesia tidak menyetujui pengadopsian negara
hukum yang terkandung dalam UUD 1945 se- hukum dalam arti rechtsstaat.
belum perubahan, apakah realitanya sudah ber-
banding lurus ketika itu. Makna Negara Hukum Menurut UUD NRI Ta-
Hal ini tentunya akan dapat dijawab de- hun 1945
ngan memutar ulang memori pikiran publik Pengaturan mengenai negara hukum da-
tentang bagaimana roda perjalanan pemerin- lam UUD NRI Tahun 1945 ditempatkan melalui
tahan ketika itu. Harus diakui bahwa khususnya Pasal 1 ayat (3), yang menentukan bahwa Ne-
selama rezim orde baru yang terkenal dengan gara Indonesia adalah negara hukum. Setidak-
keotoriterannya, sejumlah ciri-ciri negara hu- nya, terdapat dua makna besar yang dapat di-
kum dimaksud sangatlah sulit untuk direali- pahami dari pemindahan ketentuan ini dari
sasikan. Rezim pemerintahan kala itu terkesan yang sebelumnya ditempatkan di dalam bagian
hanya menempatkan UUD 1945 sebagai naskah “Penjelasan” UUD 1945 sebelum perubahan,
tekstual semata, tidak dibarengi dengan tin- kemudian diletakkan dalam bagian “Pasal-Pa-
dakan dan perbuatan nyata dalam rangka me- sal” dalam UUD NRI Tahun 1945. Makna per-ta-
realisasikannya dalam kehidupan berbangsa dan ma adalah bahwa pemindahan ketentuan me-
bernegara. ngenai negara hukum ke dalam bagian “Pasal-
Sekalipun sangat sulit menarik garis lurus Pasal” menunjukkan adanya upaya penegasan
antara ciri pokok negara hukum dalam arti terhadap konsep negara hukum bagi Indonesia.
rechtsstaat dengan realitas yang ada ketika itu, Dengan pemindahan dimaksud ke dalam bagian
bukan berarti bahwa sejumlah ciri dimaksud “Pasal-Pasal”, maka diharapkan daya ikat me-
dapat dipersalahkan sedemikian rupa. Kalau da- ngenai ketentuan negara hukum bagi Indonesia
pat dikatakan secara jujur, bahwa makna nega- akan semakin kuat. Kedua, pemindahan dimak-
ra hukum dalam arti rechtsstaat sebagaimana sud juga dapat dimaknai sebagai upaya untuk
diadopsi dalam UUD 1945 sebelum perubahan menegaskan kembali bahwa bangsa Indonesia
dapat dikatakan sebagai salah satu konsep ideal secara sungguh-sungguh akan melandaskan se-
suatu negara. Kalau kemudian dalam praktiknya luruh aktivitas kehidupan berbangsa dan berne-
di lapangan justru berkata lain, atau bahkan gara pada ketentuan hukum yang ada. Hukum
bertolak belakang, maka hal ini harus disikapi akan menjadi panglima sekaligus rambu pem-
secara bijak dengan melihat persoalan dimak- batas bagi setiap tindakan pemerintah dan rak-
sud sebagai persoalan lain yang tidak ada tali yat dalam mengelola bangsa dan negara.
temali kelahirannya dengan konsep negara hu- Langkah pengaturan ketentuan mengenai
kum dalam pemaknaan rechtsstaat. negara hukum dimaksud dengan menghilangkan
istilah rechtsstaat setidaknya mengandung dua
Tafsir Makna Negara Hukum dalam Perspektif UUD RI 1945 557

konsekuensi tersendiri yang saling bertolak be- basan beragam dan berkeyakinan, perlakuan
lakang. Pertama, bentuk dan pola pengaturan yang tidak diskriminatif, hak untuk hidup dan
yang demikian akan memudahkan bangsa Indo- bebas dari penyiksaan, hak atas pekerjaan,
nesia dalam menerjemahkan apa sesungguhnya upah yang layak dan pendidikan; keempat, ak-
yang dimaksud dengan negara hukum sesuai ses terhadap keadilan, dengan indikator peradi-
dengan keinginan dan kehendak bangsa Indo- lan yang mudah, cepat dan berbiaya ringan,
nesia. Dengan dihilangkannya istilah rechts- bantuan hukum kepada warga yang tidak mam-
staat, hal ini menunjukkan bahwa Indonesia ti- pu, perlindungan kepada korban, pelapor dan
dak terikat pada konsep negara hukum sesuai kompensasi kepada yang dinyatakan bersalah
dengan syarat-syarat yang dijalankan dalam secara keliru; dan kelima, peraturan yang ter-
konsep negara hukum dalam arti rechtsstaat. buka dan jelas, dengan indikator mengikutser-
Konsekuensi pertama ini dapat dikategorikan takan publik dalam pembuatan peraturan, keje-
sebagai konsekuensi yang bersifat negatif. Kon- lasan materi peraturan dan akses terhadap per-
sekuensi kedua dari penghilangan istilah rechts- aturan perundang-undangan itu sendiri.
staat dari UUD adalah bahwa negara hukum Harus diakui bahwa penegasan negara hu-
yang dimaksud dalam UUD menjadi sulit untuk kum Indonesia menurut UUD NRI Tahun 1945
ditafsirkan secara konkret, apakah negara hu- tidak harus dilihat sebagai suatu bangunan yang
kum dalam arti rule of law atau negara hukum final, tetapi merupakan suatu bangunan yang
dalam arti rechtsstaat atau kedua-duanya. Kon- secara terus menerus harus dibenahi untuk
sekuensi kedua ini barangkali lebih tepat dise- mencapai Indonesia yang sesungguhnya. Misal-
but sebagai konsekuensi yang bersifat negatif. nya, perlu dipertimbangkan sejauhmana harmo-
Hal tersebut menimbulkan pertanyaan, nisasi hubungan hukum adat dan hukum nasio-
apakah sesungguhnya makna dari negara hu- nal dalam proses membangun negara hukum
kum sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 Indonesia. 32 Namun demikian, bersamaan de-
ayat (3) UUD NRI Tahun 1945. Apakah negara ngan menjalankan roda pembangunan hukum di
hukum dalam arti rechtsstaat atau negara hu- tanah air, haruslah dimaknai setiap perubahan
kum dalam pemaknaan the rule of law, atau- yang terkandung dalam konstitusi secara jelas
kah ada makna lain yang tidak termasuk ke da- dan tegas, agar kemudian dalam implementasi-
lam dua aliran utama negara hukum itu. Per- nya tidak menimbulkan persoalan.
soalan ini masih menjadi bahan perdebatan ba- Rujukan yang paling tepat dijadikan seba-
nyak pihak, khususnya para pegiat Hukum Tata gai landasan berpikir dalam rangka menjawab
Negara di tanah air. tafsir makna negara hukum dalam perspektif
Indonesia Legal Rountable menjelaskan,31 UUD NRI Tahun 1945 adalah dengan memahami
bahwa setidaknya terdapat lima prinsip dan in- kembali secara utuh substansi pembukaan UUD
dikator negara hukum. Pertama, pemerintahan itu sendiri, khususnya alinea keempat. Adapun
berdasarkan hukum, dengan indikator adanya bunyi alinea keempat Pembukaan UUD 1945
keseimbangan di antara cabang-cabang kekua- adalah sebagai berikut:
saan eksekutif, legislatif dan yudikatir serta Kemudian daripada itu untuk membentuk
performa eksekutif dan legislatif; kedua, inde- suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
pendensi kekuasaan kehakiman, dengan indika- melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan un-
tor pelaksana dan organisasi kekuasaan kehaki- tuk memajukan kesejahteraan umum,
man itu sendiri; ketiga, penghormatan, penga- mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
kuan dan perlindungan hak asasi manusia, de- ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
ngan indikator kebebasan untuk berserikat, berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
berkumpul serta menyatakan pendapat, kebe- abadi dan keadilan sosial, maka disusun-

32
Yanis Maladi, “Eksistensi Hukum Adat dalam Konstitusi
31
Tim Indonesian Legal Rountable, 2013, Indeks Persepsi Negara Pasca Amandemen”, Jurnal Mimbar Hukum,Vol.
Negara Hukum Indonesia 2012, Jakarta: Indonesian 22 No. 3, Edisi Oktober 2010, Yogyakarta: Fakultas Hu-
Legal Rountable, hlm. 8-9. kum UGM, hlm. 458.
558 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 3 September 2014

lah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia nea keempat Pembukaan UUD 1945. Oleh kare-
itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Ne- na itulah, maka kemudian negara hukum dalam
gara Indonesia, yang terbentuk dalam versi UUD NRI Tahun 1945 dapat dimaknai seba-
suatu susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berda- gai negara hukum Pancasila.
sar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Ke- Cita hukum negara Indonesia bersumber
manusiaan yang adil dan beradab, Persa- dari Pancasila yang merupakan filosofische
tuan Indonesia dan Kerakyatan yang di- gronslag dan common platform sebagai dasar
pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam negara. Oleh sebab itu, maka aktivitas lembaga
permusyawaratan/Perwakilan, serta de-
ngan mewujudkan suatu Keadilan sosial pembuat hukum harus dimuarakan pada nilai-
bagi seluruh rakyat Indonesia. nilai common platform tersebut yang sarat de-
ngan budaya, nilai-nilai yang hidup dalam ma-
Dilihat dari substansi ketentuan dimaksud, cu- syarakat atau kearifan-kearifan lokal (local wis-
kup jelas dan tegas disebutkan bahwa peme- dom) yang melekat di dalamnya. Bahkan seyo-
rintah negara Indonesia dibentuk dalam rangka gianya dalam sistem hukum Pancasila, negara
melindungi segenap bangsa Indonesia dan selu- hukum yang dibangun harus dapat memadukan
ruh tumpah darah Indonesia. Tujuannya kemu- secara harmonis unsur-unsur dari rechtsstaat
dian adalah dalam rangka memajukan kesejah- (kepastian hukum) dan the rule of law (keadil-
teraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; an substansial).34Dengan berpedoman pada hal
dan ikut serta dalam upaya pelaksanaan keter- tersebut, maka negara hukum Pancasila me-
tiban dunia yang didasarkan pada kemerdekaan, ngandung unsur-unsur utama sebagai berikut.
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Adapun Pertama, negara yang ber-Ketuhanan Yang Ma-
pelaksanaan roda pemerintahan dan dan negara ha Esa; kedua, pemerintahan yang didasarkan
Republik Indonesia harus didasarkan pada prin- pada hukum; ketiga, penguatan prinsip demo-
sip-prinsip dasar yang berkedaulatan rakyat de- krasi dalam memilih para pemimpin; keempat,
ngan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan
Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Per- dengan mengedepankan prinsip checks and ba-
satuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin lances; kelima, prinsip persamaan di depan hu-
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawa- kum (equality before the law); keenam, diakui-
ratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan nya kekuasaan kehakiman yang merdeka dalam
suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indo- menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
nesia. Bunyi alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945, hukum dan keadilan; ketujuh, adanya peradilan
dengan menempatkan frasa ‘memajukan kese- tata negara dan peradilan tata usaha negara;
jahteraan umum’ adalah merupakan salah satu dan kedelapan, adanya pengakuan dan perlin-
cita negara Republik Indonesia dan merupakan dngan terhadap hak-hak dasar atau hak asasi
cikal bakal munculnya konsepsi negara kese- manusia; serta kesembilan, adanya upaya untuk
jahteraan di Indo-nesia.33 mewujudkan negara kesejahteraan (welfare
Bunyi kalimat terakhir ini adalah meru- state).
pakan isi dari apa yang dinamakan dengan isti- Secara umum masyarakat merasa telah
lah Pancasila. Mendasarkan pada ketentuan di- merdeka dalam menyatakan pendapat dan ke-
maksud, maka dapat dipahami kemudian bahwa inginan. Kemerdekaan serupa dirasakan dalam
negara hukum yang dimaksud dalam UUD NRI keikutsertaan secara aktif pada organisasi sosial
Tahun 1945 adalah negara hukum yang pelak- dan politik. Dalam artian tertentu fakta ini bisa
sanaannya mendasarkan pada upaya pemenu- diartikan sebagai efektivitas implementasi se-
han seluruh ketentuan yang tertuang dalam ali-
34
Wahyu Nugrono, “Menyusun Undang-Undang yang Res-
33
Kukuh Fadli Prasetyo, “Politik Hukum di Bidang Ekonomi ponsif dan Partisipatif Berdasarkan Cita Hukum Panca-
dan Pelembagaan Konsepsi Welfare State di dalam Un- sila”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 10 No. 3, Edisi
dang-Undang Dasar 1945”, Jurnal Konstitusi, Vol. 9 No. September 2013, Jakarta: Direktorat Jenderal Pera-
3, Edisi September 2012, Jakarta: Mahkamah Konstitusi turan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan
Republik Indonesia, hlm. 495. HAM RI, hlm. 212.
Tafsir Makna Negara Hukum dalam Perspektif UUD RI 1945 559

bagian peraturan perundang-undangan yang masih dapat diuraikan lebih lanjut unsur-unsur
menjamin kebebasan berserikat, berkumpul, lain yang lebih rinci seperti prinsip pembagian
dan menyatakan pendapat. Namun, studi doku- kekuasaan dan sejumlah unsur lainnya. Oleh
men juga mengungkapkan bahwa pada saat sebab itu, maka bila seluruh unsur-unsur yang
yang sama masih terdapat sejumlah peraturan terkandung dalam negara hukum Pancasila se-
perundangan yang bersifat membatasi hak me- bagaimana maksud maupun makna negara hu-
nyatakan pendapat. Secara umum masyarakat kum dalam UUD NRI Tahun 1945, maka sesung-
juga menilai bahwa para pekerja pers telah guhnya negara hukum Pancasila dapat dikata-
mendapatkan perlindungan dari Negara teruta- kan lebih kompleks dan ideal, setidaknya untuk
ma saat meliput atau menyajikan berita.35 ukuran bangsa Indonesia dibanding dengan ne-
Berkaitan dengan paham welfare state, gara hukum dalam arti rechtsstaat maupun ne-
Paham welfare state yang dianut oleh suatu gara hukum dalam arti the rule of law, khusus-
negara biasanya mencantumkan bentuk-bentuk nya bila dikaitkan dengan situasi dan kondisi
kesejahteraan dalam pasal-pasal konstitusi atau bangsa Indonesia.
undang-undang dasar negaranya. Bila kemudian Perlu dipersoalkan kemudian adalah se-
dilihat di Indonesia, maka salah satu sarana jauhmana keseriusan pemerintah dalam men-
penting dalam upaya mewujudkan kesejahte- jalankan amanat negara hukum Pancasila di-
raan adalah mewujudkankan “keadilan sosial” maksud. Sekalipun suatu konsep dapat dikata-
sebagaimana ditegaskan dalam sila ke-5 Panca- kan sudah dibangun seideal dan sekomprehen-
sila yang kemudian dijabarkan secara eksplisit sif mungkin. Namun bila dalam tataran imple-
di dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945.36 Kon- mentasi masih jauh panggang dari api, maka
sepsi Welfare state diasosiasikan dengan peme- konsep-konsep ideal dimaksud tidak akan ber-
nuhan kebutuhan dasar, oleh karena itu konsep kontribusi besar bagi kehidupan berbangsa dan
ini dianggap sebagai mekanisme pemerataan bernegara di tanah air. Bagaimanapun idealnya
terhadap kesenjangan yang ditimbulkan oleh negara hukum Pancasila, kalau tidak dibarengi
ekonomi pasar.37 dengan kesungguhan maupun keseriusan dalam
Berdasarkan hasil survei Indonesian Legal mewujudnyatakannya, maka hal itu tidak akan
Rountable tahun 2012, 38 bahwa untuk indika- berkorelasi positif dalam upaya pencapaian tu-
tor pelaksana Kekuasaan Kehakiman misalnya, juan berbangsa dan bernegara sebagaimana te-
tingginya laporan masyarakat mengenai dugaan lah digariskan oleh para the founding fathers
adanya pelanggaran kode etik oleh hakim dan kita dalam alinea keempat Pembukaan UUD
pegawai pengadilan sejalan dengan hasil survei 1945.
yang menunjukan bahwa sebagian besar masya-
rakat masih berpendapat hakim tidak bebas Penutup
dari suap dan dapat diintervensi oleh pihak lain Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 de-
pada saat menjalankan tugasnya. Sejumlah un- ngan tegas mengamanatkan bahwa negara Indo-
sur-unsur dimaksud hanyalah merupakan unsur- nesia adalah negara hukum. Ketentuan ini sama
unsur pokok yang patut digaris bawahi dalam sekali tidak menguraikan lebih lanjut makna
negara hukum Pancasila, sebab di samping itu, negara hukum yang menjadi acuan bagi Indo-
nesia, apakah negara hukum dalam arti rechts-
35
Menurut hasil survei Indonesian Legal Rountable tahun staat atau negara hukum dalam arti the rule of
2012, Op.Cit., hlm. 177. law sebagai dua aliran negara hukum yang se-
36
Marilang, “Ideologi Welfare State Konstitusi: Hak Me-
nguasai Negara Atas Barang Tambang”, Jurnal Konsti- lama ini dikenal di berbagai belahan dunia. Na-
tusi, Vol. 9 No. 2, Edisi Juni 2012, Jakarta: Mahkamah mun demikian, dengan memperhatikan subs-
Konstitusi Republik Indonesia, hlm. 267.
37
Alfitri, “Ideologi Welfare State dalam Dasar Negara tansi yang terkandung dalam alinea keempat
Indonesia: Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Terkait Pembukaan UUD 1945, maka dapat dipahami
Sistem Jaminan Sosial Nasional”, Jurnal Konstitusi, Vol.
9 No. 3, Edisi September 2012, Jakarta: Mahkamah bahwa makna negara hukum yang dimaksudkan
Konstitusi Republik Indonesia, hlm. 454. dalam Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945
38
Tim Indonesian Legal Rountable, op.cit., hlm. 176.
560 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 3 September 2014

adalah negara hukum Pancasila, yaitu negara Harijanti, Dwi, Susi. 2011. Negara Hukum da-
hukum yang didasarkan pada bunyi Pancasila. lam Undang-Undang Dasar 1945. dalam
Artinya bahwa Indonesia memiliki pemaknaan “Negara Hukum yang Berkeadilan: Kum-
pulan Pemikiran dalam Rangka Purna-
tersendiri dalam menentukan ciri negara hukum bakti Prof.Dr.H.Bagir Manan. SH.. MCL”.
Indonesia. Cetakan Pertama. Bandung: PSKN FH
Substansi yang terkandung dalam negara UNPAD;
hukum Pancasila sangatlah ideal dan kompres- Khopiatuziadah. “Partisipasi Publik dalam Pem-
hensif, sekalipun kemudian dibandingkan de- bentukan Undang-Undang: Pijakan Berpi-
ngan negara hukum dalam arti rechtsstaat atau kir Sosiologis Sebagai Landasan Pemikiran
dalam Penyusunan Naskah Akademik”.
negara hukum dalam arti the rule of law. Na-
Jurnal Legislasi Indonesia. Vol. 10 No. 1.
mun demikian, konsep negara hukum Pancasila Edisi Maret 2013. Jakarta: Direktorat
yang ideal itu tidak akan dapat berkontribusi Jenderal Peraturan Perundang-undangan
besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara Kementerian Hukum dan HAM RI;
tanpa dibarengi keseriusan dalam merealisasi- Kurnia, Slamet, Titon. “Konsep Negara Berbasis
kannya, maka kiranya seluruh elemen bangsa, Hak sebagai Argumen Justifikasi Pengu-
khususnya pemegang tampuk kekuasaan di ta- jian Konstitusionalitas Undang-undang”.
Jurnal Konstitusi. Vol. 9 No. 3. Edisi Sep-
nah air harus menjiwai dan memahami serta
tember 2012. Jakarta: Mahkamah Konsti-
memiliki kemauan dan tekad yang sungguh- tusi Republik Indonesia;
sungguh dalam mewujudkan negara hukum yang Maladi, Yanis. “Eksistensi Hukum Adat dalam
mengedepankan nilai-nilai luhur Pancasila. Konstitusi Negara Pasca Amandemen”.
Jurnal Mimbar Hukum. Vol. 22 No. 3.
Edisi Oktober 2010. Yogyakarta: Fakultas
Daftar Pustaka
Hukum UGM;
Alfitri. “Ideologi Welfare State dalam Dasar
Marilang. “Ideologi Welfare State Konstitusi:
Negara Indonesia: Analisis Putusan Mah-
Hak Menguasasi Negara Atas Barang Tam-
kamah Konstitusi Terkait Sistem Jaminan
bang”. Jurnal Konstitusi. Vol. 9 No. 2.
Sosial Nasional”. Jurnal Konstitusi. Vol. 9
Edisi Juni 2012. Jakarta: Mahkamah Kons-
No. 3. Edisi September 2012. Jakarta:
titusi Republik Indonesia;
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia;
MPR RI. 2012. Panduan Pemasyarakatan Un-
Asnawi, Shulton, Habib. “Politik Hukum Putusan
dang-Undang Dasar Negara Republik In-
MK No. 46/PUU-VIII/2010 Tentang Status
donesia Tahun 1945 dan Ketetapan Maje-
Anak di Luar Nikah:Upaya Membongkar
lis Permusyawaratan Rakyat. Edisi Revisi.
Positivisme Hukum Menuju Perlindungan
Cetakan Kesebelas. Jakarta: Sekretariat
HAM”. Jurnal Konstitusi. Vol. 10 No. 2.
Jenderal MPR RI;
Edisi Juni 2013. Jakarta: Mahkamah Kons-
titusi Republik Indonesia; Nugrono, Wahyu. “Menyusun Undang-Undang
yang Responsif dan Partisipatif Berdasar-
Dayanto. “Rekonstruksi Paradigma Pembangu-
kan Cita Hukum Pancasila”. Jurnal Legis-
nan Negara Hukum Indonesia Berbasis
lasi Indonesia. Vol. 10 No. 3. Edisi Sep-
Pancasila”. Jurnal Dinamika Hukum. Vol.
tember 2013. Jakarta: Direktorat Jende-
13 No. 3. Edisi September 2013. Purwo-
ral Peraturan Perundang-undangan Ke-
kerto: Fakultas Hukum Universitas Jen-
menterian Hukum dan HAM RI;
deral Soedirman;
Prasetyo, Kukuh Fadli. “Politik Hukum di Bidang
Geyh, Gardner, Charles. “Judicial Selection Re-
Ekonomi dan Pelembagaan Konsepsi Wel-
considered: A Plea for Radical Modera-
fare State di dalam Undang-Undang Da-
tion”. Harvard Journal of Law & Public
sar 1945”. Jurnal Konstitusi. Vol. 9 No.
Policy. Vol. 35 No. 2. Spring 2012;
3. Edisi September 2012. Jakarta: Mahka-
Goldstein, K, Joel. “Constitutional Change. mah Konstitusi Republik Indonesia;
Originalism and The Vice Presidency”.
Prasidi, Dimas. “Akses Publik Terhadap Infor-
Journal of Constitutional Law. University
masi di Pengadilan”. Jurnal Konstitusi.
of Pennsylvania Law of School. Philadel-
Vol. 7 No. 3. Edisi Juni 2010. Jakarta:
phia. Vol. 16 No. 2. Nov. 2013;
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia;
Tafsir Makna Negara Hukum dalam Perspektif UUD RI 1945 561

Rogers, James Kenneth. “The Other Way to


Amend the Constitution: The artikel V
Constitutional Convention Amendment
Process”. Harvard Journal of Law & Pub-
lic Policy. Vol. 30 No.3. Summer 2007;
Siahaan, Maruarar. “Uji Konstitusionalitas Pera-
turan Perundang-undangan Negara Kita:
Masalah dan Tantangan”. Jurnal Konsti-
tusi. Vol. 7 No. 4. Edisi Agustus 2010.
Jakarta: Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia;
Simamora, Janpatar. 2013. Mendesain Ulang
Model Kewenangan Judicial Review di
Indonesia. Cetakan Pertama. Yogyakarta:
Capiya Publishing;
-------. “Perlindungan Hak Memilih Sebagai Hak
Konstitusional Warga Negara. Jurnal Yu-
disial. Vol. 6 No. 2. Edisi Agustus 2013.
Jakarta: Komisi Yudisial Republik Indone-
sia;
Syamsudin, M. “Rekonstruksi Pola Pikir Hakim
dalam Memutuskan Perkara Korupsi Ber-
basis Hukum Progresif”. Jurnal Dinamika
Hukum. Vol. 11 No. 1. Edisi Januari 2011.
Purwokerto: Fakultas Hukum Universitas
Jenderal Soedirman;
Tim Indonesian Legal Rountable. 2013. Indeks
Persepsi Negara Hukum Indonesia 2012.
Jakarta: Indonesian Legal Rountable;
Wahid, Abdul. “Politik Legislasi Menentukan De-
mokrasi (Analisis Putusan No. 15/PUU-IX/
2011)”. Jurnal Konstitusi. Vol. 9 No. 1.
Edisi Maret 2012. Jakarta: Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia;
Zazili, Ahmad. “Pengakuan Negara Terhadap
Hak-Hak Politik (Right to Vote) Masyara-
kat Adat dalam Pelaksanaan Pemilihan
Umum (Studi Putusan Mahkamah Konsti-
tusi No.47-81/P.A-V/2009)”. Jurnal Kons-
titusi. Vol. 9 No. 1 Maret 2012. Jakarta:
Mahkamah Konsitusi Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai