Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mesin Moulding Plastik


Molding plastik adalah pencetakan benda kerja yang di gunakan dari
komponen material (plastik/compound articles) dengan menggunakan alat
bantu cetakan atau mold yang pada proses pencetakannya menggunakan
penghantar panas dengan adanya tekanan. Molding, hampir sama dengan
casting atau pengecoran untuk membuat benda-benda dari material logam.
Material yang di buat berupa butiran atau granulat plastik akan menjadi leleh
seperti bubur jika di panaskan. Proses injection molding secara umum di
tentukan dengan pemilihan material agar mendapatkan hasil yang di inginkan
dari benda kerja (work piece) yang akan di buat. Di samping hal tersebut,
pemilihan proses molding juga di pengaruhi dari bentuk desain produk yang
akan di buat atau di produksi. Berdasarkan material plastik yang di buat, dan
faktor yang mempengaruhi proses molding (andriansyah 2010).
2.2 Menghitung Perancangan Tabung Pemanas Elektrik
Direncanakan dimensi tabung dengan plat stainless steel dengan tebal 5
mm, perencenaan tabung pemanas bagian dalam skalanya sama dengan
mesin yang ada di pasar, Diketahui tabung yang ada di pasar memiliki
diameter 700 mm.
Jari Jari Tabung

Dimana :
D = Diameter besar tabung
Data Spesifikasi dari biji plastik
Setelah melakukan pengujian akan diidentifikasi tentang spesifikasi
dari biji plastik sebagai berikut :
Sebagaimana literatur yang sudah ada bahwa 1x proses membutuhkan
waktu 1 jam maka :

4
5

x ρ → Volume = Kapasitas

Luas Alas Tabung

Dimana :
LA = Luas alas tabung
r = jari jari
Luas Selimut tabung
Diasumsikan lelehan plastik yang ada di dalam oven hampir mengisi
seluruh selimut tabung, sehingga ada clearance, maka akan mendapat rumus :

Dimana :
r = jari jari tabung
t = panjang tabung
2.3 Menghitung Gaya yang terjadi pada konveyor ulir
 Pada bagian dalam tabung terdapat screw conveyor yang digunakan
sebagai pengaduk lelehan plastik selama proses berlangsung, tinggi screw
conveyor yang akan direncanakan dengan berbahan Baja karbon S50C
guna untuk mereduksi terhadap panas yang ditimbulkan selama proses
mengikuti dimensi tabung dengan diameter poros 10 cm yang mengikuti
ukuran yang ada di pasar.

Gambar 2.3 Teori Perancangan konveyor ulir


Sumber : http://vlendchan.blogspot.co.id/2011/03/efisiensi-alat-screw-
injection molding.html?m=1
6

Dimana :
L = Panjang poros (cm)
P = Pitch/jarak (cm)
D =Diameter conveyor setelah jadi (cm)
D1=Diameter conveyor sebelum jadi (cm)
d =Diameter poros setelah jadi (cm)
d1=Diameter dalam sebelum jadi (cm)
Kapasitas Teoritis Konveyor (Q)
Jika conveyor terisi semua, maka :
Q = Volume x BJ
= A x L x BJ
……………………………….(Kurniawan,2003)

Dikarenakan lelehan plastik akan mengisi konveyor ulir hanya


setengah saja maka memakai rumus conveyor terisi setengah.
Qmax = Volume x BJ
Keterangan :
Q = Kapasitas (kg)
A = Diameter ulir – Diameter poros (mm)
L = Panjang poros (cm)
BJ = Berat jenis biji plastik (kg/m³)
2.4 Menghitung tegangan pada casing konveyor ulir
Tegangan longitudinal
Akibat gaya aksial :

………..(Ap- Greid & Gas Design Course,

hal.15)

Dimana :
Fax = Gaya aksial (N)
Am = Luas penampang material dimana π.dm.t (m2)
dm = Diameter rata rata pipa dimana (m)
7

d0 = Diameter luar pipa (m)


d1 = Diameter dalam pipa (m)
Akibat momen lendutan (momen bending)

Dimana :
Mb = momen lendutan pada sebuah penampang (kg/mm2)
C = Jarak seumbu netral ke titik yang diamati (m)
Ɩ = Momen inersia dari penampang pipa (m)

Tegangan ini disebut juga tegangan lendutan


Tegangan ini paling besar jika, C = Ro, yaitu :

Dimana :
Ro = Radius luar pipa (m)

Z = modulus luar permukaan (kg/mm2)

Tegangan sirkumferensial
Dihitung dengan menggunakan persamaan lame :

SH = ……..(Ap- Greid & Gas Design Course, hal.18)

Dimana :
R0 = radius luar pipa (m)
R1 = radius dalam pipa (m)
R = jarak radius titik yang sedang diperhatikan
8

2.5 Menghitung torsi


Torsi yang dialami oleh screw dengan gerak searah dengan jarum jam

Fputar

S
Ɵ
R

Gambar 2.5 gaya yang terjadi pada poros screw

Untuk menentukan torsi pada poros screw, maka akan dihitung dengan rumus
hukum Dinamika Rotasi
T = ƩF x R
sehingga diperoleh kecepatan sudut poros screw
ω=
2.6 Menentukan Diameter Poros
Seperti yang telah di rencanakan,unit pendorong dengan menggunakan
motor dan shaft yang dibentuk ulir, maka diperlukan perhitungan besar
shaft yang akan di gunakan. Dengan melihat kebutuhannya, shaft yang
akan di rancang harus bisa menahan beban puntir,berdasarkan spesifikasi
daya yang akan di transmisikan untuk poros screw sebesar :
Standar dan Lambang Perlakuan Kekuatan Keterangn
macam panas Tarik
(kg/mm2)
Baja karbon S30C Penormalan 48
konstruksi S35C Penormalan 52
mesin (JIS G S40C Penormalan 55
4501) S45C Penormalan 58
S50C Penormalan 62
S55C Penormalan 66
Batang baja S35C-D - 53 Ditarik dingin,
9

yang difinis S45C-D - 60 digerinda,


dingin S55C-D - 72 dibubut, atau
gabungan antara
hal-hal tersebut
( Sularso, Dasar – dasar Perancangan dan Pemilihan Elemen Mesin,
Pradya Pramita, Jakarta 1997 ).
Tabel 2.1 Jenis-jenis faktor koreksi berdasarkan data yang akan
ditransmisikan, fc.
Data yang ditransmisikan fc
Daya rata – rata yang diperlukan 1,2 – 2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 – 1,2
Daya normal 1,0 – 1,5
( Sularso, Dasar – dasar Perancangan dan Pemilihan Elemen Mesin,
Pradya Pramita, Jakarta 1997 ).

Pada perhitungan poros, yang akan dihitung adalah bahan dan diameternya.
Pertama harus diketahui Daya Motor (P) dan Putaran Motor yang
diinginkan, setelah itu tentukan bahan yang akan digunakan lihat tabel 1.1 ,
selanjutnya tentukan daya rencana dengan rumus
Pd = Fc × P
Keterangan :
Pd = Daya rencana (Kw)
Fc = Faktor koreksi
P = Daya (Kw)
Setelah mengetahui daya rencana selanjutnya menentukan momen 9actor atau
momen rencana
T = 9,74 × 105 ×
Tegangan izin dicari dengan menggunakan persamaan
τα =
Keterangan :
σB = kekuatan tarik izin
Sf1 = kekuatan keamanan dari bahan S-C dengan pengaruh masa
10

Sf2 = pengaruh kekasaran permukaan poros

Faktor koreksi untuk momen faktor Kt dan Faktor lenturan Cb / Km


Tabel 1.3 Menentukan nilai Km / Cb dan Kt
Jenis Pembebanan Km / Cb Kt
1.1 Poros Tetap
a. Beban perlahan 1.0 1.0
b. Beban tiba – tiba 1.5 – 2.0 1.5 – 2.0
1.2 Poros yang berputar
a. Beban perlahan ataupun 1.5 1.0
tetap
b. Beban tiba–tiba – kejutan 1.5 – 2.0 1.5 – 2.0
ringan
c. Beban tiba–tiba – kejutan 2.0 – 3.0 1.5 – 3.0
berat
Sumber : R.S., Khurmi dan Gupta J.K., 1982
Mencari diameter poros
1/3
Ds =

Poros dengan beban faktor


Mt = 71620

Dimana : N = daya yang ditransmisikan


Mt = momen torsi
n = putaran poros
Kekakuan Poros
Ɵ = 584

Dimana : ds = diameter poros


Ɵ = sudut defleksi (deg)
L = panjang
Mt = momen 10actor
izin = modulus geser
11

2.7 Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang menahan poros dengan beban,


sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus,
aman dan panjang umur. Bantalan harus cukup kuat untuk memungkinkan
poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik
Adapun analisa terhadap bantalan dihitung dari beban ekuivalennya
yaitu gabungan beban radial (WR) dan beban aksial (WT). Besarnya beban
ekivalen yang diterima bantalan dapat dihitung dengan persamaan.
We = (XR . V . WR + YT . WT ) KS
Keterangan :
We = beban ekuivalen
XR = Faktor Beban radial
V = Faktor putaran = 1.0 untuk cincin dalam yang berputar
= 1.5 untuk cincin luar yang berputar
WR = Beban radial
WT = Beban aksial
YT = Faktor beban aksial
Ks = Faktor keamanan = 1.0 untuk beban yang merata
= 1.5 untuk beban kejut ringan
= 2.0 untuk beban kejut menengah
= 2.5 untuk beban kejut berat
12

Gambar 2.7

2.8 Pemanas Elektrik


Besarnya daya pemanas dilihat dari jenis material yang akan
dipanaskan, massa benda yang akan dipanaskan dan waktu yang ingin
ditempuh untuk mencapai suhu tertentu. Untuk menentukan besarnya daya
heater, menggunakan rumusan dari produsen heater sebagai berikut :

Dimana :
Q : Daya heater, K watt

C: Panas jenis material yang dipanaskan,

m: Massa barrel, kg
 : Kenaikan suhu
: Efisiensi, 0,1- 0,5
t : Waktu pemanasan
13

2.9 Perencanaan Transmisi

Gambar 2.9 Perencanaan Susunan V-Belt dan Pully


a. Menentukan panjang sabuk :

Dimana :
L = panjang sabuk (mm)
x = jarak sumbu poros (mm)
r1 = jari-jari poros kecil (mm)
r2 = jari-jari poros besar (mm)

b. Kecepatan sabuk :

Dimana:
V = Kecepatan sabuk (m/s)
Dp = Diameter puli penggerak (mm)
n = Putaran Puli penggerak (rpm)

Anda mungkin juga menyukai