Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KEPERAWATAN KOMUNITAS I

PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN PENYEHATAN


LINGKUNGAN PEMUKIMAN (TB, AIDS, ISPA)

Disusun Oleh :
Kelompok 1 Kelas 4A Keperawatan
Syafrina Yolanda 1710105072
Cindy Claudya Putri 1914201001
Ameyuza Mega 1914201008
Dhea Putri Azizah 1914201013
Fadila Putri 1914201015
Febtry Indah Putry 1914201016
Mentari Fadia Sari 1914201020
Mita Angkana Putri Nst 1914201021
Nadila Aini 1914201023
Necy Wahyuni 1914201024
Nur Hidayatil Safitri 1914201028
Pramita Dewi 1914201029
Qorri Hartanto 1914201031
Renik Sri Utami 1914201033
Resti Perdana Sari 1914201034
Rizky Yola Nofita 1914201037
Silfira Rosella 1914201040
Tiara 1914201041
Windy Yunengzah Fitri 1914201043
Wulan Purnama Sari 1914201045
Yuli Marnis Tapokabkab 1914201046
M. Dendy Masbri Y 1914201071

Dosen Pengampu :
Ns. Helmanis Suci, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH
PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga tugas makalah tentang “Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (TB, AIDS, ISPA)” dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Komunitas I yang diampu oleh Ibu Ns. Helmanis Suci, M.Kep.
Makalah ini dibuat berdasarkan dari beberapa sumber yang telah memberikan
materi tersebut. Makalah ini tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik serta masukan
dari pembaca agar makalah ini lebih sempurna dan memperbaiki tugas kami
berikutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah
pengetahuan baik bagi penyusun maupun pembaca.

Padang, 16 Juni 2021

Kelompo
k1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penulisan 1
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2
2.1 Pemberantasan Penyakit Menular (TB, AIDS, ISPA) 2
A. Definisi Penyakit Menular 2
B. Macam-Macam Penyakit Menular 2
C. Cara Penularan Penyakit Menular 8
D. Program Pemberantasan Penyakit Menular 9
2.2 Penyehatan Lingkungan Pemukiman 11
A. Penyehatan Lingkungan 11
B. Penyehatan Lingkungan Pemukiman 14
BAB III PENUTUP 20
3.1 Kesimpulan 20
3.2 Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keadaan lingkungan baik fisik dan biologis pemukiman penduduk
Indonesia belum baik, baru sebagian kecil penduduk yang menikmati air bersih
dari fasilitas penyehatan lingkungan. Hal ini berakibat masih tingginya angka
kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit termasuk diantaranya oleh
penyakit menular. Peningkatan kesehatan lingkungan dimaksudkan untuk
perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan, melalui
kegiatan peningkatan sanitasi dasar serta pencegahan dan penanggulangan
kondisi fisik dan biologis yang tidak baik, termasuk berbagai akibat sampingan
pembangunan. Semua kegiatan penyehatan lingkungan dan pemukiman yang
dilakukan oleh staf puskesmas, sebaiknya dilaksanakan dengan mengikut
sertakan masyarakat secara bergotong-royong.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah Keperawatan Komunitas I.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami tentang Pemberantasan Penyakit
Menular (TB, AIDS, ISPA).
b. Untuk mengetahui dan memahami tentang Penyehatan Lingkungan
Pemukiman.

1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pemberantasan Penyakit Menular (TB, AIDS, ISPA)


A. Definisi Penyakit Menular
Penyakit menular ialah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau
toksinnya, yang berasal dari sumber penularan atau reservoir, yang ditularkan/
ditransmisikan kepada pejamu (host) yang rentan. Penyakit menular
(Communicable Desease) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya agen
penyebab yang mengakibatkan perpindahan atau penularan penyakit dari orang
atau hewan yang terinfeksi, kepada orang atau hewan yang rentan (potential host),
baik secara langsung maupun tidak langsung melalui perantara (vector) atau
lingkungan hidup.

B. Macam-Macam Penyakit Menular


Penyakit-penyakit menular dikelompokkan menjadi beberapa kelompok
yaitu :
1. Penyakit menular potensial mewabah
a. Diare
b. Demam berdarah dengue
c. Malaria (di daerah endemik tinggi)
d. Filaria (di daerah endemik tinggi)
2. Penyakit menular endemik tinggi
a. Tuberkulosis paru
b. Lepra (Morbus Hansen)
c. Patek (Framboesia)
d. Anjing gila (Rabies)
e. Antraks
3. Penyakit menular penting lain
a. Penyakit menular seksual
1) Sifilis (Raja Singa)
2) Gonorhoe (Kencing Nanah)

2
3) HIV/AIDS
b. Penyakit menular lain
1) Hepatitis-B
2) Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

1. TB (TUBERCULOSIS)
Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC,
adalah penyakit menular paru-paru yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium tuberculosis. Kompleks ini termasuk M. tuberculosis dan
M. africanum terutama berasal dari manusia dan M. bovis yang berasal
dari sapi. Mycobacteria lain biasanya menimbulkan gejala klinis yang
sulit dibedakan dengan tuberkulosis. Etiologi penyakit dapat di
identifikasi dengan kultur.
Penularan terjadi melalui udara yang mengandung basil TB dalam
percikan ludah yang dikeluarkan oleh penderita TB paru atau TB laring
pada waktu mereka batuk, bersin atau pada waktu bernyanyi. Kontak
jangka panjang dengan penderita TB menyebabkan risiko tertulari,
infeksi melalui selaput lendir atau kulit yang lecet bisa terjadi namun
sangat jarang. TB bovinum penularannya dapat tejadi jika orang terpajan
dengan sapi yang menderita TB, bisanya karena minum susu yang tidak
dipasteurisasi atau karena mengkonsumsi produk susu yang tidak diolah
dengan sempurna. Penularan lewat udara juga terjadi kepada petani dan
perternakan.

Cara-Cara Pemberantasan :
1. Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi
mycobacterium tuberkuloisi dengan melakukan penkes adalah sebagai
berikut :
a. Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu
batuk, dan membuang dahak tidak di sembatang tempat (di dalam
larutan disinfektan).

3
b. Dengan memberikan vaksin BCG pada bayi.
c. Disinfeksi, cuci tangan, dan tata rumah tangga dan kebersihan yang
ketat, perlu perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah,
memperbaiki ventilasi, sirkulasi udara, dan penyinaran matahari di
rumah.
d. Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang
lembab dan kotor (polusi).
e. Mencegah kontak langsung dengan penderita tuberculosis paru.

2. Pengobatan
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan
terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang
digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH,
Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat tambahan
adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam
Klavulanat, derivat Rifampisin/INH. Cara kerja, potensi dan dosis
OAT utama dapat dilihat pada tabel berikut :

Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih


dahulu berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil
pemeriksaan bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan
sebelumnya. Di samping itu perlu pemahaman tentang strategi
penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed
Treatment Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO
yang terdiri dari lima komponen yaitu :

4
a. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan
dalam penanggulangan TB.
b. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik
langsung sedang pemeriksaan penunjang lainnya seperti
pemeriksaan radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit
pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
c. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO)
khususnya dalam 2 bulan pertama dimana penderita harus minum
obat setiap hari.
d. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang
cukup.
e. Pencatatan dan pelaporan yang baku.

2. AIDS
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terjadinya
Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan
melakukan penkes menjelaskan tentang :
a. Melakukan abstinensi seks/melakukan hubungan kelamin dengan
pasangan yang terinfeksi.
b. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks
terakhir yang tidak terlindungi.
c. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak
jelas status Human Immunodefieciency Virus (HIV) nya.
d. Tidak bertukar jarum suntuik, jarum tato, dan sebaginya.
e. Mencegah infeksi kejanin/bayi baru lahir.

3. ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan
akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang

5
berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas
laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan
bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008).

Cara Pencegahan Berdasarkan Level Of Prevention :


1. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Ditujukan pada orang sehat dengan usaha peningkatan derajat
kesehatan (health promotion) dan pencegahan khusus (spesific
protection) terhadap penyakit tertentu.
a. Penyuluhan, dilakukan oleh tenaga kesehatan dimana kegiatan ini
diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat
terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan faktor resiko penyakit
ISPA. Kegiatan penyuluhan ini dapat berupa penyuluhan penyakit
ISPA, penyuluhan ASI Eksklusif, penyuluhan imunisasi,
penyuluhan gizi seimbang pada ibu dan anak, penyuluhan
kesehatan lingkungan, penyuluhan bahaya rokok.
b. Imunisasi, yang merupakan strategi spesifik untuk dapat
mengurangi angka kesakitan ISPA.
c. Usaha di bidang gizi yaitu untuk mengurangi mal nutrisi.
d. Program KIA yang menangani kesehatan ibu dan bayi berat badan
lahir rendah.
e. Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) yang
menangani masalah polusi di dalam maupun di luar rumah.
2. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Dalam penanggulangan ISPA dilakukan dengan upaya pengobatan
dan diagnosis sedini mungkin. Dalam pelaksanaan program P2 ISPA,
seorang balita keadaan penyakitnya termasuk dalam klasifikasi bukan
pneumonia apabila ditandai dengan batuk, serak, pilek, panas atau
demam (suhu tubuh lebih dari 37˚C), maka dianjurkan untuk segera
diberi pengobatan.
Upaya pengobatan yang dilakukan terhadap klasifikasi ISPA atau
bukan pneumonia adalah tanpa pemberian obat antibiotik dan

6
diberikan perawatan di rumah. Adapun beberapa hal yang perlu
dilakukan ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA adalah :
a. Mengatasi panas (demam).
b. Untuk balita, demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau
dengan kompres dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada
air (tidak perlu air es).
c. Pemberian makanan dan minuman
Memberikan makanan yang cukup tinggi gizi sedikit-sedikit tetapi
sering, memberi ASI lebih sering. Usahakan memberikan cairan
(air putih, air buah) lebih banyak dari biasanya.
3. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
Tingkat pencegahan ini ditujukan kepada balita yang bukan
pneumonia agar tidak menjadi lebih parah (pneumonia) dan
mengakibatkan kecacatan (pneumonia berat) dan berakhir dengan
kematian.
Upaya yang dapat dilakukan pada pencegahan Penyakit bukan
pneumonia pada bayi dan balita yaitu perhatikan apabila timbul gejala
pneumonia seperti nafas menjadi sesak, anak tidak mampu minum dan
sakit menjadi bertambah parah, agar tidak bertambah parah bawalah
anak kembali pada petugas kesehatan dan pemberian perawatan yang
spesifik di rumah dengan memperhatikan asupan gizi dan lebih sering
memberikan ASI.

Cara Pencegahan Menurut Depkes RI, (2002) :


1. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah
kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit
ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima
sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta
istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap
sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita

7
akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus / bakteri
penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.
2. Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak
maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga
kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam
penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan
mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah,
sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang
bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat
memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan
sehat bagi manusia.
4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus /
bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit
ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit
penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya
berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun
bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran
pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang
di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).

C. Cara Penularan Penyakit Menular


Dikenal beberapa cara penularan penyakit menular yaitu :
1. Penularan Langsung
Mekanisme ini menularkan bibit penyakit langsung dari sumbernya
kepada orang lain. Hal ini bisa melalui kontak langsung seperti melalui
sentuhan, gigitan, hubungan seksual, percikan yang mengenai
conjunctiva, selaput lendir dari mata, hidung atau mulut pada waktu
orang lain bersin, batuk, meludah, bernyanyi atau bercakap (biasanya

8
pada jarak yang kurang dari 1 meter).
2. Penularan Tidak Langsung Penularan
a. Penularan melalui alat-alat yang terkontaminasi seperti mainan anak-
anak, sapu tangan, kain kotor, tempat tidur, alat masak atau alat
makan, instrumen bedah, air, makanan, susu, produk biologis seperti
darah, serum, plasma, jaringan organ tubuh, atau segala sesuatu yang
berperan sebagai perantara dimana bibit penyakit di “angkut” dibawa
kepada orang/binatang yang rentan dan masuk melalui “Port d’entre”
yang sesuai. Bibit penyakit tersebut bisa saja berkembang biak atau
tidak pada alat tersebut sebelum ditularkan kepada orang/binatang
yang rentan. Ini lebih dikenal dengan food and water bornedisease.
b. Penularan melalui vektor seperti terbawanya bibit penyakit pada saat
serangga merayap ditanah baik terbawa pada kakinya atau pada
belalainya, begitu pula bibit penyakit terbawa dalam saluran
pencernaan serangga.

D. Program Pemberantasan Penyakit Menular


Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk menurunkan
angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit menular dan tidak
menular. Penyakit menular yang diprioritaskan dalam program ini adalah :
malaria, demam berdarah dengue, tuberkulosis paru, HIV/ AIDS, diare, polio,
filaria, kusta, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi, termasuk penyakit karantina dan risiko masalah kesehatan masyarakat
yang memperoleh perhatian dunia internasional (public health risk of
internationalconcern).

Adapun Kebijakan Pelaksanaannya, yaitu :


a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mendorong
peran, membangun komitmen, dan menjadi bagian integral
pembangunan kesehatan dalam mewujudkan manusia Indonesia yang
sehat dan produktif terutama bagi masyarakat rentan dan miskin hingga
kedesa.

9
b. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diselenggarakan melalui
penatalaksanaan kasus secara cepat dan tepat, imunisasi, peningkatan
perilaku hidup bersih dan sehat, serta pengendalian faktor risiko baik di
perkotaan dan diperdesaan.
c. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
mengembangkan dan memperkuat jejaring surveilans epidemiologi
dengan fokus pemantauan wilayah setempat dan kewaspadaan dini,
guna mengantisipasi ancaman penyebaran penyakit antar daerah
maupun antar negara yang melibatkan masyarakat hingga kedesa.
d. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
mengembangkan sentra rujukan penyakit, sentra pelatihan
penanggulangan penyakit, sentra regional untuk kesiapsiagaan
penanggulangan KLB/wabah.
e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk memantapkan
jejaring lintas program, lintas sektor, serta kemitraan dengan
masyarakat termasuk swasta untuk percepatan program pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular melalui pertukaran informasi,
pelatihan, pemanfaatan teknologi tepat guna, dan pemanfaatan sumber
daya lainnya.
f. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk dilakukan
melalui penyusunan, review, sosialisasi, dan advokasi produk hukum
penyelenggaraan program pencegahan dan pemberantasan penyakit di
tingkat pusat hingga desa.
g. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia di bidang
pencegahan dan pemberantasan penyakit sehingga mampu
menggerakkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat secara
berjenjang hingga ke desa.
h. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk
meningkatkan cakupan, jangkauan, dan pemerataan pelayanan
penatalaksanaan kasus penyakit secara berkualitas hingga ke desa.

10
Adapun langkah-langkah pemberantasan penyakit menular, yaitu :
a. Mengumpulkan dan menganalisa data tentang penyakit.
b. Melaporkan penyakit menular.
c. Menyelidiki di lapangan untuk mengetahui benar atau tidak nya laporan
yang masuk untuk menemukan kasus-kasus lagi dan untuk mengetahui
sumber penularan.
d. Menyembuhkan penderita hingga ia tidak lagi menjadi sumber infeksi.
e. Pemberantasan vektor (pembawa penyakit).
f. Pendidikan kesehatan.

Cara-cara pencegahan penyakit menular secara umum, yaitu :


a. Mempertinggi nilai kesehatan
Ditempuh dengan cara usaha kesehatan (hygiene) perorangan dan usaha
kesehatan lingkungan (sanitasi).
b. Memberi vaksinasi/imunisasi
Merupakan usaha untuk pengebalan tubuh. Ada dua macam, yaitu :
Pengebalan aktif, yaitu dengan cara memasukkan vaksin (bibit penyakit
yang telah dilemahkan), sehingga tubuh akan dipaksa membuat antibodi.
Contohnya pemberian vaksin BCG, DPT, campak, dan hepatitis.
Pengebalan pasif, yaitu memasukkan serum yang mengandung antibodi.
Contohnya pemberian ATS (Anti Tetanus Serum).
c. Pemeriksaan kesehatan berkala
Merupakan upaya mencegah munculnya atau menyebarnya suatu
penyakit, sehingga munculnya wabah dapat dideteksi sedini mungkin.
Dengan cara ini juga, masyarakat bisa mendapatkan pengarahan rutin
tentang perawatan kesehatan, penanganan suatu penyakit, usaha
mempertinggi nilai kesehatan, dan mendapat vaksinasi.

2.2 Penyehatan Lingkungan Pemukiman


A. Penyehatan Lingkungan
Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan
hidup yang lebih sehat melalui pengembangan system kesehatan kewilayahan

11
untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Adapun
kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi :
1. Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar
2. Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan
3. Pengendalian Dampak Risiko Pencemaran Lingkungan
Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai
pelaksanaan kegiatan dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat
dimana pengelolaan kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling
kompleks, kegiatan tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya
yaitu dari hulu berbagai lintas sector ikut serta berperan baik kebijakan dan
pembangunan fisik serta Departemen Kesehatan sendiri terfokus kepada hilirnya
yaitu pengelolaan dampak kesehatan.
Sebagai gambaran pencapaian tujuan program lingkungan sehat disajikan
dalam per kegiatan pokok melalui indikator yang telah disepakati serta beberapa
kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut :
1. Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi
Adanya perubahan paradigma dalam pembangunan sektor air minum
dan penyehatan lingkungan dalam penggunaan prasarana dan sarana
yang dibangun, melalui kebijakan Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan yang ditanda tangani oleh Bappenas, Departemen
Kesehatan, Departemen Dalam Negeri serta Departemen Pekerjaan
Umum sangat cukup signifikan terhadap penyelenggaraan kegiatan
penyediaan air bersih dan sanitasi khususnya di daerah. Strategi
pelaksanaan yang diantaranya meliputi penerapan pendekatan tanggap
kebutuhan, peningkatan sumber daya manusia, kampanye kesadaran
masyarakat, upaya peningkatan penyehatan lingkungan, pengembangan
kelembagaan dan penguatan sistem monitoring serta evaluasi pada
semua tingkatan proses pelaksanaan menjadi acuan pola pendekatan
kegiatan penyediaan Air Bersih dan Sanitasi.
2. Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan
a. Pengawasan Institusi Pendidikan
Kondisi kesehatan lingkungan pada sekolah dititik beratkan pada

12
aspek hygiene, sarana sanitasi di sekolah yang erat kaitannya dengan
kondisi fisik bangunan sekolah. Kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan lingkungan di sekolah adalah :
1) Pengendalian faktor risiko lingkungan disekolah.
2) Pembinaan kesehatan lingkungan di sekolah dan pondok
pesantren.
3) Sosialisasi dan advokasi Kepmenkes 1429/2006 tentang pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di sekolah.
4) Penilaian lomba sekolah sehat.
b. Rumah Sehat
Pada tahun 2006, cakupan rumah sehat mencapai 69%. Kegiatan yang
dilakukan : menyusun persyaratan kualitas udara di dalam rumah serta
menyusun petunjuk pelaksanaan monitoring kualitas udara di dalam
rumah.
Untuk menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap
beberapa aspek yang sangat berpengaruh, antara lain :
1) Sirkulasi udara yang baik.
2) Penerangan yang cukup.
3) Air bersih terpenuhi.
4) Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar tidak
menimbulkan pencemaran.
5) Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab serta
tidak terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor
maupun udara kotor.
3. Pengendalian Dampak Risiko Pencemaran Lingkungan
Faktor risiko lingkungan dan perilaku masyarakat merupakan satu
kesatuan yang memiliki hubungan timbal balik yang berpengaruh
terhadap gangguan kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan.
Fokus pelaksanaan yang perlu dilakukan baik melalui fasilitasi kepada
para pengelola program, advokasi dan sosialisasi kepada para pengambil
keputasan daerah adalah sebagai berikut :
a. AMDAL /ADKL

13
Kajian aspek kesehatan masyarakat perlu dikaji secara cermat dan
mendalam, dengan metode pendekatan analisis dampak kesehatan
lingkungan (ADKL) dan metode epidemiologi. Metode analisis
dampak kesehatan lingkungan (ADKL) ini dapat dipergunakan untuk
identifikasi dampak potensial dari suatu hubungan antara parameter
lingkungan, media lingkungan, penduduk yang terpajan dan dampak
nya terhadap kesehatan.
b. Pengendalian Pencemaran Udara
Saat ini penurunan kualitas udara terutama di kota-kota besar telah
menjadi masalah yang membutuhkan penanganan serius mengingat
sudah pada tingkat yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat.
Penurunan kualitas udara terjadi karena emisi yang masuk ke udara
melebihi daya dukung lingkungan. Lingkungan tidak mampu
menetralisir pencemaran yang terjadi. Kota-kota besar maupun pusat-
pusat pertumbuhan industri adalah yang paling utama merasakan
dampak penurunan kualitas udara. Salah satu upaya Pemerintah
mengatasi meningkatnya pencemaran udara dari sumber bergerak
adalah menghapus bensin bertimbal (Pb) sejak Juli 2006. Harapannya
konsentrasi Pb di udara ambien akan turun.
c. Pengawasan Tempat-Tempat Umum
Pengawasan tempat-tempat umum perlu dilakukan karena tempat
berkumpulnya manusia, yang bisa menjadi sumber penularan berbagai
penyakit. Aspek yang dinilai antara lain :
1) Kondisi bangunan meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi,
pencahayaan, dll.
2) Sarana sanitasi meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan
kotoran, sarana pembuagan air limbah, dan sarana pembuangan
sampah.

B. Penyehatan Lingkungan Pemukiman


1. Pemukiman
Pemukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup yang digunakan

14
sebagai tempat tinggal dari sekelompok manusia yang saling berinter-
aksi serta berhubungan setiap hari dalam rangka untuk mewujudkan
masyarakat yang tenteram, aman dan damai. Permukiman adalah bagian
dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung baik yang berupa kawasan
perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan.
Pemukiman adalah suatu struktur fisik dimana orang menggunakannya
untuk tempat berlindung, termasuk juga semua fasilitas dan pelayanan
yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani
dan rokhani serta keadaan sosialnya, baik untuk keluarga maupun
individu.
Pemukiman atau perumahan sangat berhubungan dengan kondisi
ekonomi sosial, pendidikan, tradisi atau kebiasaan, suku, geografi dan
kondisi lokal. Selain itu lingkungan perumahan atau pemukiman
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat menentukan kualitas
lingkungan perumahan tersebut antara lain fasilitas pelayanan,
perlengkapan, peralatan yang dapat menunjang terselenggaranya
kesehatan fisik, kesehatan mental, kesehatan sosial bagi individu dan
keluarganya.
2. Tujuan dilaksanakan Kesehatan Lingkungan di Tempat Permukiman
a. Penataan dan pemukiman yang memenuhi syarat kesehatan
Pemukiman sehat adalah suatu tempat untuk tinggal secara permanen,
berfungsi sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat, berrekreasi
dan sebagai tempat berlindung dari pengaruh lingkungan yang
memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, bebas dari penularan
penyakit dan kecelakaan. Satuan Lingkungan Permukiman adalah
kawasan perumahan dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan
penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang
teratur.
b. Terwujudnya suatu kondisi perumahan yang layak huni dalam
lingkungan yang sehat
Ini artinya bahwa rumah di perumahan itu harus sehat, rumah yang

15
dapat menjadi tempat berlindung/bernaung dan beristirahat sehingga
menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani maupun
sosial. Kondisi perumahan yang layak huni artinya harus layak
sebagai tempat hunian yag dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik
lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Sarana lingkungan adalah fasilitas
penunjang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan
kehidupan ekonomi, social dan budaya.
c. Mengurangi resiko kebakaran, kecelakaan, penularan penyakit
Dalam mengurangi resiko kebakaran, kecelakaan, penularan penyakit
diperlukan sarana dan utilitas. Utilitas umum merupakan bangunan
bangunan yang dibutuhkan dalam sistem pelayanan lingkungan yang
diselenggarakan baik oleh pemerintah atau swasta, Utilitas yang
dimaksud adalah penyediaan yang menyangkut jaringan air bersih,
listrik, pembuangan sampah, telepon dan gas.
3. Ruang Lingkup Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Pada
Pemukiman
Kesehatan lingkungan tempat permukiman menyelenggarakan upaya
pada beberapa aspek perlindungan dan penyehatan di tempat
permukiman agar para penghuni dan orang yang beraktifitas di tempa
penukiman mendapatkan jaminan keamanan. Upaya tersebut meliputi :
a. Mengendalikan dan memberantas penyakit menular dan penyakit
parasit dan beban kesehatan yang memberati penduduk dalam
kawasan itu.
b. Mengurangi bahaya kimiawi dan fisik di tempat tinggal, tempat kerja
dan wilayah kota yang lebih besar.
c. Menciptakan kualitas lingkungan dan kualitas penduduk dalam
kawasan.
d. Meminimalkan transfer biaya lingkungan ke wilayah dan masyarakat
serta system lingkungan di sekitar wilayah dan diluar.

16
e. Menjamin adanya konsumsi yang berkelanjutan tanpa merusak
lingkungan.
4. Sasaran Upaya Kesehatan Lingkungan di Tempat Pemukiman
Sasaran Upaya Kesehatan Lingkungan di Tempat Pemukiman adalah :
a. Entitas atau masyarakat pada pemukiman
Masyarakat penghuni dan yang beraktifitas di lingkungan pemukiman
diharapkan memiliki kesadaran dalam mengelola lingkungan
pemukimannya sendiri. Mengembangkan budaya masyarakat untuk
melaksanakan kegiatan kesehatan lingkungan di pemukiman.
Masyarakat dapat merencanakan upaya, melaksanakan kepemimpinan,
dan mengintegrasikan pembangunan di daerahnya dengan daerah yang
lebih luas.
b. Rumah dengan upaya meliputi penggerakan masyarakat agar
memiliki, memelihara semua aspek kesehatan rumahnya
c. Lingkungan pemukiman dengan upaya meliputi usaha bersama
dalam melaksanakan pemukiman sehat, kerja bakti bersama,
Penyelenggaraan pemberantasan sarang nyamuk, gerakan
penanaman pohon dana lain-lain
5. Aspek Kesehatan Lingkungan Pemukiman
Suatu permukiman dikatakan telah memenuhi syarat kesehatan jika telah
dipenuhi hal-hal berikut :
a. Menjamin ketenangan hidup, yakni :
1) Lokasi mempunyai assebilitas ke transportasi umum, di daerah
yang dapat memberikan keseimbangan social, memberikan
kesempatan untuk dapat membina individu dan keluarga serta
terjamin aman dari timbul nya bahaya.
2) Kondisi geologis diantaranya kemiringan tanah maksimal 15 %,
memungkinkan untuk dibuat drainase, kondisi tanah
memugkinkan untuk dibuat bangunan sederhana.
3) Status hukum jelas.
b. Tersedia fasilitas umum dan fasilitas sanitasi, sesuai ketentuan, yakni :
1) Jalan local yang terdiri dari jalan penghubung lingkungan

17
perumahan, jalan poros lingkungan perumahan, jalan lingkungan
perumahan atau gang-gang.
2) Air minum dengan ketentuan bahwa sistem penyediaan air minum
kota : 100 liter / orang / perhari, system penyediaan air minum
lingkungan 60%, system penyediaan air minum ke rumah rumah
60 %, sambungan air minum ke fasilitas umum 30%.
3) Pembuangan air limbah dan tinja : pembuangan air limbah kota
sambungan ke system yang tersedia, pembuangan air limbah
lingkungan, tangki septic tank, bidang peresapan sesuai daya
serap tanah.
4) Pembuangan air hujan dengan ketentuan tersedia saluran
pembuangan air hujan, tersedia badan penerima.
5) Tersedia pembuangan sampah dengan ketentuan pengumpulan
sampah, pengangkutan sampah, pembuangan sampah.
6) Jaringan listrik dan sarana komunikasi.
c. Tersedia fasilitas kesehatan
1) Jarak antara pemukiman ke puskesmas pembantu atau praktek
dokter 1,5 km.
2) Jarak ke puskesmas 3 km, terdapat rumah bersalin, apotik.
d. Tersedia fasilitas perbelanjaan dan niaga
1) Tersedia fasilitas belanja yang memenuhi syarat.
2) Jarak fasilitas perbelanjaan dan niaga mudah dicapai oleh
penghuni pemukiman.
e. Tersedia fasilitas layanan pemerintah dan pelayanan umum
1) Tersedia fasilitas pemerintah seperti kesehatan, pendidikan.
2) Jarak terjangkau dengan kendaraan pribadi.
f. Tersedia fasilitas peribadatan
1) Masjid atau mushola sesuai jumlah penghuni.
2) Jarak fasilitas peribadan dekat dengan rumah penduduk dengan
fasilitas umum masyarakat.
g. Fasilitas rekreasi dan kebudayaan yang dapat melayani 6000
keluarga ada gedung serbaguna.

18
h. Fasilitas Pendidikan sesuai dengan luas pemukiman dan jumlah
penduduk yang menjadi penghuni didalamnya.
i. Fasilitas Olah raga dan lapangan terbuka 50 keluarga ada taman /
tempat bermain.
j. Untuk menjamin kesehatan penghuni, rumah-rumah harus memenuhi
persyaratan.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit menular ialah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau
toksinnya, yang berasal dari sumber penularan atau reservoir, yang ditularkan/
ditansmisikan kepada pejamu (host) yang rentan. Penyakit menular
(Communicable Desease) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya agen
penyebab yang mengakibatkan perpindahan atau penularan penyakit dari orang
atau hewan yang terinfeksi, kepada orang atau hewan yang rentan (potential host),
baik secara langsung maupun tidak langsung melalui perantara (vector) atau
lingkungan hidup.
Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk menurunkan
angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit menular dan tidak
menular.
Penyakit menular yang diprioritaskan dalam program ini adalah : malaria,
demam berdarah dengue, tuberkulosis paru, HIV/ AIDS, diare, polio, filaria,
kusta, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I), termasuk penyakit karantina dan risiko masalah kesehatan masyarakat
yang memperoleh perhatian dunia internasional (public health risk of international
concern).
Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan
hidup yang lebih sehat melalui pengembangan system kesehatan kewilayahan
untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan.

3.2 Saran
Di era modern sekarang ini sudah banyak berkembang penyakit yang tidak
ditemukan obatnya termasuk diantaranya penyakit menular dan sekarang ini,
masih banyak yang belum memahami bagaimana cara menjaga lingkungan yang
sehat. Oleh karena itu, perlu untuk mempelajari tentang pembarantasan penyakit
menular dan bagaimana penyehatan lingkungan tersebut.

20
Sumber penyakit atau penderita penyakit perlu segera ditemukan dan diobati
sampai sembuh. Jika ini dilakukan, keberadaan vektor tidak akan berarti, karena
tak ada sumber dari virus, bakteri ataupun parasit yang bisa ditularkan. Hal kedua,
vektor dalam hal ini binatang yang menjadi perantara penularan misalnya nyamuk
pada kasus malaria dan demam berdarah dengue perlu dicegah
perkembangbiakannya.
Setidaknya perlu satu petugas lapangan per desa untuk mencari kasus secara
aktif, merujuk ke pemberi pelayanan kesehatan, mensupervisi perawatan di
rumah. Selain itu mendeteksi faktor risiko kesehatan, misalnya pengawasan jentik
nyamuk serta mengembangkan upaya perilaku hidup sehat pada masyarakat.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ansyari, Fuad. (1979). Kesehatan Lingkungan Ghalia Indonesia Surabaya.


http://nuiiners.blogspot.com/2014/01/pemberantasan-penyakit-menular-p2m.html
http://nonamutti.blogspot.com/2011/03/prinsip-pemberantasan-penyakit-
menular.html
http://data.menkokesra.go.id/content/program-penyehatan-lingkungan
www.google.com

Azwar, A. 2002. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Mutiara


Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
http://125.160.76.194/bidang/yanmed/farmasi/Pharmaceutical/ISPA.pdf (Diakses:
13 April 2013)
DepKes RI. 1991. Bimbingan Keterampilan Dalam Penatalaksanaan Infeksi
Saluran Pernapasan Akut Pada Anak: Jakarta.
Depkes RI. 2005. Pedoman Monitoring dan Perawatan Pasien HIV/AIDS dengan
Antiretro viral (ARV).
Sudoyo AW, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV, Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai