Anda di halaman 1dari 9

PERBANDINGAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING DAN

METODE SEASONAL ARIMA UNTUK PERAMALAN INFLASI DI


KOTA TANJUNG PANDAN

Putri Choirunisa1), Kariyam2)


1
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia
email: 16611084@students.uii.ac.id
2
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia
email: kariyam@uii.ac.id

Abstrak
Tingkat inflasi yang terjadi dalam suatu negara menjadi salah satu ukuran untuk mengukur baik
buruknya masalah ekonomi yang dihadapi negara tersebut. Dari tahun ke tahun laju inflasi di Kota
Tanjung Pandan Kabupaten Belitung mengalami pergerakan yang signifikan. Pemerintah
Indonesia melalui Kementrian Pariwisata memasukan Pulau Belitung ke dalam daftar ‘10 Bali
Baru’ sebagai kawasan ekonomi khusus. Adanya inflasi ini sangat berpengaruh pada kehidupan
khususnya masyarakat yang bergelut di bidang pariwisata. Keadaan inflasi yang tidak stabil akan
menciptakan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui model peramalan inflasi di Kota Tanjung Pandan dengan
metode Triple Exponential Smoothing dan metode Seasonal ARIMA. Data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu data inflasi Kota Tanjung Pandan Tahun 2015-2019 yang bersumber dari buku
Publikasi BPS Kota Tanjung Pandan. Berdasarkan hasil perhitungan Mean Square Error (MSE)
dan nilai Root Mean Error Square (RMSE) dipilih metode peramalan terbaik yaitu menggunakan
metode Seasonal ARIMA dengan hasil peramalan di bulan Maret 2019 sebesar -0.52.

Kata Kunci: peramalan, inflasi, seasonal ARIMA.

1. PENDAHULUAN Kota Tanjung Pandan mengalami deflasi.


Adanya permasalahan ekonomi jangka Namun secara signifikan mengalami
pendek merupakan titik awal munculnya kenaikan secara signifikan dari tahun 2016
ilmu ekonomi makro. Salah satu masalah sampai tahun 2018, inflasi tertinggi yang
ekonomi jangka pendek tersebut adalah dialami Kota Tanjung Pandan yaitu 4,9%.
inflasi. Semua negara di dunia selalu Selain terkenal dengan tambang timah
menghadapi permasalahan inflasi. Oleh Pulau Belitung ini memilik sejuta pesona
karena itu, tingkat inflasi yang terjadi dalam yang dapat membuat wisatawan selalu ingin
suatu negara menjadi salah satu ukuran kembali ke sana. Maka tak heran kalau
untuk mengukur baik buruknya masalah pemerintah Indonesia melalui Kementerian
ekonomi yang dihadapi negara tersebut. Pariwisata memasukan Pulau Belitung ke
Secara umum inflasi didefinisikan dalam daftar ‘10 Bali Baru’ atau 10
sebagai naiknya harga barang secara umum destinasi wisata prioritas.
dan terus menerus. Inflasi tidak terjadi jika Adanya inflasi ini sangat berpengaruh
kenaikan harga yang dialami hanya pada pada kehidupan khususnya masyarakat yang
satu atau dua barang saja, kecuali bila bergelut dibidang pariwisata Adanya inflasi
kenaikan itu menyebar (atau mengakibatkan misalnya kenaikan harga BBM ini sangat
kenaikan harga) pada barang lainnya (Bank berpengaruh yang saat ini mengakibatkan
Indonesia, 2013). Indikator yang sering daya beli masyarakat menurun yang
digunakan untuk mengukur tingkat inflasi ditambah dengan nilai tukar rupiah semakin
adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). melemah.
Dari tahun ke tahun laju inflasi di Kota Untuk mewujudkan pertumbuhan
Tanjung Pandan Kabupaten Belitung ekonomi yang berkesinambungan, maka
mengalami pergerakan yang signifikan. pemerintah wajib melakukan salah satu
Pada tahun 2015 hampir di setiap bulan syaratnya yaitu kestabilan inflasi. Kestabilan
ini diharapkan nantinya dapat memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan
Prosiding Sendika: Vol 5, No 2, 2019 1
masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi Desember 2017 menunjukkan model
didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi ARIMA terbaik adalah ARIMA(2,0,0).
yang tinggi dan tidak stabil memberikan Dalam penelitian ini akan dilakukan
dampak negatif kepada kondisi sosial perbandingan peramalan menggunakan
ekonomi masyarakat. Keadaan inflasi yang metode triple exponential smoothing dan
tidak stabil akan menciptakan seasonal ARIMA untuk data inflasi di Kota
ketidakpastian bagi pelaku ekonomi dalam Tanjung Pandan Kabupaten Belitung.
mengambil keputusan. Dari pengalaman
yang sudah-sudah menunjukkan bahwa
inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan 3. METODE PENELITIAN
keputusan masyarakat dalam melakukan
konsumsi, investasi, maupun produksi, yang A. Sumber Data
pada akhirnya akan menurunkan Data inflasi yang digunakan dalam
pertumbuhan ekonomi nasional. penelitian ini merupakan data sekunder
Ketidakstabilan inflasi dari tahun ke bersumber dari Badan Pusat Statistik
tahun di Kabupaten Belitung menyulitkan Kabupaten Belitung dari bulan Januari
bank sentral maupun pemerintah dalam tahun 2015 hingga bulan Februari 2019
menentukan kebijakan khususnya di bidang sebanyak 50 observasi. Pemaparan hasil
moneter. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini didukung oleh perangkat
diperlukan suatu model yang dapat Rstudio
digunakan untuk memprediksi nilai inflasi
di masa mendatang secara cepat, mudah, B. Teknik Analisis
dan akurat sehingga bank sentral maupun
pemerintah dapat menggunakannya sebagai 1. Triple Exponential Smoothing
acuan dalam menentukan kebijakan di masa Metode triple exponential
mendatang. smoothing dikenal dengan metode
Holt-Winter’s Exponential Smoothing.
Metode Holt-Winters didasarkan tiga
2. KAJIAN LITERATUR DAN konstanta pemulusan, yaitu yaitu α
PEGEMBANGAN HIPOTESIS (untuk unsur level), β (untuk unsur
tren), dan γ (untuk unsur musiman).
Dalam penelitian (Biri Romi, dkk, 2013)
Terdapat dua model metode Holt-
Penelitian dilakukan untuk mengetahui
Winter’s yaitu:
pergerakan inflasi dan meramal pergerakan
inflasi di Kota Palu. Data pergerakan inflasi
(i) Metode Holt-Winter’s Additive
ini berjumlah 160 data bulan pengamatan,
Metode ini cocok untuk prediksi
dari bulan Januari 2000 sampai bulan April
deret berkala dimana amplitudo atau
2013. Peramalan pergerakan inflasi di Kota
ketinggian pola musimannya tidak
Palu sebesar 0,2683 persen, artinya
tergantung pada rata-rata level atau
pergerakan artinya pergerakan inflasi di
ukuran data (Montgomery, 2008). Pola
Kota Palu kembali mengalami penurunan
data Holt-winter’s additive di
dari periode bulan sebelumnya Data
gambarkan pada Gambar 1
peramalan pergerakan ini, tidak mengalami
perbedaan yang signifikan dibandingkan
dengan data yang dikeluarkan oleh Badan
Pusat Statistika di kota tersebut
Dalam penelitian (Astutik, dkk,2018)
ketidakstabilan inflasi di Kabupaten Demak
di masa mendatang menyulitkan bank
sentral maupun pemerintah dalam
menentukan kebijakan. Tujuan kajian ini Gambar 1. Holt-Winter’s Additive
yakni meramalkan inflasi di kabupaten
Demak bulan Maret 2017 sampai dengan Persamaan yang digunakan untuk
metode Holt-Winter’s Additive:
 Pemulusan Keseluruhan
 Pemulusan Trend
Prosiding Sendika: Vol 5, No 2, 2019 2
(1) dan bagian musiman. Secara
umum, model Seasonal ARIMA
dinotasikan sebagai berikut:
(2)
ARIMA(p,d,q)(P,D,Q)s
 Pemulusan Musiman (9)
(3) dengan
 Peramalan (p,d,q) = bagian tidak musiman dari
model
(4) (P,D,Q) = bagian musiman dari model
P = orde musiman untuk AR
(ii) Metode Holt – Winter D = orde musiman untuk MA
Multiplicative Q =banyaknya seasonal
Model ini cocok untuk prediksi differencing
deret berkala yang dimana amplitudo s= jumlah periode per musim
atau ketinggian dari pola (i) Stasioneritas
musimannya proporsional dengan Stasioneritas berarti bahwa tidak
rata-rata level atau tingkatan dari terdapat perubahan yang drastis pada data.
deret data (Montgomery, 2008). Fluktuasi data berada di sekitar suatu nilai
Dengan kata lain, pola musiman rata–rata yang konstan, tidak tergantung
membesar seiring meningkatnya pada waktu dan varians dari fluktuasi
ukuran data. Pola data metode ini tersebut (Makridakis,dkk.1999). Untuk
digambarkan pada Gambar 2. menstasionerkan data nonstasioner dalam
rata–rata dapat dilakukan proses
differencing (pembedaan). Operator shift
mundur (backward shift) sangat tepat untuk
menggambarkan proses differencing.
Penggunaan backward shift adalah sebagai
berikut:

(10)
Gambar 2. Holt – dengan
Winter Multiplicative = nilai variabel Z pada
waktu
Persamaan yang digunakan untuk t = nilai variabel Z pada

metode Holt-Winter’s Additive: waktu t-1


 Pemulusan Keseluruhan B = backward shift
(5) Terdapat cara lain untuk mengetahui
 Pemulusan Trend stasioneritas data yaitu melalui uji akar unit
(6) (unit root test). Uji ini merupakan pengujian
 Pemulusan Musiman yang populer, dikembangkan oleh David
(7) Dickey dan Wayne Fuller dengan sebutan
Augmented Dickey-Fuller (ADF) Test.
 Peramalan Hipotesis untuk pengujian ini adalah:
) (terdapat unit root, tidak
(8) stasioner)
2. Metode Seasonal ARIMA (tidak terdapat unit root,
Metode Seasonal Autoregressive stasioner)
Integrated Moving Average (SARIMA)
merupakan metode ARIMA yang (ii) White Noise
digunakan untuk menyelesaikan time Suatu model bersifat white noise
series musiman. Metode ini terdiri dari artinya residual dari model tersebut telah
dua bagian, yaitu bagian tidak musiman memenuhi asumsi identik (variasi residual
Prosiding Sendika: Vol 5, No 2, 2019 3
homogen) serta independen (antar residual
tidak berkorelasi). Pengujian asumsi white dan RMSE yaitu:
noise dilakukan dengan menggunakan uji
Ljung-Box (Aswi & Sukarna, 2006).
 Hipotesis: (13)
H0 : = = … = = 0 (residu (ii) Root Mean Square Error (RMSE)
memenuhi proses white noise) RMSE adalah metode alternatif
H1 : Minimal ada satu ≠ 0 untuk i = untuk mengevaluasi teknik peramalan
1,2,..,k (residu tidak memenuhi proses yang digunakan untuk mengukur tingkat
white noise) akurasi hasil prakiraan suatu
 Statistik Uji: model. RMSEmerupakan nilai rata-rata
dari jumlah kuadrat kesalahan, juga
dapat menyatakan ukuran besarnya
(11) kesalahan yang dihasilkan oleh suatu
model prakiraan. Nilai RMSE rendah
 Derah Penolakan: menunjukkan bahwa variasi nilai yang
Q > ϰ2 (α;k-p-q) dihasilkan oleh suatu model prakiraan
(12) mendekati variasi nilai obeservasinya.
dengan Menurut Makridakis, salah satu ukuran
p dan q : orde dari ARMA (p,q) kesalahan dalam peramalan adalah nilai
k = time-lag tengah akar kuadrat atau Root Mean
Square Error (RMSE).
3. Evaluasi Error
Ketetapan dari suatu metode
forecasting merupakan kesesuaian dari
suatu metode yang menunjukkan (14)
seberapa jauh model forecasting Dengan :
tersebut mampu meramalkan data : Error periode ke-t
aktual. Perbedaan antara nilai n : jumlah data
forecasting dengan data aktual disebut
Error forecasting. Nilai error
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
forecasting dalam suatu analisis tidak
dapat dihindari, namun untuk a. Tahap Identifikasi Data
menghasilkan tujuan forecasting yang
baik maka nilai error tersebut dapat
diminimalisir. Dengan demikian maka
diperlukan suatu konsep penilaian yang
bertujuan untuk menjelaskan sejauh
mana nilai Error tersebut. Dalam
pemodelan Time Series, beberapa
konsep penilaian dalam menentukan
ukuran ketetapan model sebagai berikut
:
(i) Mean square Error (MSE) adalah
metode alternative untuk
.
mengevaluasi teknik peramalan
masing-masing kesalahan (selisih data Gambar 3. Pola Data Aktual
actual terhadap data peramalan) yang Gambar 3 memperlihatkan bahwa pola data
dikuadratkan, kemudian dijumlahkan menunjukkan fluktuasi meningkat, yaitu
dan dibagi dengan jumlah data. Dalam gerakan dari kiri bawah ke kanan atas pada
fase forecasting, menggunakan MSE grafik yang menandakan bahwa data
sebagai suatu ukuran ketetapan juga tersebut tidak stasioner terhadap rata-rata
dapat menimbulkan masalah dan variansi
(Makridakis, 1999). Adapun
persamaan untuk menghitung MSE
Prosiding Sendika: Vol 5, No 2, 2019 4
model multiplikatif, Pemilihan model Holt-
Winter’s Exponential Smoothing dapat di
lakukan dengan memilih nilai error terkecil
Tabel 1. Perbandingan Metode
Additive dan Multiplicative
Model TES MSE RMSE
Additive 1.417 1.190
Multiplicative 52.027 7.212
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa
model Holt-Winter’s Exponential
Smoothing additive memiliki nilai error
Gambar 4. Pola Data Musiman lebih kecil dibandingkan model Holt-
Pada Gambar 4 memperlihatkan bahwa pola Winter’s Exponential Smoothing
data inflasi memiliki pola data musiman. multiplicative. Dengan demikian metode
yang digunakan adalah Holt-Winter’s
Exponential Smoothing Additive.
Tabel 2 menunjukkan hasil
penentuan parameter optimum yang
diperoleh melalui program Rstudio
menggunakan metode Holt-Winter’s
Exponential Smoothing Additive yang
digunakan untuk meramalkan satu periode
kedepan yaitu tahun 2019.
Tabel 2 Hasil parameter optimum
menggunakan metode Holt-
Winter’s Exponential Smoothing
Gambar 5. Pola Data Trend Additive
α 0.357108
Pada Gambar 5 memperlihatkan bahwa
Parameter 0.1061854
pola data inflasi memiliki pola data trend
positif. Dari ketiga plot ini dapat γ 1
disimpulkan bahwa data tersebut memiliki
pola musiman dan pola trend. Dari Dari hasil peramalan dengan
identifikasi plot tersebut dipilih metode menggunakan metode Holt-Winter’s
Holt-Winter’s Exponential Smooth dan Exponential Smoothing Additive diperoleh
Seasonal ARIMA karena kedua metode nilai parameter (pembobotan optimum)
tersebut bisa mengatasi efek musiman dan untuk α = 0.357108, β = 0.1061854, dan γ =
trend. 1.
b. Peramalan Menggunakan Metode Berdasarkan hasil nilai parameter
Triple Exponential Smoothing yang optimum menggunakan program R
sehingga penulis mendapatkan persamaan
Berdasarkan Makridakis (1999) model pemulusan eksponensial data asli
disebutkan bahwa penetapan nilai parameter (keseluruhan), pemulusan pola trend, dan
untuk mean (𝛼), trend (𝛽) dan seasonal (𝛾) pemulusan pola musiman sebagai berikut:
sekitar 0,1 sampai dengan 1. Hal ini Level :
bermanfaat untuk mencapai stabilitas jangka
panjang dan menyediakan metode yang
umum dan murah untuk peramalan semua Trend :
jenis data. )
Pembahasan penelitian metode
Holt-Winter’s Exponential Smoothing ini Musiman :
diawali dengan membuat pola data untuk
menentukan model musiman additif atau Persamaan untuk peramalan m periode ke
Prosiding Sendika: Vol 5, No 2, 2019 5
depan ARIMA menggunakan bantuan
software Rstudio.
Peramalan menggunakan metode triple
exponential smoothing dilakukan pada
periode Maret-Desember 2019. Hasil
ramalan dalam angka disajikan pada

c. Peramalan dengan Metode Seasonal


ARIMA
(i) Uji Stasioneritas Gambar 7 Model
Pada metode SARIMA data yang Seasonal ARIMA
dianalisis harus stasioner terhadap rata-
rata dan variansi atau dengan kata lain Berdasarkan hasil yang diperoleh
data tidak mengandung unit root. pada Gambar 7, untuk menentukan
Selain dapat dilihat dari plot, model non-musiman.. dipilih model
kestasioneran data juga dapat dilihat terbaik yang terbentuk adalah SARIMA
melalui uji Augmented Dickey-Fuller (0,1,2)(0,1,1)12.
(ADF). Tabel 1 menunjukkan hasil uji
ADF data aktual dengan menggunakan (iii Uji Diagnostik
software RStudio: ) Setelah mendapatkan model
terbaik, maka perlu dilakukan uji
Tabel 3. Hasil Uji ADF Data diagnostik terhadap model tersebut.
Differencing Musiman Berikut ini adalah hasil dari uji
Uji ADF diagnostiknya:
Dickey-Fuller -4.7077
p-value 0.01

Gambar 8 Plot Ljung Box

Berdasarkan hasil Gambar 8, residual


Gambar 6. Plot Data Differencing Non- model SARIMA(0,1,2)(0,1,1)12 bersifat white
Musiman noise (WN) dikarenakan pada plot ACF of
Residuals tidak terdapat lag yang keluar
Berdasarkan Tabel 2. hasil uji ADF lebih dari 1 dari batas interval. Selain itu,
pada data differencing sebanyak 1 kali semua nilai p-value pada plot Ljung-Box di
didapatkan nilai p-value sebesar 0.01 atas batas tingkat signifikansi yaitu 0.05
yang artinya data stasioner. Selain itu, sehingga menunjukkan residual tidak
berdasarkan Gambar 6. pola data mengandung korelasi. Dengan demikian uji
differencing non-musiman pola data diagnostik model SARIMA(0,1,2)(0,1,1)12
yang ada telah berfluktuasi di sekitar terpenuhi.
rata-rata dan variansi. Dengan begitu,
dapat dikatakan data telah stasioner. d. Evaluasi Metode
Untuk mengevaluasi metode peramalan
(ii) Identifikasi Model yang digunakan dapat dilihat dari nilai
Setelah data diuji error. Nilai error adalah selisih data aktual
kestasionerannya, maka selanjutnya dengan data peramalan.
dilakukan identifikasi model Seasonal

Prosiding Sendika: Vol 5, No 2, 2019 6


Winter Exponential Smoothing Additive
dan Seasonal ARIMA. Hasilnya sebagai
berikut :

Tabel 4 Nilai Error Peramalan


Triple Seasonal
Error
Exponential ARIMA
Smoothing
MSE 1.417 0.920
RMSE 1.190 0,8464
Dari hasil perhitungan error peramalan
Gambar 9. Plot data actual vs data pada Tabel 4 dipilih metode peramalan
prediksi Metode Triple Exponential terbaik yaitu menggunakan metode Seasonal
ARIMA maka didapatkan nilai MSE sebesar
0.920 dan RMSE sebesar 0.8464

Makridakis, S., Wheelwright, S.C., &


McGee, V.E., 1999. Metode dan
Aplikasi Peramalan Jilid 1 Edisi
Kedua. Terjemahan Ir. Untung S.
Andriyanto dan Ir. Abdul Basith.
Jakarta: Erlangga.
Gambar 10. Perbandingan metode Prahara,Guntur. 2011. Mengenal Inflasi
seasonal ARIMA Lebih Dekat. Diakses pada 24 Januari
2019.
Semakin grafik data peramalan http://www.borneotribune.com/citizen
mendekati grafik data asli, Maka model -jurnalism/mengenalinflasi-
tersebut dapat dikatakan baik. Berdasarkan lebihdekat.html.
Gambar 9 dan Gambar 10 metode seasonal Trihendradi, C. 2005. SPSS 13.0
ARIMA dianggap lebih baik karena lebih Analisis Data Statistik.
mendekati grafik data asli Yogyakarta: Andi.
Selain dilihat secara visual, error dapat Warsidi. 2012. Konsep dan Metode
dievaluasi dengan nilai Root Mean Square Perhitungan Inflasi diakses pada 20
Error (RMSE) dan Mean Square Error Januari 2019
(MSE). Tabel 4 merupakan nilai RMSE dan http://www.warsidi.com/2010/04/kon
MSE dari peramalan dengan metode Holt sepdan-metode-penghitungan
inflasi.html.
Zainun, N. Y., dan Majid, M. Z. A. 2003.
Low Cost House Demand Predictor.
Universitas Teknologi Malaysia.
5. KESIMPULAN (RMSE) terkecil yaitu menggunakan metode
Seasonal ARIMA
Setelah selesai melakukan analisis
dengan mendapatkan model Triple
Exponential Smoothing dan Seasonal
ARIMA dalam meramalkan nilai inflasi di
Kota Tanjung Pandan disimpulkan bahwa
:
1. Dari perbandingan metode triple
exponential smoothing dan
seasonal ARIMA dipilih metode
peramalan terbaik dengan memilih
hasil nilai Mean Square Error
(MSE) dan Root Mean Square

Prosiding Sendika: Vol 5, No 2, 2019 7


2. Berdasarkan hasil metode
seasonal ARIMA didapatkan
hasil peramalan di bulan
Maret 2019 sebesar -0.52.

6. REFERENSI
Aswi & Sukarna. (2006). Analisis
Deret Waktu Teori dan
Aplikasi. Makassar: Andira
Publisher
Badan Pusat Statistik. 2017.
Metadata Indikator Inflasi.
Diaksis pada 21 Januari 2019.
https://sirusa.bps.go.id/sirus
a/index. php /indikator/570.

Prosiding Sendika: Vol 5, No 2, 2019 8


Bank Indonesia. 2013. Pengenalan Inflasi
- Bank Sentral Republik Indonesia.
Diakses pada 25 Januari 2019.
http://www.bi.go.id/id/moneter/infl
asi/pengenalan/Contents/Default.as
px

Anda mungkin juga menyukai