Anda di halaman 1dari 8

TRADISI MENGOBATI PENYAKIT DENGAN TANAMAN HERBAL

(TEMBAKAU UNTUK MENGOBATI ASMA)


TOKOH
1. Perawat 1 (sari)
2. Anak (Michele)
3. Ibu (Novita)
4. Ayah(Andrian)
5. Ibu Guru (celine)
6. Kades (Parto)
7. Pegawai Balai Desa (Ani)
8. Narator

[DIRUMAH]
Satu minggu yang lalu, satu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak
kembali ke Indonesia setelah 2 tahun bekerja di Amerika. Walaupun sudah kembali
tinggal di Indonesia, namun budaya dan adat istiadat Amerika belum sepenuhnya
lepas dari kehidupan mereka. Hal ini tergambar dalam kehidupan sehari-hari termasuk
dalam upaya pengobatan penyakitnya. Pada suatu pagi, anaknya Michele berpamitan
kepada mamahnya untuk berangkat ke sekolah barunya bersama sang ayah.
Anak : “ Mah, aku berangkat ya”
Mamah : “ Hati-hati ya, nanti pulangnya mamah jemput di tempat biasa”
Anak : “ Okei Mah“
Ayah : “Ayah juga pamit kerja dulu ya Mah, byee ”
Mamah : “ Bye Ayah, Bye Michele” (sambil melambaikan tangan)
Ayah dan Michele pun bergegas pergi menggunakan mobilnya. Sang mamah pun
bergegas masuk dan melakukan pekerjaan rumahnya seperti menyapu, mengepel, dan
lain-lain.

[DI SEKOLAH]
Ayah : “Sudah sampai, semangat ya sayang sekolahnya”
Anak : “Okei Ayah, Ayah juga semangat kerjanya yaa. Byee Ayah”
Ayah : “Siap tuan putri kecilnya ayah, Byee Sayang”
Michele pun keluar dari mobil dan segera masuk ke kelas. Pagi ini michele akan
mengikuti mata pelajaran olahraga. Michele pun sangat semangat mengikuti semua
arahan guru untuk melakukan olahraga.
Guru : “Hallo Anak-Anak, hari ini kita akan olahraga lari. Nanti kalian disini
lari dari tiang 1 ke tiang 2 dan balik lagi ke tiang 1. Perintah Ibu bisa
dimengerti”
Anak-Anak : “Baik Bu”
Semua anak-anak pun berlari secara bergiliran. Mereka berlari secara teratur
mengikuti arahan sang Ibu Guru. Dan kini, saatnya Michele untuk berlari.
Guru : “Sekarang giliran Michele, silahkan dari dalam hitungan ke tiga ya?”
Michele : “OK, ibu”
Guru : “1..2..3”
Michele pun dengan semangat lari menuju tiang 2 dengan cepat. Namun saat
perjalanan balik menuju tiang 2 tiba-tiba Michele merasa sesak hingga terjatuh di
lintasan lari. Sang Guru pun bergegas lari menuju Michele dan melihat kondisinya.
Dengan cepat Sang Guru membawa Michele ke UKS dan segera menelepon orang tua
Michele.

[DIRUMAH]
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 09.00. Semua tugas rumah sudah
selesai. Tiba-tiba suara dering telepon berbunyi
(Kringg..Kringg..Kringg)
Mamah : “Hallo, dengan siapa ini?”
Guru : “Hallo, ini dengan Ibu Celine guru SDN 1 Ceria. Dengan Ibunya Michele?”
Mamah : “Iya benar Ibu, Ada apa dengan anak saya?”
Guru : “Ibu, Michele sakit saat mengikuti pelajaran olahraga, ia mengeluh sesak
nafas sepertinya asma Michele kambuh Bu”
Mamah : “ Baik Bu, tolong jangan berikan obat apapun kepada anak saya. Saya akan
segera ke sekolah”
Sang mamah pun segera mengendarai mobilnya dengan cepat. Selama di mobil
Sang mamah segera mengabari Sang Ayah untuk membeli tembakau.
Mamah : “Hallo Ayah, asmanya Michele kambuh Yah. Ayah pulang yaa. Ayah bantu
siapin tembakau. Tembakaunya ada di lemari dapur di atas”
Ayah : “Kok bisa? Sekarang Mamah dimana?”
Mamah : “Ini Mamah sedang jalan ke sekolah. Nanti kita ketemu di rumah ya”
Ayah : “Oke Mah, Ayah segera pulang”
Ayah pun segera pulang dan dan sesampainya dirumah Ayahpun segera
mempersiapkan tembakau bakar untuk pengobatan asma Michele. Tak lama kemudian
Sang mama dan michele pun tiba di rumah. Michele pun langsung dibawa ke kamar
tidurnya dan segera dilakukan pengobatan mandiri oleh orang tuanya dengan
menggunakan tembakau sesuai dengan budaya mereka selama di Amerika.
Mamah : “Ayahhh, tembakaunya sudah siap?” (teriak)
Ayah : “Sudahh, sebentar Ayah bawa obornya ke situ”
Ayah pun membawa bakaran tembakau dengan menggunakan obor ke kamar
michele dan menyuruh michele untuk menghirup asapnya. Selama kurang lebih 10
menit, Michele pun terlihat membaik keadaannya. Sesak nafas yang dirasakan sudah
berkurang.

[DI KANTOR KEPALA DESA]


Perawat Sari datang ke kantor kepala desa untuk menanyakan warganya yang
baru saja datang dari luar negeri. Perawat Sari datang dari puskesmas dan akan
melakukan screening kesehatan kepada keluarga Bapak Andrian mengingat sekarang
adalah masa pandemi COVID-19 sehingga harus dipastikan bahwa mereka negatif
COVID-19.
Perawat : “Selamat Siang Bapak”
KaDes : “Siang Mbakk”
Perawat : “Pak, perkenalkan saya Sari perawat dari Puskesmas. Kedatangan saya
kemari, saya mendapat laporan bahwa warga di Desa Bapak ini ada yang
baru saja datang dari luar negeri. Apakah betul?”
KaDes : “Iya betul mbakk, baru datang dari Amerika seminggu yang lalu”
Perawat : “Ya Bapak, sesuai dengan prosedur yang ada, kami dari pihak
puskesmas harus melakukan screening test kesehatan kepada keluarga
Bapak Andrian mengingat sekarang pandemi belum juga berakhir. Kami
khawatir jika tidak dilakukan screening test berisiko menjadi carrier
virus COVID-19 dan dapat menualrkan kepada warga yang lain.”
KaDes : “Baik Mbakk, saya setuju. Demi kebaikan bersama hal tersebut
memang harus dilakukan”
Perawat :”Betul Pak. Kalau boleh tau rumahnya di sebalah mana ya? Apakah
jauh dari kantor balai desa ini Pak?”
KaDes :”Tidak Mbak Sari, dekat dari sini. 5 menit jalan kaki juga sampai. Nanti
saya akan suruh pegawai saya menemani mbak Sari ke rumah pak
Andrian”
Bapak Kepala Desa pun memanggil salah satu staffnya untuk mengatarkan
Perawat Sari menuju ke rumah pak Andrian.
KaDes : “Mbak Ani?”
Ani :”Iya Pak, ada yang bisa saya bantu”
KaDes :”Itu ada tamu dari orang puskesmas mau melakukan screening
kesehatan ke rumah Bapak Andrian. Saya minta tolong buat antarkan
beliau ke tempat Bapak Andrian”
Ani : “Baik Pak,”
Perawat Sari dan Mbak Ani pun bergegas menuju rumah Bapak Andrian dengan
berjalan kaki. Di sepanjang perjalanan mereka asyik mengobrol tentang keadaan
masyarakat Desa.
[DI JALAN]
Perawat : ”Masyarakat di Desa ini mayoritas bekerja sebagai apa Mbak?”
Ani : “Petani Padi Mbak”
Perawat : “Untuk Bapak Andrian sendiri pekerjaannya apa kok sampe ke
Amerika, apakah mbaknya tau?”
Ani : “Yang saya tau beliau pengusaha mbak dan kakek neneknya Pak
Andrian juga masih ada keturunan Amerika”
Perawat : “Oh begitu, sudah berapa taun tinggal di sana mbak?”
Ani : “Belum lama, paling baru sekitar 2 tahun mbak”
Perawat :”Oh begitu”
Tak terasa mereka pun sudah sampai di rumah Bapak Andrian.
Tokk..Tokk..Tokkk.., (suara ketukan pintu)
Mendengar suara ketukan pintu, fokus papah dan mamah dalam mengobato
michele pun pecah. Sang Ayah Andrian pun bergegas keluar kamar dan membuka
pintu.
Ani : “Selamat Siang Pak”
Ayah : “Siang Mbak, ada yang bisa saya bantu?”
Ani : “Saya ingin mengobrol dengan Bapak, apakah bisa?”
Ayah : “Bisa Bisa Mba. Silahkan masuk“
Ani :” Terima kasih Pak”
Mbak Ani dan Perawat Sari pun bergegas masuk dan duduk di ruang tamu megah
rumah Bapak Andrian.
Ani : “Begini Pak, Perkenalkan saya Ani dari petugas Desa dan Ini Mbak Sari
perawat dari puskesmas. Kedatangan kami kemari adalah kami ingin
melakukan screening test kesehatan kepada Keluarga Bapak”
Perawat : “Betul yang dikatakan Mbak Ani Pak Andrian. Kami dari puskesmas
mendapat laporan bahwa warga Desa sini baru-baru ini ada yang baru
datang dari luar negeri. Mengingat bahwa sekarang adalah masa pandemi
COVID-19 maka kami harus melakukan screening kesehatan kepada
keluarga Bapak sebagai mana yang sudah menjadi prosedur wajib untuk
orang-orang yang baru saja melakukan perjalanan jauh.”
Ayah :”Iya saya paham betul prosedur itu. Saya kemarin melakukan penerbangan
juga harus menjalani berbagai pemeriksaan COVID-19. Ya boleh kalo
sekarang mau dilakukan tes lagi. Saya tidak merasa keberatan”
Perawat : “Baik Pak, saya mulai ya Pak”
Ayah : “Iya Boleh, Mbak”
Perawat : “Mohon maaf sebelumnya, dari Amerika Bapak sendiri atau ada anggota
keluarga lain?”
Andrian : “Saya bersama istri dan anak saya Mbak”
Perawat : “Boleh minta tolong di panggilkan Pak?, biar sekalian di periksa”
Andrian : “Sebentar Mbak,”
Andrian pun memanggil istrinya dan keluarlah istrinya sambil membawakan
minum dan hidangan kepada kedua tamunya.
Perawat : “Halo Ibu, Perkenalkan saya Sari dari petugas puskesmas yang sedang
melakukan screening kesehatan dan ini Mbak Ani teman saya dari Balai
Desa”
Mamah : “Iya Mbakk, Saya Novita..salam kenal”
Perawat : “Baik Bapak Ibu Saya mulai ya. Saya akan menanyakan beberapa
pertanyaan. Nanti bisa Bapak Ibu jawab yaa. Tapi sebelumnya anak Bapak
Ibu tidak sedang di rumah?”
Mamah : “Anaknya sedang tidur Mbak”
Perawat : “Ohh kalo begitu nanti saja. Sekarang Bapak Ibu dulu ya”
Saat sedang serius melakukan screening kesehatan, tiba tiba Perawat Sari batuk-
batuk karena menghisap asap tembakau yang sangat menyengat.
Uhuuk…Uhuukk..Uhuukkk (Suara Batuk)
Perawat : “Mohon maaf, saya menghirup bau asap tembakau yang sangat menyengat.
Apakah Bapak seorang perokok aktif?”
Ayah : “Tidak Mbak, kalopun saya merokok juga biasanya pake yang elektrik.
Hanya saja tadi anak saya di sekolah asmanya kambuh karena habis
mengikuti olahraga lari. Oleh karena itu tadi kita habis membakar tembakau
untuk mengobatinya. Mungkin bau asapnya belum hilang sepenuhnya.
Mohon maaf atas ketidaknyamanan?
Perawat : “Maksud perkataan Bapak membakar tembakau untuk mengobatinya itu
bagaimana ya Pak?”
Ayah : “Ya di tradisi kami orang Amerika tembakau itu digunakan untuk
mengobati berbagai penyakit Mbak, termasuk asma. Anak kami memang
sejak kecil sudah punya asma dan sering kambuh jika aktivitas berat.
Selama kami hidup di Amerika, kelurga kami turun temurun mengobati
penyakit dengan tembakau. Untuk mengobati asma biasanya tembakau
dibakar di sebuah obor kemudian nanti anak suruh menghisap asapnya
dengan pipa.”
Perawat : “Kenapa menggunakan tembakau Pak?” (nada heran dan bertanya-tanya)
Mamah : “Bagi kami tembakau adalah obat suci dari tuhan untuk semua penyakit.
Asapnya merupakan penawar semua racun dan penyakit-penyakit menular.”
Mendengar perkataan Bapak Ardian dan Ibu Novita, Perawat Sari sangat terkejut
dengan proses pengobatan yang mereka lakukan. Perawat Sari pun segera mencoba
memeriksa kondisi anak mereka.
Perawat : “Boleh saya melihat kondisi Anak Bapak Ibu?”
Mamah : “Boleh, mari saya antar”
Sang mamah pun segera mengantar Perawat sari menuju kamar Michele sang
anak. Setibanya di kamar perawat langsung memeriksa kondisi pernafasan
Michele.setelah beberapa lama kemuadian perawat kembali ke ruang tamu dan sedikit
memberikan infomasi terkait pengobatan yang telah dilakuakan.
Perawat : “Bapak Ibu, jujur saya kaget mendengar proses pengobatan yang Bapak
Andrian dan Ibu Novita lakukan dalam mengobati penyakit anak Bapak Ibu.
Semua pengobatan yang dilakukan secara mandiri di rumah sudah
sepantasnya harus sejalan dengan sisi kesehatan. Dan yang Bapak Ibu
lakukan ini kurang tepat dalam mengatasi masalah pada anak Bapak Ibu”
Mamah : “Tapi dari dulu kakek neneknya michele di Amerika melakukan ini dalam
mengobati penyakit Mbak”
Perawat : “Saya paham betul itu, karena setiap tempat mempuanyai budaya yang
berbeda. Namun dalam konteks pengobatan penyakit kita harus melihat juga
dari sisi kesehatan. Apakah tindakan tersebut sudah sesuai atau belum. Jika
belum maka mau tidak mau harus di hentikan dan beralih ke pengobatan
yang sesuai dengan prosedur penanganan penyakit secara medis. Dalam
dunia kesehatan, tembakau mengandung nikotin dan itu berbahaya bagi
tubuh apalagi michele masih anak-anak. Asap tembakau sendiri Pak Bu,
ketika seorang anak terpapar asap tembakau, paru-parunya menjadi teriritasi
dan menghasilkan lebih banyak lendir dari biasanya dan salurannya akan
mengecil. Karena saluran udara anak-anak lebih kecil, efek sampingnya
lebih cepat memengaruhi mereka sertai fungsi paru-parunya di masa depan.
Jadi ini nanti akan berpengaruh ke masa depan michele. Oleh karena itu
sebaiknya jika michele kembali mengalami serangan asma sebaiknya
dibawa ke layanan kesehatan agar dilakukan tindakan secara medis.”
Ayah : “Memang tindakan media untuk penyakit asma seperti apa Mbak?”
Perawat : “Untuk asma sendiri dapat dilakukan nebulisasi Bu. Dimana tindakan ini
adalah suatu proses pemberian obat berbentuk uap dengan tujuan untuk
melebarkan saluran nafas. Nebulisasi ini dapat menggunakan alat nebulizer
ataupun inhaler dan bahkan ini bisa dilakukan secara mandiri di rumah jika
alat-alat tersedia.
Bapak Andrian, Ibu Novita, dan Perawat Sari pun terus berbincang tentang
bagaimana penalaksanaan asma dengan benar. Perawat terus memberikan edukasi
kepada keluarga ini sehingga diharapkan mereka dapat mengerti bagaimana cara
melakukan pengobatan penyakit dengan benar dengan tetap mengargai budaya yang
ada.

Kesimpulan : Respon dari tenaga kesehatan khususnya perawat dalam melakukan


pendekatan trakultural adalah senantiasa menghargai nilai budaya yang dipercayai
dan memperhatikan fenomena yang terjadi di masyarakat. Tindakan yang dapat
dilakukan yaitu dengan senantiasa melakukan edukasi secara bertahap dan tidak
menghakimi kebudayaan yang dianut oleh keluarga supaya keluarga lebih terbuka dan
mampu bernegosiasi untuk mempertimbangkan kondisi kesehatan yang diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai