Anda di halaman 1dari 18

Ni'matuI Huda. Hak Prerogatif Presiden...

Hak Prerogatif Presiden


dalam Perspektif Hukum Tata Negara Indonesia
Ni'matuI Huda

Abstract

Theprerogativesofthe presidentof ourcountryhave been limitated significantly since the


General Assembly (MPR) has amended the consfitutiom Many its articles which had
empowered the president to rule the state authoritatively have been corrected by the
amendment as the president should get approvalfrom parliament(DPR) is some certain
cases or consideration from the Representative Body ofSupreme Court in the otherones.
In order to control President's power the parliamentwould be obligedto exploit its rights
extensively and proportionally. However, it would be veryimportant to declare his power
on the constitution or codes with clean

Pendahuluan

Ketika Presiden Abdurrahman Wahid sebagai bagian dari hak prerogatif Presiden.
berkuasa, perbincangan seputarhak prerogatif Sebagian kalangan lain berpandangan
muncul ke permukaan. Hal ini berkaitan berbeda, bahwa tindakan Presiden bukan
dengan tindakan Presiden yang sering dalam kerangka hakprerogatif Presiden, tetapi
memecat dan mengangkat menteri- justru pelanggaran atau kesewenang-
menterinya atau pejabatlain, misainya Kapolri, wenangan.
tanpa ada alasan dan kriteria yang jelas, Kasus seperti ini bukan yang pertama kali
sehingga menimbulkan berbagai reaksi terjadi, ketika pemerintahan dipegang oleh H.
dalam masyarakat, baik yangproataupunyang M. Soeharto kasus serupa sering pula terjadi.
kontra. Ketika itu, Presiden Abdurrahman Misainya, pemberhentian Harmoko sebagai
Wahid memecat Yusuf Kalla dari jabatan Menteri Penerangan dan digantikan R.
Menteri Perindustrian dan Perdagangan, dan Hartono, kemudianHarmoko diangkat sebagai
Laksamana Sukardi dari jabatan Menteri Menteri Urusan Khusus. Anggota DPR/MPR
Negara Penanaman Modal dan Pembinaan kaia itu, ada yang mengusulkan supaya dalam
BUMN (masing-masing dari Golkar dan PDI pengangkatan dan pemberhentian menteri,
Perjuangan). Presiden mengkonsultasikannya dengan
Sebagian kalanganada yang beranggapan DPR, tetapi usulan itutidak pemah ditanggapi
bahwa tindakan Presiden tersebut masih oleh Presiden Soeharto. Begitu pula halnya
dalam koridor konstitusi, karena dipandang ketika Presiden Abdurrahman Wahid

1
berkuasa, usulan yang sama juga muncul, persetujuan DPR dipandang bertentangan
tetapi Presiden Abdurrahman Wahid tidak dengan peraturan yang lebih tinggi, yaitu TAP
menghiraukannya, karena hal in! dipandang MPR No. VII/MPR/2000.^
sebagai hak prerogatifnya. Sebagian ahli hukum tata negara
Sebagai akibat dari pemberhentian dua berpandangan bahwa DUD 1945 memberikan
orang menteri tersebut, Yusuf Kalla dan hak prerogatif pada Presiden, sebagaimana
Laksamana Sukardi, oleh Presiden yang selama ini dipahami masyarakat, diatur
Abdurrahman Wahid, sebagian anggota DPR di dalam UUD 1945 Pasal 10 sampai dengan
khususnya dari kalangan Fraksi GOLKAR dan Pasal 15 dan 17. Sebagian ahli yang lain
PDI Perjuangan bereaksl keras mengatakan bahwa UUD 1945 tidak mengenal
mempertanyakan alasan pemberhentian. hak prerogatif, karena semua sudah tertuang
Pada akhirnya kasus tersebut berujung pada di dalam UUD 1945 dan peraturan perundang-
pengajuan "hak meminta keterangan pada undangan iainnya. Pertanyaan yang muncul,
Presiden" —sering disebut sebagai hak apakah UUD 1945 memberikan jaminan hak
interpelasi— berlangsung diDPR 20Juli 2000. prerogatif pada presiden? Apakah hak
Begitu pula dalam kasus pemberhentian prerogatif Presiden masih ada ketika UUD
dan pengangkatan Kapolri. Hal ini pun ada 1945 telah mengalami perubahan sampai tiga
yang berpandangan bahwa tindakan Presiden kali?
tidak melanggar konstitusi, karena maslh
dalam batas kekuasaan Presiden sebagai
Hak Prerogatif
panglima tertinggi dari semua angkatan
sebagaimana yang diamanatkan oleh Pasal Prerogatif secara kebahasaan berasal dari
10 DUD 1945.Dengan kata lain, pengangkatan bahasa Latin praerogativa (dipllih sebagai
dan pemberhentian Kapolri adalah hak yang paling dahulu memberi suara),
prerogatif Presiden. Tetapi, ketika Adnan praerogrativus (diminta sebagai yang pertama
Buyung Nasution dkk. mengajukan memberikan suara), praerogare (diminta
permohonan keberatan atas keputusan yang sebeium meminta yang iain).^
dikeluarkan Presiden Abdurrahman Wahid Sebagai pranata hukum (hukum tata
melalui Hak Uji Materill (HUM) ke Mahkamah negara), prerogatif berasal dari sistem
Agung, ternyata putusan Mahkamah Agung ketatanegaraan Inggrls. Hingga saat Ini,
menerima keberatan atas permohonan hak pranata prerogatif tetap merupakan salah satu
uji materiil yang diajukan Buyung Nasution sumber hukum, khususnya sumber hukum
tersebut. Artinya, secara yuridis Keputusan tata negara di Kerajaan Inggris. Tidak mudah
Presiden dalam mengangkat dan merumuskan pengertian kekuasaan
memberhentikan Kapolri tanpa melalui prerogatif, baik karena sumber historisnya

lihat Putusan Mahkamah Agung No. 08 P/HUM/2001 tentang Putusan Menerima Keberatan atas
Permohonan Hak Uji Materiil yang dimajukan oleh Tim Pembela Konstitusi 31 Juli 2001.
^Bagir Manan. "UUD1945 Tak Mengenal Hak Prerogatif." Marian Republika. Sabtu. 27Mei 2000. Him.. 8.

JURNAL HUKUM. NO. 18 VOL. 8. OKTOBER 2001:1 - 18


Ni'matuI Huda. Hak Prerogatif Presiden...

sebagai pranata hukum maupun lingkupnya. ataupun dengan cara menarik kesimpulan-
Pada saat ini, kekuasaan prerogatif makin kesimpulan tertentu dari UUD atau UU. Oleh
banyak dibatasi, baik karena diatur oleh karena itu, dalam suatu perkara yang terkenal,
undang-undang atau pembatasan- Youngstown Sheet & Tube Co. i/ Saivyer.
pembatasan cara melaksanakannya, Mahkamah Agung Amerika Serikat menolak
Sejumlah kalangan mernandang hak perintah penyitaan Presiden Truman, dimana
prerogatif merupakan sisa-sisa peninggalan Presiden- itu memerintahkan Menteri
masa otoritarianisme sebelum era Perdagangan untuk mengambil alih industri
pencerahan di Eropa. Pada 15 Juni 1215 kala baja guna menghindarkan ancaman
Raja John bertahta, angin perubahan pemogokan di pabrik-pabrik baja dan untuk
berembus saat Magna Charta diratifikasi. menjamin kelangsungan persediaan baja
Piagam tersebut memuat hak-hak istimewa yang sangat dibutuhkan untuk pertahanan
para bangsawan tinggi. Piagam itu dianggap nasional. Mahkamah itu berpendapat bahwa
sebagai tonggak yang mengawali upaya kekuasaan prerogatif untuk menyita industri
pengikutsertaan rakyat dalam manajemen baja adalah tIdak termasuk kekuasaan
kekuasaan. Setelah Piagam tersebut dirilis, konstitusional Presiden.^
perlahan tapi pasti. kekuasaan raja atau ralu Menurut konstitusi Inggris dan Canada,
Inggris semakin mengecil. • Semua eksekutif masih mempunyai beberapa discre
pemangkasan itu dicantumkan dalam tionarypower. yang terkenal sebagai prerogatif
undang-undang. Hak prerogatif adalah raja. Istilah terakhir ini dipergunakan untuk
kekuasaan yang masih tersisa di tangan raja mencakup sekumpulan besar hak-hak dan
atau ratu dantidak diatur undang-undang. Kini, privilieges yang dipunyai oleh raja dan
praktis raja atau ratu Inggris hanya menjadi dilaksanakan .tanpa suatu kekuasaan
simboi. Dalami praktek ketatanegaraan perundang-undangan yang langsung. Di
perannya nyaris nihil. Bentuk hak prerogatif samping itu. jika parlemen menghendaki,
yang sekarang masih dimanfaatkan raja atau dengan undang-undang ia dapat
ratu, misalnya menganugerahkan geiar membataikan prerogatif itu. Dengan kata lain,
kebangsawanan kepada seseorang.^ prerogatif Itu ada selama dan sejauh diakui
Teori prerogatif yang mutlak dalam dan diijinkan oleh undang-undang.'
eksekutif telah ditolak oleh Mahkamah Agung Dalam sistem Perancis, kekuasaan
Amerika Serikat. Dengan demikian. menurut perundang-undangan yang diserahkan oleh
sistem konstitusi Amerika, eksekutif hanya UUD baru kepada Parlemen telah ditentukan
mempunyai kekuasaan-kekuasaan baik yang secara limitatif dalam sebuah daftar. Semua
dengan tegas dinyatakan oleh UUD atau UU, soai yang tidak termasuk dalam daftartindakan-

^Forum Keadilan. No. 19.12 Agustus 2001. Him.. 14.


'Ismail Suny. 1986. Pergeseran Kekuasaan Eksekutif. Jakarta: Aksara Baru. Hlm..61.
^Ibid.
tindakan legislatif yang ditentukan itu. menjadi suatu dasar undang-undang, oleh sebagian
hak eksekutif untuk mengaturnya. Jadi, orang kekuasaan prerogatif dipandang
kekuasaan eksekutif Perancis telah menarik sebagai undemocratic and potentially danger
residuary authority atau kekuasaan yang ous.^
selebihnya ke bawah kekuasaan Untuk mengurangi sifat tidak demokratik
konstitusionalnya, tidak hanya"untuk menjamin dan bahaya-bahaya tersebut, fnaka
pelaksanaan undang-undang" seperti penggunaan kekuasaan prerogatif dibatasi
ditetapkan oleh UUD yang lalu,.tetapi sejauh dengan diaiihkan ke dalam undang-undang,
mengenai pembagian kekuasaan antara kemungkinan diuji melaiui peradiian (judidai
eksekutif dan legislatif, prinsip yang dianut review), atau kalau akan dilaksanakan oleh
iaiah bahwa wewenang umum adalah pada raja/ratu harus teriebih dahulu mendengar
eksekutif untuk mengaturdengan dekrit segala pendapat atau pertimbangan menteri. Suatu
sesuatu yang tidak denganpengecuaiian telah kekuasaan prerogatif yang sudah diatur dalam
diserahkan kepada wewenang badan undang-undang tidak disebut sebagai hak
legislatif.® prerogatif iagi, melainkan sebagai hak yang
Dicey merumuskan prerogatif sebagai berdasarkan undang-undang. Jadi, kekuasaan
residu dari kekuasaan diskresi ratu/raja, yang prerogatif mengandung beberapa karakter; (1)
secara hukum tetap dibiarkan dan dijalankan sebagai residual power, (2) merupakan
sendiri oleh ratu/raja dan para menteri. Yang kekuasaan diskresi {fries ermessen, be/e/d):
disebut dengankekuasaan diskresi {discretion (3) tidak ada dalam hukum tertulis; (4)
ary power) adalah segala tindakan raja/ratu •penggunaan dibatasi; (5) akan hilang-apabila
atau pejabat kenegaraan lainnya yang secara telah diatur dalam UU atau UUD.®
hukum dibenarkan, walaupun tidak ditentukan Senada dengan usulan Bagir Manan.
atau didasarkan,pada suatu ketentuan Mahfud MD. juga mengusuikan agar
undang-undang. penggunaan hak prerogatif presiden dalam
Disebut sebagai residu, karenakekuasaan pembentukan lembaga-lembaga pemerintahan
ini tidak lain dari sisa seluruh kekuasaan yang dan pengangkatan pejabat negara tertentu
semua ada pada ratu/raja (kekuasaan .mutlak) oleh Presiden untuk masa mendatang
yang kemudian makin berkurang, karena sebaiknya dimintakan konfirmasi kepada
beralih ketanganrakyat (parlemen) atauunsur- DPR. Hal ini dimaksudkan agar hak prerogatif
unsur pemerintah lainnya, sepertr menteri. tidak dimanfaatkan untuk menggaiang
Kekuasaan prerogatif bersumber pada com dukungan politik atau menyingkirkan lawan
mon taw, yaitu hukum tidak tertulis yang berasai politik bahkan membangun mitra kolusi dalam
dari putusan hakim. Karena, tidak memerlukan berbagai hai. Disamping itu, untuk mengontrol

Wid.
^Marian Republika. 27 Mei 2000.
^Ibld.

JURNAL HUKUM. NO. 18 VOL. 6. OKTOBER 2001: 1 - IS


Ni'matuI Huda. Hak Prerogatif Presiden...

hak prerogatif Presiden dalam bidang UU itu pun tidak dapat dilaksanakan. Badan
perundang-undangan perlu diberi jalan Pekerja berdebat dan mengusahakan
pelaksanaan lembaga judicial review.^ amandemen terhadap UU itu, tetapi tidak
pernah mencapai penyelesalan terakhir.
Perdebatan Hak Prerogatif di Indonesia Setelah itu Presiden dengan Peraturan
Presides No. 6 Tahun 1946 menetapkan
Sejarah ketatanegaraan Indonesia penambahan anggota KNIP dari 200 menjadi
mencatat hanya satu kali terjadi konflik yang 514 orang.
sungguh-sungguh antara Presiden dengan Pada 6 Januari 1947 dalam sidang
Badan Pekerja di Komite Nasional Indonesia pertama Badan Pekerja di Solo setelah
Pusat (KNIP), yaitu dalam hubungan Peraturan keiuarnya Peraturan Presiden No. 6 Tahun
Pemerlntah No. 6 Tahun 1946 tentang 1946, anggota-anggota Badan Pekerja telah
penyempurnaan Susunan KNIP. Pada 16 mengemukakan keberatan-keberatan yang
Oktober 1945 keanggotaan KNIP telah pririsipiil terhadap tindakan Presiden.
dlperbanyak menjadi 188 orang anggota. Berlainan dengan kebiasaan yang terjadi
Semenjak Januari 1946, beberapa partai setelah dijalankannya sistem Kabinet yang
politik mulai mendesak supaya susunan KNIP bertanggungjawab. dimana segala UU dan
diubah sesuai dengan apa yang disebut Peraturan Pemerintah disamping memuat
sebagai perimbangan yang sebenarnya dari tanda tangan Presiden memuat pula tanda
kekuatan-kekuatan politik, berbeda dari tangan Menteri yang bertanggungjawab.
perimbangan yang diwakili dalam KNIP.'" Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1946
Pada 10 Juli 1946 Badan Pekerja KNIP hanya ditandatangani oleh Presiden dengan
yang beranggota 200 orang telah diperbarul tiada Ikut sertanya tanda tangan Menteri yang
dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 1946. bertanggungjawab. Presiden menyatakan
Undang-undang Ini member) kesempatan kepada Badan Pekerja, beliau sendlrilah yang
kepada Panltia Pemilihan di daerah-daerah bertanggungjawab terhadap, Peraturan
untuk mengambil inislatif memilih 110 Presiden. Kabinet dalam pernyataannya pada
anggota, kepada partai-partai politik untuk 17 Januari 1947 berkeyakinan bahwa
memilih 60 orang anggota lain. Hanya 30 pengeluaran peraturan yang seperti itu adalah
anggota yang akan ditunjuk oleh Presiden. termasuk prerogatif Presiden. Sebagian besar
Untuk pelaksanaan UU Itu memerlukan anggota Badan Pekeija berpendapat bahwa
persetujuan partai-partai mengenal susunan meskipun Presiden boleh mengambil inisiatif
Panltia Pemilihan Daerah. Oleh karena itu, untuk mengeluarkan peraturan yang serupa
partai-partai tidak menyetujui hal ini. itu, tetapi peraturan itu tidak dapat berlaku,
Disamping Itu, mengenal pembagian 60 kursi, sebagai halnya peraturan biasa, sampai
disetujui Badan Pekerja."

®Moh. Mahfud MD. 1999. Hukum dan Piiar-piiarDemokrasl. Yogyakarta; Gama Media.'HIm.. 269-270.
'°lsrnail Suny. Him.. 58.
''Ibid. Him.. 47.
Selama tidak ada suatu undang-undang Menurut Konstitusi RIS (UUD 1949) dan
yang mengatur penunjukan anggota KNIP, UUD Sementara 1950hak prerogatif Presiden
Presiden menganggap soal itu sebagai misalnya ditetapkan dalam membentuk
prerogatifnya, karena itu, pengaturannya kementerian-kementerian (Pasal 50 UUDS
dalam Peraturan Pemerintah. Oleh karena 1950); berhak membubarkan DPR (Pasal 84
dengan penarikan rencana undang-undang UUDS 1950); memberikan tanda-tanda
dari Badan Pekerja tidak terdapatsuatu sikap kehormatan (Pasal 126 KRIS 1949, Pasal 87
resmi dan positif dari KNIP terhadap persoaian UUDS 1950): memberi grasi (Pasal 160 KRIS
itu, dapatlah disimpulkan bahwa KNIP 1949, Pasal 107 UUDS 1950); mengadakan
mengakui prerogatif Presiden untuk menunjuk traktat dengan negara-negara lain (Pasal 175
anggota-anggota KNIP sampai ada suatu UU KRIS 1949, Pasal 120 UUDS 1950);
yang mengatur soal tersebut. mengangkat wakil-wakil Rl pada negara-
UUD, menurut A.K. Pringgodigdo, negara lain (Pasal 178 KRIS 1950. Pasal 123
memberikan hak prerogatif pada Presiden UUDS 1950); menerima wakil-wakil negara-
khususnya dalam pembentukan kabinet:^^ negara lain pada Rl (Pasal 178 KRIS 1949,
Pasal 123 UUDS 1950); menyatakan perang
"...betui jika hal pembentukan kabinet
(Pasal 128 UUDS 1950); menyatakan keadaan
dipandang sebagai prerogatif Presiden;
bahaya'(Pasal 129 UUDS 1950).
dalam hal inilah sebetulnya ia Ikut UUD 1945 memberikan kedudukan yang
bertanggungjawab. Maka dari itu pula
kuat kepada lembaga kepresidenan. Presiden
pasal-pasal dalam UUD yang menyatakan
adaiah penyelenggara pemerintahan (Pasal
bahwa salah sesuatu diiakukan oleh
4 ayat (1:)). Selain kekuasaan eksekutif,
Presiden, tidak memberi kepadanya
Presiden juga menjalankan kekuasaan
sesuatu prerogatif, akan tetapi hanya
membentuk peraturan perundang-undangan
menjamin bahwa hal itu akan diatur atau
(Pasal 5 dan Pasal 22), kekuasaan yang
diputus oleh Kabinet atau Menteri yang
berkaltan dengan penegakan hukum, seperti
bersangkutan dan aturan atau putusan itu memberi grasi, amnesti, dan abolisi (Pasal
akan ditandatangani oleh Presiden
14). Dalam menjalankan kekuasaannya
(dengan contraseign Menteri). Jadi untuk Presiden dibantu oleh satu orang Wakil
tempo dahulu (diwaktu raja masih Presiden (Pasal 4 ayat (2)) dan sejumlah
mempunyai prerogatif-prerogatif yang menteri (Pasal 17). Di akhir masajabatannya,
dijamin dalam UUD) hal-hal yang Presiden bertanggungjawab kepada MPR. Hal
demikian itu merupakan "prerogatieven
in! didasarkan pada pemikiran bahwa
van de Kroon", pada waktu sekarang Presiden adaiah mandataris Majelis. Dengan
pasal-pasal itu hanya menjamin bahwa kata lain, dalam hubungan dengan MPR.
hal-hal itu akan diurus di tingkat lebih kedudukan Presidenlebih ditekankan sebagai
tinggi dari tingkat Menteri sendiri."

''A.K. Pringgodigdo. 1956. Kedudukan Presiden Menurut Tiga Undang-Undang Dasar dalam
Teori dan Praktek. Jakarta: PTPembangunan. Him. 30-31.

JURNAL HUKUM. NO. 18 VOL 8. OKTOBER 2001: 1 - 18


Ni'matuI Huda. Hak Prerogatif Presiden...

mandataris. Sebagai konsekuensi, di satu pemerintahan, sehingga menjadi bagian dari


pihak MPR dianggap berwenang memberikan objek administrasi negara.
berbagai mandat di iuar yang telah ditentukan Kekuasaan Presiden yang dirumuskan
UUD 1945 seperti "pelimpahan wewenang dalam Pasal 10.11.12.13,14, dan Pasal 15
khusus'V^dan di Iain pihak, Presiden terutama UUD 1945, biasanya dipahami dalam
dinilai sebagai mandataris yaitu peiaksana kerangka tugas Presiden sebagai Kepala
mandat MPR.'" Negara. bukan sebagai Kepala Pemerintahan.
Batang tubuh UUD 1945 tidak memuat Namun. karena sistem yang dianut dalam
pranata mandataris. Demikian pula Presiden UUD 1945 bukan sistem kabinet
sebagai kepala negara dan kepala (parlementer), maka memang tidak
pemerintahan. Due pengertian terakhir ini ditegaskan bahwa kekuasaan tersebut
menurut Bagir Manan, sebetulnya merupakan dikaitkan dengan fungsi Presiden sebagai
pengertian yang bersifatanaiisis keilmuan dan Kepala Negara. Dalam sistem presidensiil
hanya tampak pada sistem parlementer. Pada yang dianut oleh UUD 1945, fungsi kepala
sistem presidensiil, tidak ada Presiden sebagai negara dan kepala pemerintahan menyatu
kepala negara dan kepala pemerintahan. dalam jabatan Presiden. Tetapi secara teoritis
Begitu pula mengenai sebutan "mandataris". semua kekuasaan yang disebut di atas
Tidak ada maksud Soepomo yang menyusun melekat dalam fungsi Presiden Ri menurut
penjelasan untuk memberi kualitas dan Pasal 10 sampai dengan Pasal 15 UUD 1945
kualifikasi tersendiri "mandataris" kepada adalah kekuasaan Presiden sebagai Kepala
Presiden, meiainkan sekedar sebutan.'® Negara. dan bukan sebagai Kepala
Lebih lanjut, Bagir Manan menyatakan, Pemerintahan.'^ Dalam hal pengangkatan
dalam tugas-tugas penyeienggaraan pejabat setirigkat menteri, sepenuhnya
pemerintahan yang bersifat khusus.'Mugas merupakan hak prerogatif Presiden sebagai
dan wewenang tersebut bersifat "prerogatif, Mandataris MPR.'® Hanya pada pengangkatan
tetapi ada dalam iingkungan kekuasaan pimpinan lembaga-lembaga tinggi negara

•-Terakhir diatur dalam TAP MPR No. V/MPR/1998 dan telah dicabut dengan TAP MPR No. XII/MPR/
1998 hasil Sidang Istimewa MPR.
•"Bagir Manan. 1999. Lembaga Kepresidenan. Yogyakarta: PusatSludi Hukum Fakultas Hukum Ull
Him. 45.
'®/b/d. Him. 46.
•®Yang dimaksud dengan tugas-tugas penyeienggaraan pemerintahan yang bersifat khusus adalah
penyeienggaraan tugas dan wewenang pemerintahan yang secara konstltusiona! ada pada Presiden pribadi
yang meniiliki sifat prerogatif(di bidang pemerintahan). Tugas dan wewenang pemerintahan tersebut adalah;
Presiden sebagai pimpinan terk'nggi angkatan perang, hubungan Iuarnegeri, dan hak memberi gelar dan tanda
jasa(Pasal 10.11,13. dan Pasal 15 UUD 1945).
'Uimly Asshiddiqie. 1996. Pergumulan Reran Pemerintah dan Parlemen dalam Seiarah. Jakarta: Ul
Press. Him. 78.
'®/b/d. Him. 8.
lainnya. yaitu pengangkatan Ketua MA, Ketua dengan nilai-nilai, asas-asas dan norma-
DPA, Ketua BPK, DPR'dapatberperan. norma yang terdapat dalam ketiga landasan
Model Amerika Serikat sebagai ketatanegaraan kita.
pencerminan stelsel sistem pemerintahan Dalam kaitan ini, S. Toto Pandoyo^*
menyatakan, seorang kepala negara, baik
presidensiil (murni) antara lain memiliki ciri-
cirl; Presiden adalah pemegang kekuasaan seorang raja maupun Presiden, tentu memiliki
eksekutif tunggai (Pasal 2 ayat (91) angka 1 hak prerogatif atau ada yang menyebutnya
UUp Amerika Serikat); Presiden adalah dengan istilah hak khusus atau hak istimev;a.
penyeienggara pemerintahan yang Bagi negara-negara hukum demokratik,
bertanggungjawab di samping berbagai tentunya ketentuan dan macam serta jumlah
wewenang konstitusional yang bersifat hak prerogatif dimaksud tercantum tegas-
prerogatif yang lazim melekat pada jabatan tegas di dalam konstitusi negara yang
kepala negara {head ofstate].^^ bersangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk
Dalam kedudukan sebagai Kepala menjaga jangan sampai hak-hak prerogatif
Negara, menurut Sglly Lubis.^° Presiden yang dimaksud lama kelamaan menjadi
mempunyai hak-hak prerogatif, selain bertambah jumlah,dan macamnya. Selain itu.
menyangkut kewenang ke dalam juga untuk menjaga hak-hak tersebut termasuk hak
kewenangan dalam hubungan ke luar, yang prerogatif, agar lama-kelamaan tidak
dalam UUD 1945 diperlnci darl Pasal 10 berkembang Is! dan maknanya, maka
sampai dengan Pasal 15. .Sebagaimana diperlukan adanya penjelasan yang lengkap.
disebut dalam penjelasan Pasal 10 sampai Menurut Moh. Mahfud MD., pemberian
dengan Pasal 15, kekuasaan-kekuasaan hak prerogatif untuk melakukan hal-hal tertentu
Presiden dalam pasal-pasal itu ialah bagi Presiden merupakan konsekuensi dari
konsekuensi dari kedudukan Presiden minimal dua hal: kertama, penganutan paham
sebagai Kepala Negara. Dari sudut sistem negara hukum material {welfare state), dan
nasional, kaitan yang penting antara kedua, penunjukan Presiden sebagai
kewenangan prerogatif dengan mandataris MPR.^^
kepemimpinan nasional ialah kecenderungan Pertama, di dalam wawasan negara
orientatif yang perlu dikembangkan pada sikap hukum material ini fungsi dan tugas
dan kebijakan Kepala Negara dalam pemerintah direntang menjadi sedemikian
melaksanakan tugas-tugas dan kewenangan luas sehingga tidak lagi sekedar
prerogatif itu, sehingga konslsten selalu melaksanakan UU melainkan melakukan

^®Bagir Manan. Lembaga... Op.Cit Him. 50.


^=Solly Lubis dalam Padmo Wahjono (editor). 1984. Masalah Ketatanegaraan Indonesia Dewasa Ini.
Jakarta: Ghalia Indonesia. Him. 197-198.
2'S. Toto Pandoyo, dalam Hikmat Hardono dan R. Yunita (editor). 1997. Tidak Tak terbatas Kajian atas
Lembaga Kepresidenan Rl. Yogyakarta: Pandega Media bekerjasama dengan Badan EksekutifMahasiswa
UGM. Him. 72,
»Moh. Mahfud MD. Op.Cit. Him. 257.

8 JURNAL HUKUM. NO. 18 VOL 8. OKTOBER 2001: 1.- 18


NrmatuI Huda. Hak Prerogatif Presiden...

berbagai hal menurut kreasi dan negara yang cenderung menganut faham
kewenangannya sendiri. Tugas pokok negara hukum material, porsi hak
pemerintah di dalam negara hukum material prerogatifnya akan lebih besardaripada negara
ini adalah membangun kesejahteraan yang cenderung pada wawasan negara
masyarakat, bukan hanya melaksanakan UU. hukum formal.
Untuk itu diciptakanlah lembaga kewenangan Pada umumnya hak prerogatif diberlkan
yang disebut freies ermessen, yaitu suatu juga kepada Kepaia Negara daiam bidang
kev/enangan bagi pemerintah untuk turut yudikatif terutama daiam hal peniadaan atau
campur atau melakukan Intervensi di dalam pengurangan hukuman dalam apa yang yang
berbagai kegiatan masyarakat guna disebut grasi. Hak yang seperti itu tidaklah
membangun kesejahteraan masyarakat semata-mata dikaitkan dengan wawasan
tersebut. Dengan demikian, pemerintah di negara kesejahteraan.tetapidikaitkan dengan
dalam negara hukummaterial ini dituntut untuk kepentingan poiitik negara pada umumnya.
bersikap aktif. Kedua, menurut prinsip konstitusi.
Freies ermessen bagi pemerintah di kedauiatan di Indonesia terletak pada rakyat
negara hukum material menimbuikan yang pada operasionainya dilakukan MPR.
impiikasi balk di bidang eksekutif maupun di Berdasarkan prinsip tersebut, maka MPR, atas
bidang perundang-undangan. Daiam bidang nama rakyat membuat garis-garis kebajikan
perundang-undangan dapat dicatat adanya negara {national policies) yang untuk
tiga macam kewenangan bagi pemerintah pelaksanaannya dimandatkan kepada
yaitu kewenangan inisiatif (membuat Presiden. Untuk melaksanakan mandat
peraturan yang sederajat dengan UU tanpa tersebut Presiden mendapatkan hak-hak
harus minta persetujuan parlemen lebih istimewa dalam masalah-masalah tertentu
dahulu dengan syarat bahwa peraturan yang disebut hak prerogatif. Dengan hak
tersebut dibuat karena keadaan memaksa); prerogatif ini Presiden diberi kewenangan
kewenangan delegasi (membuat peraturan sepenuhnya untuk menentukan sendiri
peiaksanaan atas ketentuan-ketentuan UU); masaiah-masaiah tertentu yang berkaitan
dan droit function (membuat penafsiran sendiri dengan peiaksanaan tugasnya tanpa harus
atas materi peraturan). Dalam bidang konsuitasi dengan lembaga negara iainnya.
pemerintahan impiikasi freies ermessen ini, Sebagai penganut wawasan negara
antara lain, ditandai dengan adanya hak hukum material dan penentu bahwa Presiden
prerogatif.^^ adaiah mandataris pemegang kedauiatan.
Dengan demikian, seberapa besar porsi maka Indonesia meiaiui UUD 1945 telah
untuk memegang hak prerogatif bagi memberikan hak prerogatif mengenai soal-
pemerintah akan sangat ditentukan oleh soai tertentu kepada Presiden. Hak prerogatif
seberapa besar pula penganutan terhadap Presiden itu meliputi hal-hal:"
wawasan negara hukum. Artinya, di daiam

"/bid Him. 258.


''Ibid. Him. 263-264.
1. Dalam bidang pemerintahan Oleh karena itu, hak prerogatif tidak perlu
a. Menyatakan keadaan bahaya yang dihapus, melainkan dikurangi.^^Tetapi, Bagir
syarat-syarat dan akibatnya ditetapkan Manan maupun Samsul Wahidin
lebih dahulu) dengan UU (Pasai:l2). mengatakan, bahwa pengangkatan dan
b. Mengangkat duta dan konsul (Pasal pemberhentian menteri bukan merupakan hak
13ayat(1)). prerogatif Presiden. Lebih lanjut Bagir Manan
c. Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda mengatakan:^®
kehormatan (Pasal 15).
"Dalam UUD 1945, kekuasaan yang
d. Mengangkat dan memberhentikan
serupa dengan kekuasaan prerogatif
menteri (Pasal17 ayat (2)). .
diatur antara Pasal 10 sampai dengan
2. Dalam bidang perundang-undangan Pasal 15.Wewenang Presidenyang lazim
a. Menetapkan Peraturan Pemerintah
disebuthak prerogatif tersebut bersumber
untuk menjalankan UU sebagaimana
dan diciptakan secara hukum oleh dan
mestinya (Pasal 5 ayat (2)),
dalam UUD 1945. Kekuasaan tersebut
b. Menetapkan Perpu jika negara.dalam bukan sekedar terdapat. tetapi sebagai
keadaan genting (Pasal 22 ayat (1)),
sesuatu yang diciptakan oleh UUD 1945.
3. Dalam bidang peradilan Kekuasaan ini, ditinjau dari pengertian
hukum {rechtsbegrip}, tidak mengandung
Memberi grasi, amnesti, abolisi, dan
karakter residu, tidak mengandung
rehabilitasi (Pasal 14). Perlu jugaditambahkan karakter diskresi, melainkan kekuasaan
bahwa hak-hak prerogatif di atas adalah hak-
yang lingkup dan jenisnya lahir dan
hak yang secara langsung dicantumkan di ditentukan oleh hukum.
dalam UUD 1945. Di luarUUD 1945(misalnya Karena diatur dalam UUD, maka bersifat
melalui TAP MPR atau UU) masih terdapat dan merupakan kekuasaan konstitusional
hak-hak prerogatif lainnya seperti {constitutional power). Jadi, sisterfi
pengangkatan gubernur. kepala lembaga ketatanegaraan Indonesia tidak mengenal
pemerintahan non departemen. pembuatan kekuasaan prerogatif. Yang ada adalah
Keppres, Inpres dan sebagainya. kekuasaan konstitusional yang dalam
berbagai hal serupa dengan kekuasaan
Menurut. Mahfud MD.. ada atau tidak hak
prerogatif."
prerogatif dalam konstitusi tidak .menjadi
masalah. tergantung bagaimana memaknai Demikian pula pandangan Samsul
hak prerogatif itu. Sebab hak prerogatif itu ada Wahidin,^'yang mengatakan bahwa masalah
jika Presiden berhak melakukan sesuatu tanpa kementerian negara bukan kewenangan
meminta persetujuan orang atau lembaga lain. Presiden dalam kedudukannya sebagai

"Harian Republika. Mei 2000.


^Marian Republika. 27 Mei 2000.
^^Samsul Wahidin. "Menguji Hak Prerogatif Presiden.''Harian Jawa Pos. Senin. 1Mei 2000.

10 JURNAL HUKUM. NO. 18 VOL 8. OKTOBER 2001.; 1 • 18


Ni'matuI Huda. Hak Prerogatif Presiden...

kepala negara. Menteri negara adalah "... yang merupakan penjelmaan


pembantu Presiden di lapangan pemerintahan kedauiatan rakyat iaiah Presiden, bukan
dan dalamkapasitas Presiden sebagai kepala Dewan Perwakilan-rakyat".
pemerintahan,
Dengan dasar argumentasi berbeda, Begitu pulapenegasan yang ada di dalam
Padmo Wahjono,^®berpendapat bahwa UUD Pasal 4 ayat (1) UUD 1945, mengatakan
1945 tidak mengenal hak prerogatif. la Presiden Republik Indonesia memegang
mengingatkan. Penjelasan Pasal 10 sampai kekuasaan pemerintahan menurut UUD. Jadi,
dengan Pasal 15 menyebutkan bahwa fungsieksekutifdiserahkan kepada Presiden."
kekuasaan Presiden di dalam pasal-pasai Secara tegas Harun Alrasid tidak
tersebut adalah konsekuensi dari kedudukan mengatakan bahwa,Presiden daiam.kerangka
Presiden sebagai Kepala Negara. Ragam UUD 1945 memlliki hak prerogatif. tetapi dari
kekuasaan itu lazim disebut sebagaikekuasaan uraiannya dapat diketahui bahwa Presiden
atau kegiatan yangbersifatadministratif karena memiliki hak prerogatif. Misalnya, Presiden
didasarkan dari peraturan perundang-undangan memegang kekuasaan yang tertinggi atas
ataupun pertimbangan dari lembaga tinggi Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan'Angkatan
negara lainnya. JadI, bukan kewenangan Udara, sehingga keputusan tingkat puncak
khusus (hak prerogatif) yang mandiri, dalam bidang militer berada di tangan
Presiden.
Presiden, berwenang menyatakan
Hak Prerogatif Setelah Perubahan UUD keadaan bahaya. Hal ini berarti bahwa dalam
1945 hal seluruh atau sebagian wilayah negara
Dalam sistem UUD 1945 seperti akan dinyatakan dalam keadaan darurat sipil,
dijelaskan oleh Supomo, memang direka keadaan daruratmiliter, atau keadaan perang.
sedemikian rupa sehingga kekuasan terpusat sepenuhnya merupakan wewenang Presiden
pada Presiden {concentration of power and tanpa persetujuan jabatan lain.
responsibility upon the President) atau Presiden. juga tanpa persetujuan jabatan
menurut ungkapan yang popular: executive Iain, berwenang untuk mengangkat menteri.
heavy. Bahkan, dalam sidang Dokuritzu Zyunbi Ketentuan menteri diangkatdan diberhentikan
Chosa Kai, Soepomo" berkata: oleh Presiden, dikaitkan dengan ketentuan
bahwa kekuasaan pemerintahan dipegang
"...buat (penyelenggaraan pemerintahan) oleh presiden, makaditarik kesimpulan bahwa
sehari-hari Presidenlah yang. merupakan berlaku sistem pemerintahan presidensial.
penjelmaan kedauiatan rakyat".

^^Forum Keadilan. Loc. Cit.


^Harun Alrasid. "Jabatan Presiden Rl Sebuah Tinjauan Hukum Tata Negara." Pidato DiesRede pada
Sidang Senat Terbuka Dalam Rangka Dies Natalis Ull Yogyakarta. 8 November 1999. Him. 15.

11
Selanjutnya, dalam hal ikhwal mewujudkan undang-undang, dan yang
kegentingan memaksa, Presiden berv^enang lahir dari Pasal 5 ayat (2) mewujudkan
mengeluarkan peraturan yang derajatnya Peraturan pemerintah, maka wujud
sama dengan UU (noodverordeningsrecht), apakah yang lahir dari kekuasaan
yaitu peraturan pemerintah penggantiundang- pengaturan oieh Presiden berdasarkan
undang (Perpu). Dengan menggunakan Pasal 4 ayat (1) UUD 1945? Mengenai
kewenangan itu, Presiden secara sepihak hal ini terdapat beberapa pendapat. baik
dapat mencabut UU yang masih berlaku atau yang dating dari padateoritisi maupun dari
mengatur sesuatu hai yang seharusnya para praktisi..."
ditetapkan dengan UU.
Tidak hanya mengenai pengeluaran
Alhasil, selama sama jabatannya yang
lima tahun itu, Presiden dapat melaksanakan
Perpu yang sifatnya darurat, bahkan dalam hal
segala kekuasaan (kev/enangan) yang
negara berada dalam keadaan darurat,
Presiden juga memegang peranan penting dipusatkan padanya. Walau de jure Presiden
adalah untergeordnet pada MPR, namun
karena dapat menggunakan apa yang dalam
teori hukum tata negara disebut dengan istilah
mengingat kedudukannya sebagai Kepala
"hak darurat negara" [staatsnoodrecht). Negara dan Kepala Pemerintahan, maka
Berdasarkan kewenangan yang tidak tertulis Presiden adalah pejabat terpenting dalam tata
negara Indonesia.
ini, kalau Presiden menganggap bahwa
Belakangan ini muncul aspirasi poiitik
negara berada dalam keadaan darurat maka
untuk mengatasinya dia dapat mengambil yang menghendaki supaya dipakai sistem
keputusan yang melanggar peraturan yang perimbangan kekuasaan {checks and bal
ances). Dalam sidang umum MPR 1 sampai
berlaku, bahkan ketentuan UUD sekalipun.^°
dengan 21 Oktober 1999, gagasan mengenai
Pasal 4 ayat (1) di atas menegaskan pada
masa Orde Baru dianggap sebagai sumber
perimbangan kekuasaan mendapat respons.
Pada 19 Oktober 1999 diterima Perubahan
kewenangan dan dipergunakan sebagai dasar
Pertama UUD 1945. Ada sembilan Pasal yang
hukum dari berbagai Keputusan Presiden.
diubah, yaitu: Pasal 5.7,9.13,14,15,17.20.21.
Penggunaan Pasal 4 ayat (1) sebagai sumber
Dalam kaitannya dengan wewenang
wev/enang itu. dipelopori oieh Hamid
Presiden baik yang tunggal ataupun yang
Attamimi, yang mengatakan:^'
memerlukan kerjasama dengan pihak lain,
ternyata mengalami pengurangan
"Apabila kekuasaan pengaturan oieh
(pembatasan) yang cukup besar. Hasil
presiden dengan persetujuan DPR yang
Perubahan Pertama UUD 1945 Pasal 5, yang
lahir dari Pasal 5 ayat (1) UUD 1945
tadinya Presiden "memegang kekuasaan"
membentuk UU, sekarang diubah, Presiden

^"Ibid. Him. 18-20.


^'A. Hamid S.Attamimi. "Peranan Keputusan Presiden Rl dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara.'
DIsertasi. Universitas Indonesia. Jakarta. 1990. Him. 182-183.

12 JURNAL HUKUM. NO. 18 VOL. 8. OKTOBER 2001: 1 - 18


Ni'matuI Huda. Hak Prerogatif Presiden...

tidak lagi memegang kekuasaan membentuk kekuasaan tidak hanya antara Presiden
UU, tetapi "berhak mengajukan" Rancangan dengan DPR tetapi juga dengan MA.
Undang-Undang (RUU). Demikian pula kewenangan Presiden
Masa jabatan Presiden dan Wakll daiam memberi geiaran. tanda jasa, dan Iain-
Presiden. sekarang sudah ada penegasannya lain tanda kehormatan, sebagaimana diatur
di dalam.UUD 1945. Apabila sebelumnya dalam Pasai 15. juga mengalami
dalam Pasal 7 tidak ada pembatasan masa pengurangan. Presidentidak lagi sepenuhnya
jabatan bagi seorang Presiden dan Wakil memiliki prerogatif. karena kewenangan
Presiden. sehingga dapat ditafsirkan Presiden untuk memberi gelar; tanda jasa, dan
selamanya dapat berkuasa asalkan masih Iain-Iain tanda kehormatan akan diaturdengan
terus dipilih dan mendapat dukungan UU. Artinya, ada alat ukur atau kriteria yang
mayoritas anggota MPR, seperti jaman Orde jelas dalam penerapannya. Pengaiaman
Baru, setelah diubah berbunyi: "Presiden dan selama ini dalam hal pemberian geiar, tanda
Wakil Presiden memegang jabatannya jasa dan Iain-Iain tanda kehormatan hanya
selama lima tahun dan sesudahnya dapat digantungkan pada penilaian "loyalitas"
dipilih kembali daiam jabatan yang sama, subjektif Presiden. Perubahan ini
hanya untuk satu kali masa jabatan." mengisyaratkan secara implisit harus ada
Demikian pula ketentuan Pasal 13, dalam persetujuan DPR.
ha! kewenangan Presiden untuk mengangkat Pembahasan berikutnya tentang
duta dan konsui, serta menerima duta negara Kementerian Negara, yang diaturdalam Pasal
lain, juga mengalami pembatasan. 17 UUD 1945. Ternyata perubahan yang
Kewenangan Presiden dalam persoaian in! dilakukan terhadap pasal ini tidak terlalu besar
tadinyabersifat tunggal, artinya Presiden tidak dampaknya bag! kekuasaan'Presiden, seperti
perlu minta persetujuan pihak lain, sekarang, pasal-pasal lainnya, karena hanya merubah
untuk pelaksanaannya Presiden ("harus") redaksional ayat (2) dan (3), sehingga
memperhatikan pertimbangan DPR. Jadi, berbunyi: •
tidak lagi merupakan prerogatif Presiden.
(2) Menteri-menteri itu diahgkat dan
Nampak aspek perimbangan kekuasaan
diberhentikan oleh' Presiden.
mengenai hubungan Presiden dan DPR
(3) Setiap menteri membidangi urusan
muncul dalam persoaian Ini.
tertentu dalam pemerintahan.
Kewenangan Presiden untuk memberi
grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi, Padahal banyak masukan dari masyarakat
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 14, agar dalam pengangkatan ataupun
juga mengalami pembatasan. Sekarang, pemberhentian menteri DPR dilibatkan.
dalam hal Presiden memberi grasi dan Penglibatan DPR daiam masalah ini dapat
rehabilitasi, {"harus") memperhatikan dalam hai penyusunan UU atau adanya
pertimbangan Mahlamah Agung. Apabila persetujuan DPR secara langsung. Hai ini
Presiden memberi amnesti dan abolisi, juga penting dilakukan agar Presiden lebih cermat
("harus") memperhatikan pertimbangan DPR. dan berhati-hati daiam mengangkat ataupun
Di sini nampak aspek perimbangan memberhentikan seseorang. Artinya. ada

13
kriteria yang jelas dan tegas dalam departemen-departemen tersebut belum juga
pengangkatan maupun pemberhentian dapat diselesaikan.
menteri. Kasus pemberhentian YusufKalla dan Bagaiitiana dengan kewenangan
Laksamana Sukardi yang telah dibahas di Presiden yang lain, misalnya, Pasal 10,11, dan
atas, adaiahcontoh aktual untuk persoaian ini. 12 UUD 1945yang selama ini juga dipandang
UUD 1945 memang tidak secara tegas sebagai wev/enang prerogatif Presiden?
mengatur masalah ini. tetapi praktek politik Meskipun Pasal 10 tidak (belum) diubah
menunjukkan bahwa dalam hal pengangkatan oleh MPR sebagaimana pasal-pasal yang lain,
dan pemberhentian menteri Presiden "harus tetapi melalui Sidang Tahunan MPR 7 sampai
mendapat persetujuan" dari OPR. Apalagi dengan 18Agustus 2000telah lahir antara lain
kalau naiknya sesedrang dalam jabatan Ketetapan MPR No. VI /MPR/2000-tentang
Presiden berdasarkan dukungan (koalisi) Pemisahan TNI dan Kepollsian Negara Rl,
sejumlah partai-partai politik. etika politik dan Ketetapan MPR No. VI l/MPR/2000 tentang
menghendaki adanya konfirmasi deiigan Peran TNI dari Kepolisian Negara Rl. Melalui
mereka, jika Presiden hendak mengangkat Ketetapan MPR No. VII/MPR/2000 susunan
ataupun -memberhentikan menteri- dan kedudukan TNI ditegaskan bahwa TNI
menterinya. dipimpin olehseorang Panglimayang diangkat
Dalam Sidang Tahunan MPR Rl Novem dan diberhentikan oleh Presiden setelah
ber 2001, MPR telah menghasilkan mendapat persetujuah DPR(Pasal 3 ayat (3)).
Perubahan Ketiga UUD 1945.Salah satu hasll Demikian pula susunan dan kedudukan
perubahannya adalah menambah satu ayat Kepolisian Negara Rl, ditegaskan bahwa
untuk Pasal 17 sehingga menjadi empat ayat. Kepolisian Negara Rl dipimpin oleh Kepala
Pasal 17 ayat (4) berbunyi: "Pembentukan, Kepolisian Negara Rl yang diangkat dan
pengubahan. dan pembubaran kementerian diberhentikan oleh Presiden dengan
negara diatur dalam undahg-uhdang". persetujuan DPR (Pasal 7 ayat (3)). Penegasan
Uatar belakang penambahan ayat (4) didalam Pasal 3 ayat (3) maupun Pasal 7 ayat
tersebut antara lain besarnya wewenang (3) TAP MPR No. VII/MPR/2000 secara
Presiden dalam persoaian ini. Misalnya, ketika substantif telah membatasi kewenangan
jaman pemerintahan Spehailo (Orde Baru), Presiden yang diatur dalam Pasal 10 UUD
jumlah dan rtiacamnya kementerian negara 1945. Dengan kata lain, Presiden tidak lagi
sangat ditentukan oleh "kebutuhan dan sepenuhnya memiliki hak prerogatifdalam hal
kepehtingan politikhya". Demikian pula pada pengangkatan dan pemberhentian Panglima
masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, TNI maupun Kapoiri karena adanya
jumlah dan macamnya kementerian negara keharusan persetujuan DPR.
ditentukan oleh kepentingan politik dari partai- Sebagaimana yang telah disinggung di
partai politik dan militer yang ada di DPR saat atas, ketika Presiden Abdurrahman Wahid
itu. Bahkan, di era Presiden Abdurraham Wahid menonaktifkan kemudian memberhentikan
beberapa kementerian (departemen) dihapus. Jenderal Polisi Surojo BImantoro dari
Akibat dari kebijakan tersebut, sampai jabatannya sebagai Kapoiri, Adnan Buyung
sekarang penataan ulangnya dari Nasution dkk, —yang bertlndak sebagai kuasa

14 JURNAL HUKUM. NO. 18 VOL 8. OKTOBER 2001: 1 - 18


Ni'matul Huda. Hak PrerogatifPresiden...

hukum dari Persatuan Purnawirawan POLRI— berikut:


mengajukan permohonan keberatan melalui
Hak Uji Materiil MA atas keputusah Presiden (2) Presiden dalam membuat perjanjlan
tersebut. Melalui permohonan keberatan Hak internasional lainnya yang
Uji Materiil tersebut, Buyung Nasution menimbulkan akibat yang luas dan
mendalilkan bahwa penerbitan Keputusan mendasarbagi kehidupan rakyat yang
Presiden (Keppres) No. 49 Tahun 2001 terkait dengan beban keuangan
tentang Pencabutan Penonaktifan..dan - negara, dan/atau mengharuskan
Pemberhentian Dengan Hormat Jenderai perubahan atau pembentukan
Polls! Drs. Surojo Bimantoro dari jabatannya undang-undang harus dengan
sebagai Kapoiri tidak didahului dengan adanya persetujuan DPR.
persetujuan DPR sebagaimana ditentukan (3) Ketentuan lebih ianjut tentang
dalam Pasal 7 ayat (3) Ketetapan MPR Rl No. perjanjlan internasional diatur dengan
Vll/MPR/2000, jeias dan nyata bahwaKeppres undang-undang. ' ' '•
tersebut telah menjadi bentuk kooptasi oleh
Presiden terhadap POLRI. Persyaratan untuk Perubahan dan penambahan dalam
memberhentikan Kapoiri harus dengan Pasal 11 ini merupakan penegasan atas
persetujuan DPR tersebut menunjukkan dan ketidakjelasan praktek selama ini. khususnya
membuktikan bahwa Kapoiri merupakan dalam pembuatan perjanjlan dengan negara
jabatan publik mengingat di dalam jabatan lain. Perjanjian mana yang harus dengan
Kapoiri —yang merupakan .pemegang persetujuan DPR dan mana yang tidak perlu
komando secara riil/langsung terhadap dengan persetujuan DPR, tidak ada
Institusi POLRI— terkandung kewenangan ketegasan." Semuanya seolah bergantung
yang akan membawa dampak atau akibat pada political will Pemerintah (Presiden).
terhadap kehidupan berbangsa, bernegara Selama ini aturan pelaksana Pasal 11 hanya
dan bermasyarakat.^^ diatur dalani Surat Presiden No. 2826/HK/
Dalam Pasal 11 UUD 1945 diatur 1960, yang jelas sudah tidak cocok lagi untuk
kewenangan Presiden dengan persetujuan diterapkan saat ini, karena situasi dan
DPR menyatakan perang, membuat kondisinya sudah berbeda. Oleh karena" itu.
perdamaian dan' perjanjlan dengan negara baru pada 2000 Pemerintah mengeluarkan
lain. Ketentuan tersebut melalui sidang UU No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian
tahunan MPR Rl Tahun 2001 telah diubah Internasional.
(Perubahan Ketiga) dan ditambah. sebagai Pasal 12 UUD 1945 sampai saat ini tidak
(belum) diubah. Pembuat UUD 1945

'^Lihat PutusanPerkara Permohonan Keberatan Hak Uji Materiil Mahkamah Agung No. 08 P/HUM/2001.
24Juli2001.

15
memandang arti penting dan bahaya dari adalah tidak sah karena bertentangan dengan
suatu keadaan yang dinyatakan bahaya. Oleh hukum dan tidak mempunyai kekuatan
karena itu, ada pembatasan wewenang hukum. Peristiwa ini akhirnya mengantarkan
kepada Presiden tentang kapan Presiden Presiden Abdurrahman Wahid turun dari
dibenarkan menyatakan keadaan bahaya. kekuasaannya melalui Sidang Istimewa
Sekaligus ditetapkan perubahan MPR.3^
ketatanegaraan sebagai akibat pernyataan
keadaan bahaya.^^ Namun, sampai saat ini,
UU yang mengatur lebih lanjut mengenai Simpulan
syarat dan akibat keadaan bahaya masih Seoara umum dapat dipahami bahwa
aturan yang lama, yakni UU No. 23 Tahun UUD 1945 memberikan wewenang prerogatif
1959. Sementara itu, UU pengganti belum pada Presiden melalui Pasal 10 sampai
juga kunjung disahkan. Bahkan, RUU dengan Pasal 15 dan Pasal 17, sehingga
Penanggulangan Keadaan Bahaya yang telah Presiden dalam meiaksanakan wewenangnya
disetujui oleh DPR menjadi UU, juga belum tidak perlu meminta persetujuan lembaga lain,
diundangkan oleh Presiden hingga saat ini. misalnya DPR. Akan tetapi, ketika UUD 1945
Akibatnya. ketika Presiden Abdurrahman telah diubah sampai tiga kali, struktur UUD
Wahid mengeluarkan Maklumat (atau lebih 1945 mengalami perubahan yang luar biasa.
dikenal dengan Dekrit) menimbulkan sikap pro Pasal-pasal yang tadinya memberikan
dan kontra di MPR dan masyarakat, karena wewenang penuh kepada Presiden untuk
dasar pijakan yuridis yang dipakai oleh menyelenggarakan pemerintahan, setelah
Presiden Abdurrahman Wahid masih teijadi perubahan (pertama, kedua dan ketiga)
mengacu pada UU No. 23/Prp/1959. Presiden UUD 1945 wewenang Presiden mengalami
berpandangan bahwa pemberlakuan pengurangan yang cukup besar. Ada
keadaan darurat adalah wewenangnya tanpa keharusan bagi Presiden untuk meminta
perlu meminta persetujuan DPR. Tetapi persetujuan dari DPR (Pasal 11 dan 15),tetapi
Maklumat Presiden tersebut ditolak oleh ada juga yang "harus" memperhatikan
anggota-anggota MPR. Dari 60! Anggota pertimbangan DPR (Pasal 13, Pasal 14 ayat
MPR yang hadir, 599 menyatakan menolak (2), atau pertimbangan MA (Pasal 14 ayat(1)).
dan dua Anggota abstain. Sikap MPRterhadap Dalam hal pengangkatan dan
Maklumat Presiden tersebut kemudian pemberhentian Panglima TNI dan Kapoiri,
dikukuhkan dalam Ketetapan MPR Rl No. 1/ yang selama ini dipahami sebagai wewenang
MPR/2001 dengan menyatakan Maklumat penuh Presiden atas dasar Pasal 10 UUD
Presiden Republik Indonesia 23 Juli 2001 1945, dengan dikeluarkannya Ketetapan MPR

^^Suwoto Mulyosudarmo. "UU tentang KKN dalam PerspektifHukum Tata Negara." Dalam Ignatius Haryanto.
1999. Kejahatan Negara, Telaah tentang Penerapan Delik Keamanan Negara. Jakarta: ELSAM. Him. x.
^^Ni'matul Huda. "Kontroversi Dasar Hukum Sidang Istimewa MPR dan Maklumat Presiden 23Juli 2001
(Tinjauan Yuridis Ketatanegaraan)." Jurnal Hukum, No. 16 Vol. 8 • 2001.Him. 107.

16 JURNAL HUKUM. NO. 18 VOL 8. OKTOBER 2001: 1 - 18


NrmatuI Huda. Hak PrerogatifPresiden...

No. VI/MPR/2000 dan Ketetapan MPR No. VII/ Ismail Suny. 1986. Pergeseran Kekuasaan
MPR/2000 secara substantiftelah mengurangi Eksekutif. Jakarta: Aksara Baru.
wewenang Presiden, karena adanya keharusan
Jimly Asshlddiqie. 1996. Pergumulan Peran
bagi Presiden Lintuk meminta persetujuan Pemerintah dan Parlemen dalam
DPR. Secara akademis persoalan ini masih Sejarah. Jakarta: U1 Press.
diperdebatkan, berkaitan dengan kedudukan
Ketetapan MPR No. VII/MPR/2000 apakah Moh. Mahfud MD. 1999. Hukum dan Pilar-
sudah operasional atau belum. pilar Demokrasi. Yogyakarta: Gama
Ke depan, kekuasaan Presiden harus ada Media.
pengaturannya secara tegas di dalam konstitusi Ni'matuI Huda. "Kontroversi Dasar Hukum
ataupun UU. agar mudah dikontrol Sidang Istimewa MPR dan Maklumat
pelaksanaannya, Untuk itu, DPR harus aktif Presiden 23 Jull 2001 (Tinjauan Yuridis
mengawasi jalannya pemerintahan dengan Ketatanegaraan)." Jurnal Hukum, No.
menggunakan hak-haknya secara optimal dan 16 Vol. 8 - 2001.
proporsional. -i
Samsul Wahidin. "Menguji Hak Prerogatif
Presiden."Harian Jawa Pos. Senin. 1
Daftar Pustaka Mei 2000.
A. Hamid S. Attamimi. "Peranan Keputusan Solly Lubis dalam Padmo Wahjono (editor).
Presiden Ri dalam Penyelenggaraan 1984. Masalah Ketatanegaraan
Pemerintahan Negara." Disertasi. Indonesia Dewasa Ini. Jakarta:
Universitas Indonesia. Jakarta. 1990. Ghalia Indonesia.
A.K. Pringgodigdo. 1956. Kedudukan S. Toto Pandoyo, dalam Hikmat Hardono dan
Presiden Menurut Tiga Undang- R. Yunita (editor). 1997. Tidak Tak
Undang Dasar daiam Teori dan terbatas Kajian atas Lembaga
Praktek. Jakarta: PT Pembangunan. KepresldenanRI. Yogyakarta: Pandega
Bagir Manan. "UUD1945 Tak Mengenal Hak Media bekerjasama dengan Badan
Prerogatif." Harian Republika. Sabtu. Eksekutif Mahasiswa UGM.
27 Mei 2000. Suwoto Mulyosudarmo. "UU tentang KKN
. 1999. Lembaga Kepresldenan. daiam Perspektif Hukum Tata Negara."
Yogyakarta: Pusat Studi Hukum Dalam Ignatius Haryanto. 1999.
Fakultas Hukum Ull. Kejahatan Negara, Telaah tentang
Penerapan Delik Keamanan Negara.
Harun Alrasid. "Jabatan Presiden RI Sebuah
Jakarta: ELSAM.
Tinjauan Hukum Tata Negara." PIdato
Dies Rede pada Sidang Senat Terbuka Putusan Mahkamah Agung No. 08 P/HUM/
Dalam Rangka Dies Natalis Ull 2001 tentang Putusan Menenma
Yogyakarta. 8 November 1999. Keberatan atas Permohonan Hak Uji
Materiil yang dimajukan oleh Tim
Pembela Konstitusi 31 Juli 2001,

17
Putusan Perkara Permohonan Keberatan Hak Harian Republika. 27 Mei 2000.
Uii Materii! Mahkamah Aqung No. 08 u • n un ka •
Harian Republika. Mei 2000.
pIhUM/2001 .24 Juli 2001
Harian Republika. 27 Mei 2000.
Forum Keadilan. No. 19, 12 Agustus 2001.

• ••

18 JURNAL HUKUM. NO. 18 VOL 8. OKTOBER 2001: 1 - 18

Anda mungkin juga menyukai