Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hemodialisis (HD) Adalah pengobatan dengan alat yaitu Dialyzer,
tujuan utama yaitu menyaring dan membuang sisa produk metabolisme
toksik yang seharusnya ditangani oleh ginjal dan di buang atau di saring
oleh ginjal. Tujuan Hemodialisis yaitu untuk menurunkan kadar ureum,
kreatinin dan zat toksik yang lainnya dalam darah, dan sampai saat ini,
hemodialisis masih menjadi alternatif untuk pasien penderita gagal ginjal
karena dari segi biaya lebih murah dibandingkan dengan dialis peritoneal.
Terapi pengganti ginjal di Indonesia di mulai pada tahun 1972 di
Jakarta (RSPUPN Dr. Cipto Mangunkusumo/FKUI), di Bandung tahun
1976 (RSUP Hasan Sadikin/FK UNPAD). Pasien gagal ginjal kronik harus
menjalani terapi hemodialisis sepanjang hidupnya. Proses hemodialisis
dapat dilakukan 2 hingga 3 kali dalam seminggu dalam 3 hingga 5 jam
setiap kali hemodialisis untuk dapat mempertahankan kadar urea,
kreatinin, asam urat dan fosfat dalam kadar normal walaupun masih
terlihat kelainan klinis berupa gangguan metabolisme akibat toksis uremik.
Sekitar 2.622.000 di dunia, orang telah menjalani pengobatan End
-Stage Renal Disease (ESRD), pada akhir tahun 2010 sebanyak 2.029.000
orang (77%) diantaranya menjalani pengobatan dialisis dan 593.000 orang
(23%) menjalani transplantasi ginjal. Kasus gagal ginjal di Indonesia,
setiap tahunnya masih terbilang tinggi karena masih banyak masyarakat
Indonesia tidak menjaga pola makan dan kesehatan tubuhnya. Survey yang
dilakukan Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) pada tahun
2009, prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia sekitar 12,5 % berarti
sekitar 18 juta orang dewasa di Indonesia menderita penyakit gagal ginjal
kronik.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI HEMODIALISA
Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien
dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialysis jangka pendek
(beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit
ginjal stadium terminal (ESRD ; end-stage renal disease) yang
membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen. Sehelai
membrane sintetik yang semipermeabel menggantikan glomerulus serta
tubulus renal dan bekerja sebagai filter bagi ginjal yang terganggu
fungsinya itu.
Bagi penderita GGK, hemodialisis akan mencegah kematian.
Namun demikian, hemodialisis tidak menyembuhkan atau memulihkan
penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas
metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal
ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien. Pasien-pasien ini
harus menjalani terapi dialysis sepanjang hidupnya (biasanya 3 kali
seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam perkali terapi) atau sampai
mendapat ginjal baru melalui operasi pencangkokan yang berhasil. Pasien
memerlukan terapi dialysis yang kronis kalau terapi ini diperlukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mengendalikan gejala
uremia.

B. TUJUAN
Mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai
fungsi ginjal pulih kembali.Metode terapi mencakup hemodialisis,
hemofiltrasi dan peritoneal dialysis. Hemodialisis dapatd ilakukan pada
saat toksin atau zat racun harus segera dikeluarkan untuk mencegah
kerusakan permanent atau menyebabkan kematian. Hemofiltrasi
digunakan untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan. Peritoneal dialysis
mengeluarkan cairan lebih lambat daripada bentuk-bentuk dialysis yang
lain.

C. INDIKASI
Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan
GGA untuk sementara sampaifungsi ginjalnya pulih. Pasien-pasien
tersebut dinyatakan memerlukan hemodialisa apabila terdapat indikasi :
1. Hiperkalemia ( K > 6 mEq/l)
2. Asidosis
3. Kegagalan terapi konservatif
4. Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah
5. Kelebihan cairan
6. Perikarditis dan konfusi yang berat
7. Hiperkalsemia dan hipertensi

D. PRINSIP HEMODIALISA
Prinsip mayor/proses hemodialisa1.
1. Akses Vaskuler
Seluruh dialysis membutuhkan akses ke sirkulasi darah pasien. Kronik
biasanya memiliki akses permanent seperti fistula atau graf sementara.
Akut memiliki akses temporer seperti vascoth.
2. Membran semi permeable
Hal ini ditetapkan dengan dialyser actual dibutuhkan untuk
mengadakan kontak diantara darah dan dialisat sehingga dialysis dapat
terjadi.
3. Difusi
Dalam dialisa yang konvesional, prinsip mayor yang menyebabkan
pemindahan zat terlarut adalah difusi substansi. Berpindah dari area
yang konsentrasi tinggi ke area dengan konsentrasi rendah. Gradien
konsentrasi tercipta antara darah dan dialisat yang menyebabkan
pemindahan zat pelarut yang diinginkan. Mencegah kehilangan zat
yang dibutuhkan.
4. Konveksi
Saat cairan dipindahkan selama hemodialisis, cairan yang dipindahkan
akan mengambil bersama dengan zat terlarut yang tercampur dalam
cairan tersebut.
5. Ultrafiltrasi
Proses dimana cairan dipindahkan saat dialysis dikenali sebagai
ultrafiltrasi artinya adalah pergerakan dari cairan akibat beberapa
bentuk tekanan. Tiga tipe dari tekanan dapat terjadi pada membrane :
a) Tekanan positip
Merupakan tekanan hidrostatik yang terjadi akibat cairan dalam
membrane. Pada dialysis hal ini dipengaruhi oleh tekanan dialiser
dan resisten vena terhadap darah yang mengalir balik ke fistula
tekanan positip “mendorong” cairan menyeberangi membrane.
b) Tekanan negative
Merupakan tekanan yang dihasilkan dari luar membrane oleh
pompa pada sisi dialisat dari membrane tekanan negative
“menarik” cairan keluar darah.
c) Tekanan osmotic
Merupakan tekanan yang dihasilkan dalam larutan yang
berhubungan dengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan tersebut.
Larutan dengan kadar zat terlarut yang tinggi akan menarik cairan
dari larutan lain dengan konsentrasi yang rendah yang
menyebabkan membrane permeable terhadap air.

E. PERANGKAT HEMODIALISA
1. Perangkat khusus
a. Mesin hemodialisa
b. Ginjal buatan (dializer) yaitu : alat yang digunakan untuk
mengeluarkan sisa metabolisme atau zat toksin lain dari tubuh.
Didalmnya terdapat r ruangan atu kompartemen :
- Kompratemen darah
- Kompartemen dialisat
c. Blood line : selang yang mengalirkan darah dari tubuh kedializer
dan kembali ketubuh mempunyai dua fungsi :
1) Untuk mengeluarkan dan menampung cairan serta sisa-sisa
metabolisme.
2) Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama
dialysis.
2. Alat-alat kesehatan
a. Tempat tidur fungsional
b. Timbangan berat badan
c. Pengukur tinggi badan
d. Stetoskop
e. Termometer
f. Peralatan EKG
g. Set O2 lengkap
h. Suction set
i. Meja tindakan
3. Obat-obatan dan cairan
a. Obat-obatan hemodialisa : heparin, frotamin, lidocain untuk
anastesi
b. Cairan infuse : NaCL 0,5 %, Dex 5%, dan Dex 10 %
c. Dialisat
d. Desinfektan : alkohol 70% , betadin, sodium hypoclorite 5%
e. Obat-obatan emergency

F. PEDOMAN PELAKSANAAN HEMODIALISA


1. Perawatan sebelum hemodialisa
a. Sambungkan selang air dari mesin hemodialisa
b. Kran air dibuka
c. Pastikan selang pembuka air dan mesin hemodialisis sudah masuk 
keluar atau saluran pembuangan
d. Sambungkan kabel mesin hemodialisis ke stop kontak.
e. Hidupkan mesin.
f. Pastikan mesin pada posisi rinse selama 20 menit.
g. Matikan mesin hemodialisis.
h. Masukkan selang dialisat ke dalam jaringan dialisat pekat.
i. Sambungkan slang dialisat dengan konektor yang ada pada mesin h
emodialisis.
j. Hidupkan mesin dengan posisi normal (siap).
2. Menyiapkan sirkulasi darah.
a. Bukalah alat-alat dialisat dari setnya.
b. Tempatkan dialiser pada holder (tempatnya) dan posisi „inset‟
(tanda merah) diatas dan posisi „outset‟ (tanda biru) dibawah.
c. Hubungkan ujung merah dari ABL dengan ujung „inset‟ dari
dialiser.
d. Hubungkan ujung biru dari UBL dengan ujung „outset‟ adri
dialiser dan tempatkan buble tap di holder dengan posisi tengah.
e. Set infuse ke botol NaCl 0,9%500 cc.
f. Hubungkan set infuse ke slang arteri.7) Bukalah klem NaCl 0,9%. 
Isi slang arteri sampai keujung selang lalu klem.
g. Memutarkan letak dialiser dengan posisi „inset‟ dibawah
dan „ouset‟ diatas, tujuannya agar dialiser bebas dari udara.
h. Tutup klem dari slang untuk tekanan arteri, vena, heparin.
i. Buka klem dari infuse set ABL, UBL.
j. Jalankan pompa darah dengan kecepatan mula-mula 100 ml/mnt,
kemudian naikkan secara bertahap sampai 200 ml/mnt.12) Isi
buble tap dengan NaCl 0,9% sampai 3/4 cairan.
k. Memberikan tekanan secara intermitten pada UBL untuk
mengalirkan udara dari dalam dialiser, dilakukan sampai dengan
dialiser bebas udara (tekanan tidak lebih dari 200
mmHg).14) Melakukan pembilasan dan pencucian dengan NaCl
0,9% sebanyak 500 cc yang terdapat pada botol (kalf). Sisanya
ditampung pada gelas ukur.15) Ganti kalf NaCl 0,9% yang kosong
dengan kalf NaCl 0,9% baru.16) Sambungkan ujung biru
UBL dengan ujung merah ABL dengan menggunakan
konektor.17) Menghidupkan pompa darah selama 10 menit. Untuk
dialiser baru 15-20 menit, untukdialiser reuse dengan aliran 200-
250 ml/mnt.
l. Mengembalikan posisi dialiser ke posisi semula dimana „inset‟
diatas dan „outset‟ dibawah.
m. Menghubungkan sirkulasi darah dengan sirkulasi dialisat selama 5-
10 menit siap untukdihubungkan dengan pasien (soaking).
3. Persiapan pasien
a. Menimbang berat badan
b. Mengatur posisi pasien
c. Observasi KU
d. Observasi TTV
e. Melakukan kamulasi/fungsi untuk menghubungkan sirkulasi,
biasanya mempergunakan salah satu jalan darah /blood akses
seperti dibawah ini :
1) Dengan interval A-V shunt/fistula simino
2) Dengan eksternal A-V shunt/schungula
3) Tanpa 1-2 (vena pulmonalis)

G. KOMPLIKASI YANG KEMUNGKINAN TERJADI


1. Mual dan muntah
2. Sakit kepala
3. Demam disertai menggigil
4. Nyeri dada
5. Gatal-gatal
6. Pendarahan amino setelah dyalisis
7. Kram otot

Anda mungkin juga menyukai