Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


GBHN merupakan pernyataan keinginan rakyat yang menjadi acuan
utama atas segala kiprah penyelenggara negara dalam mewujudkan cita-cita
bangsa bernegara, yang secara explisit tesurat didalam pembukaan UUD
1945. Upaya mewujudkan cita-cita bangsa secara sederhana diartikan
sebagai upaya pembangunan bangsa. Karena pembangunan itu sendiri dapat
diartikan sebagai peningkatan kualitas dan derajat kehidupan seutuhnya dari
seluruh rakyat Indonesia. Oleh karenanya bentuk operasional dari GBHN ini
selama beberapa dekade diwujudkan dalam bentuk Rencana Pembangunan
Nasional.

Dengan adanya rencana pembangunan para penyelenggara negara


mempunyai pegangan dan sasaran serta target yang harus dicapainya dalam
kurun waktu tertentu. Repelita misalnya adalah rencana pembangunan yang
memiliki rentang waktu selama 5 tahun. Repelita dipergunakan sebagai
penjabaran dari GBHN pada masa awal pemerintahan Soeharto sampai
dengan tahun 1998. Dengan demikian harapan rakyat dan kenyataan yang
didapatkan bisa dengan mudah diukur dengan referensi dokumen tersebut.
Bahkan pengukuran kinerja pemerintahan, dalam hal ini presiden selaku
mandataris MPR, didasarkan atas kesungguhan dan keberhasilan presiden
dalam menerjemahkan dan melaksanakan GBHN tersebut. Presiden pada
saat itu merupakan mandataris MPR yang harus menjalankan keputusan-
keputusan yang dihasilkan oleh MPR, termasuk GBHN. Contoh yang paling
aktual adalah ditolaknya pertanggung jawaban presiden Habibie oleh MPR.
Dengan penolakan tersebut yang bersangkutan diberhentikan dan tidak dapat
dipilih kembali menjadi presiden Republik Indonesia.

Untuk memahami maksud, tujuan serta kegunaan GBHN, barangkali


haruslah diteliti suasana kebatinan ketika UUD 1945 ini disusun, para
pendiri bangsa ini pada saat itu ingin menegaskan bahwa visi bangsa
haruslah dinamis, seiring dengan berlalunya waktu. Untuk itu daripada
merubah konstitusi setiap saat, lebih baik diciptakan suatu dokumen lain
yakni GBHN yang bisa dievaluasi, dianalisa, dirubah bahkan diganti setiap 5
tahun oleh lembaga yang berkewenangan membuat konstitusi, yakni MPR
selaku manifestasi dari kedaulatan rakyat.

KELOMPOK 8 | GBHN 1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Garis-garis Besar Haluan Negara?
2. Bagaimana Kondisi Umum dari Garis-garis Besar Haluan Negara?
3. Apa visi dan misi Garis-garis Besar Haluan Negara?
4. Apa kaidah pelaksana dari Garis-garis Besar Haluan Negara?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Gris-garis Besar Haluan Negara
(GBHN)
2. Dapat mengerti kondisi umum dari Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN)
3. Dapat memahami visi dan misi dari Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN)
4. Dapat mengetahui kaidah pelaksana dari Garis-garis Besar Haluan
Negara (GBHN)

KELOMPOK 8 | GBHN 2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN)


Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) adalah haluan negara tentang
penyelenggaraan negara dalam garis-garis besar sebagai pernyataan
kehendak rakyat secara menyeluruh dan terpadu. GBHN ditetapkan
oleh MPR untuk jangka waktu 5 tahun. Dengan adanya Amendemen UUD
1945 dimana terjadi perubahan peran MPR dan presiden, GBHN tidak
berlaku lagi. Sebagai gantinya, UU no. 25/2004 mengatur tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, yang menyatakan bahwa penjabaran
dari tujuan dibentuknya Republik Indonesia seperti dimuat dalam Pembukaan
UUD 1945, dituangkan dalam bentuk RPJP (Rencana Pembangunan Jangka
Panjang). Skala waktu RPJP adalah 20 tahun, yang kemudian dijabarkan
dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah), yaitu perencanaan
dengan skala waktu 5 tahun, yang memuat visi, misi dan program
pembangunan dari presiden terpilih, dengan berpedoman pada RPJP. Di
tingkat daerah, Pemda harus menyusun sendiri RPJP dan RPJM Daerah,
dengan merujuk kepada RPJP Nasional.
GBHN adalah sebagai visi dan misi tertinggi nomer kedua setelah UUD
1945 yang harus dilaksanakan oleh semua lembaga eksekutif negara
termasuk  MPR , presiden dan wakil presiden. Proses berjalannya
pembangunan nasional harus didukung, disemangati dan dibantu oleh menteri
menteri yang telah di beri mandat dan kepercayaan oleh presiden. Gbhn di
rancang dan disahkan oleh MPR melalui keputusan daan ketetapaan MPR
yang sebelumnya telah mempunyai tujuan utama yaitu memperhatikan,
mensejahterakan  dan memberi solusi terbaik untuk segala bentuk masalah
yang terjadi dimasyarakat indonesia secara menyeluruh (dikota maupun
didesa).Tidak adanya Gbhn akan berdampak buruk pada fungsi MPR dan
mengacaukan sistem untuk mewujudkan  cita cita bangsa dan negara yang
berbhinneka tunggal ika dan dapat pula merubah sistem perencanaan

KELOMPOK 8 | GBHN 3
pembangunan nasional yang sudah ditetapkan selama puluhan tahun sejak
indonesia merdeka.

2.2. Kondisi Umum


Kondisi Umum GBHN Kukuhnya Negara Kesatuan Republik
Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan
berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha kuasa bagi rakyat Indonesia secara
keseluruhan menjadi dasar dilaksanakannya pembangunan di segala bidang.
Sekalipun seluruh rakyat dan penyelenggara negara serta segenap
potensi bangsa telah berusaha menegakkan dan melestarikan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, namun masih ada ancaman, hambatan, dan
gangguan terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kemajemukan yang rentan konflik, otonomi daerah yang belum
terwujud, kebijakan yang terpusat, otoriter, serta tindakan ketidak adilan
pemerintah yang dipicu oleh hasutan serta pengaruh gejolak politik
internasional dapat mendorong terjadinya disintegrasi bangsa.
Penyelenggaraan negara yang menyimpang dari ideologi Pancasila dan
mekanisme Undang-Undang Dasar 1945 telah mengakibatkan ketidak
seimbangan kekuasaan di antara lembaga-lembaga Negara dan makin jauh
dari cita demokrasi dan kemerdekaan yang ditandai dengan berlangsungnya
sistem kekuasaan yang bercorak absolut karena wewenang dan kekuasaan
Presiden berlebihan yang melahirkan budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme
sehingga terjadi krisis multidimensional pada hampir seluruh aspek
kehidupan.
Ketidakpekaan penyelenggara negara terhadap kondisi dan situasi
tersebut telah membangkitkan gerakan reformasi di seluruh tanah air yang
ditandai dengan tumbangnya rezim otoriter. Gerakan reformasi telah
mendorong secara relatif terjadinya kemajuan-kemajuan di bidang politik,
usaha penegakan kedaulatan rakyat, peningkatan peranmasyarakat disertai de
ngan pengurangan dominasi peran pemerintah dalam kehidupan politik,
antara lain dengan terselenggaranya Sidang Istimewa MPR 1998; Pemilu
1999 yang diikuti banyak partai, netralitas pegawai negeri,serta TNI dan

KELOMPOK 8 | GBHN 4
Polri; peningkatan  partisipasi  politik,  pers  yang  bebas  serta  Sidang.
Umum MPR 1999. Namun, perkembangan demokrasi belum terarah secara
baik dan aspirasi masyarakat belum terpenuhi.Konflik sosial dan menguatnya
gejala disintegrasi di berbagai daerah seperti di Maluku merupakan gangguan
bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kalau tidak segera
ditanggulangi akan dapat mengancam keberadaan dan kelangsungan hidup
bangsa dan negara. Khusus bagi Daerah Istimewa Aceh dan Irian Jaya hal-hal
tersebut lebih merupakan ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah pusat
yang perlu segera dikoreksi dengan cepat dan tepat.Di bidang hukum terjadi
perkembangan yang kontroversial, disatu pihak produk materi hukum, 
pembinaan  aparatur,  sarana  dan  prasarana  hukum  menunjukkan
peningkatan.  Namun, di pihak lain tidak diimbangi dengan peningkatan
integritas moral dan profesionalisme aparat hukum, kesadaran hukum, mutu
pelayanan serta tidak adanya kepastian dan keadilan hukum sehingga
mengakibatkan supremasi hukum belum dapat diwujudkan.
Tekad untuk memberantas segala bentuk penyelewengan sesuai
tuntutan reformasi seperti korupsi, kolusi, nepotisme, serta kejahatan
ekonomi keuangan dan penyalahgunaan kekuasaan belum diikuti langkah-
langkah nyata dan kesungguhan pemerintah serta aparat penegak hukum
dalam menerapkan dan menegakkan hukum, terjadinya campur tangan dalam
proses peradilan, serta tumpang tindih dan kerancuan hukum mengakibatkan
terjadinya krisis hukum

2.3. Visi dan Misi


A. VISI
Terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis,
berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara
Kesatuan RI yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri,
beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran
hukum dan lingkungan menguasai IPTEK , memiliki etos kerja yang
tinggi serta berdisiplin.

KELOMPOK 8 | GBHN 5
B. MISI
1. Pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Penegakan kedaulatan rakyat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Peningkatan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan
sehari-hari untuk mewujudkan kualitas keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan YME dalam kehidupan dan
mantapnya persaudaraan umat beragama yang berakhlak mulia,
toleran, rukun dan damai.
4. Penjaminan kondisi aman, damai, tertib dan ketentraman
masyarakat.
5. Pewujudan sistem hukum nasional, yang menjamin tegaknya
supremasi hukum dan HAM keadilan dan kebenaran.

2.4. Kaidah Pelaksana


GBHN tahun 1999 - 2004 yang ditetapkan oleh MPR dalam Sang Umum
MPR 1999, harus menjadi arah penyelenggaraan negara bagi lembaga tinggi
negara dan segenap rakyat Indonesia. Untuk itu perlu ditetapkan kaidah
pelaksanaannya sebagai berikut:
1. Presiden selaku kepala pemerintahan negara, menjalankan tugas
penyelenggaraan pemerintahan negara, berkewajiban untuk
mengerahkan semua potensi dan kekuatan pemerintahan dalam
melaksanakan dan mengendalikan pembangunan nasional.
2. DPR, MA, BPK, dan DPA berkewajiban melaksanakan GBHN ini
sesuai dengan fungsi, tugas, dan wewenangnya berdasarkan UUD
1945.
3. Semua lembaga tinggi negara berkewajiban menyampaikan laporan
pelaksanaan GNHN dalam sidang tahunan MPR, sesuai dengan
fungsi, tugas dan wewenangnya berdasarkan UUD 1945.
4. GBHN dalam pelaksanaannya dituangkan dalam Program
Pembangunan Nasional lima tahun (PROPENAS) yang memuat uraian

KELOMPOK 8 | GBHN 6
kebijakan secara rinci dan terukur yang ditetapkan oleh Presiden
bersama DPR.
5. Program Pembangunan Nasional lima tahun (PROPENAS) dirinci
dalam Rencana PembangunanTahunan (REPETA) yang memuat
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan ditetapkan
Presiden bersama DPR.

KELOMPOK 8 | GBHN 7
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) adalah haluan negara tentang
penyelenggaraan negara dalam garis-garis besar sebagai pernyataan
kehendak rakyat secara menyeluruh dan terpadu. Kondisi Umum GBHN
Kukuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan berkat dan rahmat Tuhan Yang
Maha kuasa bagi rakyat Indonesia secara keseluruhan menjadi dasar
dilaksanakannya pembangunan di segala bidang.
Visi dan misi GBHN mendukung terciptanya segala pembangunan yang
direncanakan. GBHN tahun 1999 - 2004 yang ditetapkan oleh MPR dalam
Sang Umum MPR 1999, harus menjadi arah penyelenggaraan negara bagi
lembaga tinggi negara dan segenap rakyat Indonesia. Untuk itu perlu
ditetapkan kaidah pelaksanaannya.

3.2. Saran
GBHN penting untuk dipelajari untuk menambah pengetahuan kita tentang
Indonesia. Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca dapat memahami
GBHN dengan baik. Dan bagi pembuat makalah selanjutnya semoga makalah
ini bias dijadikan referensi agar bias mengembangkan makalah lebih baik
lagi.

KELOMPOK 8 | GBHN 8
DAFTAR PUSTAKA

Bumi aksara, 1995; hal.92


http://hannahumaira.blogspot.co.id/2013/10/nilai-nilai-pancasilapadamasapra.h

KELOMPOK 8 | GBHN 9

Anda mungkin juga menyukai