Anda di halaman 1dari 14

TUGAS FILSAFAT

ANALISIS PENERAPAN FILSAFAT ILMU DALAM KEPERAWATAN


MEDIKAL BEDAH DENGAN PENDEKATAN ALIRAN
EKSISTENSIALISME

DOSEN PENGAMPU MATA AJAR :

Dr. Nyimas Heny Purwati. Ns., Sp. Kep.An

OLEH
KELOMPOK 4

KELOMPOK 4
PEMINATAN MANAGEMENT
1. Heldawati
2. Irma Gita Wardani (20200920100010)
3. Teti Oktianingsih
4. Partini
5. Pipit Pitriani
6. Wisnu Handoko

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................2
BAB III.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................4

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2. Tujuan

1.3. Manfaat

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Filsafat Ilmu


Filsafat ilmu adalah merupakan bagian dari filsafat yang menjawab beberapa
pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi
dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu
sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi.
Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan
bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana
konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta
memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah
informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam penalaran yang
dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan model
ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
Ilmu berusaha menjelaskan tentang apa dan bagaimana alam sebenarnya dan
bagaimana teori ilmu pengetahuan dapat menjelaskan fenomena yang terjadi di alam.
Untuk tujuan ini, ilmu menggunakan bukti dari eksperimen, deduksi logis serta
pemikiran rasional untuk mengamati alam dan individual di dalam suatu masyarakat.
Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, berikut dikemukakan pengertian filsafat
ilmu yang disusun oleh Ismaun (2001), menurut Robert Ackerman “Philosophy of
science in one aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to
proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline
autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu
tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan
terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu,
tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah
secara aktual.
Filsafat ilmu merupakan disiplin ilmu yang membahas mengenai berbagai
fenomena yang berkaitan dengan ilmu atau sains. Obyek materil filsafat ilmu
merupakan cakupan dengan semua ilmu, yaitu membahas fakta dan kebenaran disiplin
ilmu, serta konfirmasi logika yang digunakan semua disiplin ilmu. Disamping itu pula,
obyek materil berbagai ilmu juga menelaah objek spesifik lain. Objek formil filsafat
ilmu adalah telaah filsafati tentang konfirmasi dan logika.

2
Kemampuan dan keluasan berpikir manusia mendorong beberapa filsuf
menciptakan aliran-aliran filsafat. Aliran tersebut diantaranya aliran eksistensialisme

2.2. Aliran Eksistensialisme


Dari sudut etimologi eksistensi berasal dari kata “eks” yang berarti diluar dan
“sistensi” yang berarti berdiri atau menempatkan, jadi secara luas eksistensi dapat
diartikan sebagai berdiri sendiri sebagai dirinya sekaligus keluar dari dirinya.
Adapun eksistensialisme menurut pengertian terminologinya adalah suatu aliran
dalam ilmu filsafat yang menekankan segala sesuatu terhadap manusia dan segala
sesuatu yang mengiringinya, dan dimana manusia dipandang sebagai suatu mahluk
yang harus bereksistensi atau aktif dengan sesuatu yang ada disekelilingnya, serta
mengkaji cara kerja manusia ketika berada di alam dunia ini dengan kesadaran. Disini
dapat disimpulkan bahwa pusat renungan atau kajian dari eksistensialisme adalah
manusia konkret.
Dalam filsafat dibedakan antara esensia dan eksistensia. Esensia membuat benda,
tumbuhan, binatang dan manusia. Oleh esensia, sosok dari segala yang ada
mendapatkan bentuknya. Oleh esensia, kursi menjadi kursi. Pohon mangga menjadi
pohon mangga. Harimau menjadi harimau. Manusia menjadi manusia. Namun, dengan
esensia saja, segala yang ada belum tentu berada. Kita dapat membayangkan kursi,
pohon mangga, harimau, atau manusia. Namun, belum pasti apakah semua itu sungguh
ada, sungguh tampil, sungguh hadir. Disinilah peran eksistensia. Eksistensia membuat
yang ada dan bersosok jelas bentuknya, mampu berada, eksis. Oleh eksistensia kursi
dapat berada di tempat. Pohon mangga dapat tertanam, tumbuh, berkembang. Harimau
dapat hidup dan merajai hutan. Manusia dapat hidup, bekerja, berbakti, dan membentuk
kelompok bersama manusia lain.
Selama masih bereksistensia, segala yang ada menjadi tidak ada, tidak hidup,
tidak tampil, dan tidak hadir. Kursi lenyap, Pohon mangga menjadi kayu manga,
harimau menjadi bangkai, manusia mati. Demikiankah penting peranan eksistensia,
olehnya segalanya dapat nyata ada, hidup, tampil, dan berperan. Tanpanya, segala
sesuatu tidak nyata ada, apalagi hidup dan berperan.
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang menekankan eksistensia. Para
pengamat eksistensialisme tidak mempersoalkan esensia dari segala yang ada. Karena
memang sudah ada dan tak ada persoalan. Kursi adalah kursi pohon mangga adalah
pohon manga, harimau adalah harimau, manusia adalah manusia. Namun, mereka
3
mempersoalkan bagaimana segala yang ada berada dan untuk apa berada. Oleh karena
itu, mereka menyibukkan diri dengan pemikiran tentang eksistensia. Dengan mencari
cara berada dan eksis yang sesuai pun akan ikut terpengaruhi. Dengan pengolahan
eksistensia secara tepat, segala yang ada bukan hanya berada, tetapi berada dalam
keadaan optimal. Untuk manusia, ini berarti bahwa dia tidak sekedar berada dan eksis
dalam kondisi ideal sesuai dengan kemungkinan yang dapat dicapai.
Dalam kerangka pemikiran itu, menurut kaum esistensialis, hidup ini dibuka.
Nilai hidup yang paling tinggi adalah kemerdekaan. Dengan kemerdekaan itulah
keterbukaan hidup dapat ditanggapi secara baik. Segala sesuatu yang menghambat,
mengurangi, atau meniadakan kemerdekaan harus dilawan. Tata tertib, peraturan,
hukum harus disesuaikan atau bila perlu dihapus dan ditiadakan. Karena adanya tata
tertib, peraturan, hukum dengan sendirinya sudah tak sesuai dengan hidup yang terbuka
dan hakikat kemerdekaan. Semua itu membuat orang terlalu melihat ke belakang dan
mengaburkan masa depan, sekaligus membuat praktik kemerdekaan menjadi tidak
leluasa lagi. Dalam hal etika, karena hidup ini terbuka, kaum eksistensialis memegang
kemerdekaan sebagai norma. Bagi mereka, manusia mampu menjadi seoptimal
mungkin. Untuk menyelesaikan proyek hidup itu, kemerdekaan mutlak diperlukan.
Berdasarkan dan atas norma kemerdekaan, mereka berbuat apa saja yang
dianggap mendukung penyelesaian proyek hidup. Sementara itu, segala tata tertib,
peraturan, hukum tidak menjadi bahan pertimbangan. Karena adanya saja sudah
mengurangi kemerdekaan dan isinya menghalangi pencapaian cita-cita proyek hidup.
Sebagai ganti tata-tertib, peraturan, dan hukum, mereka berpegang pada tanggung
jawab pribadi. Mereka tak mempedulikan segala peraturan dan hukum, dan tidak
mengambil pusing akan sanksi-sanksinya. Yang mereka pegang adalah tanggung jawab
pribadi dan siap menanggung segala konsekuensi yang datang dari masyarakat, negara,
atau lembaga agama. Satu-satunya hal yang diperhatikan adalah situasi.
Dalam menghadapi perkara untuk menyelesaikan proyek hidup dalam situasi
tertentu, pertanyaan pokok mereka adalah apa yang paling baik menurut pertimbangan
dan tanggung jawab pribadi seharusnya dilakukan dalam situasi itu. Yang baik adalah
menurut pertimbangan norma mereka, bukan berdasarkan perkaranya dan norma
masyarakat, negara, atau agama. Segi positif yang sekaligus merupakan kekuatan dan
daya tarik etika eksistensialis adalah pandangan tentang hidup, sikap dalam hidup,
penghargaan atas peran situasi, penglihatannya tentang masa depan.

4
Berbeda dengan orang lain yang berpikiran bahwa hidup ini sudah selesai, yang
harus diterima seperti adanya dan tak perlu diubah, etika eksistensialis berpendapat
bahwa hidup ini belum selesai, tidak harus diterima sebagai adanya dan dapat diubah,
bahkan harus diubah. Ini berlaku untuk hidup manusia sebagai pribadi, masyarakat,
bangsa dan dunia seanteronya. Namun, bagi kaum eksistensialis yang memahami hidup
belum selesai, setiap situasi membawa akibat untuk kemajuan kehidupan. Oleh karena
itu, setiap situasi perlu dikendalikan, dimanfaatkan, diarahkan sehingga menjadi
keuntungan bagi kemajuan hidup. Akhirnya, bagi orang yang menerima hidup sudah
sampai titik dan puncak kesempurnaannya, masa depan tidak amat berperan karena
masa depan pun keadaannya akan sama saja dengan masa yang ada sekarang. Namun,
bagi kaum eksistensialis yang belum puas dengan hidup yang ada dan yang merasa
perlu untuk mengubahnya, masa depan merupakan faktor yang penting. Karena hanya
dengan adanya masa depan itulah perbaikan hidup dimungkinkan dan pada masa depan
pula hidup baik itu terwujud. Dengan demikian, gaya hidup kaum eksistensialis
menjadi serius, dinamis, penuh usaha, dan optimis menuju ke masa depan.
Selanjutnya adalah ciri-ciri dari aliran eksistensialisme yang terdiri dari 2 ciri,
yaitu yang pertama adalah selalu melihat cara manusia berada dan eksistensi sendiri
disini diartikan secara dinamis sehingga ada unsur berbuat dan menjadi, dan yang ke-
dua adalah manusia dipandang sebagai suatu realitas yang terbuka dan belum selesai
serta didasari dari pengalaman yang konkret atau empiris yang kita kenal.

Ajaran Filsafat Eksistensialisme


Ajaran eksistensialisme tidak hanya satu. Sebenarnya eksistensialisme adalah
suatu aliran filsafat yang bersifat teknis, yang menjelma dalam bermacam-macam
sistem, yang satu berbeda dengan yang lain. Sekalipun demikian, sistem-sistem itu
dapat dicap sebagai filsafat eksistensialisme. Beberapa ciri yang dimiliki bersama di
antaranya adalah:
1. Motif pokok adalah eksistensi yaitu cara manusia berada. Hanya manusialah yang
bereksistensi. Pusat pernatian adalah pada manusia. Oleh karena itu, bersifat
humanistis.
2. Bereksistensi harus diartikan secara dinamis. Bereksistensi berarti menciptakan
dirinya secara aktif, berbuat, menjadi, dan merencanakan. Setiap saat, manusia
menjadi lebih atau kurang dari dirinya.

5
3. Filsafat eksistensialisme memandang manusia sebagai terbuka. Manusia adalah
realitas yang belum selesai dan masih harus dibentuk. Pada hakikatnya, manusia
terikat kepada dunia sekitarnya.
4. Tekanan filsafat eksistensialisme adalah kepada pengalaman yang kongkret, yakni
pengalaman yang eksistensial.
5. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pangkal tolak filsafat eksistensialisme
ialah eksistensi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa eksistensi merupakan
peristiwa yang azasi. Manusia menjadi sadar agar bisa berbuat, dan berbuat
bertujuan dalam berbuat dia menyempurnakan dirinya.

Sejarah Aliran Eksistensialisme


Eksistensialisme merupakan suatu aliran filsafat yang lahir karena latar belakang
ketidakpuasan beberapa filusuf yang memandang bahwa filsafat pada masa Yunani
ketika itu seperti protes terhadap rasionalisme Yunani, khususnya pandangan tentang
spekulatif tentang manusia. Intinya adalah Penolakan untuk mengikuti suatu aliran,
penolakan terhadap kemampuan suatu kumpulan keyakinan, khususnya kemampuan
sistem, rasa tidak puas terhadap filsafat tradisional yang bersifat dangkal dan primitif
yang sangat dari akademik.
Salah satu latar belakang dan alasan lahirnya aliran ini juga karena sadarnya
beberapa golongan filusuf yang menyadari bahwa manusia mulai terbelenggu dengan
aktifitas teknologi yang membuat mereka kehilangan hakekat hidupnya sebagai
manusia atau mahluk yang bereksistensi dengan alam dan lingkungan sekitar bukan
hanya dengan semua serba instant.

Adapun Tokoh-Tokoh Aliran Filsafat Eksistensialis


a. Immanuel Kant, Jean Paul Sartre, S. Kierkegaard (1813-1855 M)
b. Friedrich Nietzsche (1844-1900 M)
c. Karl Jaspers (1883-1969 M)
d. Martin Heidegger (1889-1976 M)
e. Gabriel Marcel (1889-1973 M)
f. Ren LeSenne dan M. Merleau Ponty (1908-1961 M).

6
2.3. Managemen Keperawatan
Definisi Manajemen keperawatan merupakan proses kerja setiap perawat untuk
memberikan pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien (Gillies, 2000 dalam Arwani
& Heru. 2012). Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus
dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan serta mengawasi sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana
sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien,
keluarga dan masyarakat (Suyanto, 2009). Suyanto (2009), menyatakan bahwa lingkup
manajemen keperawatan adalah manajemen pelayanan kesehatan dan manajemen
asuhan keperawatan.

Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan. Tahap perencanaan terdiri
atas pembuatan tujuan, pengalokasian anggaran, identifikasi kebutuhan pegawai, dan
penetapan struktur organisasi. Selama proses perencanaan, yang dapat dilakukan oleh
pimpinan keperawatan adalah menganalisis dan mengkaji sistem, mengatur strategi
organisasi dan menentukan tujuan jangka panjang dan pendek, mengkaji sumber daya
organisasi, mengidentifikasi kemampuan yang ada dan aktivitas yang spesifik serta
prioritasnya.
a. Manajemen keperawatan dilandaskan melalui penggunaan waktu yang efektif
b. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan.
c. Manajemen keperawatan harus terorganisasi
d. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
e. Komunikasi yang dilakukan secara efektif mampu mengurangi kesalah pahaman,
dan akan memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian diantara pegawai
dalam suatu tatnan organisasi.
f. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan.

Komponen Manajemen Keperawatan


a. Input Dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personil,
peralatan dan fasilitas.
b. Proses Pada umumnya merupakan kelompok manajer dari tingkat pengelola
keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan
wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian pengarahan dan

7
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Proses merupakan
kegiatan yang cukup penting dalam suatu system sehingga mempengaruhi hasil
yang diharapkan suatu tatanan organisasi.
c. Output Umumnya dilihat dari hasil atau kualitas pemberian askep dan
pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau
keluaran.
d. Kontrol Diperlukan dalam proses manajemen keperawatan sebagai upaya
meningkatkan kualitas hasil. Kontrol dalam manajemen 11 keperawatan dapat
dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan
kerja perawat, pembuat prosedur yang sesuai standard akreditasi.
e. Mekanisme umpan balik Mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan
hasil dan perbaikan kegiatan yang akan datang. Mekanisme umpan balik dapat
dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan, dan survei kendali mutu,
serta penampilan kerja perawat.

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Analisa Penerapan Filsafat Ilmu Dalam Keperawatan Managemen Dengan


Pendekatan Aliran Eksistensialisme
Dari uraian diatas kita adapat menganalisa bahwa erat sekali hubungan filsafat
ilmu dengan bidang keperawatan dalam hal ini filsafat ilmu dalam bidang
eksistensialisme juga sangat berperan dalam pengembangan managemen keperawatan
dikarenakan dalam ilmu keperawatan managemen mengandung komponen dalam dasar
filsafat ilmu yang berhubungan dengan pradigma keperawatan.
Dalam bidang managemen keperawatan yang mencakup mepengumpulan data
kemudian diproses dan akan mendapatkan hasil serta evaluasi sebagai suatu proses
managemen dalam keperawatan berarti pada kondisi ini telah menerapakan proses dari
filsafat eksistensialisme.
Filsafat ilmu aliran eksistensialisme itu awalnya adalah kita menelaah eksis
sesuatu setelah kita meletakkan pada bidangan sehingga dapat digunakan dalam suatu
system dalam hal ini yang menjadi targetan atau esensi dari managemen keperawatan
adalah bagaimana melayani pasien sebagai esensi tertinggi dari keperawatan,
menjadikan kebutuhan pasien sebagai bentuk pelayana dan dasar dari managemen
keperawatan.
Filsafat eksitensialime mengajarkan manusia bisa menjadi optimal dan merdeka
dalam memaksimalkan diri dengan potensi dan esensi dalam hal ini managemen
keperawatan memfasilitasi perawat untuk memanfaatkan segala kemampuan untuk
memulai pelayanan dimulai dari perencanaan pembiyayaan dan tritmen yang tentu
dikembalikan kepada manusia, dan kebutuhan manusia, sejatinya di era modern ini
esensi dan keterbutuhan yang beragam membuat keterbutuhan manusia menjadi
beragam tetapi dengan perkembangan ilmu moderen membuat managemen
keperawatan memiliki peran yang lebih luas dan kongkrit didalam merawat dan
menjaga manusia sebagai objek yang dilayani managemen keperawatan.
Pengelolaan yang baik serta mitigasi yang berpatokan pada manusia dan
kemanusiaan menjadikan pelayanan keperawatan memilkiki patokan output pun dari
manusia, serta feed back pasien berupa masukan dan saran menjadi hal yang penting
didalam mangemen keperawatan. Selain unsur pasien unsur kepegawaian yang

9
mengarah pada pengelolaan sumber daya manusia, melalui pendidikan kepada tenang
terampil keperawatan serta melatih skil dalam melayani pasien menjadi esistensialisme
ilmu managemen keperawatan yang tak kalah penting.
Sebelum kita berbicara banyak mengenai keperawatan tentu kita harus
memperhatikan esensialsme manusia yang melakukan tugas-tugas tersebut pendidikan
dan keterampilan tenaga mendis juga menjadi pekerjaan tersendiri managemen
keperawatan dalam mengelola sumber daya manusia. Komperhesif managemen
keperawatan menajadikan kita tidak hanya berbicara pada sektor eksekusi saja akan
tetapi kita juga berbicara sektor bagaiman pengelolaan sumber daya terampil dengan
sistem managerial yang baik dapat terkelola dengan fokus utama melayani manusia,
holitisk dan komperhensi manusia itulah yang membuat ilmu managemen keperawatan
kaya akan bahan dan sumber-sumber study lapangan yang memunculkan beragam
tantangan dan kasus-kasus baru didalam ilmu managemen keperawatan, secara fungsi
baik service maupun pengelolaan SDM memilki urgensi masing-masing dikarenakan
kedua hal tersebut adalah hal yang komplementer dan melengkapi peran dan tugas dari
terwujudnya pelayanan yang paripurna.
Hal ini tentu akan mempengaruhi keakuratan pelayanan dan keputusan keputusan
medis yang vital mengingat banyak sekali tindakan tindakan pertama medis yang
dilakukan tenang dan terampil keperawatan. Oleh karena itu filsafat ilmu dalam aliran
eksistensialime menajdi komponen penting dalam melakukan study dan batu uji
keilmuan yang falid terhadap keilmuan keperawatan menaruh aspek keperawatan dari
pasien dan tenanga terampil dengan esensi humanisme kamnausian menjadi patokan
yang jelas dan sturktur ilmiah dalam menguji kebutuhan imu dan permsalahan medis
dilapangan, pendekatan humanais atau esksitensialime pada manusia yang selalu
berubah ubah dan kompleks membuat kajian keilmuan filsafat ilmu menjadi luas dan
kaya sebagai dasar study empiris dan kepustakaan yang ada.
Pendekatan manusia sebagai objek utama pelayanan kesehatan menjadikan study
kemanusian didalam ilmu kesehatan. Manusia yang dilayani dan diprioritaskan
mendapat layanan kesehatan menjadi study yang harus terukur dan terstruktur didalam
kajian ilmiah dan ilmu pengetahuan. Tantangan kemanusiaan yang selalu berkembang
dan berubah-ubah menjadikan kepastian dan kompleksitas keilmuan menjadikan
keududukan ilmu dan study ilmiah menjadi pengawal kemutahiran ilmu managemen
keperawatan sebagai unsur utama dalam melaksanakan pelayanan kesehatan.

10
DAFTAR PUSTAKA
(10 tahun terakhir dan Penulisan sumber dengan metode APA)

11

Anda mungkin juga menyukai