Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASKEP ASMA

Disusun Oleh:
Kelompok 4

Anggota:
−TUTI ALAFIAH −NURJANNAH
−FILEMON −NORMA

STIKES BATARA GURU SOROAKO


TAHUN AJARAN 2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan nikmat dan
mencurahkan rahmat-Nya untuk seluruh umat juga makhluk-Nya. Shalawat serta salam
kepada baginda Nabi Muhammas SAW yang telah membawa risalah, keluarga, sahabat serta
orang-orang yang senantiasa mengaplikasikan risalahnya dengan ikhlas, taat, dan sepenuh
hati dalam mengamalkannya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah yang berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan Asma Broncial” ini kami
susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga
memeperlancar dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, sehingga dapat
terselesaikan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak mungkin selesai tanpa adanya bimbingan dan
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman ats kerjasamanya yang telah membantumenyelesaikna
makalh, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah di
tentukan .

Wotu, 05 November2019
Daftar Isi
Cover..................................................................................................................................... 1
Kata pengantar ...................................................................................................................... 2
Daftar isi ............................................................................................................................... 3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang................................................................................................................ 5
1.2. Rumusan masalah .......................................................................................................... 5
1.3. Tujuan ............................................................................................................................ 6
BAB 2
Pembahasan
2.1. Pengertian ...................................................................................................................... 7
2.2. Etiologi .......................................................................................................................... 7
2.3. Faktor resiko .................................................................................................................. 8
2.4. Patofisiologi ................................................................................................................... 8
2.5. Manifestasi klinis .......................................................................................................... 9
2.6. Klasifikasi ...................................................................................................................... 9
2.7. Pemeriksaan penunjang ...............................................................................................10
2.8. Komplikasi .................................................................................................................. 11
2.9. Penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi .................................................... 11
2.10. Asuhan keperawatan .................................................................................................. 11
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus ........................................................................................................................... 17
3.2. Data fokus .................................................................................................................... 17
3.3. Analisa data ................................................................................................................. 17
3.4. Diagnosa keperawatan ................................................................................................. 19
3.5. Intervensi ..................................................................................................................... 19
BAB 4
PENUTUP
4.1.Kesimpulan .................................................................................................................. 22
4.2. Saran ......................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 23
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Asma bronchial merupakan suatu penyakit inflamasi saluran pernapasan


yang ditandai dengan spasme akut otot polos bronkiolus, sehingga
menyebabkan terjadinya penyempitan aliran udara dan penurunan ventilasi
alveolus. Asma ditandai dengan serangan berulang sesak napas dan mengi, yang
bervariasi setiap individu dalma tingkat keparahan dan frekuensi. Kasus asma
cukup banyak di negara dengan pendapatan yang menengah kebawah. WHO
memperkirakan 235 juta penduduk dunia menderita asma dan jumlah
diperkirakan akan treus meningkat setiap tahunnya atau bertambah. Apabila
tidak dicegah dan ditangani dengan baik dan benar, maka diperkirakan akan
terjadi peningkatan prevalensi di masa yang akan datang.
Prevalensi asma meningkat, terutama di negara-negara barat, dimana >5%
populasi mungkin simtomatik dan mendapatkan pengobatan. Bersamaan dengan
prevalensi yang meningkat terjadi peningkatan mortalitas, meskipun ada
perbaikan pengobatan. Di Inggris, datu dari tujuh orang memiliki penyakit
alergi dan lebih dari 9 juta orang mengalami mengi pada tahun lalu. Jumlah
remaja dengan asma hampir berlipat 2 selama lenih dari 12 tahun terakhir ini.
Asma jarang terjadi di timur jauh dan paling sering terjadi Inggris, Australia,
dan Selandia Baru. Terdapat beberapa korelasi dengan gaya hidup kebarat-
baratan, termasuk kondisi lingkungan yang disukai tungau debu rumah dan
polusi atmosferik. Banyak faktor yang menyebabkan atau mencetuskan asma,
20% orang yang bekerja mungkin rentan terhadap asma akibat pekerjaan.
Data tentang tingkat kontrol asma pasien penderita asma di Indonesia belum
diketahui secara pasti. Penelitian pendahuluan tingkat kontrol asma di Poliklinik
Alergi Imunologi Klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta mendapatkan 64% kasus tidak terkontrol, 28% Artikel
Penelitian Walau penyakit asma tidak dapat disembuhkan, hubungan baik
pasien dan dokter dapat memberikan hasil optimal dalam mengontrol penyakit
asma. Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah untuk mencapai dan
mempertahankan asma terkontrol, sehingga dapat dicegah timbulnya serangan
saat malam dan siang hari serta pasien tetap dapat melakukan aktifitas fisik.
Kontrol asma dikatakan dapat tercapai dengan didapatkannya penurunan
frekuensi serangan asma, perbaikan inflamasi saluran napas, perbaikan aktivitas
fisik dan fungsi paru.
1.2.Rumusan masalah
1.      Apa pengertian asma ?
2.      Apa etiologi asma ?
3.      Apa faktor resiko asma ?
4.      Bagaimana patofisiologi asma ?
5.      Apa saja manifestasi klinis asma ?
6.      Apa klasifikasi asma ?
7.      Apa pemeriksaan penunjang asma ?
8.      Apa komplikasi asma ?
9.      Apa penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi asma ?
10.  Bagaimana asuhan keperawatan asma ?

1.3.Tujuan
1.      Mengetahui pengertian asma
2.      Mengetahui etiologi asma
3.      Mengetahui faktor resiko asma
4.      Mengetahui patofisiologi asma
5.      Mengetahui manifestasi klinis asma
6.      Mengetahui klasifikasi asma
7.      Mengetahui pemeriksaan penunjang asma
8.      Mengetahui komplikasi asma
9.      Mengetahui penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi
10.  Mengetahui asuhan keperawatan asma
BAB 2
PEMBAHASAN
       2.1       Pengertian
Asma merupakan penyakit pada jalan napas yang tidak dapat pulih yang tejadi karena
spasme bronchus yang disebabkan oleh berbagai penyabab.(Hudak & Gallo, 1997)
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermitten, reversibel dimana trakea dan
bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (Smeltzer, Suzzane C,
2002)
Asma adalah penyakit inflamasi obstruktif yang ditandai oleh periode episodik spasme
otot-otot polos dalam dinding saluran udara bronkhial (spasme bronkus). Spasme brokus
ini menyempitkan jalan napas, sehingga membuat pernapasan menjadi sulit dan
menimbulkan bunyi mengi.terdapat 2 tipe utama asma, asma ektrinsik dan asma intrinsik.
(Niluh dan Christantie,2004)
Asma suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif mukosa bronkus
terhadap bahan alergen. Reaksi hipersensitif pada bronkus dapat mengakibatkan
pembengkakan pada mukosa bronkus.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, Asma merupakan penyakit inflamasi/ peradangan pada
jalan napas yang diakibatkan reaksi hipersensitif mukosa bronkos sehingga terjadi
penyempitan pada jalan napas yang membuat napaas menjadi sulit dan menimbulkan
bunyi mengi.

2.2 Etiologi
Etiologi asma dibagi atas :
1.) asma ekstrinsik/alergen
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui masanya sudah terdapat semenjak anak-
anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari, bulu halus, binatang dan debu.
2.) asma intrinsik/idiopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya faktor-faktor
nonspesifik seperti; flu, latihan fisik atau emosi sering memicu serangan asma. Asma ini
sering muncul/timbul sesudah usia 40 tahun setelah menderita infeksi sinus/cabang
trakeobronchial.
3.) asma campuran
Asma yang terjasi/timbul karena adanya komponen ekstrinsik/intrinsik.
2.3 Faktor Resiko
a. alergen
faktor alergi dianggap mmepunyai peranan pada sebagai penderita dengan asma,
dosamping itu hipersensitif saluran napas juga merupakan faktor yang penting bila tingkat
hipersensitivitas bronkus tinggi diperlukan jumlah alergen yang sedikit dan sebaliknya
untuk menimbulkan serangan asma.
b. infeksi
Biasanya virus penyebabnya respiratory synchyhal virus (RSV) dan virus para influenza.
c. ritasi
Hairspray, minyak wangi, asap rokok, bau asam dari cat dan polutan udara, air dingin dan
udara dingin./
d. ISPA
e. Reflek gastroesopagus
Iritasi trakeobronkheal karena isi lambung dapat memperberat penyakit asma.
f. psikologis

2.4 Patofisiologi
Adanya debu, asap rokok, bulu binatang, hawa dingin terpapar pada penderita. Benda-
benda tersebut setelah terpapar ternyata tidak dikenali oleh sistem ditubuh penderita
sehingga dianggap sebagai benda asing (antigen). Anggapan itu yang kemudian memicu
dikeluarkannya antibodi yang berperanan sebagai respon reaksi hipersensitif seperti
neutropil, basofil, dan immunoglobulin E. Masuknya antigen pada tubuh yang memicu
reaksi antigen akan menimbulkan reaksi antigen-antibodi yang membentuk ikatan seperti
key and lock (gembuk dan kunci).
Ikatan antigen dan antibodi akan merangsang peningkatan pengeluaran mediator
kimiawi speerti histamin, neutrophil chemotactic slow acting, epinefrin, norepinefrin dan
prostaglandin. Peningkatan mediator-mediator kimia tersebut akan merangasnag
peningkatan permeabilitas kapiler, pembengkakan pada mukosa saluran pernapasan
(terutam bronkus). Pembengkakan yang hampir merata pada semua bagian bronkus akan
menyebabkan penyempitan bronkus (bronkokontriksi) dan sesak napas. Penyempitan
bronkus akan menurunkan jumlah oksigen luar yang masuk saat inspirasi sehingga
menurunkan oksigen yang darah. Kondisi ini akan berakibat pada penurunan oksigen
jaringan sehingga penderita terlihat pucat dan lemah.
Pembengkakan pada mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekresi mukus dan
meningkatkan pergerakan silia pada mukosa. Penderita jadi sering batuk dengan produksi
mukus yang cukup banyak.
2.5 Manifestasi Klinis
a.    Wheezing
b.    Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot otot asesori pernapasan, cuping
hidung, retraksi dada, dan stridor
c.    Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen jalan napas sempit
d.   Tachypnea, tachycardia, orthopnea
e.    Gelisan
f.     Berbicara sulit atau pendek karena jalan napas sempit
g.    Diaphorosis
h.    Nyeri abdomen karena terlibatnya otot-otot abdomen dalam bernapas
i.      Fatigue
j.      Tidak toleran terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan bahkan berbicara
k.    Kecemasan, labil, dan perubahan tingkat kesadaran

Gambaran klinis yang muncul pada penderita asma, antara lain :


a.       Sesak napas
b.      Batuk
c.       Suara bernapas wheezing
d.      Pucat
e.       Lemah

2.6 Klasifikasi
Berdasarkan epidosik serangan asma, dapat dibedakan :
a.       Asma episodik yang jarang
Biasanya terdapat pada anak usia 3-6 tahun, serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi
virus pada saluran napas. Frekuensi serangan 3-4 x/hari. Lamanya serangan beberapa hari
dan langsung menjadi sembuh. Gejala menonjol pada malam hari dapat berlangsung 3-4
hari, sedangkan batuk 10-14 hari, serangan tidak ditemukan kelainan.
b.      Asma episodik sedang
2/3 golongan ini serangan pertama timbul pada usia sebulan samapi 3 tahun, serangan
berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada usia 5-6 tahun dapat terjadi
serangan tanpa infeksi yang jelas.
c.       Asma kronik/resisten
Serangan pertama terjadi pada usia 6 bulan (25%), sebelum usia 3 tahun (75%), pada 2
tahun pertama (50%) biasanya serangan episodik pada usia 5-6 tahun akan lebih jelas
terjadi obstruksi jalan napas yang persisten dan hampir selalu terdapat wheezing setiap
hari. Pada malam hari sering terganggu oleh batuk/wheezing dan waktu serangan yang
berat dan sering memerlukan perawatan rumah sakit.
Berdasarkan berat penyakit :
a.       Tahap I : intermitten
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
- gejala intermitten < 1 kali dalam seminggu
- gejala eksaserbasi singkat (mulai beberapa jam sampai beberapa hari)
- gejala serangan asma malam hari < 2 kali dalam sebulan
- asimptomastis dan nilai fungsi paru normal diantara perioda eksaserbasi
- PEF atau FEV1 : ≥ 80% prediksi Variabilitas < 20%
- pemakaian obat untuk mempertahankan kontrol :Obat untuk mengurangi gejala
intermitten dipakai hanya kapan perlu inhalasi jangka pendek β2 agpnis
- intensitas pengobatan tergantung pada derajat eksaserbasi kortikosteroid oral mungkin
dibutuhkan.
b.      Tahap II : persisten ringan
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan
- gejala ≥ 1 kali seminggu tapi < 1 kali sehari
- gejala eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas tidur
- gejala serangan asma malam hari > 2 kali dalam sebulan
- PEF atau FEV1 : > 80 % dari prediksi Variabilitas 20 – 30 %
- pemakaian obat harian untuk mempertahankan kontrol :Obat-obatan pengontrol
serangan harian mungkin perlu bronkodilator jangka panjang ditambah dengan obat-
obatan antiinflamasi (terutama untuk serangan asma malam hari).

c.       Tahap III : persisten sedang


Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan
- gejala harian
- gejala eksaserbasi menggangu aktivitas dan tidur
- gejala serangan asma malam hari > 1 kali seminggu
- pemakaian inhalasi jangka pendek β2 agonis setiap hari
- PEV atau FEV 1 : > 60-80 % dari prediksiVariabilitas > 30%
- pemakaian obat-obatan harian untuk mempertahankan kontrol : obat-obatan pengontrol
serangan harian inhalasi kortikosteroid bronkodilator jangka panjang ( terutama untuk
serangan asma malam hari).
d. Tahap IV : persisten berat
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan
- gejala terus menerus
- gejala eksaserbasi sering
- gejala serangan asma malam hari sering
- aktivitas fisik sangat terbatas oleh asma
- PEV atau FEV1 : ≤ 60 % dari prediksi
Variabilitas > 30 %
2.7 Pemeriksaan Penunjang
a.       Pemeriksaan fisik
b.      Sinar X (rontgen) : terlihat adanya hiperinflasi paru-paru diafragma mendatar.
c.       Tes fungsi paru
d.      GDA
e.       Pemeriksaan laboratorium
2.8 Komplikasi
a.       Pneumothorak
b.      Emfisema
c.       Atelektasis
d.      Aspirasi
e.       Kegagalan jantung / gangguang irama jantung
f.       Asidosis
2.9  Penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi
a.       Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara
semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah
metaproterenol ( Alupent, metrapel )
b.      Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila golongan
beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa diberikan
125-200 mg empatkali sehari
c.       Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus diberikan
kortikosteroid. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping maka
yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d.      Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak. Dosisnya berkisar
1-2 kapsul empat kali sehari.
e.       Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari keuntunganya dapat
diberikan secara oral.
f.       Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat
bronkodilator.
Pemeriksaan Diagnostik Asma
a.Pemeriksaan laboratorium
1)Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan untuk melihat adanya:
a) Kristal
- kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dan kristal eosinopil.
b) Spiral curshman, yakni merupakan castcell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
C) Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
d) Netrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum, umumnya
bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat muscus plug.
2) Pemeriksaan darah
a) Analisa Gas Darah pada umumnya normal akan tetapi dapat terjadi hipoksemia,
hipercapnia, atau sianosis.
b) Kadang pada darah terdapat peningkatan SGOT dan LDH
c) Hiponatremia dan kadar leukosit kadang diatas 15.000/mm
3 yang menandakan adanya infeksi.
d) Pemeriksaan alergi menunjukkan peningkatan IgE pada waktu serangan dan menurun
pada saat bebas serangan asma
PENATALAKSANAAN MEDIS ASMA
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik dan
pengobatan farmakologik.
1.  Penobatan non farmakologik
a.  Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit asthma
sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat
secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b.     Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada
lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus,
termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c.      Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat
dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
2.      Pengobatan farmakologik
a)     Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara
semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah
metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b)     Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila golongan
beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-
200 mg empatkali sehari.
c)     Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus diberikan
kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate ) dengan disis
800  empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek
samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d)     Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya berkisar 1-
2 kapsul empat kali sehari.
e)     Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari. Keuntunganya dapat
diberikan secara oral.
f)      Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat
bronkodilator.
3.      Pengobatan selama serangan status asthmatikus    
a.     Infus RL : D5  = 3 : 1 tiap 24 jam
b.     Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c.      Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutka
drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
d.     Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e.     Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f.       Antibiotik spektrum luas.

Anda mungkin juga menyukai