Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PAJANAN BISING TERHADAP KEJADIAN NOISED

INDUCED HEARING LOSS DAN HIPERKOLESTEROLEMIA


PADA PEKERJA PRODUSEN ALAT BERAT
1
Octarini Prasetyowati, 2Grace Wangge, 3Nuri PurwitoAdi
1
Magister KedokteranKerjaFakultasKedokteranUniversitas Indonesia, 2,3Departemen
KedokteranKomunitas, FakultasKedokteranUniversitas Indonesia
Jl.PegangsaanTimur no.16 Cikini Jakarta 10320
1
dr.ririnfarabi@gmail.com, 2gwangge@gmail.com, 3nuripurwito@live.com

Abstrak
NIHL merupakan masalah kesehatan utama pada pekerja yang terpajan bising di industri
manufakturing. Efek dari bising selain menimbulkan NIHL juga efek hiperkolesterolemia.
Sudah ada penelitian sebelumnya yang menunjukkan pengaruh bising terhadapa NIHL, namun
penelitian pengaruh bising terhadap hiperkolesterolemia dan pengaruh hiperkolesterolemia
dengan kejadian NIHL belum banyak diteliti lebih lanjut. Penelitian ini menggunakan studi
cohort retrospektif dengan menggunakan data sekunder dari hasil pemeriksaan berkala
perusahaan PT.X selama 4 tahun berturut-turut dari tahun 2013 sampai 2016, dimana pemilihan
sampelnya menggunakan kriteria matching indeks massa tubuh. Keluarannya adalah NIHL dan
Hiperkolesterolemia, dengan variabel penelitian umur, masa kerja, merokok dan konsumsi
alkohol. Variabel dianalisis menggunakan univariat, bivariat dan multivariat menggunakan SPSS
20.0. Penelitian ini menggunakan 34 sampel untuk kelompok yang terpajan bising dan 34
sampel untuk kelompok yang tidak terpajan bising. Prevalensi NIHL meningkat setiap
tahunnya, mulai dari 19,1 % ditahun 2014 kemudian meningkat menjadi 23,5 % ditahun 2015
lalu pada tahun 2016 meningkat hampir 2 kali lipatnya yaitu 57,4%. Prevalensi Hiperkolesterolemia
di tahun 2014 sebesar 10,3 %, kemudian meningkat drastis di tahun 2015 menjadi 52,9%, yang
kemudian turun menjadi 41,2 % pada tahun 2016. Hubungan antara pajanan bising dengan
hiperkolesterolemia didapatkan nilai p=0,662, Crude RR 1,13, 95% IK 0,64-2,01, dari analisis
multivariate didapatkan bahwa pekerja yang terpajan bising dengan kejadian NIHL didapatkan
p=0,000 , Adjusted RR 15,86 (3,96-63,51). Pada responden yang terpajan bising, tidak terbukti
mempengaruhi kejadian hiperkolesterolemia, sedangkan hasil analisis multivariat menunjukkan
bahwa presponden yang terpajan bising memiliki risiko 15 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan yang tidak terpajan bising.

Kata kunci: Bising. Hiperkolesterolemia, NIHL, Noised Induced Hearing Loss, Pajanan

Abstract
NIHL is a major health problem in workers exposed to noise in the manufacturing industry.
Loud noise from work can cause NIHL and hypercholesterolemia. There have been many studies
that show the influence of noise to NIHL, but the research on the impact of noise to
hypercholesterolemia have not been studied further. This study used a retrospective cohort
study using secondary data from the results of periodic medical check up PT.X company for 4
years in a row from 2013 to 2016, where its sample selection using the body mass index
matching criteria. The output is NIHL and Hypercholesterolemia, with the variables are age,
work time, smoking and alcohol consumption. The variables were analyzed using univariate,
bivariate and multivariate analyzes using SPSS 20.0. This study using 34 samples for the group
exposed to noise and 34 samples of unexposed noised. The prevalence of NIHL is increasing
every year, ranging from 19.1% in the year 2014 and then increased to 23.5% by 2015 and then
in 2016 increased nearly 2 times, and its 57.4%. The prevalence of hypercholesterolemia in
2014 was 10.3%, and then increased dramatically in 2015 to 52.9%, which then fell to 41.2% in

Prasetyowati, Wangge, Adi, Pengaruh Pajanan Bising 37


2016. The respondents were exposed to noised, not showing the incidence of hypercholesterolemia
with p value = 0.662, Crude RR 1.136, 95% CI 0.641 to 2.01, while the results of multivariate
analysis showed that presponden exposed to noise the p value is 0,000, Adjusted RR 15,86 and
95% CI 3,96-63,51. The respondents were exposed to noised, not showing the incidence of
hypercholesterolemia, while the results of multivariate analysis showed that presponden
exposed to noise had a risk 15 times higher compared to unexposed noised.

Keywords: Noised, Hyperkolesterolemia, NIHL, Noised Induced Hearing Loss. Noised Induced,

PENDAHULUAN dibandingkan dengan pekerja dengan kadar


Teknologi industri di Indonesia meng- kolesterol normal (Mirrmohammadi S, 2016).
alami perkembangan yang pesat, seiring Di Indonesia, data mengenai jumlah pekerja
dengan kebutuhan pasar yang semakin terpajan bising yang tercatat di departemen
meningkat. Perkembangan industri sejalan kesehatan Republik Indonesia tidak ada
dengan perkembangan mesin-mesin yang sehingga perlu lebih banyak laporan dan
digunakan, tentunya mesin tersebut memiliki penelitian lebih lanjut. Maraknya industri
dampak yaitu bising. Bising tersebut dapat yang menggunakan mesin-mesin berteknologi
menyebabkan gangguan pendengaran kepada tinggi, memiliki dampak terhadap kesehatan
pekerja (Jumali S, 2013). Di Amerika Serikat pekerja (Basner, 2013).Dari hasil pemeriksa-
lebih dari 9 juta pekerja terpajan bising setiap an berkala yang dilakukan setiap tahun,
hari, dengan 5,2 juta pekerja di bidang industri terdapat peningkatan jumlah pekerja yang
manaufakturing (Sanfiati Y, 2014).Bising didiagnosis tuli sensorineural dan hiper-
adalah bunyi yang tidak diinginkan dengan kolesterolemia. Faktor risiko NIHL dan
intensitas dan frekuensi yang tidak menentu hiperkolesterolemia pada PT. X menjadi hal
(Harrianto R, 2009 ; Soeripto M, 2008). Efek yang menarik perhatian peneliti. Hasil
bising di telinga menimbulkan gangguan penelitian ini akan menjadi masukan kepada
(NIH, 2014).Gangguan pendengaran karena PT. X agar melaksanakan upaya pencegahan
kebisingan atau Noise Induced Hearing Loss untuk mengurangi kejadian NIHL dan
(NIHL) merupakan gangguan pendengaran hiperkolesterolemia.Tujuan penelitian ini
yang bersifat irreversible, namun dapat di- adalah untuk mengetahui pengaruh pajanan
cegah. Efek bising selain ke telinga adalah bising terhadap kejadian NIHL dan
perubahan fisiologis dan psikologis (Basner, hiperkolesterolemia pada pekerjadi PT.X.
2013). Perubahan fisiologis bising mem-
pengaruhi berbagai sistem tubuh manusia, KERANGKA TEORI
seperti sistem kardiovaskular dan sistem Menurut Peraturan Menteri Tenaga
endokrin (Basner, 2013). Efek bising Kerja dan Transmigrasi tahun 2011, bising
terhadap sistem endokrin terjadi melalui adalah semua suara yang tidak dikehendaki
stress. Stress menyebabkan hormon kortisol yang bersumber dari alat-alat proses produksi
meningkat. Peningkatan hormon kortisol atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu
inilah yang menyebabkan peningkatan kadar dapat menimbulkan gangguan pendengaran
lipid dalam darah (Basner, 2013). Pada (Permenaker, 2011). Klasifikasi bising adalah
penelitian yang dilakukan oleh Mirmohammadi (1). Kebisingan menetap berkelanjutan tanpa
pada tahun 2012 mengatakan bahwa, pekerja putus-putus dengan spectrum frekuensi
yang terpajan bising terbukti yang memiliki yang lebar (steady state, wide band noise).
kelainan metabolik seperti hiperkolesterolemia (2). Kebisingan menetap berkelanjutan dengan
dan hiperglikemia (Mirrmohammadi S, 2016). spectrum frekuensi tipis (steady state, narrow
Pada penelitian tersebut juga di jelaskan band noise). (3). Kebisingan terputus-putus
bahwa pekerja dengan hiperkolesterolemia (intermitten noise). (4). Kebisingan impulsive
memiliki risiko ketulian lebih besar (impact or impulsive noise) dan (5).

38 Informatika Kedokteran : Jurnal Ilmiah Volume 2 Nomor 1, Juni 2019


Kebisingan impulsive berulang (Suma’mur, (7). Riwayat Operasi Telinga atau Penyakit
2009). Telinga sebelumnya. Pekerja dengan
Efek bising terhadap tubuh pekerja keadaan fungsi telinga sebelumnya kurang
dapat berupa Auditory effect contohnya baik atau riwayat operasi telinga dapat
Noised Induced Hearing Loss (NIHL) dan mempengaruhi fungsi pendengaran (Azizi
Non auditory effect seperti efek psikologis. MH, 2010). (8). Pekerja dengan keahlian
NIHL merupakan gangguan pendengaran tertentu, terkadang mencari pekerjaan
akibat pajanan bising di suatu lingkungan sambilan ataupun hobi yang menyerupai
kerja dalam jangka waktu yang lama dan pekerjaan tetapnya, sehingga pajanan bising
terus menerus. NIHL merupakan jenis tuli didapati baik di tempat kerja maupun
sensorineural dan umumnya terjadi pada dirumah. (9). Pemakaian Alat Pelindung
kedua telinga (Boyle, 2013). Mekanisme Telinga. Alat pelindung telinga yang di-
yang mendasari NIHL diduga berupa gunakan saat bekerja perlu dilihat apakah
adanya stress mekanis dan metabolik pada dipakai dengan baik oleh pekerja, dipantau
organ sensorik auditorik bersamaan dengan kelayakan nya secara berkala dan kesadaran
kerusakan sel sensorik atau bahkan kerusakan pekerja untuk selalu memakainya disaat
total organ Corti didalam koklea (Trung N, terpajan dengan bising. (10). Merokok.
2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi Pada penelitian yang dilakukan oleh Ferrite
terjadinya NIHL adalah (1). Intensitas dan S menunjukkan bahwa pekerja yang merokok
lamanya pajanan bising. Menurut Peraturan dan terpajan bising memiliki risiko 4 kali
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi lebih tinggi untuk menjadi NIHL di-
Nomor PER.13/MEN/X/2011 tahun 2011 bandingkan dengan pekerja yang tidak
tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika merokok (Boyle R, 2013).
dan faktor Kimia di tempat kerja bahwa Non auditory effect dari bising yang
intensitas kebisingan mulai dari 85 dB akan diteliti adalah efeknya terhadap kadar
diperkenankan hanya dalam waktu 8 jam kolesterol atau efek pajanan bising terhadap
per hari dan pajanan bising lebih dari 140 terjadinya hiperkolesterolemia. Hiper-
dB tidak diperkenankan terpajan walaupun kolesterolemia adalah suatu kondisi dimana
sesaat (Permenaker, 2011). (2). Frekuensi meningkatnya kadar kolesterol dalam darah
bising. Frekuensi yang sering menyebabkan yang melebihi nilai normal yaitu > 200
kerusakan pada organ Corti di koklea mg/dL (PERKI 2017).Faktor risiko yang
adalah bunyi dengan frekuensi 3000 Hz berhubungan dengan hiperkolesterolemia
sampai dengan 8000 Hz, gejala timbul adalah (1). Usia. (2). Jenis Kelamin. (3).
pertama kali pada frekuensi 4000 Hz. (3). Suku. (4). Genetik dan riwayat keluarga.
Usia. Pada usia diatas 50 tahun, stereosilia (5). Pola makan. Pola makan menyumbang
sudah mengalami kerusakan akibat proses peran penting dalam peningkatan kadar
degenerative. (4). Riwayat Genetik dan kolesterol dalam darah. Makanan yang
Riwayat Keluarga. Adanya mutasi genetik banyak mengandung kolesterol tinggi
berkaitan dengan kerentanan individu seperti makanan siap saji atau lebih dikenal
tertentu terhadap pajanan bising sehingga sebagai “junk food”, telah menjadi bagian
memiliki risiko lebih besar untuk menjadi dari gaya hidup masyarakat di Indonesia (Qi
NIHL (Ohgami N, 2013). (5). Riwayat L, 2015). (6). Obesitas. Obesitas merupakan
Pekerjaan. Pekerja yang memiliki riwayat akibat dari kelebihan berat badan, yang
pekerjaan sebelumnya kontak dengan dihasilkan dari makan terlalu banyak dan
sumber bising memiliki risiko lebih tinggi banyak mengandung lemak dan aktivitas
untuk menjadi NIHL, karena waktu pajanan terlalu sedikit. Orang dengan obesitas,
akan menjadilebih lama (Azizi MH, cenderung mengkonsumsi banyak makanan
2010).(6). Riwayat penggunaan obat-obatan berlemak dan terjadi timbunan lemak
yang bersifat ototoksik seperti streptomisin, didalam tubuhnya (PERKI, 2017).(7).
kanamisin, garamisin, kina, dan lain-lain. Aktivitas fisik. Pengaruh aktivitas fisik

Prasetyowati, Wangge, Adi, Pengaruh Pajanan Bising 39


terhadap parameter lipid terutama berupa yang tidak memiliki data pemeriksaan ber-
penurunan kadar Trigliserida dan pe- kala yang lengkap selama 4 tahun berturut-
ningkatan kadar Kolesterol HDL (PERKI, turut dari tahun 2013 sampai dengan tahun
2017). (8). Konsumsi alkohol. Konsumsi 2016. Cara pengambilan sampel dengan
alkohol mempunyai efek terhadap plasma menggunakan tehnik matching kelompok
lipid. Konsumsi alkohol menstimulasi hepar terpajan bising dan kelompok tidak terpajan
mensekresi lipid, sehingga hambatan oksidasi bising dengan variabel IMT dari data
hepar pada asam lemak bebas akan pemeriksaan berkala tahun 2013 sebagai
menyebabkan peningkatan kadar kolesterol baseline. Hal ini dikarenakan bahwa pada
dalam darah (National Cholesterol Education penelitian ini variabel diet yang mem-
Programe, 2011).(9). Merokok. Pada penelitian pengaruhi kadar kolesterol tidak dilakukan
yang dilakukan oleh Ferrite S menunjukkan penelitian lebih lanjut. Cara pengumpulan
bahwa orang yang merokok yang terpajan data dengan data primer adalah dengan
bising memiliki risiko 4 kali lebih tinggi melakukan penelitian karakteristik bising
untuk menjadi hiperkolesterolemia di- dengan menentukan jenis bising pada
bandingkan dengan pekerja yang tidak pekerja yang terpajan bising yang dibagi
terpajan bising (Boyle R, 2013). Kebiasaan menurut jenis ruang produksi. Untuk data
merokok dapat meningkatkan konsentrasi sekunder, yang didapatkan adalah Data dari
kolesterol sebesar 5-10% (PERKI, 2017). hasil pemeriksaan berkala yang setiap tahun
dilakukan oleh perusahaan PT.X. Data yang
METODE PENELITIAN diambil adalah data mengenai tuli sensorineural,
Desain Penelitian ini adalah kohort kadar kolesterol total dari tahun 2013-2016,
retrospektif, dilakukan di PT.X yang ber- data mengenai konsumsi rokok dan konsumsi
gerak di bidang Industri manufacturing. alkohol, data mengenai IMT tahun 2013
Penelitian sduah mendapatkan persetujuan sebagai data dasar tehnik matching yang
dari Komite Etik Penelitian Kesehatan FKUI akan dilakukan, data dari manajemen
dan dilaksanakan di bulan Juni 2016. Populasi perusahaan mengenai usia pekerja dan lama
target adalah pekerja yang bekerja di masa kerja, data pemeriksaan frekuensi
Industri Manufakturing, populasi terjangkau kebisingan ruangan yang terpajan bising
adalah pekerja yang bekerja di PT.X dan tahun 2013. Variabel bebas pada penelitian
sampelnya adalah populasi terjangkau yang ini adalah pajanan bising, variabel terikatnya
memenuhi kriteria penelitian. Kriteria adalah NIHL dan Hiperkolesterolemia dan
Inklusi terbagi menjadi dua kelompok yaitu variabel perancu nya adalah usia, masa kerja,
kelompok yang terpajan bising dan merokok dan konsumsi alkohol. Definisi
kelompok yang tidak terpajan bising. Untuk operasional pada penelitian ini, NIHL
kelompok terpajan bising harus memiliki adalah kelainan gangguan pendengaran
kriteria terpajan bising dengan intensitas berupa tuli sensorineural, bilateral atau
kebisingan lingkungan > 85 dB dan unilateral yang disebabkan oleh pekerjaan
memiliki area kerja yang tetap selama dan bukan diakibatkan oleh penyakit THT
penelitian. Sedangkan untuk kelompok terutama penyakit telinga atau sebab lain
yang tidak terpajan bising harus memiliki yang tidak berhubungan dengan pekerjaan,
kriteria terpajan bising dengan intensitas berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
kebisingan < 85 dB dan memiliki area kerja dan pemeriksaan audiometri. Hasil dari
yang tetap selama waktu penelitian. Kriteria audiometri menunjukkan gambaran tuli
inklusi adalah pekerja yang sudah di- sensorineural yaitu adanya takik pada
diagnosis tuli sensorineural sebelum frekuensi 4000, 6000 dan 8000 Hz, dengan
pemeriksaan berkala perusahaan tahun hasil ukur tuli sensorineural dan tidak tuli
2013, pekerja yang sudah mengalami sensorineural. Cara pengukuran audiometri
hiperkolesterolemia sebelum pemeriksaan adalah dilakukan sewaktu-waktu dan
berkala perusahaan tahun 2013 dan pekerja menggunakan ruang kotak khusus dimana

40 Informatika Kedokteran : Jurnal Ilmiah Volume 2 Nomor 1, Juni 2019


hasilnya berupa terdapat takik di frekuensi kelompok tidak terpajan bising. Pada
4000, 6000 dan 8000 Hz. Hasil audiometri penelitian ini, kriteria eksklusi terbanyak
didapatkan dari data pemeriksaan berkala adalah dikarenakan data tidak lengkap.
tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016. Kadar Pemeriksaan berkala yang dilakukan pada
kolesterol total adalah kadar kolesterol tahun 2013 dan tahun 2014, tidak semua
dalam darah yang didapatkan dari hasil pekerja diperiksa kadar kolesterolnya, yang
pemeriksaan berkala perusahaan dari tahun dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol hanya
2013- 2014- 2015 dan 2016, dimana hasil pekerja diatas usia 35 tahun. Sehingga hanya
ukurnya adalah hiperkolesterolemia dan 115 responden yang memenuhi kriteria
tidak hiperkolesterolemia. Analisis data penelitian, setelah dilakukan proses matching
dilakukan menggunakan program Statistical didapatkan 34 responden untuk yang terpajan
Package for Social Sciences (SPSS) 20 bising dan 34 responden yang tidak terpajan
lisensi Fakultas Kedokteran Universitas bising. Responden semua berjenis kelamin
Indonesia. laki-laki sehingga tidak ada responden yang
berjenis kelamin perempuan, hal ini di-
HASIL DAN PEMBAHASAN karenakan hampir 80% pekerja di pabrik ini
Setelah melalui proses kriteria inklusi adalah laki-laki. Untuk karakteristik usia,
dan eksklusi, dilanjutkan dengan proses karena distribusi data nya tidak normal,
matching responden dengan Indeks Massa maka menggunakan nilai median dan
Tubuh, sehingga didapatkan total sampel menggunakan uji Mann Whitney. Di bawah
sebanyak 34 responden untuk kelompok ini adalah tabel karakteristik demografi
terpajan bising dan 34 responden untuk umur, lama kerja, merokok dan alkohol.

Tabel 1. Tabel karakteristik demografi umur, lama kerja, merokok dan alkohol
Variabel n (%) Mean/median
Umur (tahun) - - 41(28-50)
Masa Kerja :
<10 tahun 10 14,7
> 10 tahun 58 85,3
Merokok
Ya 29 42,6
Tidak 39 57,4
Alkohol
Ya 4 5,9
Tidak 64 94,1

Hasil distribusi NIHL dan hiper- responden yang hiperkolesterolemia yang


kolesterolemia. Pada tahun 2014 yang cukup banyak yaitu 52,9%, diikuti tahun
didiagnosis NIHL 19,1%, lalu meningkat di 2016 dimana responden yang mengalami
tahun 2015 menjadi 23,5% dan kembali hiperkolesterolemia sedikit mengalami
meningkat ditahun 2016 menjadi 57,4%. penurunan, sehingga terdapat 41,2 %
Pada tahun 2014, didapatkan 10,3% responden yang hiperkolesterolemia. Tabel
responden mengalami hiperkolesterolemia dibawah ini adalah tabel mengenai
sedangkan tahun 2015 terjadi peningkatan perbedaan karakteristik antar pajanan.

Tabel 2. Tabel perbedaan karakteristik antar pajanan


Faktor Risiko Bising Crude (95% IK) p
Ya Tidak RR
n (%) n (%)
Usia 42 (32-50) 40,50(28-48) - 0,028*
Massa Kerja
> 10 Tahun 30 51,7 28 48,3 1,29 (0,45-3,67) 0,629**
< 10 Tahun 4 40 6 60

Prasetyowati, Wangge, Adi, Pengaruh Pajanan Bising 41


Merokok
Ya 22 56,4 17 43,6 1,36 (0,67-2,75) 0,388**
Tidak 12 41,4 17 58,6
Alkohol
Ya 3 75 1 25 1,54 (0,47-5,06) 0,470**
Tidak 31 48,4 33 51,6
Keterangan :
*= Mann Whitney
**= Uji Chi square

Untuk variabel karakteristik bising, kebisingan ruangan dilakukan rutin setiap 6


setelah dilakukan pengamatan, disimpulkan bulan sekali oleh perusahaan sehingga
bahwa karakteristik bising di semua ruangan untuk menentukan responden mana yang
yang terpajan bising memiliki jenis yang terpajan berdasarkan pembagian ruangan
sama yaitu bising gabungan dari steady tempat responden bekerja yang memiliki
state, wide band noise dengan impulsive. intensitas kebisingan diatas 85 dB. Hasil
Karakteristik bising yang steady state, wide pengukuran frekuensi kebisingan yang
band berasal dari suara kompesor angin digunakan adalah dari hasil pemeriksaan
sedengankan bising yang impulsif adalah tahun 2013.
bising yang dihasilkan dari mesin tempa Semua pekerja menggunakan alat
besi yang mencetak bahan baku. Jadi kedua pelindung telinga saat bekerja. Alat pelindung
jenis bising tersebut didapatkan di semua telinga yang digunakan adalah earplug, yang
area kerja perusahaan sehingga tidak ada diganti secara berkala dan disediakan gratis
perbedaan dari karakteristik bising yang oleh perusahaan. Penggantian earplug tersebut
diterima oleh pekerja. Jadi karakteristik bising dilakukan jika pekerja menyatakan alat pe-
yang diterima responden tidak terdapat lindung tersebut sudah tidak layak digunakan.
perbedaan sehingga tidak dilakukan analisis Semua pekerja patuh dalam penggunaan
lebih lanjut mengenai karakteristik bising earplug karena mereka mengatakan adanya
sebagai faktor yang mempengaruhi kejadian bising membuat lingkungan kerja menjadi
NIHL tidak nyaman sehingga timbul kesadaran
Pengukuran intensitas kebisingan setiap dalam diri pekerja untuk mengenakan
ruangan dilakukan untuk menentukan responden earplug. Pada tabel dibawah ini adalah hasil
mana yang termasuk kelompok terpajan dan analisis variabel usia, masa kerja, panjanan
kelompok tidak terpajan. Pengukuran frekuensi bising, merokok dan alkohol dengan NIHL.

Tabel 3. Tabel hubungan variabel usia, masa kerja, pajanan bising, merokok dan alkohol dengan NIHL
Faktor Risiko NIHL Crude RR (95% IK) p
Ya Tidak
n (%) n (%)
Usia 42 (32-50) 41 (28-49) - 0,071*
Massa Kerja
> 10 Tahun 21 36,2 37 63,8 1,20 (0,36-4,04) 0,761**
< 10 Tahun 3 30 7 70
Terpajan bising
Terpajan 21 61,8 13 38,2 7.00 (2,08-23,46) 0,002**
Tidak terpajan 3 8,8 31 91,2
Merokok
Ya 17 43,6 22 56,4 1,80 (0,74-4,35) 0,188**
Tidak 7 24,1 22 75,9
Alkohol
Ya 1 25,0 3 75,0 0,69 (0,09-5,15) 0,722**
Tidak 23 35,9 41 64,1

42 Informatika Kedokteran : Jurnal Ilmiah Volume 2 Nomor 1, Juni 2019


Keterangan :
*= Mann Whitney
**= Uji Chi square

Untuk hasil analisis mengenai hubungan dan alkohol dengan hiperkolesterolemia


usia, masa kerja, pajanan bising, merokok terdapat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4. Tabel hubungan antar variabel usia, masa kerja, pajanan bising, merokok dan konsumsi
alkohol dengan hiperkolesterolemia
Faktor Risiko Hiperkolesterolemia Crude RR (95% IK) p
Ya Tidak
n (%) n (%)
Usia 41 (30-50) 40 (28-49) - 0,071*
Massa Kerja
> 10 Tahun 43 74,1 15 25,9 1,85 (0,66-5,16) 0,238**
< 10 Tahun 4 40 6 60
Terpajan bising
Terpajan 25 73,5 9 26,5 1,13 (0,64-2,01) 0,662**
Tidak terpajan 22 64,7 12 35,3
Merokok
Ya 30 76,9 9 23,1 1,31 (0,72-2,37) 0,371**
Tidak 17 58,6 12 41,4
Alkohol
Ya 2 50,0 2 50,0 0,71 (0,17-2,93) 0,637**
Tidak 45 70,3 19 29,7
Keterangan :
*= Uji Mann Whitney
**= Uji Chi square

Analisis multivariat dilakukan setelah analisis multivariat, walaupun memiliki nilai


melihat hasil analisis bivariat, dimana yang p lebih dari 0,25, hal ini dikarenakan peneliti
masuk kedalam analisis multivariate adalah ingin melihat lebih lanjut sejauh mana
yang memiliki nilai p<0,25 dari hasil pengaruh dari masa kerja terhadap NIHL.
analisis bivariat. Dalam hal ini, dari nilai p Dari hasil analisis multivariat, hasil dari
tersebut, yang dimasukkan dalam analisis adjusted RR nya adalah 15,86 untuk pekerja
multivariat adalah variabel terpajan bising, yang terpajan bising, urutan keduanya
usia dan merokok. Untuk variabel konsumsi adalah untuk variabel merokok, didapatkan
alkohol tidak dimasukkan kedalam analisis nilai adjusted RR nya adalah 2,25 dan untuk
multivariat karena nilai p dari hasil dari masa kerja memiliki adjusted RR = 1,132.
analisis bivariatnya 0,637 (lebih dari 0,25). Tabel dibawah ini adalah hasil dari analisis
Untuk masa kerja dimasukkan ke dalam multivariat.

Tabel 5. Tabel hasil analisis Multivariat


Faktor Risiko B SE Adjusted RR (95% IK) p

Terpajan bising 2,76 0,70 15,86 (3,96-63,51) 0,000


Masa kerja 0,12 0,97 1,132 (0,16-7,57) 0,898
Merokok 0,81 0,65 2,257 (0,62-8,18) 0,216
Usia 0,282 0,796 1,326 (0,27-6,30) 0,723
Constant -2,96 1,17 0,052 - 0,011
Cox & Snell R Square = 0,301

Untuk karakteristik usia dan lama tahun 2013 dan 2014, responden yang di-
kerja, responden terbanyak adalah berusia periksa kadar kolesterolnya hanya yang
diatas 35 tahun, hal ini dikarenakan pada berusia diatas 35 tahun atau responden dengan

Prasetyowati, Wangge, Adi, Pengaruh Pajanan Bising 43


permintaan khusus untuk dibawah usia 35 menjadi NIHL dibandingkan dengan yang
tahun, sehingga responden yang berusia di- tidak terpajan bising, hal ini dikarenakan
bawah 35 tahun banyak yang memiliki data banyak faktor yang mempengaruhinya,
tidak lengkap sehingga tidak dimasukkan dimana usia tua juga mempengaruhi fungsi
dalam penelitian ini. Hal ini juga berlaku pendengaran.
untuk masa kerja responden, dimana terlihat Hasil pemeriksaan berkala tahun 2013
bahwa responden yang bekerja lebih dari 10 juga dianggap sebagai baseline sehingga
tahun jauh lebih banyak dibandingkan dengan responden yang dimasukkan dalam penelitian
responden yang bekerja kurang dari sama ini tidak hiperkolesterolemia di tahun 2013. Di
dengan 10 tahun. Dari hasil analisis bivariat tahun 2014, responden yang hiperkolesterolemia
masa kerja dengan NIHL didapatkan nilai p sebanyak 10,3 %, kemudian di tahun 2015
0,761 yang menunjukkan bahwa dari hasil mengalami peningkatan cukup besar menjadi
penelitian ini, masa kerja tidak mempengaruhi 52,9 %, namun di tahun 2016 turun menjadi
kejadian NIHL. 41,2 %. Turunnya jumlah responden dapat
Setiap tahunnya terlihat bahwa disebabkan adanya responden yang sudah
prevalensi NIHL mengalami peningkatan, mendapatkan pengobatan hiperkoleterolemia
hal ini terlihat dari jumlah pekerja yang dan perusahaan juga saat mendeteksi
terpajan bising yang menjadi NIHL setiap adanya lonjakan kasus hiperkolesterolemia
tahun semakin lama semakin meningkat. sehingga melakukan tindakan penyuluhan
Pada pekerja yang terpajan bising, didapatkan kepada pekerja nya sehingga timbul kesadaran
nilai crude RR 7,00 yang menunjukkan bahwa akan kesehatan dan memberi obat guna
responden yang terpajan bising memiliki menurunkan kadar koleterol dalam darah.
risiko 7 kali lebih besar menjadi NIHL Pada penelitian yang dilakukan oleh
dibandingkan pekerja yang tidak terpajan Mirmohammadi SJ, menunjukkan bahwa
bising. Untuk mengetahui variabel independen pada pekerja yang terpajan bising, terjadi
yang paling besar terhadap kejadian NIHL peningkatan kadar kolesterol dalam darah
pada pekerja akan dilakukan analisis statistik (Mirrmohammadi, 2012). Hal ini sesuai
multivariat. Pada penelitian ini analisis dengan prevalensi yang didapatkan pada
multivariat menggunakan uji regresi logistik. penelitian ini, dimana setiap tahunnya
Syarat ketepatan dan kelayakan model uji jumlah pekerja yang mengalami hiper-
regresi logistik sudah terpenuhi. Variabel kolesterolemia mengalami peningkatan.
independen yang dapat disertakan dalam Hasil analisis uji Chi-Square untuk hiper-
analisis multivariat adalah variabel yang kolesterolemia didapatkan nilai p = 0,662 (p
memiliki nilai p < 0,25 pada hasil analisis > α, α = 0,05). Hasil tersebut secara statistik
bivariat, yaitu terpajan bising, usia dan me- bermakna bahwa tidak terdapat hubungan
rokok. Untuk masa kerja, tetap dimasukkan yang signifikan antara pajanan bising dengan
ke dalam analisis multivariate walau p>0,25 kejadian hiperkolesterol pada pekerja PT. X
dikarenakan peneliti ingin mengetahui lebih Hasil perhitungan Risiko Relatif (RR) onset
lanjut hubungan antar variabel tersebut. Hasil terpajan bising terhadap kejadian hiper-
analisis multivariate menunjukkan bahwa pekerja kolesterol 1,136 (IK 0,641-2,015). Selain
yang terpajan bising tanpa mempertimbangkan itu, tidak didapatkan faktor risiko lain yang
variabel lainnya memiliki risiko 15 kali lebih berhubungan secara signifikan dengan hiper-
besar menjadi NIHL dibandingkan dengan kolesterolemia sehingga analisis multivariat
pekerja yang tidak terpajan bising. Angka ini selajutnya tidak dilakukan.
terlihat sangat tinggi sekali dibandingkan Responden yang didapatkan dari penelitian
dengan penelitian sebelumnya yang ini terbanyak pada usia diatas 35 tahun
dilakukan oleh Poryaghoub G dimana dari dikarenakan pada pemeriksaan berkala di
hasil analisis multivariate yang dilakukan tahun 2013 dan 2014, yang diperiksa kadar
menunjukkan bahwa responden yang kolesterolnya hanya pekerja yang berusia di
terpajan bising hanya 8 kali lebih besar atas 35 tahun, sehingga yang berusia di

44 Informatika Kedokteran : Jurnal Ilmiah Volume 2 Nomor 1, Juni 2019


bawah 35 tahun tidak memiliki kelengkapan Prevalensi hiperkolesterolemia meningkat di
data, sehingga variasi usia tidak terdapat tahun 2014 dan 2015, kemudian mengalami
usia muda, dimana untuk kejadian NIHL, penurunan ditahun 2016. Pajanan bising
menurunnya fungsi pendengaran juga di- terbukti meningkatkan risiko terjadinya NIHL
sebabkan oleh faktor usia menjadi faktor 15 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
perancu penelitian ini, karena faktor usia yang tidak terpajan bising. Pajanan bising
juga dapat terjadi tuli sensorineural. Variasi tidak terbukti mempengaruhi kejadian
masa kerja pun begitu, pada penelitian ini hiperkolesterolemia, serta tidak terdapat
terbanyak adalah responden dengan masa perbedaan signifikan antara angka kejadian
kerja lebih dari 10 tahun, hal ini di- hiperkolesterolemia pada responden yang
karenakan dari sampel yang didapat di atas terpajan bising maupun yang tidak terpajan
usia 35 tahun, karena data yang tidak lengkap bising.
dari pemeriksaan kadar kolesterol tahun Dengan melihat besarnya prevalensi
2013 dan 2014, sehingga responden yang NIHL di pada pekerja yang terpajan bising,
bekerja kurang dari 10 tahun kebanyakan maka perlu dilakukan hal-hal sebagai
adalah responden yang berusia kurang dari berikut: Perusahaan menerapkan Program
35 tahun sehingga tidak diperiksa kadar Konservasi Pendengaran. Perusahaan mulai
kolesterolnya. Pada penelitian dengan risiko berupaya untuk mengendalikan sumber bising
hiperkolesterolemia, dimana dipengaruhi yang dimulai dari hirarki pengendalian
terutama dari makanan, sedangkan penelitian kebisingan yaitu eliminasi, subtitusi,
ini tidak meneliti mengenai pola makan engineering control, administratif control
pekerja, walaupun sudah dicoba dikendali- dan pemakaian alat pelindung telinga. Untuk
kan dengan cara melakukan proses mathing engineering control, sebaiknya perusahaan
IMT dalam pengambilan sampel pada pekerja melakukan pemeriksaan secara berkala
yang terpajan bising dan yang tidak terpajan mengenai mesin yang menimbulkan sumber
bising, dengan asumsi bahwa pekerja dengan bunyi, dimana harus dijaga, misalnya
IMT yang sama akan memiliki pola makan dilakukan perbaikan mesin secara berkala
yang sama. Selain pola makan, juga olahraga, untuk mencegah terjadinya peningkatan bising
pada penelitian ini tidak digali mengenai pada mesin tersebut. Untuk administratif
kebiasaan olah raga pekerja, dimana olahraga control dapat berupa rotasi kerja, dimana
dapat menurunkan kadar kolesterol dalam pekerja dirotasi dan diistirahatkan dari
darah, serta informasi lainnya seperti riwayat segala pajanan bising setelah beberapa lama
penyakit maupun riwayat genetik lainnya terpajan bising. Untuk penggunaan Alat
terkait dengan hiperkolesterolemia. pelindung telinga pun harus dipantau, tidak
Keunggulan penelitian ini adalah bahwa hanya berhenti sampai menyediakan alat
pemeriksaan audiogram yang dilakukan ada pelindung telinga, tapi juga melakukan
setiap tahun, sehingga selama 3 tahun dapat pemeriksaan kelayakan alat pelindung
dilakukan pengamatan hasil audiogram dan telinga yang digunakan, peraturan terkait
dapat dilihat pada pekerja yang terpajan penggunaan alat pelindung telinga baik
bising, mulai dari tahun ke berapa pekerja berupa sanksi atau reward.
tersebut mulai menjadi NIHL dan dapat
diketahui bahwa pada pekerja yang terpajan DAFTAR PUSTAKA
bising memiliki risiko tinggi untuk menjadi Azizi MH (2010). Occupational Noise-
NIHL. induced Hearing Loss. International
Journal of Occupational and
SIMPULAN DAN SARAN Environmental Medicine, 1(3), 116-
Untuk masa kerja, responden paling 23.
banyak adalah responden yang sudah bekerja Basner M, Babisch W, Davis A, Brink M,
lebih dari 10 tahun. Prevalensi kejadian NIHL Clark C, Janssen S, et al. (2013).
setiap tahunnya mengalami peningkatan. Auditory and Non-auditory Effects of

Prasetyowati, Wangge, Adi, Pengaruh Pajanan Bising 45


Noise on Health. Accessed on June impairments caused by genetic and
11, 2016 from www.thelancet.com. environmental factors. Environ
Boyle R. (2013). Anatomy and Physiology Health Prev Med 18, 10-15.
of the Human Stress Response. dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Everly GS, Lating JM, A clinical Transmigrasi nomor PER.13/MEN/
Guide to the Treatment of the Human X/X/2011 tahun 2011 tentang Nilai
Stress Response. Springer Science Ambang Batas Faktor Fisika dan
Bussiness Media New York. Faktor Kimia di tempat Kerja.
Ferrite S, Santana V. (2005). Joint Effects PERKI (2017). Panduan Tata Laksana
of Smoking, Noise Exposure and Age Dislipidemia 2017. Perhimpunan
On Hearing Loss. Occupational Dokter Spesialis Kardiovaskular
Medicine, 55, 48-53. Indonesia.
Harrianto R. (2009). Buku Ajar Kesehatan Sanfiati Y. (2014). Hubungan Intensitas
Kerja. Penerbit buku Kedokteran Kebisingan di atas 85 dB (A)
EGC. Terhadap Ambang Dengar Karyawan
Jumali. Sumadi, Andriani S, Subhi M, di PT. Multistrada Arah Sarana, Tbk,
Suprijanto D, Handayani WD. (2013). Cikarang.. Tesis, Universitas Esa
Prevalensi dan Faktor Risiko Tuli Unggul, Jakarta.
Akibat Bising pada Operator Mesin Soeripto M. (2008). Higiene Industri. Balai
Kapal Feri. Jurnal Kesehatan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Masyarakat Nasional. Fakultas Indonesia Jakarta.
Kesehatan Masyarakat Universitas Suma’mur. (2009). Higiene Perusahaan dan
Indonesia, 12, 49-51. Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta:
Mirmohammadi S, Mehrparvar AH, CV Sagung Seto.
Sohrabi MM, Mollasadeghi A, Trung N, Straatman LV, Lea J, Weterberg
Mostaghaci M, Fazlalizadeh M. (2017). Current Insights in Noise-
(2012). Assessment of the induced hearing Loss: A Literature
Relationship between NIHL and review of the underlying mechanism.
Blood Biochemical Tests. Iranian Pathophysiology, asymmetry and
Occupatinal Health Association, 4, 7- management options. Journal of
10. Accessed on June 11, 2016 from Otolaryngology – Head and Neck
http://ijoh.tums.ac.ir Surgery, 46-41.
National Cholesterol Education Program. Qi L, Ding X, Tang W, Mao D, Wang Y.
(2011). ATP III Guidelines At-a- (2015). Prevalence and Risk Factors
Glance Quick Desk Reference. Associated with Dyslipidemia in
National Institutes of Health National Chongqing China. International Journal
Heart, Lung and Blood Institute. of Environmental Research and Public
Unites States. Health, 12, 13455- 65.
Ohgami N, Iida M, Yajima I, Tamura H,
Ohgami K, Kato M. (2013). Hearing

46 Informatika Kedokteran : Jurnal Ilmiah Volume 2 Nomor 1, Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai