Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI

Oleh

Nama :Adu Angky Ratu

Nim :62602820

Program Studi Profesi Ners

STIKES MARANATHA KUPANG

2021
A. Pengertian Ketuban

Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum

persalinan. Bila ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban

pecah dini pada kehamilan premature. Dalam keadaan normal 8 – 10 % wanita hamil aterm

akan mengalami ketuban pecah dini (Prawirohardjo, 2010)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda

persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi diatas 37 minggu kehamilan, sedangkan

dibawah 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2010).

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan

pada primipara < 3 cm dan pada multipara <5 cm. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan

maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia

kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam

sebelum waktunya melahirkan (Mochtar, 2007).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini

adalahpecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu pada

pembukaan < 4 cm (fase laten) yang terjadi setelah kehamilan berusia 22 minggu

B.      Etiologi Ketuban

Ketuban pecah dini disebabkan oleh kurangnya kekuatan membrane atau

meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan

membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.

Penyebabnya juga disebabkan karena inkompetensi servik. Polihidramnion / hidramnion, mal

presentasi janin (seperti letak lintang) dan juga infeksi vagina / serviks (Prawirohardjo, 2010).

Adapun yang menjadi faktor resiko terjadinya ketuban pecah dini adalah :

(Prawirohardjo, 2010)
a) Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis)

Korioamnionitis adalah keadaan pada ibu hamil dimana korion, amnion dan cairan

ketuban terkena infeksi bakteri. Korioamnionitis merupakan komplikasi paling serius bagi

ibu dan janin, bahkan dapat menjadi sepsis. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput

ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan

terjadinya KPD.

b)      Serviks yang inkompeten

Serviks yang inkompeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan

pada serviks uteri (akibat persalinan, curettage). Serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi

(inkompetensia), didasarkan pada adanya ketidakmampuan serviks uteri untuk

mempertahankan kehamilan. Inkompetensi serviks sering menyebabkan kehilangan

kehamilan pada trimester kedua. Kelainan ini dapat berhubungan dengan kelainan uterus

yang lain seperti septum uterus dan bikornis. Sebagian besar kasus merupakan akibat dari

trauma bedah pada serviks pada konisasi, produksi eksisi loop elektrosurgical, dilatasi

berlebihan serviks pada terminasi kehamilan atau laserasi obstetrik.

c)       Trauma

Trauma juga diyakini berkaitan dengan terjadinya ketuban pecah dini. Trauma yang

didapat misalnya hubungan seksual saat hamil baik dari frekuensi yang ≥4 kali seminggu,

posisi koitus yaitu suami diatas dan penetrasi penis yang sangat dalam sebesar 37,50%

memicu terjadinya ketuban pecah dini, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis dapat

menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini karena biasanya disertai infeksi.

d) Ketegangan intra uterin

Perubahan volume cairan amnion diketahui berhubungan erat dengan hasil akhir

kehamilan yang kurang bagus. Ketegangan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara

berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gamelli.


e) Kelainan letak,

Misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas

panggul serta dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.

f) Paritas

Faktor paritas, terbagi menjadi primipara dan multipara. Primipara adalah wanita yang

pernah hamil sekali dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup. Ibu primipara yang

mengalami ketuban pecah dini berkaitan dengan kondisi psikologis, mencakup sakit saat

hamil, gangguan fisiologis seperti emosi dan termasuk kecemasan akan kehamilan. Selain itu,

hal ini berhubungan dengan aktifitas ibu saat hamil yaitu akhir triwulan kedua dan awal

triwulan ketiga kehamilan yang tidak terlalu dibatasi dan didukung oleh faktor lain seperti

keputihan atau infeksi maternal. Sedangkan multipara adalah wanita yang telah beberapa kali

mengalami kehamilan dan melahirkan anak hidup. Wanita yang telah melahirkan beberapa

kali dan mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran

yang terlampau dekat, diyakini lebih beresiko akan mengalami ketuban pecah dini pada

kehamilan berikutnya.

g) Usia kehamilan

Persalinan preterm terjadi tanpa diketahui penyebab yang jelas, infeksi diyakini

merupakan salah satu penyebab terjadinya KPD dan persalinan preterm (Prawirohardjo,

2010). Pada kelahiran <37 minggu sering terjadi pelahiran preterm, sedangkan bila ≥47

minggu lebih sering mengalami KPD (Manuaba, 2010).

Komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu

adalah sindroma distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi

meningkat pada kejadian ketuban pecah dini, selain itu juga terjadinya prolapsus tali pusat.

Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada ketuban pecah dini preterm. Hipoplasia

paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada ketuban pecah dini preterm. Kejadiannya
mencapai 100% apabila ketuban pecah dini preterm terjadi pada usia kehamilan kurang dari

23 minggu.

h) Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya

Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami KPD kembali. Patogenesis

terjadinya ketuban pecah dini secara singkat ialah akibat adanya penurunan kandungan

kolagen dalam membrane sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah

dini preterm terutama pada pasien risiko tinggi. Wanita yang mengalami ketuban pecah dini

pada kehamilan atau menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya wanita yang

telah mengalami ketuban pecah dini akan lebih beresiko mengalaminya kembali antara 3-4

kali dari pada wanita yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebelumnya, karena

komposisi membran yang menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen yang semakin

menurun pada kehamilan berikutnya.

C. Patofisiologi Ketuban

Adanya faktor penyebab seperti hipermotalitas rahim, selaput ketuban yang terlalu tipis,
infeksi dan faktor predisposisi, multi para, malposisi, servik, inkompeten, gamelli,
hidramnion dan persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan
tersebut disebut periode laten atau large periode. Makin muda umur kehamilan makin
memanjang large periode sedangkan lamanya persalinan lebih pendek dari biasanya yaitu
pada premi 10 jam dan pada multi 20 jam. Pengaruh ketuban pecah dini terhadap janin yaitu
walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin sudah terkena infeksi,
karena infeksi intra uteri lebih dulu terjadi (amnionitis). sebelum gejala dirasakan pengaruh
terhadap ibu yaitu karena jalan yang telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi apalagi terlalu
sering jalan yang terbuka, maka dapat terjadinya infeksi saat pemeriksaan dalam. Selain itu
juga dapat dijumpai peritonitis dan septikemia ibu merasa lelah karena berbaring di tempat
tidur partus akan menjadi lama keluar dan terjadi peningkatan suhu tubuh lebih dari 37,5 C
nadi cepat dan nampaklah gejala infeksi yang akan meningkatkan angka kematian ibu.
PATHWAY
D. Tanda dan Gejala

Menurut Manuaba (2010), tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD

adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis

dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes,

dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena

terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila duduk/berdiri, kepala janin yang sudah terletak

di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak

vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda

infeksi yang terjadi.

E. Komlpikasi

Komplikasi yang terjadi pada KPD meliputi mudah terjadinya infeksi intra uterin,

partus prematur, dan prolaps bagian janin terutama tali pusat (Manuaba, 2009). Terdapat tiga

komplikasi utama yang terjadi pada KPD yaitu peningkatan morbiditas neonatal oleh karena

prematuritas, komplikasi selama persalinan dan kelahiran, dan resiko infeksi baik pada ibu

maupun janin. Risiko infeksi karena ketuban yang utuh merupakan penghalang penyebab

infeksi (Prawirohardjo, 2010).

Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin

terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi

pulmonal. Komplikasi akibat KPD kepada bayi diantaranya adalah IUFD, asfiksia dan

prematuritas. Sedangkan pada ibu diantaranya adalah partus lama, infeksi intrauterin, atonia

uteri, infeksi nifas, dan perdarahan post partum (Mochtar, 2007).

7.      Pemeriksaan Penunjang

a.      Pemeriksaan laboratorium

1)    Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna. Konsentrasi, baud an pHnya.
2)    Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban, urine, atau secret vagina.

3)    Secret ibu hamil pH: 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna tetap kuning.

4)    Tes lakmus (nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya

air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7-7,5, darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes

yang positif palsu.

5)    Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan

kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan daun pakis. (Varney, 2007)

b.      Pemeriksaan Ultrasonogafi (USG)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum

uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi

kesalahan pada penderita oligohidramnion (Varney, 2007).

8.      Penatalaksanaan

Sebagai gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan

sebagai berikut: (Manuaba, 2010)

a.      Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga

mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.

b.      Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi peicu sepsis, meningitis

janin, dan persalinan prematuritas.

c.      Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam

waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.

Kehamilan ≥47 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea. Dapat

pula diberikan misoprostol 25µg – 50µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila skor

pelvic < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri

persalinan dengan seksio sesarea. Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan (Prawirohardjo,

2010).
ASUHAN KEPERAWATAN

a. PENGKAJIAN

a. Biodata klien  berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat,

No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat,

Tanggal Pengkajian. 

b.Keluhan utama  : keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit /

banyak, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering, inspeksikula

tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering  

c. Riwayat haid Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi,

siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus 

d.Riwayat Perkawinan Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah

perkawinan sah atau tidak, atau tidak direstui dengan orang tua ? 

e.Riwayat Obstetris Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG , darah,

urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi

keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh.

f.Riwayat penyakit dahulu  Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara

pengobatan yang dijalani nya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut

diderita sampai saat ini atau kambuh berulang – ulang  

g.Riwayat kesehatan keluarga Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang

diturunkan secara genetic seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit

menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita oleh keluarga 

h. Kebiasaan sehari –hari   

·    Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan nafsu makan,

frekuensi minum klien juga mengalami penurunan 


·      Pola istirahat dan tidur : klien dengan KPD mengalami nyeri pada daerah pinggang

sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah terganggu dengan suara-suara,

posisi saat tidur (penekanan pada perineum)  

·      Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia

(hilangnya infolunter pengeluaran urin),hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass atau

tidak atau retensi urine karena rasa takut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK.

Pola BAB, freguensi, konsistensi,rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan

penggunaan toilet. 

·      Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan  pembalut dan

kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah. 

·      Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan KPD di anjurkan

untuk bedresh total 

·      Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat

fresh dan relaks. 

i.   Pemeriksaan Fisik 

·    Pemeriksaan umum: suhu normal kecuali disertai infeksi.

·    Pemeriksaan abdomen: uterus lunak dan tidak nyeri tekan. Tinggi fundus harus diukur dan

dibandingkan dengan tinggi yang diharapkan menurut hari haid terakhir. Palpasi abdomen

memberikan perkiraan ukuran janin dan presentasi maupun cakapnya bagian presentasi.

Denyut jantung normal. 

·     Pemeriksaan pelvis: pemeriksaan speculum steril pertama kali dilakukan untuk memeriksa

adanya cairan amnion dalam vagina. Karna cairan alkali amnion mengubah pH asam normal

vagina, kertas nitrasin dapat dipakai untuk mengukur pH vagina. Kertas nitrasin menjadi biru

bila ada cairan alkali amnion. Bila diagnose tidak pasti adanya skuama anukleat, lanugo, atau

bentuk Kristal daun pakis cairan amnion kering dapat membantu. 


·      Pemeriksaan vagina steril: menentukan penipisan dan dilatasi serviks. Pemeriksaan vagina

juga mengidentivikasi bagian presentasi dan stasi bagian presentasi dan menyingkirkan

kemungkinan prolaps tali pusat. 

j. Pemeriksaan penunjang 

·           Pemeriksaan laboraturium  Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna,

konsentrasi, bau dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin

juga urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak

berubah warna, tetap kuning.  

·      Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika krtas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan

adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah dan infeksi vagina dapat

mengahsilakan tes yang positif palsu.

·       Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan

kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis. 

·       Pemeriksaan ultrasonografi (USG)  pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah

cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang

sedikit. Namun sering terjadi kesalahn pada penderita oligohidromnion. 

b. DIAGNOSA

 Ansietas Berhubungan Dengan Kurang Terpapar Informasi Ditandai Dengan


Merasa Khawatir Dengan Akibat Dari Kondisi Yang Dihadapi Dan Tampak
Gelisa
 Resiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah sebelum waktunya
c. INTERVENSI

N DIAGNOSA SLKI SIKI

O KEPERAWATAN
1 Ansietas Berhubungan Ansietas (L.09093) Reduksi Ansietas (l.09314)
Dengan Kurang Terpapar Setelah di lakukan tidakan Observasi
Informasi Ditandai keperawatan 3x24 jam 1. Identifikasi saat tingkat
Dengan Merasa Khawatir tingkat ansietas menurun ansietas berubah
Dengan Akibat Dari dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi kemampuan
Kondisi Yang Dihadapi 1. Verbalisasi khawatir mengambil keputusan
Dan Tampak Gelisa akibat kondisi yang di 3. Monitor tanda tanda
hadapi menurun (5 ) ansietas
2. Perilaku gelisah Terapeutik
menurun (5) 1. Ciptakan suasana
terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
2. Pahami situasi yang
membuat ansietas
3. Dengarkan dengan
penuh perhatian
4. Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
5. Motivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu
kecemasan
Edukasi
1. Jelaskan prosedur
,termasuk sensasi yang
mungkin di alami
2. Informasikan secara
actual mengenai
diagnosis ,pengobatan
dan prognosis
3. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan perasaan dan
persepsi
4. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
5. Latik teknik relaksasi

2 Resiko infeksi Tingkat infeksi (L.14137) Pencegahan infeksi


berhubungan dengan Setelah di lakukan tidakan (I.14539)
ketuban pecah sebelum keperawatan 3x24 jam Observasi
waktunya tingkat infeksi menurun 1. Monitor tanda dan
dengan kriteria hasil : gejala infeksi lokal dan
1. Kemerahan menurun (5 ) sistematik
2. Nyeri menurun (5) Terapeutik
3. Bengkak mnurun (5) 1. Batasi jumlah
pengunjung
2. Berikan perawatan kulit
pada area edema
3. Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontan
dengan pasien dan
lingkungan pasien
4. Perahankan teknik
aseptic pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
5. Anjurkan
meningkatakan asupan
nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA
Achadiat, 2004, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakart: EGC.

Manuaba. 2009. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2005.Ilmu kebidanan. Jakarta : FKUI.

Yulaikhah, 2009. Panduan Lengkap Kebidanan. Yogyakarta : Pallmall.

Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed. 4, Vol. 1. Jakarta : EGC. 2007.

Anda mungkin juga menyukai