Anda di halaman 1dari 6

“ANALISI PENURUNAN SUKU BUNGA“

Dosen : Fadly,SE.MM

Disusun oleh :

KELOMPOK 1

Asfiana jamau 19150002

Purnawan T.Totou 19150015

Nursafa Usman 19150021

Rafia Abas 19150027

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TERNATE FAKULTAS SYARIAH DAN


EKONOMI ISLAM JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH TAHUN AJARAN

2020/2021
ANALISIS TERKAIT SUKU BUNGA

Pada Kamis,20 Desember 2018 Pukul 20.00 WIB

BI Memutuskan mempertahankan suku bunga acuan di 6% di akhir tahun.Gubernur BI Perry


Wajiyo mengatakan,langkah ini dilakukan untuk menurunkan deficit transaksi berjalan ke batas
aman.

Pada Kamis,18 Juli 2019 Pukul 21.16 WIB

BI menurukan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate 25 Basis point (bsp) menjadi
5,75%,sesuai dengan hasil rapat Dewan Gubernur (RDG) BI 17-18 Juli.Selain itu,suku bunga
depocit facility dan suku bunga leading facility juga diturunkan sebesar 25 bsp,masing-masing
menjadi 5% dan 6,5%

Pada Kamis,23 Januari 2020 Pukul 18.20 WIB

BI mempertahankan tingkat suku bunga acuan di posisi 5% pada januari 2020.hal ini disinyalir
mampu memicu pertumbuhan ekonomi Indonesia,khususnya di vector ekspor
manufaktur.dikarena permintaan impor manufaktor meningkat dan ditopang oleh ekspor
manufaktur meningkat berkat tingginya permintaan konsumsi rumah tangga

Pada Selasa,19 Mei 2020 Pukul 22.57

BI pertahankan suku bunga acuan 4,5 persen.Gubernur BI Perry Warjiyo mengumumkan hasil
rapat dewan gubernur bi untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 4,5%.keputusan
inimempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar uang di tengah ketidakpastian
pasar keuangan global.

Pada Jumat,20 November 2020 Pukul 16.36 WIB

BI pangkas suku bunga acuan sebesar 20 basis poin menjadi 3,75%.tingkat suku bunga saat ini
berbeda pada posisi terendah sejak efektif berlaku tahun 2016 lalu.keputusan memangkas inflasi
yang tetap rendah,stabilitas eksternal yang terjaga dan langkah pemulihan ekonomi nasional.

Pada kamis,17 Desember 2020 pukul 18.05 WIB

BI mempertahankan tingkat suku bunga acuan tetap 3.75% berdasarkan keputusan rapat dewan
gubernur (RDG) 16-17 Desember 2020.Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pihaknya tetap
berkomitmen dalam penyediaan likuiditas termasuk dukungan kepada pemerintahan dalam
upaya bersama mendukung pemulihan ekonomi nasional (PEN).

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan
dalam RDG pada Desember ini, BI perlu menahan suku bunga acuan pada level 3,75 persen.
Menurutnya, kebijakan tersebut diperlukan karena penurunan suku bunga acuan lebih lanjut
akan terlalu berisiko dan berpotensi mengganggu stabilitas finansial, serta tidak terlalu
berdampak terhadap percepatan pemulihan ekonomi.

”Meskipun penurunan suku bunga kebijakan diperlukan untuk mempercepat pemulihan, kami
masih menganggap sekarang terlalu dini untuk menurunkan kembali suku bunga acuan,"
katanya, Rabu (17/12/2020)

Dia menjelaskan, meskipun perkembangan terkini menunjukkan prospek pemulihan yang


lebih baik dalam waktu dekat, namun suku bunga kebijakan sebagai instrumen untuk memacu
aktivitas ekonomi perlu dilakukan pada waktu yang tepat untuk mencapai manfaat yang
optimal.Berdasarkan indikator terkini, nilai tukar rupiah relatif terkendali di tengah kondisi
pandemi yang masih berkepanjangan dan masih menghadapi ketidak pastian yang tinggi.

Rupiah mengalami apresiasi yang signifikan dari sekitar Rp14.600 menjadi Rp14.000 per
dolar Amerika Serikat pada November 2020 karena derasnya arus modal masuk, rupiah pun
relatif terkendali di sekitar Rp14.100 pada minggu kedua Desember 2020.

Namun, masih belum ada tanda-tanda perbaikan pada permintaan agregat dalam jangka
pendek, tercermin dari kenaikan inflasi pada November 2020 dikarenakan oleh kenaikan harga
akibat kurangnya pasokan bahan pangan selama musim hujan.

Pemulihan ekonomi secara keseluruhan pun dinilai masih belum pasti, ke depan bergantung
pada kondisi masalah kesehatan dan efektivitas vaksin.

Riefky menambahkan, prospek sektor keuangan dan sektor riil ke depan juga sangat
bergantung pada situasi pandemi yang sedang berlangsung.

Jika pemerintah dapat melaksanakan implementasi dan pendistribusian vaksin secara efektif,
maka pemulihan ekonomi akan segera terjadi.
Dari beberapa keputusan Gubernur BI terhadap suku bunga acuan setiap tahunnya hingga saat
ini dengan memutuskan mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Resverse Repo Rate
(B17DRR) hasil analisis kami ialah :

-Alasan BI
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan langkah ini dilakukan untuk
memperkuat sinergi kebijakan dan mendukung berbagai kebijakan lanjutan untuk membangun
optimisme pemulihan ekonomi nasional.
"Ini melalui pembukaan sektor-sektor ekonomi produktif dan aman Covid-19, akselerasi
stimulus fiskal, penyaluran kredit perbankan dari sisi permintaan dan penawaran, melanjutkan
stimulus moneter dan makroprudensial, serta mengakselerasi digitalisasi ekonomi dan
keuangan," kata Perry di Jakarta, Kamis (17/12/2020).
-Perkuat Fundamental
Menurut dia, keputusan ini melanjutkan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan
dengan fundamental dan mekanisme pasar. Memperkuat strategi operasi moneter untuk
mendukung stance kebijakan moneter akomodatif.
"Kita memperkuat fundamental dan ketersediaan pasar," jelasnya.
-Percepat Pemulihan Ekonomi
Ekonom Core Piter Abdullah menilai ditahannya suku bunga ini akan mendorong pemulihan
ekonomi Indonesia.
"Saya Kira pasar Akan merespons positif karena suku bunga saat ini cukup rendah, cukup untuk
mensupport pemulihan ekonomi ke depan," kata Piter saat dihubungi di Jakarta, Kamis
(17/12/2020).
Kata dia, kalau BI menurunkan lagi justru akan direspons negatif. Karena Itu memberikan sinyal
bahwa perekonomian belum on the tracks pemulihan.
"Ini Masih membutuhkan kan support dari kebijakan moneter," tandasnya.
1. Dampak Positif

Inflasi tetap rendah


Stabilitas eksternal dan nilai tukar terjaga
Upaya pemulihan ekonomi

2. Dampak Negatif
-belum ada tanda-tanda perbaikan pada permintaan agregat dalam jangka pendek,
tercermin dari kenaikan inflasi pada November 2020 dikarenakan oleh kenaikan harga
akibat kurangnya pasokan bahan pangan selama musim hujan.

- Pemulihan ekonomi secara keseluruhan pun dinilai masih belum pasti, ke depan
bergantung pada kondisi masalah kesehatan dan efektivitas vaksin.

-prospek sektor keuangan dan sektor riil ke depan juga sangat bergantung pada situasi
pandemi yang sedang berlangsung.

3. Usulan atau saran untuk pemerintah

 kebijakan pemerintah yang melakukan relaksasi Pajak Penghasilan baik pekerja


industri manufaktur (penghapusan PPh 21 selama enam bulan) ataupun pajak badan
untuk industri manufaktur (pembebasan PPh Impor 22 dan diskon PPh 25 sebesar
30%) semestinya diperluas. Pasalnya, perlambatan ekonomi saat ini tidak hanya
dirasakan oleh sektor industri manufaktur, tetapi juga sektor-sektor lainnya. Oleh
karena itu, pemerintah perlu melakukan relaksasi pajak seperti pemberian potongan
pajak, percepatan pembayaran restitusi, dan penundaan pembayaran cicilan pajak
kepada sektor-sektor lain, khususnya yang terkena dampak paling parah, seperti sektor
transportasi dan pariwisata.

 upaya pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat bawah dengan memberikan
Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat yang mengalami penurunan
pendapatan dan mengalami Pemutusan Hubungan Kerja, perlu didukung oleh
kebijakan untuk menjamin kelancaran pasokan dan distribusi barang khususnya
pangan. Di saat seperti ini, potensi panic buying dan penimbunan sangat besar,
sehingga pengamanan aspek distribusi perlu diperketat.

 penyaluran BLT juga perlu diikuti dengan ketepatan data penerima bantuan dan
perbaikan mekanisme dan kelembagaan dalam penyalurannya sehingga dana BLT
tidak salah sasaran dan diterima oleh seluruh masyarakat yang semestinya
mendapatkannya.
 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar memberlakukan kebijakan yang mendorong
lembaga keuangan untuk melakukan rescheduling dan refinancing utang-utang sektor
swasta, selain untuk UMKM, juga untuk usaha-usaha yang menghadapi risiko pasar
dan nilai tukar yang tinggi. Selain itu, Bank Indonesia (BI) dan OJK perlu merumuskan
kebijakan yang bersifat strategis untuk mengatasi tingginya tingkat suku bunga
perbankan yang menjadi salah satu beban pelaku ekonomi, khususnya di saat
perlambatan ekonomi seperti saat ini.

 membuka peluang untuk membuat terobosan kebijakan baru. Di sisi fiskal, opsi
pelebaran defisit anggaran melebihi yang batas yang ditetapkan Undang-Undang
Keuangan Negara diperlukan di tengah semakin banyaknya kebutuhan belanja negara
untuk memberikan insentif kepada perekonomian.Di sisi moneter, perlu mencontoh
otoritas moneter beberapa negara yang aktif terjun memberikan insentif, khususnya
ketika kebijakan suku bunga acuan dan beragam kebijakan konvensional tidak bekerja
secara optimal seperti saat ini.

The Fed sendiri misalnya mempunyai kebijakan Quantitative Easing untuk menginjeksi
likuiditas ke masyarakat. Terobosan yang bisa dilakukan BI dan pemerintah yaitu
merevisi Peraturan Bank Indonesia no/10/13/PBI/2008 ataupun Undang-Undang Nomor
24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara dengan memberikan keleluasaan BI untuk
membeli SUN di pasar keuangan primer untuk mengakomodasi kepentingan pembiayaan
negara.

Anda mungkin juga menyukai