Anda di halaman 1dari 8

Talitha Rahma Damayanti

26050117130063

Rekos C – 2 April 2020

1. Apa yang dimaksud dengan model fisik dan jelaskan 3 jenis berdasarkan hukum dasar-
nya (1 sumber)
Jawab:
Pemodelan fisik merupakan model yang digunakan untuk menyelidiki interaksi
parameter fisika di sekitarnya dengan struktur pendukung dimana terdiri dari membangun
model baik dari struktur dan kendala sekitarnya. (Briggs, 2013).
Menurut Briggs (2013), Terdapat tiga hukum dasar kesamaan yang merupakan
jenis-jenis pemodelan fisik yaitu, sebagai berikut:
 Geometris (kesamaan bentuk)
Untuk kesamaan geometris, rasio panjang model dan prototipe harus sama misalnya,
model struktur suatu bangunan memiliki rasio panjang yang sama dengan
prototipenya.
 Kinematik (kesamaan gerak)
Untuk kesamaan kinematik, kecepatan dan akselerasi harus memiliki rasio yang
sama antara model dan prototype.
 Dinamis (kesamaan gaya)

Untuk kesamaan dinamis, empat gaya eksternal gravitasi (Fg), viskositas (Fv),
tegangan permukaan (Fs), dan elastisitas (Fe) harus memiliki rasio yang sama.
Persyaratan ini muncul dari Hukum Kedua Newton yang menyatakan bahwa gaya
inersia (FI = ma) sama dengan jumlah dari gaya-gaya eksternal ini.

2. Apa yang dimaksud dengan (1 sumber)


a. Skala
Jawab:
Menurut Prasetyorini & Priyantoro (2015), Skala merupakan perbandingan
atau ratio antara besaran yang ada di lapangan dan di model.
b. Koefisien Refleksi dan persamaan
Jawab:
Menurut Huddiankuwera et al (2019), Koefisien refleksi adalah suatu
besar kemampuan bangunan untuk memantulkan gelombang yang dimana
terdapat perbandingan antara tinggi gelombang refleksi (Hr) dan tingggi
gelombang (Hi). Nilai koefisien refleksi berkisar dari 0.1 untuk refleksi total
hingga 0 untuk tidak ada refleksi. Koefisien refleksi yang terjadi pada bangunan
dilakukan berdasarkan tes model. Persamaan koefisien refleksi :

c. Koefisien Transmisi dan persamaan


Jawab:
Menurut Huddiankuwera et al (2019), Koefisien transmisi adalah
perbandingan nilai suatu tinggi gelombang yang diteruskan melalui rintangan dan
diukur. Tinggi gelombang datang (Hi) dan tinggi gelombang transmisi (Ht) adaalh
tinggi gelombang rerata dari nilai maksimum dan minimum tinggi gelombang
yang terukur masing-masing sebelum dan sesudah melewati rintangan. Persamaan
koefisien transmisi :

d. Koefisien Disipasi dan persamaan


Jawab:
Menurut Huddiankuwera et al (2019), Koefisien disipasi adalah suatu
kondisi gelombang yang dapat direndam dimana dipengaruhi oleh besarnya
energi gelombang datang dikurangu energi gelombang yang ditransmisikan dan
direflesikan. Persamaan koefisien disipasi :

e. Koefisien Shoaling
Jawab:
Koefisien shoaling (pendangkalan) merupakan fungsi panjang gelombang
dan kedalaman air. Asumsi yang digunakan adalah bahwa daya gelombang adalah
tetap sepanjang perambatannya (Walendo, 2014).
f. Gelombang regular dan irregular
Jawab:
Gelombang reguler adalah gelombang yang mempunyai tinggi dan periode
gelombang yang tetao terhadap waktu. Sedangkan gelombang irreguler adalah
gelombang yang mempunyai tinggi dan periode gelombang yang berubah
terhadap waktu (Sriyana, 2007).
3. Bangunan pemecah gelombang terbagi menjadi 3 secara struktur. Jelaskan perbedaan
dalam penerapanya (sertakan gambar) (1 sumber)
Jawab:
Menurut (Triatmodjo, 1999), pemecah gelombang berdasarkan strukturnya terbagi
menjadi:
 Pemecah Gelombang Sisi Miring
Breakwater dibuat dari beberapa lapisan material yang ditumpuk guna menahan
serangan gelombang dan megarah ke samping bangunan.

 Pemecah Gelombang Sisi tegak


Breakwater yang digunakan untuk mencegah adanya gelombang refleksi
 Hybrid Breakwater
Breakwater kombinasi antara kedua breakwater sebelumnya, biasanya digunakan
untuk mendapatkan energi gelombang.

4. Apa yang kamu ketahui tentang floating breakwater dan jelaskan kelebihan-nya (min 2)
(3 sumber)
Jawab:
Menurut McCartney (1985) floating breakwater dapat diidentifikasikan dalam
banyak jenis, diantaranya box, pontoon, mat, dan tethered float. Floating breakwater
memiliki banyak keunggulan jika dibandingkan dengan fixed breakwater, diantaranya
lebih ekonomis, efektif, efisien, simpel, mempunyai desain yang fleksibel sehingga
mudah dipindah-pindahkan (Fousert, 2006). Tetapi floating breakwater ini memiliki
keterbatasan juga dalam kinerjanya, akibat dipengaruhi oleh besarnya karakteristik
gelombang datang yaitu periode dan panjang gelombang (PIANC, 1994).

5. Apa yang kamu ketahu tentang perforated wall breakwater dan jelaskan kelebihan-nya
(min 2) (3 sumber)
Jawab:
Sejak diusulkan pertama kalinya oleh Jarlan (1961), perforated breakwater telah
banyak digunakan untuk mengurangi gaya gelombang yang mengenai bagian depan dari
vertical wall breakwater (Quinn, 1972). Salah satu karakteristik penting dari perforated
breakwater adalah energi gelombang akan terpecah ketika mengenai dinding bagian
depan yang permeabel dan berpori. Selain itu, gelombang yang datang akan terus
melewati perforasi yang ada, hal ini akan mengurangi terjadinya pantulan / refleksi
gelombang di depan struktur breakwater. Perforated breakwater adalah suatu struktur
breakwater dengan mengambil bentuk breakwater jenis caisson. Bagian dinding depan
yang menghadap ke lautan lepas diberi perforasi dan dinding bagian belakang dibuat agar
impermeabel.
Kelebihan dari perforated breakwater adalah dapat menghasilkan tekanan ombak
pada dinding berlubang (perforated wall) lebih sedikit dari dinding yang solid,
sebagaimana yang telah ditemukan oleh Bergmann dan Oumeraci (1998). Sebagai contoh
penggunaan perforated breakwater yang telah dibangun yaitu Raffles Marina wharf /
breakwater di pantai barat Singapura, 2002. Breakwater ini terbukti dapat melumpuhkan
energy gelombang dengan efektif, dimana efek gelombang refleksi dapat dikurangi.
6. Apa yang kamu ketahui tentang pemecah gelombang hybrid dan jelaskan kelebihan-nya
(min 2) (3 sumber)
Jawab:
Biasanya disebut dengan hybrid engineering merupakan soft structure dibangun
dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia secara lokal pada daerah pembangunan
pemecah gelombang tersebut. Bahan-bahan yang dipakai untuk pemecah gelombang ini
adalah kayu, bambu dan ranting pohon. Pemecah gelombang hybrid adalah gabunggan
struktur permeable (pemecah gelombang sekaligus penangkap sedimen) dan penanaman
mangrove, dengan teknik rekayasa seperti agitasi pengerukan yang meningkatkan jumlah
sedimen tersuspensi dalam air. Setelah proses erosi berhenti dan garis pantai mulai
mengalami akresi, restorasi mangrove dapat berlansung. Bibit mangrove tidak lagi hanyut
oleh arus dan sabuk hijau mangrove dapat berperan meredam gelombang dan menangkap
sedimen lebih banyak di jangka panjang (Saengsupavanich, 2013).
Pembangunan hybrid engineering bisa menjadi alternatif untuk melindungi daerah
pantai dari terjangan gelombang dan arus air laut secara terus menerus. Hybrid
engineering merupakan solusi mengembalikan subtrat lumpur sebagai tempat tumbuh
mangrove. Hybrid engineering adalah konsep yang inovatifyang berusaha bekerjasama
dengan alam untuk menghilangkan proses hilangnya sedimen dan bukan melawannya.
Dengan adanya Hybrid engineering diharapkan akan timbulnya daratan baru yang
merupakan akumulasi dari sedimen, sehingga terbentuk daratan yang menjorok ke laut.
Daratan ini yang digunakan untuk penanaman mangrove sebagai area sabuk hijau
mangrove alami yang kuat untuk pertahanan pesisir terhadap gelombang laut (Jati &
Pribadi, 2017).
Hybrid engineering selain bertujuan untuk memulihkan pantai berlumpur untuk
daerah mangrove juga dilakukan untuk mengembalikan wilayah yang hilang karena
terjadi erosi dan abrasi. Pemulihan habitat untuk daerah mangrove yang membutuhkan
pendangkalan sedimen halus dan tingkat sedimentasi yang lebih besar sehingga
pemulihan kerusakan pesisir akan dilakukan lebih cepat. Hybrid engineering secara alami
menyediakan berbagai kebutuhan ekosistem, yaitu sebagai perlindungan pantai (tumbuh
dengan kenaikan permukaan laut), sumber daya perikanan sebagai tempat nursery bioat
laut dan memperbaiki kualitas air. Hybrid engineering bersifat meredam energi
gelombang dan tidak memantulkan gelombang dan menciptakan kondisi air yang tenang
untuk endapan lumpur (Hartati et al., 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Bergmann, H., Kudella, M., Oumeraci, H., 1998, Wave loads and pressure distribution on
permeable vertical walls. Copenhagen, Denmark: Proceedings International Conference
Coastal Engineering (ICCE), ASCE, No. 26, 2 pp.

Briggs, M. J. 2013. Basics of Physical Modeling in Coastal and Hydraulic Engineering.


ERDC/CHL CHETN Vol.XIII(3).

Fousert, M. W., 2006, Floating breakwater:a Theoretical Study of a Dynamic Wave Attenuating
System, Section of Hidraulic Engineering, Faculty of Civil Engineering and Geosciences,
Delft University of Technology, Netherland

Hartati, R., Pribadi, R., Astuti, R. W., Yesiana, R., & H, I. Y. (2016). Kajian Pengamanan Dan
Perlindungan Pantai Di Wilayah Pesisir Kecamatan Tugu Dan Genuk, Kota Semarang.
Jurnal Kelautan Tropis, 19(2), 95. Https://Doi.Org/10.14710/Jkt.V19i2.823

Huddiankuwera, A., Rachman, T., Arsyad, M., & Dewa, S. (2019). Studi Model Pengaruh
Kedalaman Air Terhadap Deformasi Gelombang Pada Pemecah Gelombang Sisi Miring
Berongga. Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil, November, 115–123.

Jarlan, G.E., 1961, A Perforated Vertical Wall Breakwater. Dock Harbour Auth. XII 486 (1961),
pp. 394–398.

Jati, I. W., & Pribadi, R. (2017). Penanaman Mangrove Tersistem Sebagai Solusi Penambahan
Luas Tutupan Lahan Hutan Mangrove Baros Di Pesisir Pantai Selatan Kabupaten Bantul.
Proceeding Biology Education Conference, 14(1), 148–153.

McCartney, Bruce, L., 1985, Floating breakwater Design,this paper is part of the Journal of
Waterway, Port, Coastal and Ocean Engineering, Vol. 111, No. 2

Prasetyorini, L., & Priyantoro, D. (2015). Penggunaan Stilling Basin Tipe Bremen Modifikasi
Pada Pelimpah Bendungan Tugu Di Kabupaten Trenggalek. Jurnal Teknik Pengairan, 6(1),
116–124.

PIANC,1994, Floatings Breakwater A Practical Guide for Design and Construction, Report of
Working Group No.13 of The Permanent Technical Comitte II : Brussel, Belgium.
Quinn, A., 1972, Design and Construction of Ports and Marine Structures. New York: McGraw
Hill.

Saengsupavanich, C. (2013). Detached Breakwaters: Communities’ Preference For Suitainable


Coastal Protection. Journal Environment Management, 115, 106–113.

Sriyana. (2007). Kerusakan Unit Lapis Lindung Breakwater Akibat Gelombang Acak Spektrum
Bretschneider. Jurnal Sipil Statik, 9(2), 89–98.

Triatmodjo, B. (1999). Teknik Pantai.Yogyakarta: Beta Offset.

Walendo, L. (2014). Analisa Gelombang Pada Bangunan Pengaman Pantai Tamborasi


Kabupaten Kolaka Utara. Ilmiah Teknik Mesin, 6(2), 13–24.

Anda mungkin juga menyukai