Anda di halaman 1dari 1

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad mengatakan ada beberapa cara untuk mencegah

gratifikasi dalam instansi pemerintah. Menurut Samad, setidaknya ada tiga cara pencegahan. "Cara ini
harus dilakukan oleh semua pegawai di segala tingkatan," kata Samad dalam sambutan
penandatanganan aturan pencegahan gratifikasi antara KPK dan Kementerian Kelautan di Jakarta,
Kamis, 27 Maret 2014.

Samad mengatakan cara pertama yakni dengan adanya pengetahuan tentang gratifikasi, khususnya
pada level pegawai lapangan. Pada umumnya, para pegawai level tersebut tak begitu mengerti tindakan
yang tergolong gratifikasi. Karena itu, "Perlu ada pendidikan khusus tentang apa gratifikasi itu." (Baca:
Ketua KPK: Hedonis, Nurhadi Dekat dengan Korupsi).

Cara kedua yaitu dengan meningkatkan kesadaran melaporkan gratifikasi. Sebab, kesadaran ini sangat
penting memberantas kultur "uang pelicin" yang terjadi selama ini. Menurut Samad, setiap pemberian
kepada seorang penyelenggara negara dapat tergolong gratifikasi selama pemberian itu terkait dengan
pekerjaan atau jabatan orang yang bersangkutan. "Jangan ragu untuk laporkan gratifikasi," ujarnya.
(Baca: KPK Siap Terima Laporan Caleg Peroleh Gratifikasi).

Ketiga dengan cara meminimalkan psikologis para pelapor gratifikasi. Menurut dia, biasanya
penyelenggara negara enggan melaporkan gratifikasi yang diterima karena takut imbas di belakangnya.
"Dapat ancaman dari pemberi dan semacamnya," kata Samad. Karena itu, ujar dia, KPK memiliki
komitmen untuk menyembunyikan identitas para pelapor gratifikasi tersebut.

KPK serta Kementerian Kelautan dan Perikanan tanda tangani aturan pencegahan gratifikasi di
lingkungan Kementerian Keluatan. Menteri Kelautan Sharif Cicip Sutardjo mengatakan
penandatanganan ini bertujuan untuk meningkatkan integritas dalam pelayanan publik. "Untuk
mewujudkan Indonesia yang bebas korupsi," kata Sharif di tempat yang sama.

Anda mungkin juga menyukai