Anda di halaman 1dari 4

BOOK REVIEW: POLITIK PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK

Dosen pengampu : Rafieqah Nalar Rizky S.Sos., M.A.

Nama : Aulia Salsabila


Kelas : Iks A2 Pagi
Npm : 2003090010
Matkul : Sistem Politik Indonesia

PROGRAM STUDI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN


ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA
UTARA
MEDAN
2021
BOOK REVIEW: POLITIK PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK

Penulis : Dr. Samodra Wibawa


Penerbit : Graha Ilmu, 2011

Buku “Politik Perumusan Kebijakan Publik” merupakan sebuah buku yang berisikan
ringkasan dan tafsir atas terjemahan buku “ Public Policy: An Introduction to the
Theory and Practise of Policy Analysis” (2001) karya Wayne Parsons yang sudah
dialihbahasakan pada tahun 2005. Penulis mengajak pembaca untuk berdiskusi
tentang dua hal yang mendasar, yaitu: bagaimana suatu sistem politik membuat
kebijakan untuk publik ?; dan mengapa ada perbedaan antar sistem dalam proses
perumusan kebijakan publik ?
Dalam bukunya, selain memaparkan tentang definisi dan konsep dasar proses
perumusan kebijakan publik, penulis juga menguraikan model-model proses
perumusan kebijakan publik, aliran kebijakan, siklus kebijakan, konteks proses
perumusan kebijakan publik dan lingkungan internasional yang berpengaruh
terhadap proses perumusan kebijakan suatu negara. Selain itu, penulis juga
mencoba memaparkan harapan terhadap model proses perumusan kebijakan publik
yang cocok untuk Indonesia. Untuk lebih melengkapi paparan teoretik, penulis
menyertakan tiga contoh kasus proses perumusan kebijakan di Indonesia, yang
terdapat pada bagian akhir buku.
Penulis menyatakan bahwa kebijakan publik merupakan keputusan yang dibuat oleh
suatu sistem politik – baik di seluruh level institusi formal negara maupun hingga
level institusi desa, RW dan bahkan RT. Proses perumusan kebijakan merupakan
siklus yang kompleks, yang sulit untuk menentukan di mana bagian awal dan di
mana bagian akhirnya. Di sisi lain, proses perumusan kebijakan tidak bisa dilepaskan
dari model-model yang ada. Setidaknya penulis menguraikan enam model proses
perumusan kebijakan, yaitu: Pluralis, Elitis, Non-decision Making, Neo-Marxis, Think-
Tank dan Model Jaringan, Komunitas dan Koalisi Kebijakan. Setiap model dijelaskan
basis teori dan contoh-contoh yang pernah terjadi.
Model Pluralis merupakan model proses perumusan kebijakan yang memandang
bahwa kebijakan merupakan hasil dari proses interaksi antarberbagai kelompok
kepentingan terhadap policy makers, dan sekaligus sebagai hasil dari pihak
berwenang, yang sekaligus menempatkan negara/pemerintah (yang netral, terbuka
dan responsif) sebagai pemain penting dalam seluruh proses perumusan kebijakan.
Model Elitis memandang kebijakan publik merupakan cerminan keinginan dan
kehendak kaum elit (penguasa, pengusaha, militer), tanpa memperhatikan aspirasi
masyarakat. Model Non-decision Making merupakan model kebijakan untuk tidak
melakukan sesuatu, melalui filterisasi, kontrol dan pengalihan issu kebijakan oleh
kelompok kepentingan yang berada di sekitar policy makers.
Model Neo-Marxis merupakan model perumusan kebijakan yang didominasi oleh
negara dengan cara mereproduksi ideologi penguasa dan upaya birokratisasi kepada
masyarakat. Pemerintah mengontrol dan memanipulasi kesadaran masyarakat untuk
mengikuti kemauan pemerintah, sehingga pemerintah dapat mempertahankan
legitimasinya. Model Think-Tank adalah model proses perumusan kebijakan yang
melibatkan lembaga non-pemerintah yang profesional, baik secara pasif maupun
proaktif. Model Jaringan Komunitas dan Koalisi Kebijakan merupakan model proses
perumusan kebijakan melalui relasi antaraktor di dalam suatu sistem politik, serta
melalui kompetisi antarkoalisi kebijakan – yang didahului dengan pengembangan
dan penyebaran gagasan-gagasan perubahan. Model ini memunculkan watak suatu
pemerintah(an), yaitu: reaksioner, antispatif, otoriter dan demokratis.
Aliran dalam proses agenda kebijakan yang dipaparkan adalah Aliran Masalah, Aliran
Kebijakan dan Aliran Politik. Aliran Masalah menekankan pada cara agar supaya
masalah (isu) mendapat perhatian dari pembuat kebijakan. Aliran Kebijakan
mendasarkan pada pemahaman bahwa suatu ide (kebijakan) dapat menjadi agenda
kebijakan jika mampu bertahan dalam seleksi proses perumusan kebijakan.
Sedangkan Aliran Politik memuat elemen opini, elemen kekuatan politik, elemn
pemerintah, dan elemen proses konsensus.
Penulis juga memaparkan siklus proses perumusan kebijakan sebagai punctuated
equilibrium yang berbasis pada dimensi waktu, di mana suatu kebijakan yang stabil
akan mengalami masa transisi dan instabil hingga muncul kebijakan baru.
Sedangkan konteks proses perumusan kebijakan diibaratkan sebagai corong, di
mana kebijakan merupakan output   dibatasi oleh perilaku elit, institusi pemerintah,
perilaku politik massa, komposisi sosio-ekonomi dan kondisi historis-geografis. Selain
itu, penulis juga menyampaikan satu hal penting, yaitu lingkungan internasional
(world system) merupakan sistem politik yang berpengaruh terhadap proses
perumusan kebijakan suatu negara.
Buku ini, secara keseluruhan sudah mendeskripsikan unsur-unsur penting dalam
proses perumusan kebijakan secara ringkas. Model-model proses perumusan
kebijakan yang dipaparkan penulis – yang menjadi inti dari buku ini, dijelaskan
dengan baik dan disertai contoh-contoh faktual sehingga sangat membantu
pembaca untuk memahami teori yang sudah dipaparkan. Nilai lebih dari buku ini
adalah menjadi stimulan yang menarik bagi pembaca untuk lebih memperdalam
tentang proses perumusan kebijakan. Sedangkan di sisi lain, akan jauh lebih baik
jika buku ini juga memuat analisis terhadap contoh kasus yang dipaparkan, dan
memuat informasi rinci yang dapat dipergunakan bagi praktisi. Informasi-informasi
tersebut berupa komparasi kelebihan dan kelemahan antarmodel proses perumusan
kebijakan dan konteks yang seperti apa yang cocok untuk masing-masing model.
Informasi tersebut tentunya sangat berguna bagi pembaca untuk lebih memahami
kompleksitas dalam proses perumusan kebijakan.

Anda mungkin juga menyukai