Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTEK LAPANG

MANAJEMEN TATA LINGKUNGAN AKUAKULTUR

Oleh :
Angelina Purnama Putri (G1B115013)
Rudi (G1B115204)
Syakuruza Nursulthan (G1B115203)
Dios Rahminaldi (G1B113022)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur praktikan panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga praktikan dapat menyelesaikan Laporan Praktek Lapang
Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur di Komplek Pertambakan Desa Muara Pagatan,
Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
Pada kesempatan ini, praktikan mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada dosen
pengampu mata kuliah Manajemen Tata Lingkungan Akuakultur bapak Dr. Ir. H. Muhammad,
MP., bapak Dr. Ir. H. Untung Bijaksana, MP dan bapak Ir. H. M. Adriani, M.Si. Terima
kasih pula praktikan sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Praltikan menyadari bahwa penyusunan Laporan Praktek Lapang Manajemen Tata
Lingkungan Akuakultur ini masih terdapat kekurangan dikarenakan keterbatasan ilmu yang
praktikan miliki. Oleh karena itu, dengan rendah hati praktikan mengharapkan kritik dan saran
demi perbaikan laporan . Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banjarbaru, Desember 2019

Praktikan
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................. iii
DAFTAR TABEL..................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang............................................................................ 1
1.2. Tujuan dan Manfaat.................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 3
BAB 3. METODE PRAKTIKUM........................................................... 5
3.1. Waktu dan Tempat...................................................................... 5
3.2. Alat.............................................................................................. 5
3.3. Prosedur Kerja............................................................................ 5
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 6
4.1. Hasil............................................................................................ 6
4.2. Pembahasan................................................................................. 8
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 10
5.1. Kesimpulan................................................................................. 10
5.2. Saran........................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
4.1. Tata Letak Komplek Pertambakan..................................................... 6

DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
3.1. Alat yang Digunakan.......................................................................... 6
4.1. Hasil Wawancara................................................................................ 6
4.2. Hasil Pengambilan Sampel Kualitas Air............................................ 7
4.3. Hasil Penentuan Status Mutu Air dengan Metode STORET............. 7
4.4. Hasil Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Indeks
Pencemaran Air.................................................................................. 8
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan
Manajemen kualitas air merupakan suatu usaha untuk menjaga kondisi air tetap dalam
kondisi baik untuk budidaya ikan dengan memperhatikan faktor- faktor air yang merupakan
tempat hidup bagi organisme akuatik maupun organisme lainnya meliputi suhu, pH, DO (oksigen
terlarut), amoniak, nitrit dan sebagainya. Pengelolaan kualitas air merupakan upaya
pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas yang diinginkan sesuai fungsi peruntukannya untuk
menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisis alamiahnya. Pengendalian pencemaran air
adalah upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk
menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air.
Kegiatan budidaya udang merupakan jenis usaha perikanan yang hamper semua proses
produksinya dapat ditargetkan sesuai dengan keinginan sejauh manusia dapat memenuhi
persyaratan pokok dan pendukung kehidupan serta pertumbuhan udang yang optimal. Tingginya
produksi menyebabkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan pengekspor udang besae di
dunia. Kegiatan ini biasa memanfaatkan lahan-lahan pesisir yang berbatasan langsung dengan
pinggir pantai.
Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat untuk
kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir. Kegiatan budidaya tambak yang
terus menerus menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan yang ditandai dengan menurunnya
kualitas air. Kendala lingkungan yang dihadapi dalam kegiatan budidaya diantaranya penataan
wilayah atau penataan ruang pengembangan budidaya yang tidak memperhatikan daya dukung
lingkungan akibat pengelolaan yang tidak tepat, sehingga menimbulkan permasalahan
lingkungan dengan segala aspek komplikasinya dalam kurun waktu yang panjang.
Kegiatan praktik lapang ini dilakukan pada tambak yang dikelola oleh KUB (Kelompok
Usaha Bersama) di Desa Muara Pagatan, Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu.
Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih jauh mengenai proses dan tata lingkungan yang
diterapkan dalam budidaya tambak yang dimaksud, dilakukanlah praktik lapang ini guna
mendapatkan informasi yang lebih mendetail.
Kegiatan praktik lapang ini perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi lingkungan
akuakultur yang berkaitan dengan penurunnya kualitas lahan dan air serta kemampuan tambak
dalam mendukung kegiatan budidaya agar sesuai dengan hasil yang diharapkan bagi para petani
tambak.

1.2. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dilakukan praktik lapang ini adalah untuk mengetahui mengenai penataan
lingkungan dan pengelolaan kualitas air yang baik untuk budidaya ikan di tambak. Manfaat
dilakukan praktik lapang ini agar dapat menjadi bahan informasi bagi mahasiswa dalam
pembudidayaan ikan di tambak.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Paez Ozuna  dkk (1998), menyatakan bahwa apabila dalam suatu lingkungan terjadi


penurunan produksi secara drastis sampai hanya sebagian kecil saja yang mampu bertahan hidup,
maka lingkungan tersebut telah mengalami tekanan akibat pencemaran atau penurunan mutu
lingkungan. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kondisi kualitas lingkungan tersebut maka
petani tambak harus melakukan kegiatan budidayanya secara baik dan terkontrol. Seperti
melakukan pergantian air tambak rutin secara berkala serta lebih memperhatikan dalam
manajerial tambaknya yakni proses persiapan tambak seperti pemupukan dan pengapuran.
Potter (1977) dalam Afrianto dan Liviawaty (1991) yang menyatakan bahwa tanah liat dan
lumpur berpasir merupakan media yang baik untuk pertumbuhan klekap karena banyak
mengandung unsur hara dimana klekap merupakan pakan alami bagi ikan.
Pertumbuhan dan kehidupan biota air sangat dipengaruhi suhu air. Kisaran suhu optimal
bagi kehidupan ikan di perairan tropis adalah antara 28ºC-32ºC. Pada kisaran tersebut konsumsi
oksigen mencapai 2,2 mg/g berat tubuh/jam. Di bawah suhu 25ºC, konsumsi oksigen mencapai
1,2 mg/g berat tubuh/jam. Pada suhu 18ºC-25ºC, ikan masih bertahan hidup, tetapi nafsu
makannya mulai menurun. Suhu 12ºC-18ºC mulai berbahaya bagi ikan, sedangkan suhu di
bawah 12ºC ikan tropis akan mati kedinginan. Berdasarkan pernyataan Ahmad dan
Cholik  (2001), bahwa ikan Bandeng masih hidup normal pada suhu 35ºC. Secara teoritis, ikan
tropis masih hidup normal pada suhu 30ºC-35ºC kalau konsentrasi oksigen terlarut cukup tinggi.
Semakin tinggi suhu air, semakin rendah daya larut oksigen di dalam air, dan sebaliknya.
Suhu mempengaruhi metabolisme, daya larut gas-gas, termasuk oksigen serta berbagai reaksi
kimia di dalam air. Semakin tinggi suhu air, semakin tinggi pula laju metabolisme udang yang
berarti semakin besar konsumsi oksigennya, padahal kenaikan suhu tersebut bahkan mengurangi
daya larut oksigen dalam air.
Menurut Boyd (1989), salinitas adalah kadar seluruh ion – ion yang terlarut dalam air.
Komposisi ion – ion pada air laut dapat dikatakan mantap dan didominasi oleh ion – ion tertentu
seperti klorida, karrbonat, bikarbonat, sulfat, natrium, kalsium, magnesium (Mc Lusky,
1971 dalam Kordi, 1996).
Salinitas air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air. Semakin tinggi salinitas, akan
semakin besar pula tekanan osmotiknya. Biota yang hidup di air asin harus mampu
menyesuaikan dirinya terhadap tekanan osmotik dari lingkungannya. Penyesuaian ini
memerlukan banyak energi yang dipeeroleh dari makanan dan digunakan untuk keperluan
tersebut. Menurut Liao 1986 dalam Saenong, (1992) bahwa tekanan osmotik cairan tubuh ikan
Bandeng dan tekanan osmotik lingkungan akan seimbang (isosmotik) pada salinitas 28 ppt.
Raswin, (2003) menyatakan bahwa DO optimum untuk budidaya ikan Bandeng (C.
chanos) ialah >3 mg/L sudah cukup baik. Oksigen terlarut berperan dalam mendekomposisi
limbah organic di badan air, Boyd et al., (1998) menyatakan bahwa oksigen terlarut dibutuhkan
untuk mendekomposisi limbah organik dalam perairan.
Tambak memerlukan kondisi air yang subur untuk mendukung pertumbuhan pakan
alaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat Pantjara dkk. (2007) menjelaskan bahwa nitrat dalam
air merupakan indikator tingkat kesuburan di dalam tambak. Selanjutnya Utojo (2010)
menambahkan bahwa untuk tambak tradisional konsentrasi nitrat diperlukan untuk menstimulir
pertumbuhan klekap, plankton dan lumut sebagai pakan alami utama ikan.
Alifuddin (2003), menjelaskan bahwa pH air tambak sangat penting karena mempunyai
pengaruh langsung dan tidak langsung pada organisme budidaya dan plankton. Menurut Raswin
(2003) menjelaskan bahwa nilai pH yang baik untuk budidaya ikan berkisar antara 6,5 hingga 9,
selanjutnya Achmad (2001) dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001) menjelaskan bahwa
khusus untuk udang nilai pH yang baik adalah antara 7-9, sedangkan pH > 10 tidak baik untuk
pertumbuhan udang.
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktik lapang ini dilakukan pada hari Rabu-Kamis, tanggal 27-28 November 2019
bertempat di komplek pertambakan KUB (Kelompok Usaha Bersama) Desa Muara Pagatan,
Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimatan Selatan.

3.2. Alat
Alat yang digunakan pada praktik lapang ini sebagai berikut :
Tabel 3.1. Alat yang Digunakan
No. Nama Alat Kegunaan
1 Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
2 Termometer Untuk mengukur suhu
3 Kertas lakmus atau pH meter Untuk mengukur pH air
4 Refraktometer Untuk mengukur salinitas
5 Do meter Untuk mengukur DO
3.3. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan saat praktik lapang terbagi dalam dua tahapan, yaitu tahapan
pengamatan langsung dan tahapan wawancara. Adapun prosedur kerja dari tahapan tersebut
sebagai berikut :
3.3.1. Pengamatan Langsung
a. Melakukan persiapan untuk pengamatan langsung berupa alat dan bahan yang telah disiapkan
b. Mensurvei secara langsung seluruh kawasan tambak yang diamati.
c. Menggambarkan tata letak petakan serta sarana dan prasarana tambak.
d. Memonitoring terhadap kualitas air di tambak
e. Mengambil sampel air di sekitar lokasi praktik dengan peralatan yang telah disiapkan
f. Mencatat seluruh hasil pengamatan.

3.3.2. Wawancara
a. Mempersiapkan alat wawancara yang akan digunakan.
b. Menulis beberapa daftar pertanyaan yang berhubungan dengan tata lingkungan kegiatan
budidaya di tambak.
c. Melakukan wawancara secara langsung dengan pembudidaya di tambak tersebut.
d. Mencatat semua hasil wawancara.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan dari hasil praktik lapang di lokasi praktik diperoleh beberapa hasil data
sebagai berikut :
4.1.1. Data Wawancara
Tabel 4.1. Hasil Wawancara
Indikator Keterangan
Muara pantai dan
Sumber air
sungai
Pipa diameter 12
Ukuran
inchi
Saluran
Disesuaikan
pemasukan air
Debit air dengan pasang
surut air
Tata Guna Air
Pipa diameter 12
Ukuran
inchi
Saluran
Disesuaikan
pengeluaran air
Debit air dengan pasang
surut air
Sistem pengairan antar petakan Dilakukan sesuai
tambak pasang surut air
Bambu, pipa
Sarana besar, krab box
dan baby box
Tata Letak
Saluran
Petakan
masuk/keluar air,
Prasarana
jembatan dan
pemanenan benur
Dilakukan
Pengelolaan air sebelum masuk
penebaran
tambak
saponin
Pengelolaan
Pengelolaan air selama di dalam Dilakukan dengan
Kualitas Air
tambak menebar pupuk
Pengelolaan air sesudah keluar dari
Tidak dilakukan
tambak
Monitoring Kontrol terhadap kualitas air Tidak dilakukan
Kualitas Air

4.1.2. Data Pengamatan Langsung

LEPAS PANTAI

0
.

4.2. Pembahasan
Desa Pulau salak merupakan salah satu daerah yang berada di Kabupaten
4.2. Pembahasan
Ket:
Tambak kepiting soka Baby box
Gambar 4.1. Tata Letak Komplek
Tambak udang tiger Pertambakan
Outlet&Inlet
Tambak bandeng Sumber air
4.1.3 DataSungai
Kualitas Air
buatan Pondok
Tabel 4.2.Mangrove
Hasil Pengambilan Sampel Kualitas Air Rumah penyimpanan
Parameter Hasil
Suhu 36,5 oC
Ph 7,5
Oksigen terlarut 6,5 mg/L
Salinitas 22 ppt

Tabel 4.3. Hasil Penentuan Status Mutu Air dengan Metode STORET
Paramete
Satuan Baku Mutu Hasil Skor Kelas Keterangan
r
o Memenuhi
Suhu C Normal 36,5 0 A
baku mutu
Memenuhi
pH 6-9 7,5 0 A
baku mutu
Oksigen Memenuhi
mg/L 6-9 6,5 0 A
terlarut baku mutu
Memenuhi
Salinitas ppt 22 0 A
baku mutu
Tabel 4.4. Hasil Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Indeks Pencemaran Air
Parameter Satuan Lij Cij Cij/Lij Keterangan
o Memenuhi
Suhu C Normal 36,5 0
baku mutu
Memenuhi
pH 6-9 7,5 0
baku mutu
Oksigen Memenuhi
mg/L 6-9 6,5 0
terlarut baku mutu
Memenuhi
Salinitas Ppt 22 0
baku mutu

4.2. Pembahasan
Praktik lapang kali ini dilakukan di komplek pertambakan KUB (Kelompok Usaha
Bersama) yang ada di Desa Muara Pagatan. Komplek pertambakan ini terdapat beberapa
komoditas budidaya, yaitu kepiting soka, udang tiger dan bandeng. Prosedur kerja yang
dilakukan saat praktik lapang ini dilakukan dalam dua tahapan, yaitu tahapan pengamatan
langsung dan tahapan wawancara. Pengamatan langsung ini dilakukan dengan observasi secara
langsung ke lokasi praktik dan wawancara dilakukan dengan pemilik/pengelola pertambakan.
Praktik lapang ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui mengenai penataan
lingkungan dan pengelolaan kualitas air yang baik untuk budidaya ikan di tambak. Penataan dan
pengelolaan lingkungan baik kualitas air serta sarana dan prasarana merupakan faktor yang
penting dalam kegiatan budidaya. Hal ini agar terjadi keberlanjutan dalam budidaya, dampak
yang terjadi terhadap lingkungan pun dapat diminimalisir.
Penataan dan pengelolaan kualitas air merupakan suatu usaha untuk menjaga kondisi air
tetap dalam kondisi baik untuk budidaya ikan dengan memperhatikan faktor-faktor air yang
merupakan tempat hidup bagi organisme akuatik maupun organisme lainnya.
Berdasarkan hasil praktik yang diperoleh sumber air yang digunakan berasal dari muara
pantai dan sungai yang ada di sekitar lokasi tambak. Tambak menggunakan saluran pemasukan
dan pengeluaran air yang digunakan dengan pipa ukuran diameter 12 inchi. Debit air pada tiap
saluran disesuaikan dengan pasang surut air. Sistem pengairan antar petakan tambak dilakukan
sesuai pasang surut air. Tata letak petakan tambak terdiri dari sarana yang menggunakan bambu,
pipa besar, serta terdapat krab box dan baby box. Sedangkan prasarana yang ada adalah saluran
masuk/keluar air, jembatan dan pemanenan benur.
Tata letak serta sarana dan prasarana yang ada pada komplek pertambakan ini cukup tertata
dengan rapi dan lengkap meskipun masih ada beberapa kekurangan seperti tidak adanya tempat
khusus untuk pembesaran ikan, penumbuhan pakan alami atau tempat pakan.
Pengelolaan kualitas air yang dilakukan pada komplek pertambakan ini diantaranya
pengelolaan air sebelum masuk tambak adalah dilakukan dengan penebaran saponin,
pengelolaan air selama di dalam tambak adalah dilakukan dengan menebar pupuk dan
pengelolaan air sesudah keluar dari tambak tidak ada yang dilakukan. Monitoring terhadap
kualitas air juga tidak ada yang dilakukan
Parameter yang digunakan untuk pengamatan kualitas air di komplek pertambakan ini
adalah suhu, pH, oksigen terlarut dan DO. Berdasarkan pengambilan sampel kualitas air yang
ada di komplek pertambakan diperoleh hasilnya pada parameter suhu sebesar 36,5 oC, pH sebesar
7,5, oksigen terlarut 6,5 mg/L dan salinitas sebesar 22 ppt. Setelah diambil sampel air, maka
akan dilakukan perhitungan status mutu air dengan metode STORET dan indeks pencemaran air.
Berdasarkan hasil penentuan status mutu air dengan metode STORET untuk parameter
suhu, pH, oksigen terlarut dan salinitas diperoleh hasilnya memenuhi baku mutu pada seluruh
parameter. Berdasarkan hasil penentuan status mutu air dengan metode indeks pencemaran air
untuk parameter suhu, pH, oksigen terlarut dan salinitas diperoleh hasilnya memenuhi baku mutu
pada seluruh parameter. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas air yang ada di komplek
pertambakan KUB Desa Muara Pagatan dalam keadaan yang baik atau memenuhi baku mutu.
BAB 5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktik lapang kali ini adalah

5.2. Saran
Sebaiknya dalam kegiatan praktik lapang ini, praktikan dapat mengikuti kegiatan praktik
secara menyeluruh agar dapat mengetahui mengenai permasalahan atau pengelolaan yang ada di
tambak. Selain itu, pengelola tambak sebaiknya melakukan uji kualitas air atau monitoring
kualitas air minimal seminggu sekali pada tambak agar mengetahui apa saja yang perlu
ditingkatkan dalam pengelolaan air tambak dan dapat meningkatkan hasil komoditas tambak.
DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. dan Liviawaty, E. 1991. Teknik Pembuatan Tanah Tambak. Kanisius.


Yogyakarta.
Ahmad, T., M. Tjaronge. and F. Cholik. 2001. The Use of Mangrove Stands For
Shrimp Pond Waste-water Treatment. Indonesian Fisheries Research Journal.
7(1):9-16.
Alifuddin, M. 2003. Pembesaran Ikan Bandeng. Modul Penyiapan Tambak. Direktorat
Pendidikan Menegah Kejuruan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. 34 hal.
Boyd, C.E., Massaut, L. and Weddig, L.J. 1998. Towards Reducing Environmental
Impacts of Pond Aquaculture. Info Fish International 2(98): 27-33.
Kordi, K dan Andi Baso Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya
Perairan. PT. Rhineka Cipta. Jakarta.
Paez Ozuna, F., Guererro-Galvan. and Ruiiz-Fernandez, S.R. 1998. The Enviromental
Impact of Shrimp Aquaculture and The Coastal Pollution. Marine Pollution
Bulletin 36(1): 65-75.
Pantjara, B., M. N. Nessa., W. Monoarfa. dan I. Djawad. 2007. Upaya Peningkatan
Produktivitas Tambak di Tanah Sulfat Masam dengan Mengurangi Unsur
Toksik dari Pematang. Jurnal Riset Akuakultur. 2(2):257-269.
Raswin, M. 2003. Pembesaran Ikan Bandeng, Modul Pengelolaan Air Tambak. Pdf.
http://zonaikan.wordpress.com/2009/10/06/kualitas-air-tambak bandeng/.
Diakses pada tanggal 3 Juni 2014.
Utojo, A. Mustafa., dan Hasnawi. 2010. Model Kesesuaian Lokasi Pengembangan
Budidaya Tambak di Kawasan Pesisir Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat.
Jurnal Riset Akuakultur. 5(3):465-479.
Yunus. 1975. Kualitas Air untuk Akuakultur. Fakultas Perikanan IPB. Bogor.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai