Disusun Oleh :
NIM : 061740831988
Kelas : 8 MIC
Tata Kelola TI adalah suatu bentuk komitmen, kesadaran dan proses pengendalian
manajemen organisasi terhadap sumber daya TI mencakup mulai dari sumber daya komputer
(software, brainware, database dan sebagainya) hingga ke Teknologi Informasi dan Jaringan
LAN/Internet. Nah, apa yang dimaksud dengan Tata Kelola (Governance) itu? Ada banyak
pendapat mengenai Tata Kelola TI. “Governance” merupakan turunan dari kata
“government”, yang artinya membuat kebijakan (policies) yang sejalan/selaras dengan
keinginan/aspirasi masyarakat atau kontituen (Handler & Lobba, 2005). Sedangkan
penggunaan pengertian “governance” terhadap Teknologi Informasi (IT Governance)
maksudnya adalah, penerapan kebijakan TI di dalam organisasi agar pemakaian TI berikut
pengadaan dan pelayanannya diarahkan sesuai dengan tujuan organisasi tersebut.
Menurut COBIT yang menjadi standar umum Tata Kelola TI dari lembaga ISACA. Tata
Kelola TI didefinsikan sebagai “structure of relationships and processes to direct and control
the enterprise in order to achieve the entreprise’s goals by value while balancing risk versus
return over IT and its processes”. Sedangkan Oltsik (2003) mendefinisikan IT Governance
sebagai kumpulan kebijakan, proses/aktivitas dan prosedur untuk mendukung pengoperasian
TI agar hasilnya sejalan dengan strategi bisnis (strategi organisasi). Dari kumpulan definisi
mengenai Tata Kelola TI tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dibangunnya Tata
kelola TI pada dasarnya untuk menyelaraskan sumberdaya TI dengan tujuan dan strategi
organisasi serta dapat berfungsi sebagai enabler.
Berikut terdapat beberapa alasan mengapa tata kelola TI menjadi baik dan harus
dilakukan oleh perusahaan, diantaranya:
Perusahaan yang menerapkan tata kelola TIK dengan baik terbukti dapat menekan
biaya setidaknya antara 20% ketika telah menetapkan strategi seperti operational excellence
yang dapat dicapai dalam waktu 3 tahun semenjak diterapkan.
Investasi pada infrastruktur TI harus bersifat flexible, yang artinya investasi harus
dilakukan dengan menjaga keseimbangan antara kebutuhan bisnis saat ini dan di masa
mendatang dengan tetap memperhatikan efektifitas dan efisiensi biaya yang sudah
dikeluarkan untuk mencapai tujuan bisnis.
Dalam upaya mencapai keberhasilan, maka diperlukan kerja sama dan hubungan yang
baik dari semua pihak, tidak terkecuali bagian TI. Atas dasar itu maka diperlukan tindakan
pengelolaan yang baik karena perngelolaan TI di perusahaan tidak bertumpu pada satu
departemen yang ada dalam organisasi perusahaan.
TI memberikan peluang sekaligus ancaman bagi perusahaan
Peluang dan ancaman selalu hadir beriringan, sama halnya dengan TI. Jika TI dapat
dilaksanakan dengan mengadopsi hal baik untuk tujuan perkembangan bisnis dan di kelola
dengan baik, maka ancaman bisa dihindari lebih dini.
Tatakelola TI yang baik adalah suatu hal yang kritis bagi perusahaan
Peran TI cukup penting didalam perusahaan jika dapat di kelola dengan baik untuk
mendapatkan manfaatnya. Manajemen TI yang baik akan membawa dampak baik pada
perusahaan berupa performa dan citra baik dari publik.
Tidak semua hal harus menunggu aksi dari level eksekutif perusahaan, hal ini
dikarenakan adanya keterbatasan pada kemampuan dan waktu pada suatu kondisi tertentu.
Maka dari itu perlu adanya tata kelola TIK yang baik agar proses pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan investasi TI bisa dilakukan secara cepat dan akuntabel namun tetap in
line sesuai sasaran dan arahan yang diinginkan oleh level eksekutif perusahaan.
Tujuan yang ingin dicapai tentu membuat perusahaan harus memikirkan langkah yang
mereka ambil. Maka dari itu masing-masing perusahaan memiliki kecenderungan untuk
mengelola TI dengan cara mereka masing-masing. Hal ini disesuaikan dengan tujuan utama
perusahaan dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Penciptaan Nilai (Value Delivery). Menurut ITGI (IT Governance Institute, 2006),
Layan TI sendiri tidak akan mampu memberikan manfaat secara langsung terhadap
bisnis. Manfaat tersebut hanya bisa dihasilkan bila TI (Teknologi Informasi )
diimplementasikan bersama-sama dengan peningkatan dalam bisnis, bisnis proses,
kompetensi dan prinsip kerja tiap individu dalam perusahaan, serta perubahan-
perubahan yang dilakukan didalam perusahaan itu sendiri. Prinsip - prinsip dasar IT
value adalah tepat waktu, sesuai anggaran dan dengan manfaat yang dimaksudkan.
Oleh karenanya proses TI harus dirancang, digunakan dan dioperasikan dengan cara
yang efisien dan efektif yang memenuhi tujuan dan harapan perusahaan yang
ditentukan oleh business value driver yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
1. Business monarchy
Pengambil keputusan adalah business leaders (dewan direksi CIO). Dalam membuat
keputusan TI dewan direksi mendapat input dari CIO. Hal ini,kurangbaik, karena dewan
direksi tidak mengetahui detil teknis TI dan wawasan TI –nya kurang, sehingga mungkin
membuat keputusan yang kurang tepat. Sebaiknya business monarchy diterapkan di bidang
yang kurang teknis yaitu principles, investment/prioritization dan business application.
positifnya, aturan yang dikeluarkan akan selalu terkait erat dengan yang paling menjadi
concern dewan direksi, yaitu bisnis dan strateginya.
2. IT monarchy
Pengambil keputusan adalah tim TI, dan CEO. keputusan yang dibuat cenderung IT-
oriented, kurang memperhitungkan strategi bisnis, kecuali jika CEO-nya cukup business-
minded, tipe ini biasanya bersifat kreatif, dengan mengimplementasikan sebuah ide baru TI,
untuk membantu pelaksanaan bisnis. Salah satu bentuk nyata tanda digunakannya tipe ini
adalah, adanya kantor pusat arsitektur TI, dimana pengembang aplikasi harus mengikuti
arsitektur TI yang sudah ada. IT monarchy sebaiknya diterapkan di bidang-bidang yang lebih
teknis seperti arsitektur, infrastruktur dan aplikasi.
3. Feudal
Pengambil keputusan adalah pemilik unit bisnis atau kepala cabang, keputusan dibuat
dengan berfokus pada local needs, dalam hal ini para pemilik unit bisnis dan kepala cabang
menjadi semacam raja kecil yang mementingkan kesejahteraan unit atau cabangnya sendiri,
organisasi yang menggunakan tipe pengambilan keputusan feudal, akan kesulitan mengelola
aset TI-nya karena munculnya application islands, silos, yang semuanya dikelola di level
lokal.
4. Federal
Pengambil keputusan adalah pihak business users di level pusat dan cabang, tipe ini
mirip dengan tipe business monarch, namun tipe federal lebih memperhatikan kepentingan
lokal/cabang. Biasanya cabang atau unit bisnis yang paling menguntungkan akan lebih
diperhatikan oleh pusat, sehingga muncul ketidak-puasan dari cabang atau unit bisnis kecil.
5. IT duopoly
Pengambil keputusan adalah divsi TI pusat dan salah satu level bisnis, pusat atau
unit/cabang, tapi tidak pernah keduanya. either TI pusat dan bisnis pusat saja atau TI pusat
dan unit/cabang saja. Tipe ini memiliki beberapa kelebihan yaitu, TI pusat dan bisnis pusat
dapat membuat suatu policy yang enterprise wide, untuk diimplementasikan dengan lebih
teknis di unit/cabang sesuai dengan kebutuhan TI di unit/cabang. IT duopoly, memiliki dua
sub tipe yaitu radial dan TI dalam sub-tipe radial, TI bertindak sebagai penghubung atau
perantara antar unit bisnis, sehingga TI dapat melihat di level yang lebih tinggi dan luas, yang
pada akhirnya dapat mendorong standarisasi dan reusability aset TI. Dalam sub-tipe T,
terdapat dua komite yaitu komite bisnis yang ada di atas komite TI. komite bisnis (terdiri dari
CEO) bekerja sama dengan komite TI untuk membuat keputusan TI terbaik bagi organisasi.
komite bisnis juga mengawasi pelaksanaan keputusan TI oleh komite TI. Kedua sub-tipe
tersebut biasanya digunakan bersamaan. sub-tipe T untuk pengambilan keputusan atau
pembuatan kebijakan TI yang enterprise-wide, sub-tipe radial untuk pelaksanaan keputusan
dan kebijakan TI di unit atau cabang.
6. Anarchy
E. Kelebihan dan Kekurangan dari Setiap Model Tata Kelola Sistem Informasi