Contoh Bab 2
Contoh Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kepemimpinan
a. Pengertian Kepemimpinan
Menurut Dubrin (2005:3) mengemukakan bahwa kepemimpinan itu adalah
upaya mempengaruhi banyak orang melalui komunikasi untuk mencapai tujuan, cara
mempengaruhi orang dengan petunjuk atau perintah, tindakan yang menyebabkan orang
lain bertindak atau merespons dan menimbulkan perubahan positif, kekuatan dinamis
penting yang memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai
tujuan, kemampuan untuk menciptakan rasa percaya diri dan dukungan diantara
bawahan agar tujuan organisasional dapat tercapai.
Menurut Siagian S.P (2002:62) mengemukakan bahwa kepemimpinn adalah
kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain (para bawahannya) sedemikian
rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara
pribadi hal itu mungkin tidak disenanginya.
Menurut Nimran (2004:64) berpendapat bahwa kepemimpinan atau leadership
adalah merupakan suatu proses mempengaruhi perilaku orang lain agar berperilaku
seperti yang akan dikehendaki.
Menurut Robbin (1996:39) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah
seebagai kemampuan untuk memepengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya tujuan.
Menurut George R Terry dalam miftah Thoha (2010:5) mengartikan bahwa
kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan
mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi prilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
untuk memperbaiki kelompok dan budaayanya.
Menurut C. Turney dalam Martinis Yamin dan Maisah (2010:74)
mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu group proses yang dilakukan oleh
seseorang untuk mencapai tujuan organisasi melalui aflikasi teknik-teknik manajemen.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan kepemimpinan merupakan cara
seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahan dengan karakteristik tertentu
sehingga dapat tujuan yang diinginkan. Faktor keberhasilan seorang pemimpin
tergantung dari bagaimana kemampuan dalam mengelola dan menerapkan pola
kepemimpinannya sesuai dengan situasi dan kondisi organisasi tersebut.
b. Tipe-tipe Kepemimpinan
Kepemimpinan memiliki beberapa tipe, adapun beberapa tipe kepemimpinan
yang diutarakan oleh G.R Terry yang kembali dikutip dalam Suwatno dan Donni
(2011:156), yaitu:
1. Kepemimpinan Pribadi (Personal Leadership)
Dalam tipe ini pimpinan mengadakan hubungan langsung dengan bawahannya,
sehingga timbul hubungan pribadi yang intim.
2. Kepemimpinan Non-Pribadi (Non-Personal Leadership)
Dalam tipe ini hubungan antara pimpinan dengan bawahannya melalui perencanaan
dan instruksi-instruksi tertulis.
3. Kepemimpinan Otoriter (Authoritarian Leadership)
Dalam tipe ini pimpinan melakukan hubungan dengan bawahannya dengan
sewenang-wenang sehingga sebetulnya bawahannya melakukan semua perintah
bukan karena tanggung jawab tetapi lebih karena rasa takut.
4. Kepemimpinan Kebapakan (Paternal Leadership)
Tipe Kepemimpinan ini tidak memberikan tanggung jawab kepada bawahan untuk
bisa mengambil keputusan sendiri karena selalu dibantu oleh pemimpinnya, hal ini
berakibat kepada menumpuknya pekerjaan pemimpin karena segala permasalah yang
sulit akan dilimpahkan kepadanya.
5. Kepemimpinan Demokratis (Democratic Leadership)
Dalam setiap permasalahan pemimpin selalu menyertakan pendapat para
bawahannya dalam pengambilan keputusan, sehingga mereka akan merasa dilibatkan
dalam setiap permasalahan yang ada dan merasa akan melaksanakan tugas dengan
rasa tanggung jawab akan pekerjaannya masing-masing.
c. Pentingnya Kepemimpinan dalam Organisasi
Kepemimpinan yang efektif harus memberikan pengarahan terhadap usaha-
usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan perseorangan dantujuan organisasi
mungkin menjadi renggang (lemah).Keadaan ini menimbulkan situasi dimana
perseorangan bekerja untuk mencapai tujuan pribadinya, sementara itu keseluruhan
organisasi menjadi titik efisien dan pencapaian sasaran-sasarannya. Davis (1972:100)
menyebutkan hal ini sebagai berikut:
“…..tanpa kepemimpinan suatu organisasi adalah kumpulan orang-orang dan mesin-
mesin yang tidak teratur (kacau balau).Kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi (membujuk) orang-orang lain untuk mencapai suatu tujuandengan
antusias.Ini merupakan faktor manusiawi yang mengikat sebagai suatu kelompok
bersama dan memotivasi mereka dalam pencapaian tujuan.Kegiatan-kegiatan
manajemen ini seperti perencanaan, pengeorganisasian dan pengambilan keputusan
merupakan sebuah kepompong yang tidur (tidak aktif) sampai pemimpin cepat
bertindak untuk menghidupkan motivasi dalam setiap orang dan mengarahkan mereka
mencapai tujuan.Kepemimpinan mengubah sesuatu yang potensial menjadi kenyataan.
Ini adalah kegiatan pokok yang memberikan sukses bagi semua hal yang
potensial,yaitu suatu organisasi dari anggota-annggotannya”.
Oleh karena itu, kepemimpinan sangat diperlukan bila suatu organisasi ingin
sukses.Terlebih lagi pekerja-pekerja yang baik selalu ingin tahu bagaimana mereka
dapat menyumbang dalam pencapaian tujuan organisasi dan paling tidak gairah para
pekerja memerlukan kepemimpinan sebagai dasar motivasi eksternal untuk menjaga
tujuan-tujuan mereka tetap harmonis dengan tujuan oraganisasi.Jadi, organisasi yang
berhasil memiliki satu sifat umum yang menyebabkan oraganisasi tersebut dapat
dibedakan dengan organisasi yang tidak berhasil.Sifat dan ciri umum tersebut adalah
kepemimpinan yang efektif.
d. Teori-teori Kepemimpinan
Kesuksesan dan kegagalan sesuatu organisasi selalu dihubungkan dengan
kepemimpinan,namun sebenarnya kepemimpinan itu masih merupakan suatu konsep
yang sulit diterangkan atau sebuah “kotak hitam” (black box) yangsangat indah. Banyak
penelitian dan studi yang telah dilakukan untuk mengungkapkannya, tiga terpenting
diantaranya (Resksohadiprodjo, 2000:2830), yaitu:
1. Studi yang dilakukan oleh Ronald Lippit dan Ralph, K White pada akhir tahun 1930-
an, dilakukan terhadap berbagi kelompok hobby anak-anak yang berumur sepuluh
tahun. Masing-masing kelompok dipimpin oleh pemimpin yang mempunyai gaya
(style) yang berbeda-beda, yaitu otoriter (otakritas),demokratis atau laissez-faire.
Walaupun penelitian ini tidak memasukkan banyak variable, tetapi telah menemukan
bahwa perbedaan gaya kepemimpinan telah menimbulkan reaksi dan hasil yang
berbeda-beda pula.
2. Studi Ohio State, biro penelitian bisnis di Ohio State University mencoba
menganalisa bermacam-macam dimensi perilaku pemimpin yang efektif dalam
berbagai kelompok dan situasi. Penelitian ini menggunakan kuesioner deskripsi
perilaku pemimpin dan dengan memberikan berbagai macam situasi kepemimpinan.
Hasilnya telah ditemukan dua dimensi utama yang selalu muncul, yaitu perhatian
(consideration) dan struktur pengambilan inisiatif (initiating structure). Faktor
consederation menggambarkan hubungan yang hangat antara seorang atasan dan
bawahan. Initiating structure menjelaskan bahwa seorang pemimpin mengatur dan
menentukan hubungannya dengan bawahan. Pemimpin ini menentukan pola
organisasi, saluran komunikasi, struktur perandalam pencapaian tujuan organisasi
dan cara-cara pelaksanaannya. Studi ini menunjukkan fungsi-fungsi kepemimpinan
yang penting, yaitu berpijak pada pengarahan tugas atau tujuan dan perhatian
terhadap kebutuhan-kebutuhan induvidu.
3. Studi Early Michigan, studi ini dilakukan oleh pusat penelitian survery University of
Michigan pada tahun (1947:13). Studi ini bertujuan untuk menentukan prinsip-
prinsip yang mempengaruhi produktifitas kelompok kerja dan kepuasan para anggota
kelompok atas dasar partisipasi yang mereka berikan. Ditetapkan beberapa ukuran
kuantitatif variabel-variabel psikologis yang mungkin mempengaruhi moral dan
produktifitas. Jadi faktor-faktor yang dikendalikan adalah seperti tipe pekerjaan,
kondisi kerja dan metode kerja.
e. Dimensi dan Indikator Kepemimpinan
Dimensi dan indikator dari kepemimpinan, penulis mengambil dari teori
Gary Yulk dalam Budi Supriyanto (2009:8), yang digunakan operasionalisasi variable
yaitu:
1. Pertimbangan Pemimpin, yang meliputi indikator:
a. Ketersediaan untuk dapat meluangkan waktu untuk mendengarkan permasalahan
bawahan.
b. Kemauan untuk berkonsultasi dengan bawahan mengenai pekerjaan sebelum
dilaksanakan.
c. Ketersediaan menerima saran bawahan dan memperlakukan bawahan sebagai
sasarannya.
2. Struktur memprakarsai, yang meliputi indikator:
a. Ketersediaan untuk dapat mengkritik pekerjaan yang buruk
b. Kemampuan untuk menekankan pentingnya memenuhi target waktu
c. Memberikan tugas kepada bawahan
d. Ketersediaan untuk mempertahankan standar kinerja tertentu
e. Kemauan meminta bawahan untuk mengikuti prosedur standar
f. Ketersediaan menawarkan pendekatan baru terhadap masalah
g. Mengkoordinasikan aktivitas para bawahan yang berbeda-beda
2. Motivasi Kerja
1) Motivasi Kerja
Motivasi dalam bekerja salah satu faktor penting dan diperlukan karena
motivasi merupakan kekuatan yang dapat mengarahkan sikap dan perilaku pegawai
untuk mencapai tujuan, serta mendorong setiap individu untuk bekerja lebih maksimal.
a. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere, yang
berarti “menggerakan” (to move). Motivasi dalam manajemen pada umumnya hanya
diperuntukan pada sumber daya manusia dan khususnya untuk para bawahan.Motivasi
itu sendiri merupakan faktor yang paling menentukan bagi seorang pegawai dalam
bekerja. Meskipun kemampuan dari pegawai maksimal, namun jika tidak motivasi
untuk melakukan pekerjaan tersebut maka pekerjaan itu tidak akan berjalan sesuai
dengan apa yang diharapkan. disamping itu pemberian motivasi oleh pemimpin juga
sangat diperlukan dalam pembinaan pegawai dalam memotivasi pegawai dalam
mengerakkan bawahannya agar bekerja lebih baik lagi. Hal ini teramat penting bagi
seorang pemimpin untuk mengenal para bawahannya. Beberapa pendapat mengenai
motivasi kerja menurut para ahli, yaitu:
Siagian S.P (2002:89), mengemukakan bahwa motivasi merupakan sebagai
daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya demi
keberhasilan organisasi mencapai tujuannya, dengan pengertian bahwa tercapainya
tujuan organisasi berarti tercapai pula tujuan pribadi para anggota organisasi yang
bersangkutan. Wexley dan Yulk (1996:83), menyatakan bahwa “motivasi kerja adalah
sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja, dimana kuat lemahnya
motivasi tersebut ikut menentukan tinggi rendahnya prestasi kinerjanya”.
Dari perkembangan beberapa teori, terutama yang berkaitan dengan teori
tentang penggerakan bawahan, teori motivasilah yang banyak digunakan. Kenyataan
ini menurut Siagin, S.P (2002:102) dapat dijelaskan dengan mengatakan bahwa
manusia mengaitkan kekaryaannyadengan pemuasan berbagai kebutuhan dan
keinginannya, seperti terlihat dalam definisi motivasi sebagai berikut: “motivasi
merupakan daya dorong seseorang untuk memberikan kontribusi yang besar mungkin
keberhasilan organisasi mencapai tujuannya. Dengan pengertian, bahwa tercapainya
tujuan organisasi berarti tercapai pula tujuan pribadi para anggota organisasi yang
bersangkutan “dari definisi tersebut terlihat bahwa suatu organisasi hanya akan
berhasil mencapai tujuan dan berbagai sasarannya, apabila semua komponen
organisasi (anggota organisasi) berupaya menampilkan kinerja yang optimal yang
termasuk produktivitas kerja yang meningkat.
Beberapa pendapat tersebut memandang bahwa motivasi merupakan energy
yang dapat membangkitkan dorongan dalamdiri sesorang untuk melakukan suatu
tindaan atau perilaku tertentu.Adapun pengertian motivasi dalam konteks dorongan
untuk bekerja (motivasi kerja) dalam suatu organisasi menurut mangkunegara
(2002:94), mengemukakan bahwa “motivasi kerja dapat didefinisikan sebagai
kondisiyang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku
yang berhubungan dengan lingkungan kerja”.
Gray (2004:69) mengemukakan bahwa “motivasi merupakan hasil sejumlah
proses bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan
timbulnya sikap entusiasme dan presistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan
tertentu”.
Winardi (2011:6) motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada di dalam
diri seorang manusia, yang dapat dikembangkan sendiri atau dikembangkan oleh
sejumah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan imbalan
non moneter, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau negative,
hal mana tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan.
Sondang P. Siagian (2011:138), memberikan definisi motivasi sebagai daya
dorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela untuk mengarahkan kemampuan,
tenaga kerja dan waktunya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.
McClelland dalam Veithzal Rivasi (2011:837) motivasi adalah serangkaian
sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individuuntuk mencapai hal yang spesifik
sesuai dengan tujuan individu yang berasal dari dalam dirinya bukan atas dorongan
pihak lain.
Berdasarkan definisi para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
suatu dorongan dari dalam siri seseorang atau pegawai yang menghasilkan sikap untuk
mengarahkan seluruh kemampuannya untuk bekerja seoptimal mungkin demi
tercapainya tujuan instansi atau organisasi dalam upaya memenuhi beberapa kebutuhan
individual.
b. Jenis-jenis motivasi kerja
Jenis-jenis motivasi menurut Winardi (2011:5) dapat bersifat negative
danpositif, yakni:
1. Motivasi positif, yang kadang-kadang dinamakan orang “motivasiyang
mengurangi perasaan cemas”(anxiety reducting motivation) atau”pendekatan
wortel”(the carrot approach) dimana orang ditawarisesuatu yang bernilai
(misalnya imbalan berupa uang, pujian, dankemungkinan untuk menjadi
pegawai tetap) apabila kinerjanyamemenuhi standar yang ditetapkan.
Aktualisasi diri
Kebutuhan akan
penghargaan
Kebutuhan sosial
Kebutuhan Keamanan
Kebutuhan Fisiologis
Gambar 2.1
Teori Kebutuhan Maslow
Keterangan :
Maslow memandang motivasi seorang individu sebagai suatu urutan
kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis, merupakan kebutuhan paling imperative,
tetapi secara kebutuhan akan realisasi diri sangat penting bagi masing-masing individu
(Winardi, 2011:13).
a. Berusahamenolongoranglainwalaupunpertolonganitutidakdiminta.
b. Sangat aktif menentukan arah kegiatan organisasi tempat berada.
c. Mengumpulkan barang-barang atau menjadi anggota suatu perkumpulan yang dapat
mencerminkan prestasi.
d. Sangat peka terhadap struktur pengaruh antara pribadi dari kelompok atau organisasi.
3. Teori ERG dari Alderfer
Apabila kita mengutarakannya menurut kebutuhan tingkat terendah
hingga tingkat tertinggi, maka kebutuhan-kebutuhan yang dimaksud adalah:
a. Kebutuhan-kebutuhan akan eksistensi (Existence=E)
b. Kebutuhan-kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain (Relatedness=R)
c. Kebutuhan-kebutuhan akan pertumbuhan (Growth Needs=G)
Teori Motivasi-Higiene dikemukakan oleh Herzberg, orang menginginkan dua
macam factor kebutuhan yaitu:
a. Factor Motivasi, adalah hal-hal pendorong berprestasi yang bersifat ekstrinsik,
yang berarti bersumber dari luar diri seseorang. Yang tergolong sebagai faktor
motivator antara lain: prestasi, pengakuan pekerjaanitu sendiri,tanggung jawab,
kesempatan serta penghargaan.
b. Factor Higiene, adaalah faktor-faktor yang sifatnya menyenangkan para pekerja,
faktor hygiene antara lain: Upah/gaji, lingkungan kerja, interpersonal serta
kebijakan perusahaan.
B. Kerangka Pikir
Salah satu tugas pokok seorang Pemimpin pada organisasi ialah sebagai
Motivator.Pemimpin sebagai berarti harus menggerakkan orang-orang yaitu para pegawai
dalam lingkungan wilayah yang dipimpingnya.Dan pemimpin harus mengetahui pengaruh-
pengaruh mana yang dapat mendorong (memotivasi pegawai) yang dipimpingnya agar
bersedia bertindak untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan sebelumnya.Hal ini
adalah sejalan dengan pokok pikiran bahwa inti dari manajemen adalah Leadership
(kepemimpinan), dan inti dari leadership adalah menggerakkan orang-orang secara umum
disebut motivasi.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain
(para bawahan) sedemikian rupa sehingga orang lain itu maau melakukan kehendak
pemimpin meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenanginya yang meliputi:
menurut James M, Kouzesdan Barry, Poster, (1987:153), bersamaa,3) memungkinkan
orang lain bertindak, dan 4) menjadi model, 5) membangkitkan semangat. Dimana menurut
Davis 91972:100), ‘’..kepemimpinan berpengaruh terhadap motivasikerja bawahanya
untuk bekerja secara antusias, guna mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan dan
disepakati bersama:.
Motivasi kerja dapat didefinisikan sebagai kondisi yang berpengaruh
membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan
lingkungan kerja (Amirullah dan Hanafi, 2002:146)
Menurut McCelland dalam VeithZal (2011;837), dimensi motivasi kerja,
meliputi:1) kebutuhan untuk berprestasi, 2)Kebutuhan untuk memperluas pergaulan,
3)Kebutuhan untuk menguasai sesuatu.
Dengan demikian, dapat dikatakan,bahwa apabila kepemimpinan semakin baik,
maka motivasi kerja pegawai pada organisasi tersebut, juga semakin baik. Sebaliknya,
apabila kepemimpinan semakin buruk, maka motivasi kerja pegawai pada organisasi
tersebut, juga semakin buruk.Artinya, kepemimpinan mempunyai pengaruh positif
terhadap motivasi kerja pegawai.
Kerangka pemikiran tersebut, jika digambarkan dalam bentuk diagram akan
terlihat seperti gambar 2.3.