Anda di halaman 1dari 11

2.

1 Pengertian

Yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap lakilaki atau perempuan yang sedang dalam/atau
akan melakukan pekerjaan,baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau
jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.sedangkan yang dimaksud dengan ketenagakerjaan adalah
segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum,selama dan sesudah masa kerja
selanjutnya,yang dimaksud dengan ketenangakerjaan adalah segala hal yang berhubung dengan tenaga
kerja pada waktu sebelum ,selama dan sesudah masa kerja.selanjutnya,yang dimaksud dengan pekerja
adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja pada pengusaha dengan mendapat
upah.Sedangkan yang dimaksud dengan upah disini adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan
dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekerja atas suatu pekerjaan atau jasa yang
telah atau akan dilakukan ,di tetapkan atau dibayarkan menurut suatu perjanjian atau kesepakatan atau
peraturan perundang perundang ,termaksud tunjangan bagi pekerja .

B.HUBUNGAN KERJA

Hubungan kerja ada yang merupakan hubungan kerja sector formal dan hubungan kerja sector
informal.hubungan kerja sector formal adalah hubungan kerja yang terjalin antara pengusaha dan
pekerja berdasarkan perjanjian kerja baik waktu tertentu maupun waktu tidak tertentu yang
mengandung adanya unsur keprcayaan upah dan perintah

Sedangkan yang dimaksud dengan hubungan kerja sector informal adalah hubungan kerja yang terjalin
antara pekerja dan perorang atau beberapa orang yang melakukan usaha bersama yang tidak berbadan
hokum atas dasar saling percaya dan sepakat dengan menerima upah dan atau imbalan atau bagi hasim

Hubungan kerja di dasari atas suatu perjanjiankerja antara majikan dan buruh,baik perjanjian kerja lisan
ataupun perjanjian tertulis perjanjian kerja dibuat berlandaskan kepada prinsip-prinsip

 Kemauan bebas dari kedua bela pihak.


 Kemampuan atau kecakapan kedua bela pihak
 Adanya pekerja yang diperjanjikan .
 Pekerja yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum kesusilaan ,dan
ketentuan perundang undangan yang berlaku.

C.HUBUNGAN INDUSTRIAL

Hubungan industrial adalah suatu system hubungan yang berbentuk antara pelaku dalam proses
produksi barang atau jasa yang meliputi pengusaha,pekerja atau pemerintah .hubungan industrial yang
sesuai dengan keadaan di Indonesia disebut dengan industrial pancasila

Hungan industrial meliputi pokok pokok kerja sbb

 Kerja sama produksi (partner in production)


 Kerja sama keuntungan (partner in profit)
 Kerja sama dalam tanggung jawab (partner in respon es sibility)
Hubungan industrial dilaksanakan dengan sarana industrial sbb

 Serikat pekerja.
 Organisasi pengusaha.
 Lembaga kerja sama bipartit
 Lembaga kerja sama tripartit.
 Peraturan perusahaan.
 Kesepakatan Kerja Bersama (KKB)
 Penyelesalan perselisihan industrial.

D. PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN PEKERJA

Ukuran filosofis.dari pengupahan adalah bahwa setiap pekeja tanpa memperbedakan jenis kelamin
berhak untuk memperoleh penghasılan yang layak bagi kemanusiaan. Karena itu. besarnya upah
haruslah layak dan sekali-kali tidak boleh di bawah besarnya upah minimum yang di- tetapkan oleh
pemerintah per wilayah. Namun demikian. selain dari ke- wajiban upah minimum, perlindungan pekerja
dalam bidang pengupahan dilakukan dengan jalan sebagai berikut:

1. Kebijaksanaan upah minimum seperti telah disebutkan.

2. Kebijaksanaan upah kerja lembur.

3. Upah tidak masuk kerja karena sakit.

4. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya.

5.Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya

E.MOGOK KERJA

Mogok kerja adalah tindakan pekerja secara bersama-sama menghentikan atau memperlambat
pekerjaan sebagai akibat gagalnya perundingan perselisihan industrial yang dilakukan, agar pengusaha
memenuhi tuntutan pekerja. Mogok kerja adalah hak dari pekerja dan hanya dapat dilakukan di
perusahaan yang bersangkutan, yang harus diberitahukan secara tertulis kepada pengusaha dan instansi
pemerintah yang ber tanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. Pemberitahuan tertulis ter sebut
dilakukan dalam waktu minimal 24 (dua puluh empat) jam sebelum tindakan mogok dan harus
ditandatangani oleh pengurus serikat pekerja dan wakil pekerja.

F.PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) DAN LOCK OUT

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja karena sesuatu hal tertentu yang
mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha. Pemutusan hubungan kerja
hanya dapat dilakukan oleh pengusaha se- telah segala daya upaya untuk'menghindarinya ternyata
gagal. Pemutusan hubungan kerja haruslah dimusyawarahkan dengan oleh pengusaha kepada serikat
pekerja atau dengan pekerja yang bersangkutan apabila pekerja belum menjadl anggota serikat pekerja
I. PENYIDIKAN, PEMIDANAAN DAN SANKSI- SANKSI

Hukum menyediakan sanksi-šanksi atas pelanggaran ketentuan di bidang ketenagakerjaan. Sanksi


pidana penjara dan denda dapat dijatuhkan kepada pelanggaran-pelanggaran ketentuan tertentu, yang
besarnya hukuman bergantung kepada jenis pelanggaran yang dilakukan. Dalam penjatuhan sanksi
pidana ini, proses penyidikan dilakukan selain oleh penyidik pejabat Polisi Republik Indonesia, juga dapat
dilakukan oleh pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup
tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan yang diberi wewenang khusus untuk itu, dan
dapat menjalankan tugasnya sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam KUHAP.

BAB XVII ASURANSI

A. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUH Dagang), asuransi merupakan suatu perjanjian di
mana beorang penanggung mengikat diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi,
untuk memberikan pargantian kepada tertanggung karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan di deritanya karana suatu, peristiwa yang tidak
tertentu (Pasal 246 KUH Dagang).

Elemen-elemen yuridis darl suatu asuransi adalah sebagal berikut:

1. Adanya pihak tertanggung (pihak yang kepentingannya diasuransi-kan).

2.Adanya pihak pananggung (pihak perusahaan asuransi yang men jamin akan membayar ganti rugi

3.Adanya kontrak asuransi (antara penanggung dan tertanggung).

4. Adanya kerugian, kerusakan atau kehilangan (yang diderita oleh tertanggung

5. Adanya peristiwa tertentu yang mungkin akan terjadi (misalnya kebakaran dalam asuransi kebakaran.

6, Adanya uang premi yang dibayar oleh penanggung kepada tertanggung (fakultatif).

Di samping KUH Dagang seperti tersebut di atas asuransı juga men- dapatkan dasar hukumnya dalam
Undang-Undang tentang Asuransi dan berbagai perundang-undangan lainnya tentang asuransi.
1. Risiko Murni

Risiko murni (pure risk) adalah suatu kejadian yang masih tidak pasti bahwa suatu kerugian akan timbul,
di mana jika kejadian ter- sebut terjadi, maka limbullah kerugian itu, sedangkan jika kejadian tersebut
tidak terjadi, maka keadaan sama seperti sediakala (tidak untung dan juga tidak-rugi). Jadi, alternatifnya
hanya 2 (dua). yaitu kerugian atau telap seperti sediakala.

Melihat kepada objek yang terkena risiko, risiko mumi ini terdiri dan 3 (liga) jenis sebagai berikut:

a, Risiko perorangan.

b. Risiko harta benda.

c.Risiko tanggung jawab.

B. Risiko dalam akuntansi

Yang dimaksudkan dengan risiko dalam hukum asuransi adalah suatu kejadian yang terjadi di luar
kehendak pihak tertanggung yang menimbul- kan kerugian bagi tertanggung, risiko mana merupakan
objek jaminan asuransi. Risiko dalam hukum asuransi banyak macamnya, yaitu sebagai berikut

1. Risiko Murni.

2. Risiko Spekulasi.

3. Risiko Khusus.

4. Risiko Fundamental.

5. Risiko Statis.

6. Risiko Dinamis

C. Risiko Spekulasi

Berbeda dengan risiko murni, maka risiko spakulasi (speculative risk) merupakan kejadian yang akan
terjadi yang menimbulkan 2 (dua) kemungkinan, di mana kemungkinan pertama adalah dia akán
memperoleh keuntungan, sedangkan kemungkinan kedua adalah dia akan mengalami kerugián. Jadi,
alternatifnya hanya 2 (dua), yaitu keuntungan atau kerugian.

3. Risiko Khusus Yang dimaksud dengan risiko khusus adalah risiko yang terbit dari tindakan individu
dėngan dampak hanya terhadap seorang tertentu saja. Misalnya, risiko berupa kebakaran pada. mobil
seseorang, yang tidak menyebabkan kebakaran pada mobil orang lain.

4. Risiko Fundamental Sedangkan yang dimaksud dengan risiko fundamental adalah risiko yang
bersumber dari masyarakat umum darvatau yang mempengaruhl masyarakat luas. Misalnya, banjir
bandang atau kebakaran besar yang menimpa areal yang luas, yang menelan korban masyarakat
banyak.

5. Rislko Statis Risiko statis adalah suatu risiko yang tidak berubah dari masa ke masa. Misalnya risiko
dari banjir, kebakaran, gempa bumi tetap saja dari dulu sampàl sekarang.

6. RIsiko Dinamls Risiko dinamis adalah risiko yang berubah-ubah mengikuti per- kambangan zaman.
Misalnya, patah tangan bagl seorang pemaln Amerlcan Football dahulunya bukan risiko, tetapi sekarang
merupakan rislko yang dapat djaminkan.

Masalah risiko tersebut dapat ditangani dengan jalan sebagai berikut:

Menghindari risiko (avoidance).

Mengurangi risiko (reduction). Mempertahankan risiko (retention).

Membagi risiko (risk sharing).

Mengalihkan risiko (transfer).

C. ASURANSI MENURUT KUH PERDATA

Asuransi merupakan-transaksi yang sangat lazim dilakukan dalam praktek secara nasional dan
internasional. Karenanya, perlu diketahui bagaimana sebenarnya struktur hukum dari transaksi derivatif
ini, dan bagaimana pengaturan hukumnya, khususnya hukum perdata.

Dari segi hukum perdata, jelas bahwa asuransi termasuk ke dalam ruang jelajah hukum
kontrak/perjanjian, asuransi pada galibnya tidak lain dari suatu kontrak antara para tertanggung dengan
penanggung. Konsekuensi yuridisnya adalah berlakunya ketentuan-ketentuan hukum kontrak ter- hadap
transaksi derivatif tersebut, termasuk prinsip persyaratan sahnya suatu kontrak dan prinsip kebebasan
berkontrak.

D. KONTRAK ASURANSI

Sebagaimana. dengan kebanyakan bisnis-bisnis lainnya, maka suatu asuransi juga diawali dengan suatu
kontrak/perjanjian. Hanya saja, terms dan conditions bagi kontrak asuransi tersebut sering sudah dalam
bentuk standar yang dikenal dengan sebutan "polis" asuransi. asas- · asas yang umum berlaku untuk
suatu. kontrak, maka terhadap suatu kontrak asuransi berlaku juga asas-asas sebagai berikut:

1. Asas Indernnity.

2. Asas kepentingan yang dapat diasuransi (insurable interest).

3. Asas Keterbukaan.

4. Asas Subrograsi untuk Kepentingan Penaggung..


5. Asas Kontrak Bersyarat.

6. Asas Kontrak Untung-untungan.

Berikut ini masing masing asas dari kontrak asuransi tersebut

1. Asas Indemnity

Asas ini mengajarkan bahwa tujuan utama dari kontrak asuransı adalah untuk membayar ganti rugi
manakala terjadi risıko atas objek yang dijamin dengan asuransi tersebut. Misalnya, jika asuransi
.kebakaran terhadap suatu rumah dan rumah tersebut terbakar, maka harga rumah tersebut mesti
diganti sebesai tetapkan dalam kontrak asuransi tersebut.

2. Asas kepentingan yang dapat diasuransi (insurable interest)

Asas ini mengajarkan bahwa agar suatu kontrak asuransi dapat di- laksanakan, maka objek yang
diasuransi tersebut haruslah me- rupakan suatu kepentingan yang dapat diasuransikan (insurable
interest), yakni kepentingan yang dapat dinilai dengan uang Sesuai dengan hukum yang berlaku, maka
kepentingan tersebut pada prinsipnya harus sudah ada pada saat kontrak asuransı ditanda tangani.

3. Asas Keterbukaan

Asas itikad baik ini mengajarkan bahwa pihak tertanggung haruslah terbuka penuh dalam artian. dia
haruslah membuka semua hal penting yang berkenaan dengan objek yang diasuransıkan ter- sebut. Jika
ada informasi yang tidak terbuka atau tidak benar pada- hal informasi begitu pėnting, sehingga
seandainya perusahaan asuransi mengetahui sebelumnya, dia tidak akan mau menjamin- nya, meskipun
tertanggung dalam keadaan etikad baik, membawa akibat terhadap batalnya kontrak asuransi tersebut
(sesuai dengan ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang).

4. Asas Subrograsi untuk Kepentingan Penanggung

Asas subrograsi ini mengajarkan bahwa apabila karena alasan apa pun terhadap objek yang sama pihak
tertanggung memperoleh juga ganti rugi dari pihak ketiga, maka pada prinsipnya, tertang- gung tidak
boleh mendapat ganti rugi 2 (dua) kali, sehingga ganti rugi dari pihak ketiga tersebut akan menjadi
haknya pihak per- usahaan asuransi. Pihak tertanggung bahkan harus bertanggung jawab jika dia
melakukan tindakan yang dapat menghambat pihak perusahaan asuransi untuk mendapat hak dari
pihak ketiga ter- sebut. Tentunya, hal tersebüt mungkin disimpangi asal disebutkan dengan jelas dalam
kontrak asuransi (sesuai dengan ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang).

5.Asas Kontrak Bersyarat

Kontrak asuransi merupakan kontrak bersyarat. Dalam hal ini, dalam kontrak asuransi tersebut
ditentukan suatu syarat bahwa jika nantinya terjadi sesuatu peristiwa tertentu (misalnya kebakaran),
maka sejumlah uang ganti rugi akan dibayar oleh penanggung. Akan tetapi, jika peristiwa tersebut tidak
terjadi, maka uang ganti rugi tersebut tidak dīberikan. Kontrak bersyarat seperti kontrak asuransi
disebut kontrak dengan syarat tangguh. Artinya, prestasi pihak tertentu (dalam hal ini pihak
penanggung) ditangguhkan terlebih dahulu sebelum peristiwa ter- sebut terjadi. Dan jika peristiwa
tersebut tidak terjadi sama sekali, maka prestasi pihak penanggung sama sekali tidak perlu direali- sasi.

6. Asas Kontrak

Untung-untungan Kontrak asuransi merupakan kontrak untung-untungan, karena me- nurut KUH
Perdata, maka suatu kontrak uņtung-untungan merupa- kan suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai
untung-ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi pihak tertentu saja, bergantung pada suatu
kejadian yang belum tentu. Dalam hal kontrak asuransi, pihak penanggung akan diuntungkan manakala
tidak terjadi peis

E. POLIS ASURANSI

Polis asuransi merupakan isi dari kontrak asuransi. Di situ antara lain di- perinci hak-hak dan kewajiban
dari pihak penanggung dan tertanggung, syarat-syarat dan prosedur pengajuan klaim jika terjadi
peristiwa yang di- asuransikan, prosedur dan cara pembayaran resmi oleh pihak tertang- gung, dan hal-
hal lain yang dianggap perlu. Secara teoretis, polis asuransi adalah kontrak yang bisa dinegosiasikan,
meskipun dalam kenyataannya banyak perusahaan asuransi tidak berkenan untuk menegosiasikan isi
polis asuransi, dan sudah merupakan perjanjian standar (baku) sehingga tidak akan diubah lagi, sehingga
bagi pihak tertanggung berada pada poslsi "menerinia ataù menolak" perusahaan asuransi tersebut
(take it or leave it).

F. JENIS-JENIS ASURANSI Asuransi itu banyak jenisnya, yaitu sebagai berikut:

1. Asuransi Kerugian.

2. Asuransi Kebakaran.

3. Asuransi Pengangkutan laut.

4. Asuransi Pengangkutan Darat, Sungai, dan Perairan Pedalaman.

5. Asuransi Jiwa.

6. Asuransi Kecelakaan.

7. Asuransi Kesehatan.

8. Asuransi Penerbangan.

9.Asuransi Gangguan Usaha.

10. Asuransi Tanggung Jawab Hukum.

11. Asuransi Kredit.


A. PENGANGKUTAN LAUT DAN PELAYARAN

1. Pengertian Kapal Indonesia Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, maka kapal Indonesia
adalah setiap kapal laut yang telah memenuhi syarat menjadi kapal Indo- nesia, sehingga menjadi kapal
berkebangsaan Indonesia. Syarat-syarat untuk menjadi kapal Indonesia adalah yang berkenaan dengan
surat-surat laut dan pas kapal. Kapal Indonesia yang berukuran minimal 20 m (dua puluh meter kubik) isi
kotor dapat dibukukan dalam suatu register kapal dan atas kapal yang demikian dapat di ikatkan dengan
hipotik. Ketentuan yang berlaku terhadap hipotik kapal di samping ketentuan yang terdapat dalam KUH
Dagang, juga berlaku ketentuan hipotik dalam KUH Perdata

Setiap kapal harus memiliki kebangsaan, misalnya kebangsaan Indonesia atau kebangsaan Panama.
Sebab, tanpa kebangsaan, atas kapal tersebut tidak diketahui hukum mana yang berlaku, sehingga
operasionalnya akan menyulitkan.

Tanggung jawab hukum dari pengusaha kapal adalah sebagai berikut

Tanggung Jawab Langsung Dalam hal ini seorang pengusaha kapal sebagai subjek hukum ber- tanggung
jawab sendiri atas setiap perbuatan melawan hukum atau. wanprestasi yang dilakukannya kepada pihak
anak buah kapal ataupun kepada pihak lain.

Tanggung Jawab Pengganti

(Vicarious Leblity

Di samping itu, pengusaha kapal juga bertanggung jawab atas segala tindakan yang diakukan oleh
mereka yang bekerja di kapal, baik pekerja tetap ataupun pekerja sementara, asalkan memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:

a. Perbuatan tersebut merupakan perbuatan melanggar hukum


b. Dilakukan oleh pekerja kapal, pekerja tetap ataupun pekerja sementara,

c. Dilakukan guna kepentingan kapal atau muatannya.

d. Diakukan dalam jabatannya, atau

e. - Dilakukan páda waktu mereka sedang melakukan pekerjaan mereka

A. Tentang Nakhoda

Kapal Nakhoda adalah pemimpin kapal, yakni orang yang mempunyai kekuasa- an tertinggi dalam kapal.

Di samping nakhoda, dalam kapal ada lagi yang disebut dengan anak buah kapal. Seorang nakhoda
diangkat dan diberhentikan oleh pengusaha kapal. Dasar bagi nakhoda untuk bekerja sebagai nakhoda
adalah adanya apa yang disebut dengan "Perjanjian Kerja Laut" antara nakhoda (dan anak buah kapal
lainnya di satu pihak) dengan pihak pengusaha kapal di lain pihak.

b. Tentang Anak Buah Kapal


Seperti telah disebutkan bahwa di samping nakhoda, dalam kapal ada lagi yang disebut dengan
anak'buah kapal (awak kapal. çre. Yang dimaksud dengan anak buah kapal adalah para pekerja di kapal
(selain nakhoda) yang melakukan dinas anak buah kapal. Dengan dinas anak buah kapal di sini, yang
dimaksudkan adalah pekerjaan yang lazimnya di- lakukan oleh mereká yang telah diterima untuk bekerja
di kapal kecuali pekerjaan nakhoda. Sedangkan yang tidak termasuk dalam dinas anak buah kapal adalah
segala pekerjaan kuli-kuli muatan atau pekerjaan yang bersi at sementara atau yang dilakukarı secara
darurat oleh penumpang lain selain anak Buah kapal,

4. Carter Kapal Carter kapal ada 2 (dua) macam, yaitu:

a. Carter waktu (Tine Charter) dan

b. Carter perjalanan (Voyage Charter, Round Voyage,.

Perjanjian antara pihak pencarter kapal dengan pihak yang memberikan carter disebut dengan charter
party. Yarıg dimaksud dengan carter waktu adalah suatų kontrak dengan mana pihak yang satu (pihak
yang memben carter) mengikatkan diri untuk, selama waktu tertenlu, menyediakan sebuah kapal
tertentu kepada pihak pencarter, dengan maksud untuk menggunakan kapal te sebut dalam pelayaran
di lautan guna kepentingan pihak pencarter, dençan pembayaran suatu harga (chartered freight) sesuai
dengan jangka waktu penggunaan nya.

5. Pegangkutan Barang dengan Kapal Pengangkutan barang adalah usaha uniuk membawa barang-
barang dari pihak ekspeditur ke tempat yang diperjanjikan dengan menggunakan alat angkut (dalam hal
Ini kapal) yang dioperasikan oleh pihak pengangkut, terhadap mana pihak pengangkut mendapat
imbalan berupa pembayaran sejumlah uang. Kewajiban dari pihak pengirim barang adalah membayar
upah angkut, sedangkan hak dari pengirim tersebut adalah dikirimnya barang sampai ke tempat tujuan.
Pihak pengangkut (akspeditur) adalah terdiri dari pihak pengusaha kapal (reder) atau bukan. Sementara
itu, hak dari pihak pengangkut adalah menerima upah angkat, sedangkan ke- wajibannya yang
terpenting

A.Mengangkut biarang sampal ke tampat tujuan.

B.Lauk laut (seeworthiness), ma sudnya pihak pengangkut wajib manjamin bàhiva kapal tersebul cukup
kuat serta dapat dan tahan berfayar di laut.

C. Kewaspadaan (due dispatch). Maksudnya adalah bahwa pihak pengangkut wa jib membawa barang
dengan cara yang waspada dan penuh kehai-hatian seperti bapak rumah tang ga yang baik.

D.Rute yang wajar (proper route). Maksudnya adalah barang di- angkut ke tempat tujuan dan üdak
menyimparg ke tempat lain. Hanya dalam hal-hal force majeure dibenarkan penyimpangan- d.
penyimpangan (deviation) yang layak (reasonable).
6. Pengangkutan Orang dengan Kapal

Dalam pengangkutan orang, yang diangkut oleh pengusaha kapal adalah orang-orang (penumpang)
untuk dibawa sampai ke tempat tujuan. Pengangkutan orang bisa dilakukan dengan pihak pengirim
(plhak ketiga) atau tanpa pihak pengirim. Dalam hal pengangkutan orang yang tidak ada pihak pengirim,
maka kontrak pongangkutan (normalnya hanya berbentuk karcis penumpang) dibuat langsung antara
pihak pengusaha kapal dengan penumpang itu sendiri. Hak dan kewajiban dalam pengangkutan barang
berlaku juga terhadap pengangkutan orang, tetapi tentang syarat kelaikan laut (seaworhiness), dalam
pangakutan orang leblh ketat (lebih tingçi derajatnya) berhubung yang akan dipertaruhkan adalah
nyawa manusla, bukan barang.

Pengangkutan orang dengan kapal ada 2 (dua) macam, yaitu sebagai barikut :

1.Pengangkutan orang atas kontrak dengan pihak ketiga sebagai pengirim.

2.Pengangkutan setiap orang (tanpa terlibat pihak ketiga). Dalam hal ini kontrak langsung dibuat dengan
pihak penumpang dalam bentuk karcis penumpang.

7. Tubrukan Kapal

Suatu kapal dapat berlubrukan di laut. Yang dimaksud cengan tubrukan kapal adalah tabrakan atau
penyentuhan antara 2 (dua) kapal satu sama lain.

Ada 2 (dua) jenis tubrukan kapal. yaitu sebagai berikut:

a. Tubrukan kapal karena ferce majeure dan

b. Tubrukan kapal karena kesalaha para pihar.

8. Konosemen

Konosernen (Bills of

Lading) diatur dalam Kitab Undang-Ur dang Hukum Dagang. Yang dimaksud dengan konosemen adalah
suatu sural yang ber- tanggal, di dalam mana si pengangkut meimerangkan bahwa dia telah me- nerima
barang-barang tersebut.untuk diangkutnya ke suatu tempat tujuan tertentu dan menyerahkannya.
kepada seorang tertentu, de ngan syarat- syarat penyerahan seperti yang disebutkan dalam konosemer
tersebut.

Dari pergertian konosenen seperti tersebut di atas terühat bahwa elemen-elemen yuridis dan suatu
konosemen adalah sebagai berikut: a.Konosemen adalah suatu surat berharga.

b. Pengakuan pengangkut bahwa pengangkut telah mene ma barang tertentu.

C.Kesanggupan pengangkut untuk mengangkut barang lerselbut.


d. Kesanggupan pengangkut untuk menyerahkan barang kepada pihak tertentu.

e. Barang diseral kan dengari syarat-syarat penyerahan yang telah ditentukan.

B. PENGANGKUTAN LAIN SELAIN PENGANGKUTAN LAUT

Selain dari pengangkulan laut, terdapat model-model pengangkutan lain yaitu sebagai berikut:

1.Pengangkutan Darat Lewat Jalan Darat Pengangkutan darat lewat jalan darat adalah pengang kutan
dengan me- makai alat angkut yang menggunakan kendaraan lewat jalan darat, yaitu dengan memakai
alat angkut truk atau mobil. Ketentuzn yang mengatu ten ang pengangkutan darat lewat jalan darat ini
adalah berbagai per- undang-undangan yang berkenaan dengan perhubungan darat, dan asas
kebebasan berkontrak, yakni dengan membuat kontrak pengangkutan darat lewat jalan darat tersebut.

2. Pengangkutan Sungai dan Perairan Darat Pengangkutan sungai dan perairan darat adalah
pengangkutan dengan memakai alat angkut yang berjalan di sungai-sungai atau perairan yang bukan
laut lainnya, seperti perairan danau, Dalam hal ini alat angkutnya adalah kapal-kapal kecil atau perahu
(bermotor atau tidak). Ketentuan yang mengatur tentang pengangkutan sungai dan perairan darat ini
adalah KUH Dagang dan perundang-undangan tentang perhubungan darat, di samping juga asas
kebebasan berkontrak, yakni dengan mem- buat kontrak penganglutan sungai dan perairan darat
tersebut.

3. Pengangkutan Kereta Api Pengangkutan Kereta Api adalah pengangkutan barang atau orang dengan
memakai alat Eingkut berupa kereta api. Ketentuan yang mengatur tentang pengangkutan kereta api
adalah perundang-undangan tentang perkeretaapian dan perundang-undangan di bidang pertiubungan
darat, serta asas kebebasan berkontrak, yakni dengan membuat kontrak peng- angkutan kereta api
tersebut.

4. Pengangkutan Udara Pengangkutan udara adalah pençangkutan orang atau penumpang dengan
memakai alat angkut berupa pesawat terbang dan helikopter. Ketentuan yang mengatur tentang
pengangkutan udara ini adalah per- undang-undangan <di bidang perhubungan udara dan asas
kebebasan berkontrak, yakni dengan membuat kontrak pengangkutan udara tersebut

5. Pengangkutan Multimoda Pengangkutan multinoda adalah sualu model pengangkutan dengan me-
makai berbagai janis alat angkut sekaligus. Misalnya, pengirim dari darat- an Jawa Tengah merigirim
barang ke pertengahan Kali nantan. Dalam hal ini pihak pengangkut akan menggunakan beberapa alat
angkut.

Anda mungkin juga menyukai